Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 03 Januari 2024

SYAHADAT KERASULAN (PART 1 OF 2)

 

Sekarang, kami ingin mengajak jamaah sekalian untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran AlQuran adalah wahyu Allah SWT. Bukan karena kata atau pernyataan dari orang lain, melainkan dari pembelajaran langsung yang kita laksanakan melalui bukti-bukti ilmiah sehingga kita bisa membuktikan benar AlQuran wahyu Allah SWT. Akhirnya dengan mampunya diri kita membuktikan AlQuran adalah wahyu Allah SWT maka kita memiliki hujjah sebagai dasar atas pernyataan syahadat yang kita persaksikan, terutama kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT sehingga dengan adanya pembuktian ini mampu menambah keimanan dan semangat untuk mempelajari AlQuran yang sesuai dengan kehendak Allah SWT dan akhirnya kita mengetahui konsep dasar dari kitab suci yang kita butuhkan ini.

 

Muhammad bin Abdullah, berdasarkan sejarah dan sumber sumber informasi Islam yang ada saat ini dan juga menurut penanggalan para ahli sejarah Islam, dilahirkan pada tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah atau pada tanggal 20 April 571 Masehi di  kota Makkah. Pada saat dilahirkan Muhammad sudah dalam keadaan yatim, karena bapaknya yang bernama Abdullah telah meninggal dunia, 7 (tujuh) bulan sebelum Beliau dilahirkan. Nama ibu Muhammad adalah Siti Aminah. Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib, dimana pada saat itu nama Muhammad belum pernah ada sebelumnya. Muhammad bin Abdullah adalah keturunan dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdulmanaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab Bani Ismail. Sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdulmanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah, disinilah silsilah keturunan ayah dan ibu Muhammad bin Abdullah bertemu.

 

Baik keluarga dari pihak bapak maupun ibu kandungnya termasuk golongan bangsawan dan terhormat dalam kalangan kabilah-kabilah Arab dan masih menurut sumber-sumber informasi Islam lainnya, kota Makkah pada waktu Muhammad bin Abdullah dilahirkan adalah suatu tempat yang paling terbelakang, jauh dari pusat perdagangan, jauh dari pusat seni maupun pusat ilmu pengetahuan. Dimana kehidupan masyarakat pada waktu itu masih bersifat jahiliah atau masih bersifat terbelakang jauh dari sentuhan teknologi atau peradaban baru. Lalu seperti apakah kondisi dasar dan keadaan Muhammad bin Abdullah itu sebelum menerima wahyu atau sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul oleh Allah SWT? Berikut ini akan kami kemukakan keterangan-keterangan atau dalil-dalil atau fakta-fakta yang terdapat di dalam kitab suci AlQuran yang sangat berhubungan erat dengan kondisi dasar Muhammad bin Abdullah, yaitu :

 

1.   Manusia Biasa. Kondisi dasar dari Muhammad bin Abdullah adalah manusia biasa, dimana secara phisik kondisi dasar Beliau sama dengan kondisi diri kita. Tidak ada perbedaan yang mencolok, atau tidak ada perbedaan yang khusus antara phisik atau jasmani diri kita dengan phisik atau jasmani Muhammad bin Abdullah baik sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul ataupun sesudah diangkat menjadi Nabi dan  Rasul oleh Allah SWT. Dan jika ini adalah kondisi dasar dari Muhammad bin Abdullah sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul oleh Allah SWT berarti keadaan Muhammad bin Abdullah benar-benar manusia biasa yang tidak dibedakan oleh Allah SWT.

 

Sebagaimana dikemukakan dalam surat Fushshilat (41) ayat 6 berikut ini: “katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaanlah yang besarlah bagi orang-orang yang empersekutukan-(Nya),”. Dan juga berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 110 yang kami kemukakan berikut ini: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". Selanjutnya apa yang dimaksud dengan manusia biasa itu atau apa yang dimaksud dengan manusia pada umumnya?

 

Setiap manusia pasti terdiri dari unsur jasmani dan juga unsur ruh, yang dalam hal ini ruh  berasal langsung dari Allah SWT. Jika ruh dipersatukan dengan jasmani maka hiduplah manusia dan jika ruh dipisahkan dengan jasmani maka meninggallah manusia sehingga selesai sudah hidup kita di muka bumi, sebagaimana dikemukakan dalam surat As Sajdah (32) ayat 7-8-9 yang kami kemukakan berikut ini: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” Ruh setelah dipisahkan dengan jasmani untuk sementara akan kembali atau pulang ke alam Barzah untuk menunggu sampai datangnya hari kiamat sedangkan unsur jasmani kembali ke tanah, dalam hal ini dikubur.

 

Jika ini kondisi dasar dari setiap manusia, maka hal yang samapun berlaku juga kepada Muhammad bin Abdullah, dimana Beliau juga terdiri dari unsur jasmani dan unsur ruh dan juga menunjukkan bahwa setiap manusia adalah makhluk dwidimensi. Setelah memiliki apa yang dinamakan dengan unsur jasmani dan juga unsur ruh, maka setiap manusia tanpa terkecuali tanpa memandang apakah ia muslim ataukah non muslim, apakah ia Nabi dan Rasul ataukah manusia biasa, akan memiliki apa-apa yang akan kami kemukakan di bawah ini, yaitu:

 

a.   Setiap manusia akan memiliki modal dasar yang berasal dari sifat Ma’ani Allah SWT (seperti sifat qudrat, sifat iradat, sifat kalam, sifat hayat, sifat ilmu, sifat sami’, sifat bashir) atau yang kami istilahkan dengan Amanah yang 7, yang kesemuanya akan dimintakan pertanggung jawaban oleh Allah SWT di hari kiamat kelak.

 

b.    Setiap ruh telah disibghah atau telah disifati dengan sifat sifat ilahiah yang berasal dari  Nama Nama Allah SWT yang indah lagu baik yang mencerminkan Nilai Nilai Kebaikan. Sedangkan jasmani memiliki sifat sifat alamiah yang mencerminkan Nilai Nilai Keburukan sehingga pada saat keduanya bersatu terjadilah apa yang dinamakan dengan tarik menarik (saling pengaruh mempengaruhi) antara kepentingan ruh yang mencerminkan nilai nilai kebaikan dengan kepentingan jasmani yang mencerminkan nilai nilai keburukan. Adanya pertarungan kepen-tingan antara jasmani dengan ruh di dalam diri manusia akan mengakibatkan timbulnya apa yang dinamakan dengan kondisi kejiwaan manusia, dimana jiwa manusia dapat digolongkan menjadi 2(dua) yaitu: jiwa fujur (seperti jiwa hewani, jiwa amarah, jiwa mushawwilah) dan jiwa taqwa (seperti jiwa  lawwamah & jiwa uthmainnah). Dan setiap manusia telah diberikan apa yang dinamakan dengan af’idah atau perasaan serta akal, ketentraman, kenyamanan yang diletakkan di dalam hati nurani.

 

c.     Adanya Hubbul (keinginan) sebagai motor penggerak untuk berbuat dan bertindak seperti Hubbul Syahwat  (ingin berhubungan dengan lawan jenis), Hubbul Hurriyah (ingin bebas), Hubbul Istitlaq (ingin tahu), Hubbul Jam’i (ingin berkumpul), Hubbul Maal (ingin harta), Hubbul Maadah (ingin dipuji) dan Hubbul Riasah (ingin jadi pemimpin).

 

d.   Adanya setan yang selalu menyertai setiap manusia termasuk juga kepada Nabi dan Rasul dan juga adanya malaikat pencatat atau adanya malaikat pengawas pada diri setiap manusia.

 

Selain daripada itu, setiap manusia tanpa terkecuali termasuk juga yang terjadi pada diri kita dan juga  yang juga pasti dialami oleh Muhammad bin Abdullah, baik sebagai manusia biasa dan juga setelah menjadi Nabi dan Rasul, adalah:  

 

a.        Setiap manusia tidak ada yang kekal atau abadi selamanya hidup di dunia ini. Sehingga setiap manusia dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan kematian yaitu saat berpisahnya antara jasmani yang berasal dari alam dengan ruh yang berasal dari  Allah SWT dimana jasmani akan kembali ke alam yaitu masuk ke dalam liang lahat (tanah) sedangkan ruh akan kembali kepada Allah SWT atau untuk sementara waktu ruh akan ditempatkan di alam barzah sampai dengan hari kiamat kelak. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Anbiyaa (21) ayat 34 yang kami kemukakan berikut: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau  kamu mati, apakah mereka akan kekal?.”

 

b.        Setiap manusia tanpa terkecuali dapat dipastikan memerlukan makanan dan minuman untuk kepentingan jasmani atau phisik. Tanpa adanya asupan makanan dan minuman bagi kepentingan jasmani, maka phisik atau jasmani manusia akan menjadi lemah dan tidak mempunyai tenaga saat menjadi khalifah di muka bumi. Hal yang samapun berlaku juga kepada Muhammad bin Abdullah baik sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul maupun sesudah diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Sebagaimana dikemukakan dalam surat surat Al Mu’minuun (23) ayat 33 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang men dustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: “(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.”

 

c.        Setiap manusia diciptakan dari tanah atau dari saripati tanah melalui saripati makanan dan minuman yang di konsumsi oleh bapak dan ibu kita, demikian pula dengan Muhammad bin Abdullah yang juga berasal dari saripati tanah untuk jasmaninya dan dari Allah SWT untuk ruh nya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Hijr (15) ayat 28 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”

 

Apa-apa yang kami kemukakan di atas adalah kondisi dasar dari setiap manusia secara umum. Sekarang apakah hal itu berlaku juga bagi Muhammad bin Abdullah? Hal yang sama juga berlaku kepada Muhammad bin Abdullah sehingga dapat dikatakan Muhammad bin Abdullah kondisinya sama dengan kondisi dan keadaan diri kita ini. Sehingga dapat dipastikan Muhammad bin Abdullah pasti memiliki jasmani dan ruh beserta perlengkapan-perlengkapan atau perhiasaan yang diberikan Allah SWT seperti Amanah yang 7 (qudrat, iradat, ilmu, sami’, bashir, kalam, dan hayat), Hubbul yang 7 (hubbul syahwat, hubbul maal, hubbul hurriyah, hubbul jam’i, hubbul istitlaq, hubbul riasah,dan hubbul maadah), akal serta perasaan, adanya pertarungan antara kepentingan jasmani yang membawa nilai nilai keburukan dengan kepentingan ruh yang membawa nilai nilai kebaikan, mempunyai ajal & diciptakan dari tanah atau dari saripati tanah serta membutuhkan makan dan minum. Adanya kondisi seperti ini yang dimiliki oleh Muhammad bin Abdullah maka penampilan atau tampilan phisik Muhammad bin Abdullah sama dengan manusia biasa, sebab tidak ada perbedaan yang khusus pada diri Muhammad bin Abdullah walaupun yang bersangkutan akan dijadikan Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul, atau menjadi Utusan Allah SWT di muka bumi.

 

2.       Ummi. Ummi yang dialami atau ummi yang dimiliki atau ummi yang dijalani oleh Muhammad bin Abdullah adalah ciri khas, atau ciri khusus yang hanya dimiliki oleh Muhammad bin Abdullah dibandingkan dengan Nabi dan Rasul Allah SWT yang lainnya yang pernah ada dan yang telah pernah diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini.

 

Hal yang harus kita ingat adalah bahwa pengertian, kata, maupun sebutan ummi yang disebutkan dalam surat Al A’raaf (7) ayat  158  yang kami kemukakan berikut ini: “Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". adalah penilaian yang berasal dari Allah SWT kepada Muhammad baik sebagai manusia biasa dan juga sebagai Nabi dan Rasul. Sehingga penilaian Ummi ini tidak berlaku bagi penilaian manusia kepada Muhammad baik sebagai manusia biasa maupun Muhammad sebagai Nabi dan Rasul. Hal ini dikarenakan AlQuran itu adalah Kalam yang berasal dari Allah SWT bukan Kalam yang berasal dari manusia.

 

Pengertian dari “Ummi” bagi Muhammad bin Abdullah adalah suatu kondisi dimana Muhammad bin Abdullah yang belum memperoleh pengajaran baik melalui tulisan maupun bacaan dari siapapun juga sehingga kondisi Muhammad bin Abdullah dapat dikatakan sebagai manusia biasa yang masih polos, yang belum pernah menerima masukan, belum pernah menerima pengajaran apapun dan dari siapapun juga sehingga Muhammad bin Abdullah dapat dikatakan seperti “kertas putih” yang belum ternoda oleh apapun juga.

 

3.       Tidak Pernah Belajar. AlQuran akan sangat mudah dipahami dan sangat mudah dimengerti bagi orang-orang yang berilmu. Tanpa Ilmu yang memadai, maka isi dan kandungan AlQuran tidak akan mudah didapatkan dan diketemukan. Hal ini dikarenakan isi dan kandungan AlQuran jika diteliti dan ditelaah secara mendalam akan terdiri dari 3(tiga) buah isi dan kandungan yaitu isi dan kandungan yang tersurat, isi dan kandungan yang tersirat serta isi dan kandungan yang tersembunyi, dalam hal ini disebut juga dengan istilah ayat-ayat Muhkamat dan ayat-ayat Mutasyabihat.

 

Inilah kondisi dasar dari AlQuran yang akan diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi melalui perantaraan Malaikat Jibril as, yang akan dijadikan buku pedoman (manual handbook) bagi kekhalifahan di muka bumi. Sekarang lihatlah, perhatikanlah, renungkanlah keadaan diri dari Muhammad bin Abdullah, dimana Beliau tidak pernah belajar secara formal maupun informal dan juga Ummi. Dan jika kita melihat kondisi di atas dibandingkan dengan apa yang terdapat di dalam surat Al Ankabuut (20) ayat 43 berikut ini: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang  memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”  maka akan terdapat dua kutub sangat yang berlawanan. Di satu sisi AlQuran membutuhkan orang yang berilmu.  Di sisi lainnya orang yang diberi tanggung jawab oleh Allah SWT untuk menerima wahyu kondisinya manusia biasa yang “Ummi” dan tidak pernah belajar.

 

Disinilah letak kekuasaan Allah SWT kepada Muhammad bin Abdullah dalam rangka melaksanakan skenario Allah SWT, terutama untuk menjaga keaslian, kesucian, keutuhan serta kemurnian dari AlQuran yang hanya berasal dari Allah SWT serta tidak ada masukan apapun dari diri Muhammad bin Abdullah itu sendiri kepada AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT untuk kepentingan manusia.

 

4.       Tidak Bisa Menulis. Tidak bisa menulis juga merupakan ciri khusus yang ada di dalam diri Muhammad bin Abdullah. Hal ini dikemukakan oleh Allah SWT dalam firmannya yang terdapat di dalam surat Al Jumu’ah (62) ayat 2 berikut ini: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Adanya kondisi ini menunjukkan bahwa Muhammad bin Abdullah sudahlah tidak pernah belajar, ia juga tidak bisa menulis sehingga di dalam perkembangannya Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT tidak pernah sekalipun ditulis langsung oleh Muhammad bin Abdullah. 

 

Sekarang apa jadinya jika Muhammad bin Abdullah bisa dan mampu menulis, kemudian Beliau sendiri yang menuliskan apa-apa yang telah diwahyukan kepadanya melalui perantaraan Malaikat Jibril as, maka hal-hal sebagai berikut mungkin akan terjadi setelah AlQuran menjadi kitab suci yang berlaku, yaitu:  (a) Siapakah yang berani mengoreksi Beliau jika terjadi kesalahan penulisan; (b) siapakah yang tahu kelebihan ataupun kekurangan dari AlQuran itu sendiri; (c) Akan menimbulkan fitnah/sanggahan dikemudian hari sebab teknologi ataupun media untuk menulis belum secanggih saat ini. Kenyataan  yang  terjadi  adalah  setiap wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW selalu ditulis oleh orang lain dan selalu dihafalkan oleh banyak orang serta Beliau sendirilah yang langsung  menjadi penilai akhir dari apa yang ditulis maupun apa yang telah dihafalkan oleh para sahabatnya pada waktu-waktu tertentu selama Beliau hidup di dunia.

     

5.       Tidak Bisa Membaca.Muhammad bin Abdullah selain tidak bisa menulis, Beliau juga tidak dapat membaca sehingga dengan demikian Muhammad bin Abdullah dapat dikatakan dengan buta aksara, atau tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis sebelum menerima wahyu. Untuk apa semua ini dilekatkan di dalam diri Muhammad bin Abdullah? Disinilah letak kekuasaan Allah SWT dengan menjadikan Muhammad bin Abdullah dalam kondisi ummi serta buta aksara agar kemurnian, kesucian dan keutuhan AlQuran dapat terjaga sejak awal dan sampai kapanpun juga, termasuk tidak ada masukan apapun yang berasal dari diri Muhammad bin Abdullah. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (surat Al A’raaf (7) ayat 158).” 

 

Sekarang coba kita bayangkan jika Muhammad bin Abdullah tidak ummi dan tidak pula buta aksara dan kemudian wahyu yang diterima dari Allah SWT itu ditulis langsung oleh Beliau serta serta jika terjadi kesalahan, lalu siapakah yang mampu dan berani memprotes Beliau. Selain daripada itu, dapatkah kita mengetahui jika wahyu yang diterima oleh Muhammad bin Abdullah telah ditambah, atau telah dikurangi oleh Beliau sendiri? Allah SWT sebagai perencana yang sangat handal sudah merencanakan hal itu dengan cara yang sebaik-baiknya. Untuk itulah kondisi dasar dari Muhammad bin Abdullah sengaja dikondisikan seperti tersebut di atas, dalam rangka menjaga keaslian, kemurnian dan kesucian AlQuran hanya dari Allah SWT semata tanpa ada masukan baru, tanpa ada pengurangan, atau tanpa ada masukan tambahan sedikitpun yang berasal dari diri Muhammad bin Abdullah selaku manusia biasa ke dalam wahyu yang diterimanya.

 

Selain 5(lima) kondisi dasar tentang Muhammad bin Abdullah yang telah kami kemukakan di atas serta masih menurut sumber-sumber informasi Islam lainnya Muhammad bin Abdullah memiliki kondisi lainnya seperti miskin serta yatim sejak kecil. Namun demikian ada beberapa sifat dasar dari Muhammad bin Abdullah yang diakui oleh banyak orang seperti jujur sejak kecil, berwibawa sejak kecil, dihormati, rajin serta terpercaya. Dan berdasarkan data-data di atas ini, maka dapat disimpulkan bahwa “kondisi dasar Muhammad bin Abdullah adalah seorang manusia biasa dengan kemampuan dasar sebagai berikut: Ummi, Tidak Pernah Belajar, Tidak Bisa Menulis, Tidak Bisa Membaca,  Miskin, Yatim dari Kecil, Jujur dari Kecil, Berwibawa dari Kecil, Dihormati, Rajin, serta Terpercaya”.

 

Sekarang berdasarkan informasi dasar yang telah kita miliki tentang Muhammad bin Abdullah, mari kita bahas tentang kebenaran AlQuran adalah wahyu Allah SWT. Dimana kita akan menghubungkan isi dan kandungan AlQuran dengan kondisi dasar Muhammad bin Abdullah dengan mempertanyakan sebuah pertanyaan yang mendasar yaitu: atas dasar apakah seorang Muhammad bin Abdullah dengan kondisi dasar adalah: Ummi, Tidak Pernah Belajar, Tidak Bisa Menulis, Tidak Bisa Membaca,  Miskin, Yatim dari Kecil, Jujur dari Kecil, Berwibawa dari Kecil, Dihormati, Rajin, serta Terpercaya” mampu menceritakan, mampu menerangkan, mampu menjabarkan, mampu melaksanakan ajaran, mampu menjadi panutan bagi seluruh umat manusia (suri tauladan), mampu mencontohkan suatu ajaran, membuat hal-hal sebagai berikut menjadi sesuatu yang nyata dan mampu dibuktikan secara ilmiah dikemudian hari, dan kumpulan dari itu semua ada sampai dengan saat ini tanpa pernah ada perubahan sama sekali, dan juga tidak ada satupun ayatnya yang saling bertolak belakang isinya. 

 

1.       Mampu Menerangkan Sejarah Nabi Nabi Dan Umat Terdahulu. Berikut ini akan kami kemukakan sejarah nabi-nabi terdahulu.

 

a.       Muhammad bin Abdullah sebagai seorang manusia biasa dengan kemampuan seperti yang yang telah kami kemukakan di atas, mampu menceritakan, mampu menerangkan, mampu menjabarkan sejarah Nabi Isa as, yang mana  Nabi Isa as, dilahirkan tanpa seorang ayah sebab Nabi Isa as, hanya mempunyai seorang Ibu dengan jarak kelahiran antara Nabi Isa as, dengan Muhammad bin Abdullah kurang lebih 600 tahun lamanya, dengan sempurna. Lalu atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah mampu menceritakan dengan baik dan benar tentang sejarah Nabi Isa as,? 

 

b.       Muhammad bin Abdullah dapat pula menceritakan dengan jelas sejarah Nabi Musa as, termasuk di dalamnya sejarah atau cerita tentang Fir’aun. Dimana menurut sejarah, Fir’aun dimasa Nabi  Musa as, ialah Raja Mesir yang bernama Menepthah yang hidup tahun 1232 s/d 1224 sebelum masehi anak dari Raja Ramses. Lalu atas dasar apakah seorang Muhammad bin Abdullah dengan kemampuan sebagaimana telah kami kemukakan di atas, mampu menceritakan, mampu menerangkan serta mampu menjabarkan sejarah Nabi Musa a.s. dan juga sejarah Fir’aun yang ditenggelamkan di laut dengan jarak antara keduanya berkisar antara 1800 tahun sampai dengan 1850 tahun, dengan sempurna?

 

c.       Yang lebih ekstrem lagi, Muhammad bin Abdullah dapat pula menceritakan dengan jelas sejarah Nabi Sulaiman as, ; Nabi Daud as, ;Nabi Nuh as, ;Nabi Idris as, ;Nabi Yusuf as, Nabi Yunus as, ;Nabi Ibrahim as, bahkan Muhammad bin Abdullah juga dapat menceritakan sejarah dari Nabi Adam as, yang mana jarak antara kelahiran Muhammad bin Abdullah dengan nabi-nabi yang diceritakannya sangat sulit untuk diukur berapa jarak sebenarnya, dengan sempurna. Lalu atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah mampu melakukan itu semua?

 

Adanya kemampuan Muhammad bin Abdullah menerangkan kembali sejarah nabi nabi yang pernah diutus oleh Allah SWT ke muka bumi menunjukkan Muhammad bin Abdullah mampu mengkonfirmasi dan memferifikasi tentang keberadaan nabi nabi terdahulu. Lalu atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah mampu melakukan itu semua?

 

2.       Kitab Suci Dengan Tata Bahasa, Irama dan Syair Yang Sangat Indah. Seorang lelaki yang bernama Muhammad bin Abdullah dengan kemampuan dasar sebagai manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan, ternyata Beliau mampu serta dapat menyampaikan isi dan kandungan dari sebuah kitab suci yang akan dijadikan pedoman dan petunjuk bagi seluruh umat manusia yang merupakan penyempurna bagi kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya (dalam hal ini adalah kita zabur, kitab taurat dan kitab injil).

 

Dimana kitab suci yang disampaikannya tersebut memiliki Tata Bahasa, Isi dan Kandungan serta Syair  yang sangat indah ditambah irama sangat menakjubkan jika dibaca dengan tartil dan tajwid serta qiraat yang baik dan benar serta tidak akan menimbulkan rasa bosan walaupun dibaca berulang-ulang, sehingga semakin dibaca semakin mantap di hati karena kemukjizatan AlQuran mampu menembus hati. Selain itu dari pada itu, bacaan AlQuran juga mampu menghilangkan dialek, logat, cengkok bahasa seseorang, sepanjang  AlQuran dibaca dengan tartil dan tajwid serta Qiraat yang baik dan benar. Dilain sisi pada saat AlQuran diturunkan tak satupun orang yang mampu membuat kitab serupa dengan AlQuran walaupun telah diadakan perlombaan membuat syair atau membuat pujian-pujian atau membuat tulisan-tulisan yang pada intinya untuk menandingi kehebatan dari kitab suci AlQuan. Timbul pertanyaan, atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah mampu melakukan itu semua?

 

3.       Kandungan Kitab Suci AlQuran. Seseorang lelaki yang bernama Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan kemampuan, dalam hal ini adalah Ummi, tidak bisa membaca dan menulis, ternyata mampu menyampaikan seluruh isi dan kandungan kitab suci yang jumlah ayatnya sebanyak 6.666 (enam ribu enam ratus enam puluh enam) dan di dalamnya juga terdapat ayat berisi zikir, doa, tasbih, tahmid, dan istighfar. Adapun rincian dari kitab suci AlQuran menurut “Abdullah Ibnu Abbas ra”, dalam kitab tafsirnya adalah: (a) 1.000 (seribu) ayat menunjukkan perintah; (b) 1.000 (seribu) ayat larangan: (c) 1.000 (seribu) ayat ancaman; (d) 1.000 (seribu) ayat janji; (e) 1.000 (seribu) ayat yang menjelaskan tentang proses kejadian pada masa lampau dan masa akan datang, dan; (f) 1.000 (seribu) ayat contoh-contoh atau perumpamaan. Kemudian ada 500 (lima ratus) ayat yang menerangkan tentang halal dan haram, 100 (seratus) ayat nasikhmansukh, serta 66 (enam puluh enam) ayat zikir, doa, tasbih, tahmid, dan istighfar, yang kesemua isinya tidak ada satupun yang saling bertentangan, atau saling tumpang tindih. Timbul pertanyaan, atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah mampu melakukan itu semua?

 

Selain daripada itu, menurut “Prof Dr Mahmud Syaitut” menyebutkan bahwa kandungan isi kitab AlQuran ada enam macam, yaitu: (a) Akidah, yaitu keimanan kepada Allah, malaikat, kitab, rasul dan hari akhir; (b) Akhlak untuk mendidik jiwa dan memperbaiki kehidupan bermasyarakat; (c) Dorongan untuk mengamati alam semesta sehingga dapat memperkuat keimanan atas kebesaran Allah SWT; (d) Kisah orang terdahulu, baik perseorangan maupun kaum atau bangsa agar dijadikan pelajaran bagi umat yang datang dikemudian hari; (e) Janji dan ancaman, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi; (f) Hukum hukum praktis, berupa tuntunan ibadah dan muamalah. Adanya pengelompokkan ayat ayat sebagaimana kami kemukakan di atas ini, timbul pertanyaan yang paling mendasar, atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah mampu membuat itu semua? 

 

4.       Ilmu Syariat. Seorang lelaki yang bernama Muhammad bin Abdullah yang memiliki kemampuan yang sangat terbatas, dapat mengajarkan, dapat menerangkan, dapat menerapkan Ilmu Syariat dengan baik dan benar, dimana ilmu syariat itu sendiri terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih, serta ilmu kalam dan lain sebagainya. Lalu atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan dapat mengajarkan dan menerangkan serta menerapkan ilmu syariat itu dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan mampu berlaku sampai akhir jaman? “Imam Suyuthi” menuturkan bahwa ayat ayat AlQuran diklasifikasikan dalam dua bagian, yaitu: (a) Ayat yang turun sebagai ibtida (permulaan) maksudnya tidak ada permasalahan atau sebab tertentu yang membuat ayat ayat itu turun; (b) Ayat yang diturunkan sebagai reaksi atau suatu peristiwa tertentu atau sebagai jawaban atas pertanyaan, baik yang diajukan oleh sahabat maupun kaum musyrik, kafir, Yahudi ataupun munafik. Karena itu, kemudian muncul istilah asbabun nuzul (sebab turunnya ayat). Adanya klasifikasi ayat sebagaimana di atas ini, timbul pertanyaan, atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan mampu mengklasifikasi ayat ayat AlQuran menjadi dua klasifikasi?

 

5.       AlHikmah Dan Filsafat. Seorang lelaki yang bernama Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan kemampuan ternyata dapat mengajarkan, dapat menerangkan Al-Hikmah dan Filsafat dengan baik dan benar, dimana Al Hikmat dan Filsafat  pada pokoknya mengandung empat macam ilmu, yaitu ilmu manthiq, ilmu alam, ilmu pasti dan ilmu ketuhanan.

 

a.       Yang termasuk ilmu alam ialah ilmu kimia, ilmu kedokteran, ilmu genetika, ilmu anatomi, farmasi, ilmu hewan, ilmu serangga, biologi, ilmu nutrisi, ilmu antariksa dan ilmu pertanian. Berikut ini akan kami kemukakan contoh dari ilmu kedokteran yang dikemukakan oleh Muhammad bin Abdullah, yaitu ada pada surat Al Mu’minuun (23) ayat 14 berikut ini : “dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

 

Dan juga pada surat Al Hajj (22) ayat 5 seperti yang kami kemukakan berikut ini: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (surat Al Hajj (22) ayat 5)

 

b.       Yang termasuk ilmu pasti ialah berhitung, aljabar (statistik), ilmu ukur, ilmu mekanika, ilmu falak dan geografi. Contohnya tentang bumi bulat mengelilingi matahari serta bulan yang dengan itu lahirlah apa yang dinamakan waktu. Berikut ini akan kami kemukakan ilmu falak  yang dikemukakan oleh Muhammad bin Abdullah, yaitu: “dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua[1267]. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (surat Yaasiin (36) ayat 38 sampai 40)

 

[1267] Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, Dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.

 

c.       Yang termasuk ilmu ketuhanan ialah metafiksika yaitu pembahasan mengenai pencipta, jiwa (ruh), jin, malaikat, masa lalu dan sebagainya. Berikut ini akan kami kemukakan contoh ilmu metafisika tentang menampilkan berbagai peristiwa masa lalu, yaitu :“pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (surat Ali Imran (3) ayat 30).”

 

Berdasarkan apa apa yang telah kami kemukakan di atas, timbul pertanyaan yang paling mendasar, yaitu : atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan dapat mengajarkan, dapat menerangkan, dapat pula menerapkan ilmu Alhikmah dan filsafat dengan baik dan benar yang kesemuanya bisa dibuktikan secara ilmiah di abad modern ini sedangkan Muhammad bin Abdullah sendiri memiliki keterbatasan?

 

Adanya 5(lima) hal yang telah kami kemukakan di atas, yang mampu dibuktikan, yang mampu dijabarkan, yang mampu dilaksanakan oleh Muhammad bin Abdullah maka akal sehat manusia tidak bisa menerima begitu saja. Lalu akan mempertanyakannya. Kenapa hal itu bisa diterangkan dengan baik dan benar oleh Muhammad bin Abdullah padahal Beliau memiliki banyak keterbatasan. Dan di lain sisi, segala apa-apa yang dikemukakan, segala apa-apa yang disampaikan, segala apa-apa yang ditunjukkan oleh Muhammad bin Abdullah itu benar adanya dan dapat dibuktikan secara ilmiah dan tidak ada yang mampu menyanggahnya serta AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT itu sendiri ada dan sudah ada pula di tangan kita. Adanya kondisi seperti yang kami kemukakan di atas tentu akan menimbulkan beberapa pertanyaan dan pernyataan yang berasal dari akal sehat manusia (dalil aqli), yaitu:

 

1.        Apabila ada informasi tentang masa lalu, apakah itu sejarah tentang Nabi dan juga Rasul terdahulu ataupun peristiwa masa lampau tentang umat umat terdahulu, tentu tidak demikian saja dapat diketahui oleh seseorang jika tidak ada yang memberita-hukannya. Hal yang samapun terjadi pada diri Muhammad bin Abdullah dimana Beliau mampu menerangkan dan menjelaskan adanya Nabi dan Rasul terdahulu atau Muhammad bin Abdullah mampu menerangkan sejarah masa lampau termasuk umat umat terdahulu yang tentu tidak demikian saja Beliau dapat mengetahuinya. Lalu siapakah yang memberitahukannya, apakah manusia yang ada saat itu mampu, apakah hewan mampu, apakah tumbuhan mampu, apakah jin/iblis/syaitan mampu, apakah malaikat mampu memberitahukan dan mengajarkannya? Jika sekarang Muhammad bin Abdullah mampu mengetahuinya sejarah tentang Nabi dan Rasul terdahulu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tentu yang memberitahukannya atau yang mengajarkannya pastilah sesuatu yang memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang Nabi dan Rasul yang terdahulu, jika tidak bagaimana mungkin Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan dapat mengetahuinya? Sekarang siapakah yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang sangat luas itu?

 

2.        Apabila ada sebuah buku yang sangat baik tata bahasanya, yang sangat baik isinya, yang sangat baik iramanya, yang isinya tidak ada yang saling bertentangan, tentu dibalik buku yang hebabt tersebut terdapat penulis, pemilik, pembuat tata bahasa, yang sangat hebat ilmunya. Hal ini dikarenakan buku yang baik pasti berasal dari sesuatu yang baik dan hebat pula. Sekarang bagaimana dengan AlQuran yang memiliki tata bahasa yang baik, yang memiliki isi yang baik serta memiliki irama yang baik jika bukan berasal dari sesuatu yang terbaik pula? Siapakah yang terbaik itu, apakah manusia, apakah hewan, apakah tumbuhan, apakah jin/iblis/syaitan, apakah malaikat, apakah kesemuanya  mampu menjadi yang terbaik? Jika sekarang Muhammad bin Abdullah mampu mengemukakan, mampu menerangkan buku yang terbaik, dapat dikatakan sesuatu yang terbaik itulah yang memberitahukannya. Dan jika tidak bagaimana mungkin Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan dapat mengemuka-kannya? Sekarang siapakah yang terbaik itu yang berada dibalik atau yang selalu bersama Muhammad bin Abdullah?

 

3.        Apabila ada sebuah buku yang di dalamnya terdapat ketentuan tentang adanya perintah-perintah yang harus dilaksanakan, adanya hal-hal tertentu yang menunjukkan larangan-larangan, adanya hal-hal yang menunjukkan ancaman, adanya janji-janji, adanya penjelasan tentang proses kejadian pada masa lampau dan masa akan datang, adanya contoh-contoh atau perumpamaan, adanya ketentuan tentang halal dan haram, adanya keterangan tentang nasikhmansukh, serta adanya ketentuan tentang zikir, doa, tasbih, tahmid, dan istighfar, tentu buku ini wajib berasal dari sesuatu yang sangat berkuasa sebab di dalam buku itu terdapat aturan-aturan, atau hukum yang harus dilaksanakan. Sekarang siapakah yang berkuasa itu, apakah manusia, apakah hewan, apakah tumbuhan, apakah jin/iblis/syaitan, apakah malaikat? Jika sekarang Muhammad bin Abdullah mampu mengemukakan, segala aturan, hukum, ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan oleh semua orang, maka dapat dikatakan sesuatu yang sangat berkuasalah yang menyampaikan hal tersebut sebab jika tidak bagaimana mungkin Muhammad bin Abdullah yang memiliki banyak keterbatasan dapat mengemuka kannya? Sekarang siapakah yang sangat berkuasa itu karena hanya yang paling berkuasalah yang bisa menetapkan aturan main yang begitu rinci, jika tidak bagaimana mungkin bisa menetapkan adanya perintah, larangan, ancaman dan janji dan yang sekarang ada dibalik keberadaan Muhammad bin Abdullah?

 

4.        Apabila ada sebuah buku yang isi dan kandungannya mampu menerangkan sesuatu yang belum pernah diterangkan atau yang mampu menerangkan dan menjabarkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, seperti ilmu syariat, Al Hikmah dan Filsafat, tentu buku ini wajib berasal dari sesuatu yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang sangat hebat sebab di dalam buku itu banyak terdapat hal-hal yang tidak diketahui atau terjangkau oleh siapapun juga. Sekarang siapakah sesuatu yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang sangat hebat itu, apakah itu manusia, apakah itu hewan, apakah itu tumbuhan, apakah itu jin/iblis/syaitan, apakah itu malaikat? Jika sekarang Muhammad bin Abdullah mampu mengemukakan, mampu mengajarkan, mampu menerapkan, mampu melaksanakan ilmu syariat,  Al Hikmah dan Filsafat maka dapat dikatakan sesuatu yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang sangat hebatlah yang mengajar-kannya jika tidak bagaimana mungkin Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan dapat menerangkannya dengan baik dan benar? Sekarang siapakah yang memiliki ilmu itu?

 

Untuk membutktikan itu semua, sekarang mari kita jawab 4(empat) buah pertanyaan di atas ini, dengan mempertanyakan siapakah yang mampu melaksanakan itu semua dengan sebaik-baiknya, yaitu:

 

1.       Apakah hewan dan tumbuhan memiliki pengetahuan yang luas sehingga mampu menerangkan sejarah Nabi dan Rasul terdahulu, atau apakah hewan dan tumbuhan mampu menjadi yang terbaik dengan menjadikan sebuah buku yang memiliki irama dan tata bahasa yang terbaik, atau apakah hewan dan tumbuhan mampu menjadikan dirinya penguasa sehingga mampu membuat undang-undang dan ketentuan yang berlaku di alam semesta ini, atau apakah hewan dan tumbuhan memiliki ilmu dan pengetahuan tentang syariat, AlHikmah dan juga Filsafat? Berdasarkan akal sehat manusia (dalil aqli), mustahil di akal hewan (binatang) dan tumbuhan dapat melakukan itu semua. Jika ini keadaannya maka dapat dipastikan yang memiliki kemampuan itu semua pasti di luar hewan dan pasti di luar tumbuhan.

 

2.       Apakah jin/iblis/syaitan  dan juga malaikat memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas sehingga mampu menerangkan sejarah Nabi dan Rasul terdahulu, atau apakah jin/iblis/syaitan serta malaikat mampu menjadi yang terbaik dengan menjadikan sebuah buku yang memiliki irama dan tata bahasa yang terbaik, atau apakah jin/iblis/syaitan serta malaikat mampu menjadikan dirinya penguasa sehingga mampu membuat undang-undang dan ketentuan yang berlaku di alam semesta ini, atau apakah jin/iblis/syaitan serta malaikat memiliki ilmu dan pengetahuan tentang syariat, Al Hikmah dan juga Filsafat? Berdasarkan akal sehat manusia (dalil aqli), mustahil di akal  jin/iblis/syaitan  serta malaikat  mampu memiliki ilmu dan pengetahuan serta mampu menjadikan dirinya sendiri sebagai penguasa atas segala sesuatu. Jika ini keadaannya maka yang memiliki kemampuan serta kekuasaan pasti di luar jin/iblis/syaitan serta pasti di luar malaikat.

 

3.       Apakah manusia memiliki pengetahuan yang luas sehingga mampu menerangkan sejarah Nabi dan Rasul terdahulu, atau apakah manusia mampu menjadi yang terbaik dengan menjadikan sebuah buku yang memiliki irama dan tata bahasa yang terbaik, atau apakah manusia mampu menjadikan dirinya penguasa sehingga mampu membuat undang-undang dan ketentuan yang berlaku di alam semesta ini, atau apakah manusia memiliki ilmu dan pengetahuan tentang syariat, Al Hikmah dan juga Filsafat? Berdasarkan akal sehat manusia, mustahil di akal manusia dapat melakukan itu semua. Jika ini keadaannya maka yang mampu memiliki dan yang mampu melaksanakan itu semua pasti adalah di luar manusia.

 

Berdasarkan uraian yang kami kemukakan di atas ini, didapat jawaban bahwa yang mampu melakukan itu semua adalah di luar hewan, di luar tumbuhan, di luar jin/iblis/syaitan, di luar malaikat serta di luar manusia itu sendiri termasuk juga di luar Muhammad bin Abdullah. Sekarang siapakah yang di luar itu semua? Menurut surat Thaahaa (20) ayat 14 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” didapat keterangan bahwa sesuatu yang berada di luar manusia, yang berada di luar hewan dan tumbuhan, yang berada di luar jin/iblis/syaitan serta yang berada di luar malaikat adalah Allah SWT, dimana Allah SWT menerangkan sendiri siapakah Dia melalui pernyataannya yang berbunyi "Aku adalah Allah, Tiada Tuhan selain Aku".

 

Sekarang timbul pertanyaan yang paling mendasar, siapakah Allah SWT itu? Berdasarkan surat As Sajdah (32) ayat 4 berikut ini: “Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Bagimu tidak ada seorang penolong maupun pemberi syafaat, selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Allah SWT adalah pencipta langit dan bumi yang berarti Allah SWT sajalah yang paham, yang mengerti, yang memiliki ilmu tentang langit dan bumi yang diciptakan-Nya. Selain daripada itu, berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 30 berikut ini: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata: “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memujiMu dan menyucikan namaMu?” Dia berfirman: “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Allah SWT adalah pencipta dari rencana besar kekhalifahan yang ada di muka bumi. Lalu apakah Allah SWT yang memiliki kemahaan dan kebesaran tanpa batas hanya sebagai pencipta langit dan bumi serta kekhalifahan yang ada di muka bumi saja?

 

Allah SWT selain sebagai pencipta dari langit dan bumi beserta apa-apa yang ada diantara ke duanya serta pencipta kekhalifahan yang ada di muka bumi, Allah SWT juga pemilik dari apa-apa yang ada di antara langit dan bumi dan juga pemilik kekhalifahan yang ada di muka bumi. Allah SWT berfirman: “Ketahuilah, sesungguhnya milik Allah lah apa yang ada di langit  dan di bumi. Dia mengetahui keadaan kamu sekarang. Dan (mengetahui pula) hari (ketika mereka) dikembalikan kepadaNya. Lalu diterangkanNya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (surat An Nur (24) ayat 64)

 

Berdasarkan ketentuan di atas ini didapat kesimpulan bahwa Allah SWT adalah pencipta yang sekaligus pemilik dari seluruh apa-apa yang ada di alam semesta ini, sehingga dapat dipastikan hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu dan paling mengerti serta yang paling ahli atas semua yang diciptakan-Nya dan juga dapat dipastikan pula bahwa hanya Allah SWT sajalah yang paling berkuasa di seluruh ciptaanNya sehingga seluruh ketentuan, hukum, dan undang-undang yang berlaku di alam semesta ini adalah ketentuan, peraturan, hukum, dan undang-undang dari Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari langit dan bumi. Jika ini adalah kondisi dasar dari sesuatu yang keberadaannya di luar hewan dan tumbuhan, di luar jin/iblis/syaitan, di luar malaikat serta di luar manusia, maka dapat dipastikan bahwa kemampuan, kehebatan, kemahaan, kebesaran dari Allah SWT sudah pasti berada di atas kemampuan hewan, tumbuhan, jin/iblis/syaitan, malaikat dan manusia sebab mereka semua juga Allah SWT yang menciptakannya.

 

Lalu berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas ini maka sudah sepatutnya dan sepantasnyalah hal-hal sebagai berikut berlaku, yaitu:

 

Pertama. Jika sekarang Allah SWT adalah pencipta dari langit dan bumi beserta isinya seperti yang tertuang di dalam surat As Sajdah (32) ayat 4  berikut ini: Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?.”

 

[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

 

Ini berarti sebagai Yang Maha Pencipta, maka Allah SWT pasti mampu menerangkan dengan baik segala apa-apa yang telah diciptakannya, dalam hal ini langit dan bumi mulai dari awal sampai dengan akhir beserta segala isinya. Allah SWT berfirman: “Dia (Allah) berfirman: “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” (surat Al Baqarah (2) ayat 33).  Dan yang harus kita jadikan pedoman adalah Allah SWT selaku pencipta langit dan bumi berarti Allah SWT adalah Yang Maha Ahli dan Yang Maha Mengetahui dan yang paling memahami atas segala apa-apa yang pernah diciptakannya sehingga sangatlah mudah bagi Allah SWT untuk menerangkan, menjabarkan segala apa-apa yang telah diciptakannya, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Mahamengetahui. (surat Al Mulk (67) ayat 14)

 

Kedua. Jika sekarang Allah SWT adalah pencipta dari kekhalifahan di muka bumi, seperti yang tertuang di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 30 berikut ini: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." maka sebagai yang Maha Pencipta sangat tidak masuk di akal jika Allah SWT tidak mampu menerangkan, menjabarkan sejarah kejadian manusia, termasuk menerangkan sejarah manusia-manusia pilihannya yang diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa Allah SWT selaku pencipta dari keberadaan manusia yang ada di muka bumi ini pasti mampu menerang-kan mulai dari awal sampai dengan akhir tentang keberadaan manusia itu sendiri dan tidak masuk di akal jika Allah SWT gagal menginformasikan tentang sejarah kebera-daan manusia dari awal sampai akhir.

 

Ketiga. Jika sekarang Allah SWT adalah pemilik maka sebagai Dzat Yang Maha Memiliki  pasti Allah SWT memiliki kekuasaan terhadap apa-apa yang dimilikinya tersebut. Sebagai contoh, jika Allah SWT adalah pemilik dari langit dan bumi sudah pasti segala ketentuan, segala ketetapan, segala peraturan yang berlaku di alam semesta ini adalah peraturan, ketentuan yang berasal dari Allah SWT sebagaimana firmanNya berikut ini:“ketahuilah Sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui Keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). dan (mengetahui pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. dan Allah Maha mengehui segala sesuatu. (surat An Nuur (24) ayat 64). Dan jika Allah SWT adalah pencipta dan juga pemilik maka Allah SWT adalah Yang Maha Tahu dan Maha Ahli dan yang paling memahami serta yang paling berkuasa dari apa-apa yang diciptakan dan yang dimilikinya dan jika sekarang hal itu dibuktikan dengan adanya AlQuran sebagai Wahyu dari Allah SWT memang sudah sepatutnya dan sepantasnya terjadi di alam semesta ini.

 

Dan dengan adanya kenyataan bahwa Allah SWT adalah pencipta dan pemilik alam semesta serta rencana besar kekhalifahan di muka bumi ini, tentunya apa yang dikemukakan oleh “Ibnu Atha’illah al Iskandari” dalam bukunya Al Hikam (The Book of Wisdoms) patut menjadi patokan diri kita di dalam hal ini, yaitu: “Bagaimana bisa Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia yang menampakkan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak bersama segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak pada segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak untuk segala sesuatu? Bagaimana mungkinTuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak sebelum keberadaan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia lebih tampak daripada segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia Esa tanpa ada yang bersamaNya? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal jika bukan karena Dia, wujud segala sesuatu tidak akan ada? Sungguh aneh, bagaimana mungkin keberadaan (wujud) bisa tampak dalam ketiadaan (adam)?! Atau, bagaimana bisa sesuatu yang baru bersanding dengan Yang Maha Dahulu! Dan alangkah bodohnya orang yang menghendaki sesuatu terjadi pada waktu yang tidak dikehendakiNya.”

 

Berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan di atas, lalu kami hubungkan kembali dengan pokok bahasan kita, yaitu kebenaran AlQuran itu adalah wahyu dari  Allah SWT. Dimana ada seorang lelaki yang bernama Muhammad bin Abdullah, dengan kondisi kemampuan dasarnya hanya sebagai Manusia Biasa sama seperti kita-kita ini, Ummi, Tidak Pernah Belajar, Tidak Bisa Menulis, Tidak Bisa Membaca, Miskin, Yatim dari Kecil, Jujur dari Kecil, Berwibawa dari Kecil, Dihormati, Rajin dan Terpercaya, dapat menceritakan, dapat menerangkan, dapat menjabarkan, dapat melaksanakan, dapat menerapkan, dapat membuat ke lima hal-hal sebagai berikut, seperti  Sejarah Nabi-Nabi Terdahulu; Kitab Suci dengan Tata Bahasa, Irama dan Syair yang sangat Indah; Kandungan Kitab Suci; Ilmu Syariat; Al Hikmah dan Filsafat dan lain sebagainya.

 

Hal ini menunjukkan bahwa yang mengajarkan, yang membantu, yang menolong, yang menjadikan Muhammad bin Abdullah bisa dan mampu menceritakan, mampu menerangkan, mampu menjabarkan, mampu melaksanakan, mampu menerapkan, mampu membuat hal-hal tersebut di atas karena adanya Allah SWT sehingga dengan adanya kondisi ini maka yang sebenarnya memiliki kemampuan dan ilmu pada dasarnya adalah Allah SWT semata, bukanlah Muhammad bin Abdullah karena ia memiliki keterbatasan.

 

Untuk memudahkan pemahaman tentang hubungan antara Allah SWT dengan Muhammad bin Abdullah sebagai manusia pilihan-Nya di muka bumi, berikut ini kami ilustrasikan sebuah contoh: misalkan ada seorang yang bodoh, buta huruf dan juga miskin dimana ia mempunyai sebuah perkara di sebuah Pengadilan Negeri. Orang itu dibela oleh seorang Pengacara yang sangat handal, pintar, murah hati dan suka menolong kepada sesama. Pengacara itu selalu memberikan advis dan nasehat kepada kepada orang itu dengan sebaik-baiknya dan juga mengatur strategi jika ia ditanya oleh Hakim ataupun Jaksa di dalam setiap persidangan. Jika ditanya pertanyaan ini, maka jawablah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu seperti ini, dan jika ditanya hal lainnya yang seperti ini jawablah pertanyaan seperti ini dan seterusnya (sesuai dengan keinginan dan skenario pengacara).

 

Lalu jika hasil akhir dari persidangan itu yang menang adalah orang yang bodoh, buta huruf dan miskin itu. Timbul pertanyaan, siapakah sebenarnya yang pandai dan yang memenangkan perkara itu apakah orang bodoh yang buta huruf serta miskin ataukah pengacara yang handal pintar, murah hati dan suka menolong kepada sesama? Secara hukum  yang pandai dan yang menang perkara adalah orang bodoh yang buta huruf serta miskin itu. Akan tetapi secara hakiki  yang pandai dan yang menang dalam perkara di atas adalah Pengacara yang handal, pintar, murah hati dan suka menolong kepada sesama.

 

Kondisi ini pulalah yang terjadi pada diri Muhammad bin Abdullah di dalam menerangkan, menjabarkan hal-hal yang kami kemukakan di atas. Untuk membuktikan apa-apa yang telah dikemukakan oleh Muhammad bin Abdullah itu benar adanya. Dan berikut ini akan kami kemukakan 2(dua) buah penemuan yang terjadi di abad modern ini yang pada intinya adalah pembuktian secara ilmiah atas wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as, yaitu:" Seorang guru besar/ahli bedah kenamaan dari Perancis, Prof Dr Maurice Bucaille, masuk Islam secara diam-diam. Sebelumnya, ia membaca dalam AlQuran, bahwa Fir'aun itu mati karena tenggelam di laut Merah (dengan kondisi shock yang sangat berat) dan jasadnya diselamatkan oleh Allah SWT sebagaiman firmanNya berikut ini: Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu [704] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami. (surat Yunus (10) ayat 92)

 

[704] Yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir, Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.

 

Berdasarkan informasi ini, kemudian dicarinya mumi Fir'aun itu; dan setelah ketemu, dilakukannya bedah mayat. Hasilnya membuat ia sangat terheran-heran, karena sel-sel syaraf Fir'aun menunjukkan bahwa kematiannya benar akibat tenggelam di laut dengan shock yang hebat. Menemukan bukti ini, ia yakin kalau AlQuran itu wahyu Allah SWT. Prof Dr Maurice Bucaille mengatakan bahwa semua ayat-ayat AlQuran masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Ia lantas masuk Islam.

 

Lain lagi halnya yang di alami oleh Jacques Yves Costeau. Ia adalah seorang ahli kelautan (oceanographer) dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Mr Costeau sepanjang hidupnya menyelam berbagai dasar samudra di seantero dunia, dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam bawah laut untuk ditonton jutaan pemirsa di seluruh dunia melalui acara "Discovery". Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah keda-laman laut, ia menemukan sebuah fenomena yang sangat ganjil, yaitu adanya air tawar di tengah lautan yang tidak bercampur dengan air laut seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi di antara keduanya.

 

Apa yang dilihatnya ternyata sesuai dengan dua buah firman Allah SWT berikut ini: “dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (surat Al-Furqan (25) ayat 53) serta melalui surat Ar Rahmaan (55) ayat 19, 20 berikut ini: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui  masing-masing.” Apa yang disaksikannya ini benar-benar kejutan besar selama kariernya yang panjang di bidang kelautan. Dalam pemikirannya timbul pertanyaan, bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi dan apakah begitu saja terjadi? Pertanyaan ini menghantui hidupnya, sampai akhirnya ia bertemu seorang Profesor yang kebetulan Muslim.

 

Profesor yang Muslim ini menyampaikan kepadanya bahwa fenomena ganjil tersebut sebenarnya sudah di-informasikan oleh AlQuran empat belas abad yang lalu, yaitu pada surat Al-Furqaan (25) ayat 53 dan surat Ar Rahmaan (55) ayat  19 dan 20 di atas. Mendengar hal ini Mr Costeau terkejut, bagaimana mungkin Nabi Muhammad SAW yang hidup di abad ke enam, yaitu di suatu zaman dimana pasti belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh di kedalaman samudra mengetahui akan hal ini. Ia pun akhirnya berkesimpulan, bahwa AlQur'an mustahil buatan Muhammad SAW, pastilah AlQuran itu buatan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi ini. Dan akhirnya ia pun memutuskan untuk menjadi seorang Muslim. (sebagai informasi bagi jamaah yang ingin melihat salah satu tempat yang terdapat di dalamnya terdapat air laut yang bersisian dengan air tawar, anda bisa menyaksikannya melalui fasilitas YouTube dengan judul River Under The Sea). 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar