WAHAI PEROKOK KETAHUILAH BAHWA “MEROKOK ADALAH
AKTIFITAS (KEGIATAN) UMAT MANUSIA YANG TIDAK DIDAHULUI DENGAN MEMBACA BASMALAH”.
Agar pernyataan yang
kami kemukakan di atas ini dapat terlaksana dan diterima oleh perokok dengan
baik dan benar maka kami ingin mengajak para perokok dan juga masyarakat umum
untuk merenungkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Allah SWT adalah
pencipta langit dan bumi beserta apa-apa yang ada di dalamnya. Ini berarti
hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu, yang paling mengerti dan yang paling
memahami apa-apa yang telah diciptakan-Nya. Allah SWT adalah pemilik langit dan
bumi beserta apa-apa yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa Allah SWT penguasa
mutlak di langit dan di muka bumi sehingga kondisi ini menunjukkan Allah SWT
adalah tuan Rumah. Dan jika sekarang Allah SWT adalah pencipta dan pemilik dari
langit dan bumi maka segala ketentuan, segala hukum, segala peraturan yang berlaku
di langit dan di muka bumi adalah ketentuan, hukum, peraturan yang berasal dari
Allah SWT. Lalu sebagai apakah diri kita di langit dan di muka bumi yang
diciptakan dan dimiliki oleh Allah SWT? Diri kita adalah orang yang sedang
menumpang sehingga wajib mentaati dan melaksanakan segala hukum, ketentuan dan
peraturan yang telah diberlakukan oleh tuan rumah.
Selanjutnya Allah SWT selaku tuan rumah telah mengemukakan adanya
ketentuan yang termaktub di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 168 berikut ini: “Wahai
manusia! Makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan
janganlah kami mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang
nyata bagimu.” Dan juga di dalam surat Al Abasa (80) ayat 24 berikut
ini: “Maka hendaknya manusia itu memerhatikan makanannya”. Ayat di
atas ini merupakan ketentuan dasar yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat
manusia, yaitu memperhatikan dan wajib mengkonsumsi sesuatu yang memenuhi
syarat halal dan juga syarat baik (tayyib) yang bermakna harus sesuai dengan
konsep ilmu kesehatan dan ilmu gizi dalam satu kesatuan. Kita tidak boleh
memaknai konsep ini secara terpisah, namun harus keduanya dilaksanakan secara
berbarengan. Kita tidak bisa hanya berpedoman kepada konsep halal semata dengan
mengabaikan konsep baik (tayyib). Kita juga tidak bisa hanya berpedoman kepada
konsep baik semata dengan mengabaikan konsep halal. Halal dan baik (tayyib) harus
kita laksanakan dalam satu kesatuan. Allah SWT menentukan hal ini untuk
kebaikan umat manusia selaku orang yang menumpang.
Sekarang kita dihadapkan dengan apa yang dinamakan dengan rokok, apakah yang
terbuat dari tembakau ataupun rokok elektrik (vape) yang mana rokok jika
ditinjau dari sisi ilmu kesehatan dan ilmu gizi bukanlah sesuatu yang baik lagi
dibutuhkan bagi kesehatan tubuh manusia. Adanya kondisi ini berarti rokok
ataupun merokok bertentangan dengan ketentuan Allah SWT yang telah dikemukakan
dalam surat Al Baqarah (2) ayat 168 di atas. Jika sekarang ada orang yang
berani merokok padahal bertentangan dengan ketentuan yang telah diberlakukan
oleh Allah SWT di muka bumi ini. Ini berarti orang yang merokok itu telah menjadikan
dirinya sebagai tamu atau orang yang menumpang yang tidak tahu diri dengan berani
menantang tuan rumah di langit dan di muka bumi yang diciptakan dan dimiliki
oleh Allah SWT.
2.
Allah SWT melalui
hadits qudsi berikut ini mengemukakan, “Ibnu Abbas ra, berkata, Nabi SAW bersabda,
Allah ta’ala berfirman: “Berkata Iblis: Ya Tuhan, semua makhluk-Mu telah Engkau
tentukan rezekinya, maka manakah rezekiku. Allah berfirman, “Rezekimu adalah
makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya. (Hadits Qudsi Riwayat Abussyekh;
272:259). Dan jika sekarang
perokok tidak pernah membaca Basmallah sebelum merokok maka ketentuan hadits
ini berlaku pada perokok. Sehingga yang buruk-buruk yang berasal dari rokok
masuk ke dalam tubuh sang perokok yang mengakibatkan ketergantungan dalam diri
sang perokok terhadap rokok sehingga makin sehat dan makin suburlah kondisi
iblis beserta bala tentaranya di dalam diri perokok. Kondisi ini akan menjadi
lebih parah jika uang atau penghasilan untuk memperoleh rokok berasal dari
sesuatu yang haram yang pada akhirnya berat untuk melepaskan diri dari
kecanduan merokok.
Di lain sisi, dengan
mengucapkan basmalah pada setiap hendak melakukan suatu aktivitas,
niscaya ucapan Basmallah tersebut dapat membawa sesuatu keberkahan dan
kebaikan. Dengan kita memahami makna Basmallah, tentu hal ini akan membuat
kita semakin sadar tentang keutamaannya di kehidupan sehari-hari. Adapun dalil
yang menunjukkan tentang memulai sesuatu dengan Basmallâh.
“Segala urusan penting yang tidak diawali Bismillah, maka akan berkurang
(atau bahkan hilang) keberkahannya”. (Hadits Riwayat Ibnu Hibban)
“Setiap perkataan atau perkara penting yang tidak dibuka
dengan dzikir pada Allah, maka terputus berkahnya.” (Hadits Riwayat Ahmad)
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘Bismillahirrahmanir
rahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.” (Hadits Riwayat Al-Khatib )
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai di dalamnya
dengan ‘alhamdu’, maka berkahnya terputus.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah)
Dan jika sekarang para perokok mengalami kecanduan dan juga mengalami
sakit parah sebagaimana tertulis di bungkus rokok maka jangan pernah menyalahkan Allah SWT karena Allah SWT sudah
memperingatkan umat manusia. Untuk itu ketahuilah wahai perokok bahwa “SEBAB BUKANLAH KARENA AKIBAT” sehingga
terimalah akibat buruk dari merokok dan bersiaplah untuk mempertanggungjawabkan
pelanggaran ketentuan yang telah diberlakukan oleh Allah SWT di akhirat kelak.
3.
Selain daripada itu,
kami juga ingin mengajak para perokok untuk merenungkan tentang 3 (tiga) hal
berikut ini:
a.
Saat diri kita
mendirikan shalat wajib sehari 5 (lima) waktu maka kita akan membaca Basmallah
sebanyak 27 (dua puluh tujuh) kali. Dan jika seorang perokok, merokok sebanyak
1 (satu) bungkus yang isinya 12 (dua belas) batang maka saldo Basmallah dari
shalat yang kita dirikan akan hilang sebanyak jumlah rokok yang dihisap sehingga
Basmallah yang kita baca saat shalat akan tersisa hanya 15 (lima belas) kali.
Dan apabila seorang perokok, merokok sebanyak 2 (dua) bungkus maka saldo
Basmallah dari shalat hanya akan tersisa 3 (tiga). Lalu bagaimana jika seorang
perokok, merokoknya sebanyak 3 (tiga) bungkus dalam sehari maka saldo Basmallah
dari shalat akan difisit sebanyak 9 (Sembilan). Tidakkah hal ini membuat diri
kita sadar!
b.
Seorang perokok
biasanya akan mampu tidak merokok pada saat melaksanakan ibadah puasa di bulan
Ramadhan. Namun setelah berbuka puasa dan/atau setelah bulan Ramadhan berlalu
ia kembali merokok. Jika ini yang terjadi berarti perokok tersebut adalah
orang-orang yang tidak mendapatkan hikmah yang hakiki dari perintah menunaikan ibadah
puasa di bulan Ramadhan. Tidakkah hal ini membuat diri kita sadar!
c.
Mulut adalah salah
satu organ tubuh manusia yang dipergunakan untuk bertasbih, untuk bermunajat, untuk
berdoa, untuk berzikir, untuk bertahlil kepada Allah SWT yang kesemuanya untuk
kebaikan ruh (kefitrahan ruh) dan jiwa kita. Lalu apakah kondisi yang baik ini akan
kita rusak dan/atau akan kita kotori melalui aktivitas merokok yang juga
dilakukan melalui mulut. Tidakkah hal ini sangat merugikan bagi kepentingan kefitrahan
ruh dan kesehatan jasmani!
4.
Akhirnya konsep “Etos ala Zainuddin MZ” yang berbunyi “Allahumma Paksa” wajib diterapkan bagi
perokok yang ingin berhenti dari merokok dengan menyatakan, “Ya Allah paksa aku untuk berhenti merokok”.
Untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama sebuah kisah yang dikemukakan oleh “Asfa Davy Bya” dalam bukunya “Sebening Mata Hati: Oase Penyejuk Jiwa dan
Pikiran” berikut ini: Ada satu pelajaran menarik yang dapat ditarik oleh
para pezikir yang sampai saat ini masih terlena dalam kepulan asap rokok. Kisah
mengenai seorang perokok berat, ulama besar Alm. Buya A.R Sutan Mansyur, guru
dan ipar almarhum Buya Hamka. Pada suatu ketika beliau tafakur, “Setiap
amalan-amalanku selalu kuawali dengan kalimat Basmallah. Tetapi ada satu hal
yang lolos dari filter Basmallah, yaitu ketika merokok. Berarti merokok itu
perbuatan yang menjauhkan diri dari mencari ridha Allah SWT. Dikisahkan bahwa
sejak saat itu beliau menjatuhkan talak tiga kepada rokok. Karena itu, jadikan
kisah ini sebagai potret untuk membentuk pribadi yang berzikir. Pribadi yang
tidak akan menggunakan mulutnya untuk hal yang tidak diridhai Allah SWT.
Sudahilah berbagai dalil dan dalih yang membuat diri kita jauh dari zikir kita
menjadi omongan. Hormatilah mulut sebagaimana kita menghormati organ tubuh yang
lain. Tempatkanlah mulut kita ke dalam derajat mulut yang sungguh-sungguh
berzikir.
Demikian surat
terbuka ini, mohon maaf apabila ada kata-kata yang tidak berkenaan. Semoga
Allah SWT membimbing dan menjaga diri, keluarga, anak keturunan diri kita dari
bahaya laten merokok. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar