B.
LIHATLAH DIRIMU
SENDIRI.
Sekarang kami ingin
mengajak jamaah sekalian untuk melihat dan memperhatikan diri kita sendiri
dalam kerangka memudahkan diri kita untuk memiliki pemahaman tentang ketauhidan
sebagaimana dikemukakan dalam surat Fussilat (41) ayat 53 berikut ini: “Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda tanda (kebesaran) Kami di segenap
penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa AlQur’an
itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?.” Dalam ayat ini Allah SWT telah menegaskan tentang
kebesaran-Nya yang tidak hanya ada di seantero pen-juru alam semesta, namun juga
ada pada diri kita sendiri. Jika hal ini sudah dikemukakan oleh Allah SWT maka
sudah sepatutnya kita mampu melihat adanya kebesaran Allah SWT dalam diri
sendiri sepanjang kita masih memiliki akal sehat dan juga mata hati untuk mau
merenungkannya. Bayangkan jika apa apa yang ada pada diri kita tidak diciptakan
oleh Allah SWT yang Mahasempurna, seperti apakah diri kita?
Allah SWT adalah Dzat
Yang Maha Hebat. Allah SWT adalah Dzat yang sangat luar biasa telah
mengemukakan dalam sebuah firman-Nya sebagaimana berikut ini: “Sungguh.
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (surat At Tin
(95) ayat 4).” Jika ini kondisi dasar dari Allah SWT dalam menciptakan
manusia maka segala kehebatan-Nya yang sangat luar biasa akan tercermin
langsung di setiap apa-apa yang diciptakan-Nya.
Sehingga mustahil di
akal jika segala apa apa yang diciptakan-Nya tidak mencerminkan segala kemahaan
dari Allah SWT itu sendiri. Jika saat ini kita masih hidup di muka bumi berarti
kita pasti terdiri dari jasmani yang sangat luar biasa kehebatannya dan juga
ruh yang memiliki tingkat kerahasiaan yang sangat luar biasa pula. Allah SWT
berfirman: “dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan? (surat Adz Dzariyaat (51) ayat 20,21). Dan Selanjutnya kami akan mengajak
jamaah sekalian yang juga adalah abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
di muka bumi untuk melihat Allah SWT secara langsung melalui perenungan akan
dimensi dari kehebatan jasmani dari diri kita sendiri, sebagaimana telah
dikemukakan oleh “Imam Al Ghazali” dalam bukunya “Keajaiban Pen-ciptaan Makhluk:
Merenungkan Hikmah Setiap Ciptaan Allah” berikut ini :
1. Allah SWT menjadikan jenis laki laki dan perempuan dan
Allah SWT juga telah memberikan “Hubbul
Syahwat” dengan memasukkan dalam hati mereka perasaan cinta dan dorongan
dorongan nafsu sehingga mereka tidak mampu menahan diri dan tidak tidak
memiliki kemampuan untuk menjauhi syahwat. Syahwat yang merupakan bawaan dari
diri manusia akan menggiring manusia untuk melakukan hubungan dengan lawan
jenis.
2. Pertunjukkan pertama yang bisa kita renungi adalah
bagaimana sperma yang jum-lahnya begitu banyak memperebutkan satu indung telur
yang terdapat di dalam rahim seorang ibu. Dan hanya sperma yang paling baiklah
yang bisa memenangkan pertandingan diantara sesama sperma, yang dibuktikan
dengan terjadinya pembuahan sel telur dalam rahim seorang ibu oleh sperma yang
terbaik. Lalu terjadilah sebuah proses yang sangat luar biasa di dalam rahim
seorang ibu, yang kesemuanya dicatat oleh Malaikat, yang dilanjutkan dengan
adanya peniupan ruh ke dalam jasad, setelah janin (jasad) sudah berumur 120 (seratus
dua puluh) hari.
Proses ini
dikemukakan oleh Allah SWT di dalam surat As Sajdah (32) ayat 7-8-9 yang kami
kemukakan berikut ini:. “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya
dari saripati air yang hina (mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan
ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” Dari sinilah kita
mengetahui bahwa setiap manusia, termasuk diri kita, pasti terdiri dari unsur jasmani
dan juga unsur ruh. Ruh asalnya dari Allah SWT sedangkan Jasmani asalnya dari
tanah dari saripati makanan dan minuman yang kita konsumsi.
3. Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi bukan sekedar
untuk dijadikan abd’ (hamba)-Nya yang juga sekaligus khalifah-Nya di muka bumi
dan juga adanya proses regenerasi manusia yang ada di muka bumi serta terjaga
dan terpeliharanya apa-apa yang diciptakan Allah SWT. Adanya manusia di muka
bumi merupakan salah satu cara (methode) agar kemahaan dan kebesaran Allah SWT
aktif dan juga terlihat dengan jelas yang berasal dari dalam diri manusia.
Untuk itulah setiap manusia yang ada di muka bumi wajib menjadikan dirinya: (a) sebagai bentuk penampilan Allah SWT di muka
bumi; (b) sebagai gambaran dari sifat
dan asma-Nya; (c) sebagai bayangan
Allah SWT di muka bumi; (d) sebagai pemandangan
bagi penampilan keindahan Allah SWT; (e)
sebagai eksistensi Allah SWT bagi tersingkapnya hijab Allah SWT; (f) sebagai gudang perbendaharaan Allah SWT. Jika
ini adalah konsep dasar dari keberadaan manusia di muka bumi, lalu sudahkah
kita memiliki ilmu dan pemahaman yang sesuai dengan kehendak Allah SWT terutama
tentang diri kita sendiri adalah penampilan Allah SWT di muka bumi?
4. Allah SWT juga menjadikan pikiran dapat menggerakkan
organ tubuh yang khu-sus agar meletakkan air mani di tempat yang kokoh (rahim)
dimana disitu diciptakan janin. Kemudian Allah SWT membungkusnya dengan daging,
mengikatnya dengan syaraf dan tulang, dan menyusunnya dengan urat. Allah SWT
juga menciptakan anggota- anggota badan dan menyusunnya. Allah SWT lalu
menjadikan kepala dan membu-kakan (memunculkan) pendengaran, penglihatan, perasaan,
hidung, mulut dan semua rongga.
5. Allah SWT menjadikan mata untuk melihat. Diantara
keajaiban mata adalah ra-hasia di balik kemampuannya melihat berbagai hal. Itu
rahasia yang tidak mudah untuk dijelaskan. Perhatikanlah bentuk kelopak mata
yang mengelilinginya dan gerakannya yang diciptakan dapat bergerak dengan cepat
untuk melindungi mata dari sesuatu yang dapat membahayakan nya seperti debu dan
benda benda lainnya. Jadi, kelopak mata itu seperti pintu yang dapat dibuka
ketika dibutuhkan. Di lain sisi, kelopak mata dituju-kan untuk keindahan mata
dan wajah, maka rambut (bulu) yang ada padanya dicip-takan dalam ukuran
tertentu dimana ia tidak memanjang terus yang akan membahaya-kan mata dan juga
tidak dikurangi sampai pada ukuran yang dapat membahayakannya.
6. Perhatikanlah mulut dan lidah serta hikmah hikmahnya.
Allah SWT menjadikan kedua bibir sebagai penutup bagi mulut, seolah olah ia
bagaikan pintu yang dapat ditutup ketika kebutuhan untuk membukanya sudah
berakhir. Ia pelindung bagi gusi dan gigi serta bermanfaat untuk keindahan.
Jika tidak ada keduanya, makhluk menjadi jelek. Kedua bibir itu juga membantu
untuk berbicara. Sedangkan lisan berguna untuk bertu-tur kata dan mengungkapkan
apa yang ada dalam hati, untuk mengunyah makanan dan meletakkannya di bawah
gigi sehingga mudah untuk dikunyah dan ditelan.
Dan Allah SWT juga menjadikan gigi terdiri dari
beberapa buah yang terpisah, tidak merupakan satu tulang. Sehingga, bila
sebagiannya rusak maka yang lainnya dapat tetap bermanfaat. Pada gigi itu,
Allah SWT gabungkan antara manfaat dan keindahan. Allah SWT juga menjadikannya
keras tidak seperti tulang badan, karena ia selalu dibutuhkan. Gigi geraham
dijadikan besar namun tidak berlebihan karena ia diperlukan untuk menghancurkan
makanan. Allah SWT menguatkan akar akar gigi, menentukan kekuatannya untuk
menghancurkan makanan, dan memutihkan warnanya dengan warna merah di
sekelilingnya. Gigi gigi itu sama tingginya dan serasi susunannya, seolah olah
ia mutiara yang tersusun rapi.
7. Sekarang perhatikanlah pula bahwa pada mulut diciptakan
air liur yang tidak muncul kecuali pada saat dibutuhkan. Jika ia muncul dan
mengalir sebelum dibutuhkan, hal itu akan membuat jelek manusia. Ia dijadikan
agar makanan yang dikunyah dapat menjadi basah sehingga mudah untuk dimasukkan
ke kerongkongan tanpa kesulitan dan tanpa ada rasa sakit. Jika tidak ada
makanan, air liur yang dijadikan untuk membasahkan itu pun hilang dan hanya
tinggal sekedar untuk membasahi anak lidah dan kerongkongan untuk keperluan
berbicara dan agar tidak kering. Karena, bila kering, itu akan dapat
membinasakan manusia.
8. Perhatikanlah pula bagaimana Allah SWT meninggikan hidung
di tengah tengah wajah, lalu membaguskan bentuknya, dan membukan lubangnya.
Allah SWT juga menjadikannya sebagai indera penciuman agar dengan hirupannya ia
dapat mengetahui bau dari makanan dan minuman, juga agar dapat menikmati bau
bauan yang wangi, menjadi sesuatu yang berbau busuk dan kotorm dan agar dapat
menghirup ruh kehidupan sebagai makanan bagi hatinya dan penyejuk bagi panas
yang ada di dalam tubuh.
9. Kemudian Allah SWT juga menciptakan pangkal tenggorokan dan menyiap-kannya untuk tempat keluar suara. Allah SWT menjadikan pangkal
tenggorokan berbeda beda dalam kesempitan dan keluasannya, kasar dan halusnya,
keras dan lunaknya, serta panjang dan pendeknya. Dengan sebab itu berbeda beda
suara yang keluar. Sebagai-mana pada dua gambar diciptakan perbedaan sehingga
tidak ada dua gambar yang sama, tidak ada dua suara yang serupa. Pada dua suara
akan tampak perbedaan sehing-ga orang yang mendengar dapat membedakan seseorang
dari yang lain hanya dari mendengar suaranya. Begitu juga akan tampak perbedaan
antara dua orang. Rahasia di balik itu adalah agar dapat saling mengenal satu
dengan yang lainnya.
10. Kemudian perhatikanlah bagaiman Allah SWT menciptakan dua
tangan yang diberikan kepada manusia untuk mengambil apa apa yang dituju dan
menolak bahaya. Bagaimana pula Ia membentangkan telapak tangan, membagi jari
yang lima, dan membagi jari dengan ujung jari. Empat jari dijadikan di satu
sisi dan ibu jari dijadikan pada sisi
lain, sehingga ibu jari mengelilingi semuanya. Kemudian Allah SWT
menjadi-kan kuku-kuku di ujung ujung sebagai penghias bagi ujung jari dan
penopang baginya dari sebelah belakang sehingga ia tidak lemah. Dengan kuku
seseorang dapat meng-ambil (memungut) sesuatu yang kecil yang tidak dapat
dicapai dengan ujung jari bila tanpa kuku. Kuku juga dapat digunakan untuk
menggaruk tubuh ketika seseorang membutuhkan itu.
11. Kemudian Allah SWT juga menjadikan kuku dapat dijadikan
petunjuk untuk menggaruk baik di saat tidur maupun di saat jaga dan menuju
tempat tempat yang dibutuhkan di tubuhnya. Seandainya ia beralih kepada anggota
badan yang lain dan memintanya untuk menggaruk, maka anggota yang lain itu
tidak dapat mengetahui tempat tempat yang dibutuhkannya kecuali dalam waktu
yang lama dan setelah ia merasakan lelah.
12.
Kemudian lihatlah bagaimana Allah SWT memanjangkan kedua
paha dan kedua betis serta membentangkan kedua kaki agar seseorang dapat
berjalan. Allah SWT menghias kedua kaki dengan jari jari yang dijadikanNya
sebagai penghias dan penguat untuk berjalan serta Allah SWT juga menghias dan
menguatkan jari jari dengan kuku.
13.
Kemudian perhatikan bagaimana Allah SWT menciptakan semua
ini dari air mani yang sangat sederhana. Kemudian darinya Allah SWT menjadikan
tulang belulang tubuh yang dijadikan-Nya sebagai jisim (jasad; tubuh; badan)
yang kuat dan keras agar dapat menjadi penyanggah dan tiang bagi tubuh. Allah
SWT menentukan ukuran masing masing tulang belulang itu dalam ukuran yang
berbeda beda dan dalam bentuk yang saling bersesuaian. Diantaranya ada yang
kecil, ada yang panjang, ada yang bulat, ada yang berlubang, ada yang tidak
berlubang, ada yang lebar, dan ada yang kecil.
14. Allah SWT juga menempatkan sumsum yang halus yang terjaga
pada tulang tulang ini untuk kepentingannya dan untuk menguatkannya. Karena
manusia membutuhkan sejumlah tubuhnya dan sebagian anggota badannya maka Allah SWT
tidak menjadikan tulang tulang pada tubuh manusia menjadi satu tulang,
melainkan menjadi banyak tulang. Diantara tulang-tulang itu terdapat persendian
persendian sehingga ia mudah untuk digerakkan. Allah SWT menentukan bentuk
masing-masing tulang dalam ukuran tertentu sesuai dengan gerakan yang dituntut
darinya. Kemudian Allah SWT menyam-bungkan antara persendian-persendian itu dan
mengikatkan satu sama lain dengan pasak-pasak pada salah satu sisi dari tulang
dan Allah SWT lekatkan sisi yang lain seperti pembalut.
15.
Allah SWT juga menjadikan bagian yang menonjol pada salah
satu sisi dari tulang dan pas sisi tulang yang lain terdapat lubang yang sesuai
dengan bentuk bagian yang menonjol agar bagian yang menonjol dapat masuk dan
menutup bagiau dari tulang yang berlubang. Sehingga manusia ingin menggerak
bagian tertentu dari tubuhnya dan bukan bagian yang lain, maka tidak ada
halangan baginya. Seandainya hikmah penciptaan persendian itu tidak ada, maka
ia akan mengalami kesulitan untuk itu.
16. Kemudian perhatikanlah bagaimana Allah SWT menciptakan
kepala yang tersusun dari 55 (lima puluh lima) buah tulang yang berbeda beda
bentuknya dan menyatukan satu dengan yang lainnya sedemikian rupa sehingga
batok kepala menjadi kokoh seperti yang kita lihat. Enam tulang di antaranya
pada tulang tengkorak, sedang pada gigi terdapat 23 (dua puluh tiga) buah
tulang, dimana sebagiannya lebar sehingga cocok untuk menggiling dan
sebagiannya lagi tajam sehingga sesuai untuk memotong- motong. Kemudian Allah
SWT menjadikan tengkuk sebagai pusat dari kepala dan menyusunnya dari tujuh
tulang belakang, yang bolong dan yang bundar, yang lebih dan yang kurang, agar
yang satu dapat menutup yang lain.
17. Sekarang perhatikanlah bagaimana Allah SWT menciptakan
alat alat untuk menggerakkan tulang tulang, yaitu otot otot. Di dalam badan
manusia, Allah SWT menjadikan 529 (lima ratus dua puluh sembilan) buah otot.
Otot tersusun dari daging, urat syarafm selaput dan pembalut. Otot otot itu
berbeda beda ukuran dan bentuknya sesuai dengan perbedaan tempat tempatnya dan
kebutuhan kebutuhannya. Diantara-nya 24 (dua puluh empat) buah untuk
menggerakkan mata dan pelupuknya, dimana jika satu saja dari otot otot itu
kurang maka fungsi mata pun menjadi terganggu. Demikianlah, setiap anggota bada
memiliki otot otot dalam jumlah tertentu dan ukuran yang sesuai dengannya.
18. Kemudian perhatikanlah kemuliaan dan kekhususan yang
diberikan pada penciptaan manusia. Manusia diciptakan tegak ketika berdiri dan
lurus ketika duduk; mengerjakan sesuatu dengan kedua tangannya dan anggota
anggota tubuhnya yang lain, dan ia dapat mengobati dirinya dan melakukan
sesuatu. Manusia tidak diciptakan menelungkup seperti sejumlah hewan. Karena,
seandainya demikian manusia tidak akan mampu mengerjakan pekerjaan pekerjaan
tersebut.
19.
Perhatikanlah secara keseluruhan bagian dalam dan luar
dari manusia. Niscaya kita akan mendapatinya tercipta dalam bentuk yang
memiliki suatu hikmah yang menimbulkan kekaguman. Allah SWT menjadikan anggota
anggota tubuh manusia penuh dengan makanan yang terus menerus masuk. Tetapi
Allah menentukannya dengan ukuran yang tidak melebihinya. Karena, bila makanan
yang masuk berlebihan niscaya badan manusia akan menjadi besar dan sulit untuk
bergerak. Dalam hal pakaian pun demikian.
Diantara hikmah yang
besar dan pengaturan yang bagus adalah berhentinya anggota anggota tubuh dalam
mengkonsumsi makanan pada batas yang tertentu ini, sebagai rahmat dari Allah
SWT dan kasih sayangNya terhadap hambaNya. Jika kita mendapati semua ini
sebagai ciptaan Allah SWT dari setetes air, maka bagaimana perkiraanmu dengan
ciptaanNya di alam langit dan bumi, termasuk mataharinya, bulannya dan bintang-bintangnya?
Bagaimana pula hikmah hikmah yang ada dalam ukuran- ukurannya, bentuk
bentuknya, jumlah jumlahnya, letak letaknya, berkumpulnya seba-gian benda alam
tersebut dan berpisahnya sebagian yang lain.
20.
Janganlah kita menyangka bahwa suatu benda yang kecil di
langit, di bumi, dan di semua alam ini terlepas dari hikmah-hikmah. Bahkan
semuanya mengandung keajaiban-keajaiban dan hikmah-hikmah, dimana tidak ada
yang dapat mengetahui semuanya kecuali Allah SWT.Apakah kita tidak pernah tahu
tentang firman Allah SWT dalam AlQuran berikut ini: “Apakah kamu lebih sulit
penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya (membangunnya), (surat An
Nazi’at (79) ayat 27)
21. Sekarang, renungkanlah, seandainya manusia dan jin
berkumpul untuk men-ciptakan pendengaran, pendengaran, dan perasaan serta
kehidupan bagi air mani, niscaya mereka tidak mampu melakukan itu semua.
Perhatikanlah bagaimana Allah SWT menciptakannya di dalam rahim. Allah SWT
membentuknya dengan bentuk yang sebaik-baiknya, menentukan ukurannya dengan
ukuran sebaik baiknya, membagi bagian-bagiannya dari yang mirip sampai yang
berbeda beda, menyempurnakan tulang- tulang di tempat-tempatnya, membaguskan
bentuk bagian-bagiannya, menyusun urat- urat syarafnya, menata bagian luar dan
bagian dalamnya, dan menciptakan saluran saluran makanannya agar kehidupannya
dapat tetap bertahan.
22.
Kemudian perhatikan bagaimana Allah SWT mengatur bagian
bagian dalam dari tubuh seperti jantung, hati, perut, limpa, paru paru, rahim,
kandung kemih, dan usus. Masing masing anggota tubuh dalam bentuk tertentu,
dengan ukuran tertentu, dan untuk tugas (fungsi) tertentu. Agar perut dapat
mematangkan makanan, di dalamnya Allah SWT jadikan urat yang sangat membantu
kebutuhannya, sehingga makanan dapat dihancur-kan dan digiling. Penggilingan
(penghalusan) yang pertama yang dilakukan oleh gigi geraham dijadikan sebagai
bantuan bagi perut besar.
23.
Hati dijadikan untuk mengubah makanan menjadi darah, lalu
dari sana diserap makanan yang sesuai ke setiap bagian. Makanan untuk tulang
berbeda dengan makanan untuk daging, makanan untuk urat berbeda dengan makanan
untuk urat syaraf, makanan untuk rambut berbeda dengan makanan untuk yang lain.
Limpa, empedu, dan buah pinggang dijadikan untuk membantu hati. Kemudian
perhatikanlah bagaimana Allah SWT menjadikan pada manusia akal dan kemampuan
untuk membe-dakan (mengenali) sesuatu secara bertahap sampai saat
kematangannya. Pikirkanlah dan renungkanlah rahasia manusia dilahirkan dalam
keadaan jahil, tidak memiliki pikiran dan pemahaman. Jika manusia dilahirkan
dalam keadaan telah dapat berfikir niscaya ia akan mengingkari ala mini ketika
ia keluar dari rahim sehingga ia menjadi bingung dan kacau pikirannya, karena
ia melihat apa yang ia tidak kenal, didatangi oleh sesuatu yang belum pernah
dilihat dan dialaminya.
24.
Kemudian ia akan mendapati dirinya rendah (lemah) ketika
ia melihat dirinya dikandung dan dilahirkan dengan dibalut selembar kain, serta
diselimuti ketika dalam buaian padahal ia membutuhkan itu semua karena kondisi
badannya yang lunak dan basah ketika dilahirkan. Apakah manusia tidak melihat
bahwa Allah SWT menjadikan segala sesuatu dengan hikmah yang setinggi tingginya
dan dengan cara yang tepat?
Kemudian jangan lupa perhatikanlah pula hikmah dari
perasaan marah yang diciptakan pada manusia yang membuatnya dapat membela
dirinya dari sesuatu yang membahayakannya. Juga hikmah dari perasaan iri yang
membuatnya berusaha untuk mendapatkan apa yang bermanfaat baginya. Hanya saja ia
diperintah untuk mengambil sikap pertengahan dalam kedua hal ini. Karena, bila
ia melampaui batas dalam keduanya ia akan mencapai derajat para syaitan. Bahkan
ia wajib membatasi kemarahannya hanya untuk menolak bahaya dan membatasi
perasaan irinya sampai pada ghibthah, yaitu menginginkan apa yang bermanfaat
baginya tanpa harus merugikan orang lain.
25.
Pikirkanlah tentang otak. Jika ia diperlihatkan, kita
akan mendapati sebagian darinya menyelubungi bagian yang lain untuk menjaganya.
Ia ditutupi oleh tengkorak kepala dan rambut. Rambut merupakan penutup
tengkorak kepala, sekaligus keindahan baginya. Rambut juga menjauhkannya dari
hal hal yang dapat membahayakan seperti
panas, dingin, dan sebagainya. Allah
SWT menjaga otak dengan penjagaan yang demikian karena Allah SWT tahu bahwa
otak itu penting dan ia patut untuk mendapatkan penjagaan demikian karena ia
merupakan sumber dari indra. Kemudian perhatikanlah bagaimana hati
disembunyikan di dalam dada dan ditutupi oleh selaput yang merupakan
penutupnya. Karena mulianya hati ini, Allah SWT menyempurnakan dan menjaganya
dengan tulang yang berdaging dan berurat syaraf. Itulah yang sesuai untuknya.
26.
Kemudian perhatikanlah bagaimana Allah SWT menjadikan dua
buah rongga di tenggorakan. Salah satunya untuk suara, yaitu kerongkongan yang
berhubungan dengan paru paru. Sedangkan yang satu lagi untuk makanan, yang
berhubungan ke perut besar. Di atas tenggorokan dijadikan penutuh yang mencegah
makanan masuk ke situ. Allah SWT menjadikan paru paru sebagai kipas bagi hati
agar panas tidak hanya terbatas di dalam jantung yang dapat merusaknya.
Kemudian Allah SWT memenuhi angkasa dengan udara untuk kepentingan ini dan
untuk kepentingan kepentingan lain.
27.
Sekarang tidakkah
kita pikirkan bagaimana keadaan seseorang manusia bila ia kehilangan satu
kemampuan, misalnya mengingat. Ia
tidak ingat apa yang baik dan apa yang buruk bagi dirinya. Ia tidak ingat apa
yang telah ia kirimkan dan apa yang telah sampai kepadanya, apa yang telah ia
berikan dan apa yang telah ia ambil, apa yang telah ia lihat dan apa yang telah
ia dengar, apa yang telah ia katakan dan apa yang telah dikatakan kepadanya.
Ia juga tidak ingat orang yang berbuat baik kepadanya dan orang yang berbuat
jahat kepadanya serta orang yang menguntungkannya dan orang yang merugikannya.
Ia tidak dapat mengambil petunjuk dari jalan yang pernah dilaluinya; tidak
dapat mengingat ilmu yang pernah dipelajarinya; tidak dapat mengambil manfaat
dari apa yang ditulisnya; tidak dapat mengungkapkan tentang orang orang yang
terdahulu.
28.
Yang lebih menakjubkan lagi dari nikmat ingat adalah
nikmat lupa. Seandainya tidak ada sifat
lupa maka ia tidak akan dapat lupa pada suatu musibah, tidak akan berkurang
penyesalannya, dan tidak akan hilang perasaan dendam dari dirinya. Ia juga
tidak dapat menikmati kelezatan kelezatan nafsu duniawi bila ia teringat
musibah musibah, bencana bencana, dan segala hal yang membuatnya marah. Ia
pun tidak dapat melupakan orang yang lalim terhadapnya, orang yang dengki
kepadanya, atau orang yang bermaksud membahayakannya. Maka perhatikanlah
bagaimana Allah SWT menjadikan sifat ingat dan lupa pada manusia yang keduanya itu
berlawanan. Pada masing masingnya terdapat berbagai maslahat bagi manusia.
29.
Kita juga bisa memperhatikan rasa malu yang hanya Allah
SWT berikan kepada manusia, dan tidak diberikan kepada yang lain. Seandainya
tidak ada rasa malu, tidak sedikit kesalahan yang dibuat, tidak akan terpenuhi
kebutuhan kebutuhan. Ia juga tidak akan menghormati tamunya dan tidak akan
berlaku ramah. Sehingga, ia akan mela-kukan apa saja dan tidak beralih dari
sesuatu yang buruk. Maka ia akan meninggalkan berbagi hal, termasuk banyak
perintah yang wajib. Sesungguhnya banyak hal dilakukan manusia karena adanya
perasaan malu kepada orang lain. Ia menyerahkan (mengem-balikan) amanat amanat
milik orang lain, memperhatikan hak hak orang tua dan orang orang lain, enggan
melakukan hal hal yang keji dan sebagainya. Semua itu karena ia senang dengan
perasaan malu.
30.
Kemudian pikirkanlah tentang penciptaan rambut dan kuku
yang keduanya dapat memanjang. Karena dalam memendekkan kedua terdapat maslahat
bagi manusia, maka keduanya diciptakan tidak memiliki rasa sehingga orang tidak
merasa sakit ketika memotongnya. Seandainya tidak ada hikmah ini, maka manusia
akan berada di antara dua keadaan berikut: bila ia membiarkan (tidak memotong)
rambut dan kukunya maka ia menjadi jelek, dan bila ia memotongnya ia akan
merasa sakit.
31.
Kemudian pikirkanlah kembali tentang rambut. Seandainya
ia tumbuh di mata niscaya ia akan menghalangi pandangan, bila tumbuh di mulut
ia akan menyulitkan ketika makan dan minum, bila tumbuh ditelapak tangan,
niscaya akan hilang kenikmatan meraba, dan bila tumbuh di kemaluan akan
mengganggu. Padahal, pada tempat tempat tersebut rambut dapat saja tumbuh. Maha
Suci Tuhan yang mengatur dan memberi nikmat-nikmat ini. Kemudian perhatikan
pula apa yang diberikan dan apa yang tidak diberikan pada manusia yang juga
untuk kepentingannya. Diantaranya adalah harapan.
Dengan sebab adanya
harapan ini, dunia menjadi makmur dan keturunan akan tetap lestari, dimana
orang orang yang lemah mewarisi manfaat manfaat kemakmuran dari orang-orang
yang kuat. Karena, makhluk pada awalnya adalah lemah. Bila ia tidak menemukan
peninggalan peninggalan kaum yang telah menempati suatu tempat dan yang telah
membangun dunia ini, maka tidak ada baginya tempat untuk berlindung dan tidak
ada alat yang dapat dimanfaatkan. Jadi, harapanlah yang menjadi sebab orang
orang sekarang melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang orang yang akan
datang dikemudian hari. Demikianlah hal itu diwarisi sampai hari kiamat.
32.
Tetapi manusia tidak diberikan pengetahuan tentang
ajalnya dan tentang batas usianya karena adanya manfaat tertentu. Jika ia
mengetahui lama hidupnya dan masa usianya yang pendek, maka hidupnya tidak akan
senang dan ia tidak merasa gembira dengan adanya keturunan, dengan adanya
kemakmuran di muka bumi, dan lain lainnya. Seandainya
ia mengetahui bahwa masa hidupnya panjang, niscaya ia akan terus mengikuti
nafsu, melampaui batas batas, dan akan menceburkan diri ke dalam segala hal
yang dapat membinasakan. Para pemberi peringatan tidak akan dapat
menghentikan dan mencegah-nya dari sesuatu yang akan membawanya kepada
kerusakan. Jadi pada ketidaktahuan manusia tentang masa usianya terdapat suatu
maslahat, yaitu ia akan mengkhawatirkan kemungkinan datangnya kematian secara
mendadak dan ia akan segera melakukan perbuatan perbuatan baik sebelum masanya
lewat.
33.
Kemudian perhatikanlah apa-apa yang bermanfaat bagi
manusia seperti berbagai jenis makanan yang berbeda beda rasanya, berbagai buah
buahan yang bermacam macam warna dan keindahannya, berbagai kendaraan yang dapat
ia naiki dan dapat diambil manfaat manfaatnya, burung-burung yang dapat
dinikmati suaranya, uang dan permata yang ia kumpulkan untuk mencapai tujuan
tujuannya, rumput rumputan yang ia gunakan untuk menjaga kesehatannya, binatang
binatang ternak yang dapat ia makan dan dapat digunakan untuk hal hal lain
seperti mengolah tanah, mengangkut beban, dan lain-lain, bunga-bungaan dan
wangi wangian lain yang dapat ia nikmati keharumannya dan dapat ia manfaatkan,
berbagai macam pakaian yang berbeda beda jenisnya. Semua itu merupakan buah
dari akal dan pemahaman yang diciptakan pada dirinya.
34.
Diantara hikmah yang besar adalah berbeda bedanya manusia
dalam memiliki apa apa yang bermanfaat baginya dapat dibedakan yang kaya dari
yang miskin. Sehingga, hal itu menjadi sebab adanya pembangunan di dunia ini.
Dengan sebab itu terkadang dalam banyak keadaan manusia menyibukkan diri dengan
sesuatu dapat merugikan dirinya sendiri. Dalam kesibukannya itu manusia
bagaikan seorang anak kecil yang karena akalnya masih kurang ia sibuk dengan
sesuatu yang dapat membahayakan dirinya dan tidak mau diam (berhenti) karena
diam itu merupakan kesusahan baginya.
Bagaimana seseorang
akan dapat menghitung hikmah hikmah dan anugerah anugerah Allah SWT yang
dimaksudkan untuk keseimbangan ala mini dan agar para hamba beribadah
kepadaNya. Semua hikmah dan anugerah itu tidak terbatas dan tidak dapat
dihitung. Tidak ada yang dapat mengetahui puncak hakekatnya dan menghitung
jumlahnya kecuali Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui yang rahmat
dan ilmuNya memenuhi segala sesuatu. Hanya Allah SWT lah yang dapat menghitung
segala sesuatu.
Apa yang kami
kemukakan tentang hikmah hikmah yang berhubungan dengan jasmani manusia di atas
menunjukkan bahwa Allah SWT adalah dzat yang maha hebat sehingga kehebatan
Allah SWT tampil di setiap ciptaan-Nya. Sekarang tidakkah kita bisa melihat,
merasakan, merenung kan betapa hebatnya jasmani diri kita ini lalu sudahkah
diri kita bersyukur dengan diberikannya jasmani yang begitu luar biasa! Jika
sampai kita tidak mampu bersyukur kepada Allah SWT tentu ada yang salah di
dalam diri kita. Semoga hal ini tidak terjadi pada diri kita.
Jamaah sekalian, mari
kita merenung sejenak melalui ungkapan yang kami kemukakan berikut ini:
“Hai para hamba-Ku,
Aku telah menciptakan segala sesuatu ini untukmu. Karenanya, bagaimana mungkin
Aku akan merelakan dirimu dikuasai oleh sesuatu? Sebenarnya Aku telah
melarangmu untuk bergantung kepada sesuatu karena rasa cinta dan kasih sayang-Ku
kepadamu. Hai hamba-Ku, Aku tidak akan merelakanmu dikuasai oleh sesuatu.
Sesungguhnya Aku telah menciptakanmu agar kamu sepenuhnya dapat menjadi milik-Ku.
Aku telah menciptakanmu dalam bentuk-Ku yang Mahaesa, Mahamendengar,
Mahamelihat, Mahaberkehendak, dan Mahaberbicara. Aku menciptakanmu agar kamu
dapat menerima semua penjelmaan nama-nama-Ku dan pertolongan-Ku. Hai hamba-Ku,
kamu laksana pandangan mata-Ku. Tidak ada tabir yang dapat menutupi antara diri-Ku
dan dirimu. Hai hamba-Ku, kamu laksana teman dekat-Ku. Tidak ada jarak yang
memisah-kan antara diri-Ku dengan dirimu. Ketahuilah hai hamba-Ku, sesungguhnya
antara Aku dan kamu itu tidak ada jarak yang memisahkan. Aku lebih dekat
kepadamu daripada dirimu sendiri dan Aku lebih dekat kepadamu daripada urat
lehermu. “Oleh karena itu, pandanglah Aku! Karena sesungguhnya Aku sangat suka
melihat dirimu.”
Semoga renungan yang
kami kemukakan ini mampu menjadi pembuka jalan bagi tumbuh dan berkembangnya ketauhidan
dalam diri ini melalui pertunjukkan yang terdapat di dalam diri kita sendiri.
C.
ALLAH SWT BERADA DI
MANA SAJA DAN DEKAT DENGAN DIRI KITA.
Apakah Allah SWT itu
ghaib sehingga tidak bisa dilihat oleh mata? Allah SWT bukanlah sesuatu yang
bersifat ghaib hal ini dikarenakan apa apa yang diciptakan oleh Allah SWT dapat
kita lihat dengan mata dan dapat kita rasakan melalui adanya tanda tanda
kebesaran dan kemahaan Allah SWT melalui hati serta Allah SWT selalu berada di
balik ciptaan-Nya dan juga selalu bersama tanda tanda-Nya melalui rasa keimanan
yang ada dalam diri kita. Apa yang kami
kemukakan akan menjadi sesuatu yang mustahil terjadi jika ada suatu ciptaan dan
jika ada suatu tanda tanda dari kebesaran dan kemahaan tanpa ada yang
menciptakan dan tanpa ada yang memberikan tanda tanda sebagai manifestasi
kemahaan dan kebesaran pemilik tanda.
Kenyataan yang
terjadi saat ini adalah ciptaannya dapat kita lihat dengan mata, tanda tanda
kebesaran dan kemahaannya dapat kita lihat melalui mata hati. Adanya hal ini
menunjukkan kepada diri kita melalui keimanan dan ketaqwaan bahwa Allah SWT
pasti ada dibalik ciptaannya dan Allah SWT pasti ada dibalik tanda tandanya
serta Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan kedua hal tersebut sampai kapanpun
juga.
Dan jika di setiap
ciptaan yang ada di langit dan di muka bumi ini berlaku ketentuan seperti yang
kami kemukakan di atas maka dapat dipastikan Allah SWT pasti berada di mana
saja karena Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan apa apa yang telah
diciptakan-Nya dan Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan apa apa yang dimiliki-Nya.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 115
berikut ini: “dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka
kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[83]. Sesungguhnya Allah Maha
Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.
[83] Disitulah wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh
alam; sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya,
karena ia selalu berhadapan dengan Allah.
Allah SWT berada di
manapun, ada di barat, ada di timur, ada di utara, ada di selatan sehingga
Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan segala apa yang diciptakan-Nya. Dan hal yang harus kita pahami tentang hal ini adalah yang berada di manapun
dari Allah SWT bukanlah Dzatnya karena Dzatnya Allah SWT berada di Arsy. Sedangkan yang ada di mana-mana adalah
kemahaan Allah SWT, kebesaran Allah SWT, pengawasan Allah SWT kekuasaan Allah
SWT yang kesemuanya tidak bisa dipisahkan dengan apa apa yang diciptakan-Nya
oleh sebab apapun juga. Jika sekarang Allah SWT berada di setiap apa apa
yang diciptakan-Nya lalu di posisi manakah Allah SWT pada diri kita? Sepanjang
manusia termasuk diri kita adalah ciptaan Allah SWT maka sepanjang itu pula
keberadaan Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan diri kita (Allah
SWT akan selalu bersama diri kita).Dan yang menjadi persoalan adalah diri kita
sendiri yang sering melepaskan diri dari Allah SWT dan jika sudah demikian
berarti kita sendiri pula yang memberikan kesempatan bagi syaitan melaksanakan
aksinya kepada diri kita, sebagaimana hadits berikut ini:
“Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi Saw bersabda: Allah ta’ala berfirman:”
Wahai anak Adam, jika engkau ingat kepada-Ku pasti Aku juga akan ingat
kepadamu, dan bila engkau lupa kepada-Ku Akupun akan ingat kepadamu. Dan jika
engkau taat pada-Ku pergilah kemana saja engkau suka, pada tempat dimana Aku
berkawan dengan engkau dan engkau berkawan dengan Aku. Engkau berpaling dari-Ku
padahal Aku menghadap padamu. Siapakah yang memberimu makan di kala engkau
masih janin dalam perut ibumu. Aku selalu mengurusmu dan memeliharamu sampai
terlaksanalah kehendak-Ku atas dirimu, maka setelah Aku keluarkan engkau ke alam
dunia engkau berbuat banyak maksiat. Apakah demikian seharusnya pembalasan
kepada orang yang telah berbuat kebaikan kepadamu. (diriwayatkan oleh Abu Nashr
Rabi’ah bin Ali Al Ajli dan Ar Rafii’: 272:182).
Sekarang sudahkah kita mampu melihat dan merasakan Allah SWT yang sudah
berada di manapun sepanjang ada ciptaan-Nya?
Semoga kita mampu merasakan kehadiran Allah SWT melalui rasa keimanan dan
ketaqwaan sebagai buah dari ketauhidan yang ada di dalam dada sehingga saat
diri kita beribadah begitu terasa nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT yang selalu
menyertai diri kita. Kondisi ini baru akan terjadi jika ibadah yang kita
lakukan bukanlah untuk melepaskan kewajiban semata dan juga bukan untuk mencari
pahala melainkan kita melaksanakan ibadah karena ibadah itu kebutuhan diri kita
sehingga kita mampu merasakan hakekat dari ibadah tanpa melanggar syariat.
Adanya keberadaan Allah SWT yang tidak akan bisa dipisahkan dengan
segala apa yang diciptakan-Nya berarti keberadaan Allah SWT sangat dekat dengan
diri kita dan juga siap memberikan pertolongan kepada diri kita sepanjang kita
memohon kepada Allah SWT. Untuk itu tolong perhatikan apa yang dikemukakan oleh
Allah SWT yang terdapat di dalam surat Al Ankabuut (29) ayat 41 berikut ini: “perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti
laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguh-nya rumah yang paling lemah adalah
rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” Ayat ini mengemukakan bahwa Allah
SWT yang keberadaan-Nya sudah tidak akan bisa dipisahkan dengan ciptaan-Nya
telah menyatakan bahwa pelindung pelindung selain Allah SWT seperti melindungi
diri dengan perlindungan sarang laba laba, sebuah rumah yang paling lemah
karena tidak mampu melindungi penghuninya dari pengaruh luar ruangan seperti
angin dan panas.
Lalu jauhkah Allah SWT selaku pelindung diri kita? Jauh dekatnya
perlindungan Allah SWT sangat tergantung kepada diri kita sendiri. Jika Allah
SWT sudah tidak bisa dipisahkan dengan ciptaan-Nya berarti perlindungan Allah
SWT kepada ciptaan-Nya juga sangat dekat dengan diri kita sepanjang diri kita
mengimani perlindungan itu dekat dengan diri kita dan siap diberikan Allah SWT
sepanjang syarat dan ketentuan dapat kita penuhi.
Disinilah letaknya
melaksanakan ibadah yang diikuti dengan ibadah Ikhsan yaitu melihat Allah SWT. Alangkah nikmatnya jika kita mampu beribadah
dengan kemampuan melihat Allah SWT melalui rasa keimanan bahwa Allah SWT selalu
bersama diri kita serta dekat dengan diri kita dan kitapun mampu menempatkan
Allah SWT pada posisi yang sebenarnya, yaitu dekat yang tidak bisa terpisahkan
dengan diri kita. Lalu rasakanlah nikmat bertuhankan kepada Allah SWT dari
waktu ke waktu. Namun apa yang dikehendaki oleh Allah SWT belum tentu mampu
kita laksanakan karena pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan syaitan yang
mengakibatkan diri kita melakukan kesalahan atau berdosa. Tidak ada orang yang
ada di muka bumi ini yang tidak melakukan kesalahan dan dosa. Lalu apa yang
bisa kita perbuat dengan kondisi ini?
Agar diri kita mampu
lebih baik lagi dari waktu ke waktu, ada baiknya kita memperhatikan apa yang
dikemukakan Allah SWT dalam surat Faathir (35) ayat 45 yang kami kemukakan
berikut ini: “dan kalau Sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya
Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun
akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu;
Maka apabila datang ajal mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha melihat
(keadaan) hamba-hamba-Nya. Ayat ini mengemukakan bahwa Allah SWT tidak
hendak menyiksa manusia saat ini melainkan Allah SWT menangguhkan penyiksaan
sampai waktu tertentu. Untuk apa Allah SWT menunda hal ini?
Allah SWT menunda karena Allah SWT sayang kepada manusia dengan memberikan kesempatan ke dua untuk bertaubat, atau memberikan kesempatan kedua bagi yang memohon ampun kepada-Nya sampai batas waktu yang ditentukan. Jika ini kondisinya berarti saat ini Allah SWT sedang menunggu taubat kita, Allah SWT sedang menunggu doa dan harapan yang kita panjatkan kepada-Nya serta menunjukkan pula bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Sabar.. Dan jangan sampai Allah SWT yang sudah dekat yang sedekat-dekatnya dengan diri kita hanya menunggu taubat semata seperti ayat di atas. Namun ketahuilah bahwa Allah SWT menunggu segala permohonan yang dimohonkan kepada-Nya tanpa ada batasnya sepan-jang kita mau mengajukan doa dan permohonan. Alangkah sayangnya Allah SWT kepada diri kita namun sangat disayangkan kita tidak mengerti kalau kita disayang oleh Allah SWT lalu menyianyiakan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada diri kita dan pada akhirnya berlalu begitu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar