Sekarang, kami ingin mengajak jamaah sekalian untuk
membuktikan sendiri tentang kebenaran AlQuran adalah wahyu Allah SWT. Bukan
karena kata atau pernyataan dari orang lain, melainkan dari pembelajaran
langsung yang kita laksanakan melalui bukti-bukti ilmiah sehingga kita bisa
membuktikan benar AlQuran wahyu Allah SWT. Akhirnya
dengan mampunya diri kita membuktikan AlQuran adalah wahyu Allah SWT maka kita
memiliki hujjah sebagai dasar atas pernyataan syahadat yang kita persaksikan, terutama
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT sehingga dengan adanya
pembuktian ini mampu menambah keimanan dan semangat untuk mempelajari AlQuran
yang sesuai dengan kehendak Allah SWT dan akhirnya kita mengetahui konsep dasar
dari kitab suci yang kita butuhkan ini.
Muhammad
bin Abdullah, berdasarkan sejarah dan sumber sumber informasi Islam yang ada
saat ini dan juga menurut penanggalan para ahli sejarah Islam, dilahirkan pada
tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah atau pada tanggal 20 April 571 Masehi di kota Makkah. Pada saat dilahirkan Muhammad
sudah dalam keadaan yatim, karena bapaknya yang bernama Abdullah telah
meninggal dunia, 7 (tujuh) bulan sebelum Beliau dilahirkan. Nama ibu Muhammad
adalah Siti Aminah. Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib,
dimana pada saat itu nama Muhammad belum pernah ada sebelumnya. Muhammad bin
Abdullah adalah keturunan dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul
Muthalib bin Hasyim bin Abdulmanaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari
golongan Arab Bani Ismail. Sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab bin
Abdulmanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah, disinilah silsilah keturunan ayah
dan ibu Muhammad bin Abdullah bertemu.
Baik
keluarga dari pihak bapak maupun ibu kandungnya termasuk golongan bangsawan dan
terhormat dalam kalangan kabilah-kabilah Arab dan masih menurut sumber-sumber
informasi Islam lainnya, kota Makkah pada waktu Muhammad bin Abdullah
dilahirkan adalah suatu tempat yang paling terbelakang, jauh dari pusat
perdagangan, jauh dari pusat seni maupun pusat ilmu pengetahuan. Dimana
kehidupan masyarakat pada waktu itu masih bersifat jahiliah atau masih bersifat
terbelakang jauh dari sentuhan teknologi atau peradaban baru. Lalu seperti
apakah kondisi dasar dan keadaan Muhammad bin Abdullah itu sebelum menerima
wahyu atau sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul oleh Allah SWT?
Berikut ini akan kami kemukakan keterangan-keterangan atau dalil-dalil atau
fakta-fakta yang terdapat di dalam kitab suci AlQuran yang sangat berhubungan
erat dengan kondisi dasar Muhammad bin Abdullah, yaitu :
1. Manusia Biasa. Kondisi dasar dari Muhammad bin Abdullah
adalah manusia biasa, dimana secara phisik kondisi dasar Beliau sama dengan
kondisi diri kita. Tidak ada perbedaan yang mencolok, atau tidak ada perbedaan
yang khusus antara phisik atau jasmani diri kita dengan phisik atau jasmani
Muhammad bin Abdullah baik sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul ataupun
sesudah diangkat menjadi Nabi dan Rasul
oleh Allah SWT. Dan jika ini adalah kondisi dasar dari Muhammad bin Abdullah
sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul oleh Allah SWT berarti keadaan Muhammad
bin Abdullah benar-benar manusia biasa yang tidak dibedakan oleh Allah SWT.
Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Fushshilat (41) ayat 6 berikut ini: “katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka
tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Dan kecelakaanlah yang besarlah bagi orang-orang yang empersekutukan-(Nya),”. Dan juga berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat
110 yang kami kemukakan berikut ini: “Katakanlah:
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya". Selanjutnya apa yang dimaksud dengan manusia biasa itu
atau apa yang dimaksud dengan manusia pada umumnya?
Setiap manusia pasti
terdiri dari unsur jasmani dan juga unsur ruh, yang dalam hal ini ruh berasal langsung dari Allah SWT. Jika ruh
dipersatukan dengan jasmani maka hiduplah manusia dan jika ruh dipisahkan
dengan jasmani maka meninggallah manusia sehingga selesai sudah hidup kita di
muka bumi, sebagaimana dikemukakan dalam surat As Sajdah (32) ayat 7-8-9 yang
kami kemukakan berikut ini: “Yang membuat
segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina (mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” Ruh setelah dipisahkan dengan jasmani
untuk sementara akan kembali atau pulang ke alam Barzah untuk menunggu sampai
datangnya hari kiamat sedangkan unsur jasmani kembali ke tanah, dalam hal ini
dikubur.
Jika ini kondisi
dasar dari setiap manusia, maka hal yang samapun berlaku juga kepada Muhammad
bin Abdullah, dimana Beliau juga terdiri dari unsur jasmani dan unsur ruh dan
juga menunjukkan bahwa setiap manusia adalah makhluk dwidimensi. Setelah
memiliki apa yang dinamakan dengan unsur jasmani dan juga unsur ruh, maka
setiap manusia tanpa terkecuali tanpa memandang apakah ia muslim ataukah non
muslim, apakah ia Nabi dan Rasul ataukah manusia biasa, akan memiliki apa-apa
yang akan kami kemukakan di bawah ini, yaitu:
a. Setiap manusia akan memiliki modal dasar yang berasal
dari sifat Ma’ani Allah SWT (seperti sifat qudrat, sifat iradat, sifat kalam, sifat hayat, sifat ilmu, sifat
sami’, sifat bashir) atau
yang kami istilahkan dengan Amanah yang 7, yang kesemuanya akan dimintakan
pertanggung jawaban oleh Allah SWT di hari kiamat kelak.
b. Setiap ruh telah disibghah atau telah disifati dengan
sifat sifat ilahiah yang berasal dari
Nama Nama Allah SWT yang indah lagu baik yang mencerminkan Nilai Nilai
Kebaikan. Sedangkan jasmani memiliki sifat sifat alamiah yang mencerminkan
Nilai Nilai Keburukan sehingga pada saat keduanya bersatu terjadilah apa yang
dinamakan dengan tarik menarik (saling pengaruh mempengaruhi) antara
kepentingan ruh yang mencerminkan nilai nilai kebaikan dengan kepentingan
jasmani yang mencerminkan nilai nilai keburukan. Adanya pertarungan kepen-tingan
antara jasmani dengan ruh di dalam diri manusia akan mengakibatkan timbulnya
apa yang dinamakan dengan kondisi kejiwaan manusia, dimana jiwa manusia dapat
digolongkan menjadi 2(dua) yaitu: jiwa
fujur (seperti jiwa hewani,
jiwa amarah, jiwa mushawwilah) dan jiwa taqwa (seperti jiwa
lawwamah & jiwa uthmainnah). Dan setiap manusia telah
diberikan apa yang dinamakan dengan af’idah
atau perasaan serta akal, ketentraman, kenyamanan yang diletakkan di dalam hati
nurani.
c. Adanya Hubbul
(keinginan) sebagai motor penggerak untuk berbuat dan bertindak seperti Hubbul Syahwat (ingin berhubungan dengan lawan
jenis), Hubbul Hurriyah (ingin
bebas), Hubbul Istitlaq (ingin
tahu), Hubbul Jam’i (ingin
berkumpul), Hubbul Maal (ingin
harta), Hubbul Maadah (ingin
dipuji) dan Hubbul Riasah
(ingin jadi pemimpin).
d. Adanya setan yang selalu menyertai setiap manusia
termasuk juga kepada Nabi dan Rasul dan juga adanya malaikat pencatat atau
adanya malaikat pengawas pada diri setiap manusia.
Selain daripada itu,
setiap manusia tanpa terkecuali termasuk juga yang terjadi pada diri kita dan
juga yang juga pasti dialami oleh
Muhammad bin Abdullah, baik sebagai manusia biasa dan juga setelah menjadi Nabi
dan Rasul, adalah:
a.
Setiap
manusia tidak ada yang kekal atau abadi selamanya hidup di dunia ini. Sehingga
setiap manusia dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan
kematian yaitu saat berpisahnya antara jasmani yang berasal dari alam dengan
ruh yang berasal dari Allah SWT dimana
jasmani akan kembali ke alam yaitu masuk ke dalam liang lahat (tanah) sedangkan
ruh akan kembali kepada Allah SWT atau untuk sementara waktu ruh akan
ditempatkan di alam barzah sampai dengan hari kiamat kelak. Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Anbiyaa (21) ayat 34 yang kami kemukakan berikut: “Kami tidak menjadikan hidup
abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?.”
b.
Setiap manusia tanpa
terkecuali dapat dipastikan memerlukan makanan dan minuman untuk kepentingan
jasmani atau phisik. Tanpa adanya asupan makanan dan minuman bagi kepentingan
jasmani, maka phisik atau jasmani manusia akan menjadi lemah dan tidak
mempunyai tenaga saat menjadi khalifah di muka bumi. Hal yang samapun berlaku
juga kepada Muhammad bin Abdullah baik sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul
maupun sesudah diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Sebagaimana dikemukakan dalam
surat surat Al Mu’minuun (23) ayat 33 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan berkatalah pemuka-pemuka
yang kafir di antara kaumnya dan yang men dustakan akan menemui hari akhirat
(kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: “(orang)
ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu
makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.”
c.
Setiap
manusia diciptakan dari tanah atau dari saripati tanah melalui saripati makanan
dan minuman yang di konsumsi oleh bapak dan ibu kita, demikian pula dengan
Muhammad bin Abdullah yang juga berasal dari saripati tanah untuk jasmaninya
dan dari Allah SWT untuk ruh nya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Hijr
(15) ayat 28 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Apa-apa yang kami
kemukakan di atas adalah kondisi dasar dari setiap manusia secara umum.
Sekarang apakah hal itu berlaku juga bagi Muhammad bin Abdullah? Hal yang sama
juga berlaku kepada Muhammad bin Abdullah sehingga dapat dikatakan Muhammad bin
Abdullah kondisinya sama dengan kondisi dan keadaan diri kita ini. Sehingga
dapat dipastikan Muhammad bin Abdullah pasti memiliki jasmani dan ruh beserta
perlengkapan-perlengkapan atau perhiasaan yang diberikan Allah SWT seperti
Amanah yang 7 (qudrat, iradat, ilmu, sami’, bashir, kalam, dan hayat), Hubbul
yang 7 (hubbul syahwat, hubbul maal, hubbul hurriyah, hubbul jam’i, hubbul
istitlaq, hubbul riasah,dan hubbul maadah), akal serta perasaan, adanya
pertarungan antara kepentingan jasmani yang membawa nilai nilai keburukan
dengan kepentingan ruh yang membawa nilai nilai kebaikan, mempunyai ajal &
diciptakan dari tanah atau dari saripati tanah serta membutuhkan makan dan
minum. Adanya kondisi seperti ini yang
dimiliki oleh Muhammad bin Abdullah maka penampilan atau tampilan phisik
Muhammad bin Abdullah sama dengan manusia biasa, sebab tidak ada perbedaan yang
khusus pada diri Muhammad bin Abdullah walaupun yang bersangkutan akan
dijadikan Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul, atau menjadi Utusan Allah SWT di
muka bumi.
2. Ummi. Ummi yang dialami
atau ummi yang dimiliki atau ummi yang dijalani oleh Muhammad bin Abdullah
adalah ciri khas, atau ciri khusus yang hanya dimiliki oleh Muhammad bin
Abdullah dibandingkan dengan Nabi dan Rasul Allah SWT yang lainnya yang pernah
ada dan yang telah pernah diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini.
Hal yang harus kita
ingat adalah bahwa pengertian, kata, maupun sebutan ummi yang disebutkan dalam
surat Al A’raaf (7) ayat 158
yang kami kemukakan berikut ini: “Katakanlah:
"Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu
Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat
petunjuk". adalah
penilaian yang berasal dari Allah SWT kepada Muhammad baik sebagai manusia
biasa dan juga sebagai Nabi dan Rasul. Sehingga penilaian Ummi ini tidak
berlaku bagi penilaian manusia kepada Muhammad baik sebagai manusia biasa
maupun Muhammad sebagai Nabi dan Rasul. Hal ini dikarenakan AlQuran itu adalah
Kalam yang berasal dari Allah SWT bukan Kalam yang berasal dari manusia.
Pengertian dari “Ummi” bagi Muhammad bin Abdullah adalah
suatu kondisi dimana Muhammad bin Abdullah yang belum memperoleh pengajaran
baik melalui tulisan maupun bacaan dari siapapun juga sehingga kondisi Muhammad
bin Abdullah dapat dikatakan sebagai manusia biasa yang masih polos, yang belum
pernah menerima masukan, belum pernah menerima pengajaran apapun dan dari
siapapun juga sehingga Muhammad bin Abdullah dapat dikatakan seperti “kertas
putih” yang belum ternoda oleh apapun juga.
3. Tidak Pernah Belajar.
AlQuran
akan sangat mudah dipahami dan sangat mudah dimengerti bagi orang-orang yang
berilmu. Tanpa Ilmu yang memadai, maka isi dan kandungan AlQuran tidak akan
mudah didapatkan dan diketemukan. Hal ini dikarenakan isi dan kandungan AlQuran
jika diteliti dan ditelaah secara mendalam akan terdiri dari 3(tiga) buah isi
dan kandungan yaitu isi dan kandungan yang tersurat, isi dan kandungan yang
tersirat serta isi dan kandungan yang tersembunyi, dalam hal ini disebut juga
dengan istilah ayat-ayat Muhkamat dan ayat-ayat Mutasyabihat.
Inilah kondisi dasar
dari AlQuran yang akan diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi melalui
perantaraan Malaikat Jibril as, yang akan dijadikan buku pedoman (manual
handbook) bagi kekhalifahan di muka bumi. Sekarang lihatlah, perhatikanlah, renungkanlah
keadaan diri dari Muhammad bin Abdullah, dimana Beliau tidak pernah belajar
secara formal maupun informal dan juga Ummi. Dan jika kita melihat kondisi di
atas dibandingkan dengan apa yang terdapat di dalam surat Al Ankabuut (20) ayat
43 berikut ini: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada
yang memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu.” maka akan terdapat dua kutub sangat yang
berlawanan. Di satu sisi AlQuran membutuhkan orang yang berilmu. Di sisi lainnya orang yang diberi tanggung
jawab oleh Allah SWT untuk menerima wahyu kondisinya manusia biasa yang “Ummi”
dan tidak pernah belajar.
Disinilah letak
kekuasaan Allah SWT kepada Muhammad bin Abdullah dalam rangka melaksanakan
skenario Allah SWT, terutama untuk menjaga keaslian, kesucian, keutuhan serta
kemurnian dari AlQuran yang hanya berasal dari Allah SWT serta tidak ada
masukan apapun dari diri Muhammad bin Abdullah itu sendiri kepada AlQuran yang
diturunkan oleh Allah SWT untuk kepentingan manusia.
4. Tidak Bisa Menulis. Tidak bisa menulis
juga merupakan ciri khusus yang ada di dalam diri Muhammad bin Abdullah. Hal
ini dikemukakan oleh Allah SWT dalam firmannya yang terdapat di dalam surat Al
Jumu’ah (62) ayat 2 berikut ini: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Adanya kondisi ini
menunjukkan bahwa Muhammad bin Abdullah sudahlah tidak pernah belajar, ia juga
tidak bisa menulis sehingga di dalam perkembangannya Al-Qur’an yang diturunkan
oleh Allah SWT tidak pernah sekalipun ditulis langsung oleh Muhammad bin
Abdullah.
Sekarang apa jadinya
jika Muhammad bin Abdullah bisa dan mampu menulis, kemudian Beliau sendiri yang
menuliskan apa-apa yang telah diwahyukan kepadanya melalui perantaraan Malaikat
Jibril as, maka hal-hal sebagai berikut mungkin akan terjadi setelah AlQuran
menjadi kitab suci yang berlaku, yaitu: (a) Siapakah yang berani mengoreksi Beliau jika
terjadi kesalahan penulisan; (b) siapakah
yang tahu kelebihan ataupun kekurangan dari AlQuran itu sendiri; (c) Akan menimbulkan fitnah/sanggahan
dikemudian hari sebab teknologi ataupun media untuk menulis belum secanggih
saat ini. Kenyataan yang terjadi
adalah setiap wahyu yang diterima
oleh Nabi Muhammad SAW selalu ditulis oleh orang lain dan selalu dihafalkan
oleh banyak orang serta Beliau sendirilah yang langsung menjadi penilai akhir dari apa yang ditulis
maupun apa yang telah dihafalkan oleh para sahabatnya pada waktu-waktu tertentu
selama Beliau hidup di dunia.
5. Tidak Bisa Membaca.Muhammad bin Abdullah selain tidak bisa menulis, Beliau juga tidak dapat
membaca sehingga dengan demikian Muhammad
bin Abdullah dapat dikatakan dengan buta aksara, atau tidak bisa
membaca dan tidak bisa menulis sebelum menerima wahyu. Untuk apa semua ini
dilekatkan di dalam diri Muhammad bin
Abdullah? Disinilah letak kekuasaan Allah SWT dengan menjadikan Muhammad bin Abdullah dalam kondisi
ummi serta buta aksara agar kemurnian, kesucian dan keutuhan AlQuran dapat
terjaga sejak awal dan sampai kapanpun juga, termasuk tidak ada masukan apapun
yang berasal dari diri Muhammad bin Abdullah. Hal ini sebagaimana dikemukakan
dalam firmanNya berikut ini: “Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada
Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya
kamu mendapat petunjuk". (surat Al A’raaf
(7) ayat 158).”
Sekarang coba kita
bayangkan jika Muhammad bin Abdullah
tidak ummi dan tidak pula buta aksara dan kemudian wahyu yang
diterima dari Allah SWT itu ditulis langsung oleh Beliau serta serta jika
terjadi kesalahan, lalu siapakah yang mampu dan berani memprotes Beliau. Selain
daripada itu, dapatkah kita mengetahui jika wahyu yang diterima oleh Muhammad bin Abdullah telah
ditambah, atau telah dikurangi oleh Beliau sendiri? Allah SWT sebagai perencana
yang sangat handal sudah merencanakan hal itu dengan cara yang sebaik-baiknya.
Untuk itulah kondisi dasar dari Muhammad
bin Abdullah sengaja dikondisikan seperti tersebut di atas, dalam rangka
menjaga keaslian, kemurnian dan kesucian AlQuran hanya dari Allah SWT semata
tanpa ada masukan baru, tanpa ada pengurangan, atau tanpa ada masukan tambahan
sedikitpun yang berasal dari diri Muhammad
bin Abdullah selaku manusia biasa ke dalam wahyu yang diterimanya.
Selain 5(lima)
kondisi dasar tentang Muhammad bin Abdullah yang telah kami kemukakan di atas
serta masih menurut sumber-sumber informasi Islam lainnya Muhammad bin Abdullah
memiliki kondisi lainnya seperti miskin serta yatim sejak kecil. Namun demikian
ada beberapa sifat dasar dari Muhammad bin Abdullah yang diakui oleh banyak
orang seperti jujur sejak kecil, berwibawa sejak kecil, dihormati, rajin serta
terpercaya. Dan berdasarkan data-data di atas ini, maka dapat disimpulkan bahwa
“kondisi dasar Muhammad bin Abdullah adalah
seorang manusia biasa dengan kemampuan dasar sebagai berikut: Ummi,
Tidak Pernah Belajar, Tidak Bisa Menulis, Tidak Bisa Membaca, Miskin, Yatim dari Kecil, Jujur dari Kecil,
Berwibawa dari Kecil, Dihormati, Rajin, serta Terpercaya”.
Sekarang berdasarkan
informasi dasar yang telah kita miliki tentang Muhammad bin Abdullah, mari kita
bahas tentang kebenaran AlQuran adalah wahyu Allah SWT. Dimana kita akan
menghubungkan isi dan kandungan AlQuran dengan kondisi dasar Muhammad bin
Abdullah dengan mempertanyakan sebuah pertanyaan yang mendasar yaitu: atas
dasar apakah seorang Muhammad bin
Abdullah dengan kondisi dasar adalah: Ummi, Tidak Pernah Belajar, Tidak
Bisa Menulis, Tidak Bisa Membaca,
Miskin, Yatim dari Kecil, Jujur dari Kecil, Berwibawa dari Kecil,
Dihormati, Rajin, serta Terpercaya” mampu menceritakan, mampu
menerangkan, mampu menjabarkan, mampu melaksanakan ajaran, mampu menjadi
panutan bagi seluruh umat manusia (suri tauladan), mampu mencontohkan suatu
ajaran, membuat hal-hal sebagai berikut menjadi sesuatu yang nyata dan mampu
dibuktikan secara ilmiah dikemudian hari, dan kumpulan dari itu semua ada
sampai dengan saat ini tanpa pernah ada perubahan sama sekali, dan juga tidak
ada satupun ayatnya yang saling bertolak belakang isinya.
1.
Mampu Menerangkan Sejarah Nabi Nabi Dan Umat Terdahulu. Berikut ini akan kami kemukakan sejarah nabi-nabi terdahulu.
a.
Muhammad bin Abdullah sebagai seorang manusia biasa
dengan kemampuan seperti yang yang telah kami kemukakan di atas, mampu
menceritakan, mampu menerangkan, mampu menjabarkan sejarah Nabi Isa as, yang
mana Nabi Isa as, dilahirkan tanpa seorang
ayah sebab Nabi Isa as, hanya mempunyai seorang Ibu dengan jarak kelahiran
antara Nabi Isa as, dengan Muhammad bin Abdullah kurang lebih 600 tahun
lamanya, dengan sempurna. Lalu atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah mampu
menceritakan dengan baik dan benar tentang sejarah Nabi Isa as,?
b.
Muhammad bin Abdullah dapat pula menceritakan dengan
jelas sejarah Nabi Musa as, termasuk di dalamnya sejarah atau cerita tentang
Fir’aun. Dimana menurut sejarah, Fir’aun
dimasa Nabi Musa as, ialah Raja Mesir
yang bernama Menepthah yang
hidup tahun 1232 s/d 1224 sebelum masehi anak dari Raja Ramses. Lalu atas dasar apakah seorang Muhammad bin
Abdullah dengan kemampuan sebagaimana telah kami kemukakan di atas, mampu
menceritakan, mampu menerangkan serta mampu menjabarkan sejarah Nabi Musa a.s.
dan juga sejarah Fir’aun yang ditenggelamkan di laut dengan jarak antara
keduanya berkisar antara 1800 tahun sampai dengan 1850 tahun, dengan sempurna?
c.
Yang lebih ekstrem lagi, Muhammad bin Abdullah dapat pula
menceritakan dengan jelas sejarah Nabi Sulaiman as, ; Nabi Daud as, ;Nabi Nuh
as, ;Nabi Idris as, ;Nabi Yusuf as, Nabi Yunus as, ;Nabi Ibrahim as, bahkan
Muhammad bin Abdullah juga dapat menceritakan sejarah dari Nabi Adam as, yang
mana jarak antara kelahiran Muhammad bin Abdullah dengan nabi-nabi yang
diceritakannya sangat sulit untuk diukur berapa jarak sebenarnya, dengan
sempurna. Lalu atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah mampu melakukan itu
semua?
Adanya kemampuan
Muhammad bin Abdullah menerangkan kembali sejarah nabi nabi yang pernah diutus
oleh Allah SWT ke muka bumi menunjukkan Muhammad bin Abdullah mampu
mengkonfirmasi dan memferifikasi tentang keberadaan nabi nabi terdahulu. Lalu
atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah mampu melakukan itu semua?
2.
Kitab Suci Dengan Tata Bahasa, Irama dan Syair Yang
Sangat Indah. Seorang
lelaki yang bernama Muhammad bin Abdullah dengan kemampuan dasar sebagai
manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan, ternyata Beliau mampu serta
dapat menyampaikan isi dan kandungan dari sebuah kitab suci yang akan dijadikan
pedoman dan petunjuk bagi seluruh umat manusia yang merupakan penyempurna bagi
kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya (dalam hal ini adalah kita zabur, kitab taurat dan kitab injil).
Dimana kitab suci yang disampaikannya tersebut memiliki
Tata Bahasa, Isi dan Kandungan serta Syair
yang sangat indah ditambah irama sangat menakjubkan jika dibaca dengan tartil dan tajwid serta qiraat yang
baik dan benar serta tidak akan menimbulkan rasa bosan walaupun dibaca
berulang-ulang, sehingga semakin dibaca semakin mantap di hati karena
kemukjizatan AlQuran mampu menembus hati. Selain itu dari pada itu, bacaan
AlQuran juga mampu menghilangkan dialek, logat, cengkok bahasa seseorang,
sepanjang AlQuran dibaca dengan tartil
dan tajwid serta Qiraat yang baik dan benar. Dilain sisi pada saat AlQuran
diturunkan tak satupun orang yang mampu membuat kitab serupa dengan AlQuran
walaupun telah diadakan perlombaan membuat syair atau membuat pujian-pujian
atau membuat tulisan-tulisan yang pada intinya untuk menandingi kehebatan dari
kitab suci AlQuan. Timbul pertanyaan, atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah
mampu melakukan itu semua?
3.
Kandungan Kitab Suci AlQuran. Seseorang lelaki yang
bernama Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan kemampuan, dalam hal
ini adalah Ummi, tidak bisa membaca dan menulis, ternyata mampu menyampaikan
seluruh isi dan kandungan kitab suci yang jumlah ayatnya sebanyak 6.666 (enam
ribu enam ratus enam puluh enam) dan di dalamnya juga terdapat ayat berisi
zikir, doa, tasbih, tahmid, dan istighfar. Adapun rincian dari kitab suci
AlQuran menurut “Abdullah Ibnu Abbas ra”, dalam kitab tafsirnya adalah: (a) 1.000 (seribu) ayat menunjukkan perintah;
(b) 1.000 (seribu) ayat larangan: (c)
1.000 (seribu) ayat ancaman; (d) 1.000 (seribu) ayat janji; (e) 1.000 (seribu) ayat yang menjelaskan tentang
proses kejadian pada masa lampau dan masa akan datang, dan; (f) 1.000 (seribu) ayat contoh-contoh atau
perumpamaan. Kemudian ada 500 (lima
ratus) ayat yang menerangkan tentang halal dan haram, 100 (seratus) ayat
nasikhmansukh, serta 66 (enam puluh enam) ayat zikir, doa, tasbih, tahmid, dan
istighfar, yang kesemua isinya tidak ada satupun yang saling bertentangan,
atau saling tumpang tindih. Timbul pertanyaan, atas dasar apakah Muhammad bin
Abdullah mampu melakukan itu semua?
Selain daripada itu,
menurut “Prof Dr Mahmud Syaitut” menyebutkan bahwa kandungan isi kitab
AlQuran ada enam macam, yaitu: (a) Akidah,
yaitu keimanan kepada Allah, malaikat, kitab, rasul dan hari akhir; (b) Akhlak untuk mendidik jiwa dan memperbaiki
kehidupan bermasyarakat; (c) Dorongan
untuk mengamati alam semesta sehingga dapat memperkuat keimanan atas kebesaran
Allah SWT; (d) Kisah orang terdahulu,
baik perseorangan maupun kaum atau bangsa agar dijadikan pelajaran bagi umat
yang datang dikemudian hari; (e) Janji
dan ancaman, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi; (f) Hukum hukum praktis, berupa tuntunan ibadah
dan muamalah. Adanya pengelompokkan ayat ayat sebagaimana kami kemukakan di
atas ini, timbul pertanyaan yang paling mendasar, atas dasar apakah Muhammad
bin Abdullah mampu membuat itu semua?
4.
Ilmu Syariat. Seorang lelaki yang bernama Muhammad bin
Abdullah yang memiliki kemampuan yang sangat terbatas, dapat mengajarkan, dapat
menerangkan, dapat menerapkan Ilmu Syariat dengan baik dan benar, dimana ilmu
syariat itu sendiri terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu
tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih, serta ilmu kalam dan lain
sebagainya. Lalu atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah yang memiliki
keterbatasan dapat mengajarkan dan menerangkan serta menerapkan ilmu syariat
itu dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan mampu berlaku sampai akhir jaman? “Imam
Suyuthi” menuturkan bahwa ayat ayat AlQuran diklasifikasikan dalam dua
bagian, yaitu: (a) Ayat yang turun
sebagai ibtida (permulaan) maksudnya tidak ada permasalahan atau sebab tertentu
yang membuat ayat ayat itu turun; (b) Ayat
yang diturunkan sebagai reaksi atau suatu peristiwa tertentu atau sebagai
jawaban atas pertanyaan, baik yang diajukan oleh sahabat maupun kaum musyrik,
kafir, Yahudi ataupun munafik. Karena itu, kemudian muncul istilah asbabun
nuzul (sebab turunnya ayat). Adanya klasifikasi ayat sebagaimana di atas ini,
timbul pertanyaan, atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah yang memiliki
keterbatasan mampu mengklasifikasi ayat ayat AlQuran menjadi dua klasifikasi?
5.
AlHikmah Dan Filsafat. Seorang lelaki yang bernama Muhammad
bin Abdullah yang memiliki keterbatasan kemampuan ternyata dapat mengajarkan,
dapat menerangkan Al-Hikmah dan Filsafat dengan baik dan benar, dimana Al
Hikmat dan Filsafat pada pokoknya mengandung
empat macam ilmu, yaitu ilmu manthiq, ilmu alam, ilmu pasti dan ilmu ketuhanan.
a.
Yang termasuk ilmu alam ialah ilmu kimia, ilmu
kedokteran, ilmu genetika, ilmu anatomi, farmasi, ilmu hewan, ilmu serangga,
biologi, ilmu nutrisi, ilmu antariksa dan ilmu pertanian. Berikut ini akan kami
kemukakan contoh dari ilmu kedokteran yang dikemukakan oleh Muhammad bin
Abdullah, yaitu ada pada surat Al Mu’minuun (23) ayat 14 berikut ini : “dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”
Dan juga pada surat Al Hajj (22) ayat 5 seperti
yang kami kemukakan berikut ini: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan
tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa
yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada
kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu
yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering,
kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (surat Al
Hajj (22) ayat 5)
b.
Yang termasuk ilmu pasti ialah berhitung, aljabar
(statistik), ilmu ukur, ilmu mekanika, ilmu falak dan geografi. Contohnya
tentang bumi bulat mengelilingi matahari serta bulan yang dengan itu lahirlah
apa yang dinamakan waktu. Berikut ini akan kami kemukakan ilmu falak yang dikemukakan oleh Muhammad bin Abdullah,
yaitu: “dan matahari berjalan ditempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. dan telah Kami
tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah
yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua[1267]. tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului
siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (surat Yaasiin (36) ayat
38 sampai 40)
[1267] Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk
sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, Dia menjadi purnama,
kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang
melengkung.
c.
Yang termasuk ilmu ketuhanan ialah metafiksika yaitu
pembahasan mengenai pencipta, jiwa (ruh), jin, malaikat, masa lalu dan
sebagainya. Berikut ini akan kami kemukakan contoh ilmu metafisika tentang
menampilkan berbagai peristiwa masa lalu, yaitu :“pada hari ketika
tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga)
kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan
hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya.
dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (surat Ali Imran (3) ayat
30).”
Berdasarkan apa apa
yang telah kami kemukakan di atas, timbul pertanyaan yang paling mendasar,
yaitu : atas dasar apakah Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan
dapat mengajarkan, dapat menerangkan, dapat pula menerapkan ilmu Alhikmah dan
filsafat dengan baik dan benar yang kesemuanya bisa dibuktikan secara ilmiah di
abad modern ini sedangkan Muhammad bin Abdullah sendiri memiliki keterbatasan?
Adanya 5(lima) hal yang telah kami kemukakan
di atas, yang mampu dibuktikan, yang mampu dijabarkan, yang mampu dilaksanakan
oleh Muhammad bin Abdullah maka akal sehat manusia tidak bisa menerima begitu
saja. Lalu akan mempertanyakannya. Kenapa hal itu bisa diterangkan dengan baik
dan benar oleh Muhammad bin Abdullah padahal Beliau memiliki banyak keterbatasan.
Dan di lain sisi, segala apa-apa yang dikemukakan, segala apa-apa yang
disampaikan, segala apa-apa yang ditunjukkan oleh Muhammad bin Abdullah itu
benar adanya dan dapat dibuktikan secara ilmiah dan tidak ada yang mampu
menyanggahnya serta AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT itu sendiri ada dan
sudah ada pula di tangan kita. Adanya kondisi seperti yang kami
kemukakan di atas tentu akan menimbulkan beberapa pertanyaan dan pernyataan
yang berasal dari akal sehat manusia (dalil aqli), yaitu:
1.
Apabila ada informasi tentang masa lalu, apakah itu
sejarah tentang Nabi dan juga Rasul terdahulu ataupun peristiwa masa lampau
tentang umat umat terdahulu, tentu tidak demikian saja dapat diketahui oleh
seseorang jika tidak ada yang memberita-hukannya. Hal yang samapun terjadi pada
diri Muhammad bin Abdullah dimana Beliau mampu menerangkan dan menjelaskan
adanya Nabi dan Rasul terdahulu atau Muhammad bin Abdullah mampu menerangkan
sejarah masa lampau termasuk umat umat terdahulu yang tentu tidak demikian saja
Beliau dapat mengetahuinya. Lalu siapakah yang memberitahukannya, apakah
manusia yang ada saat itu mampu, apakah hewan mampu, apakah tumbuhan mampu,
apakah jin/iblis/syaitan mampu, apakah malaikat mampu memberitahukan dan
mengajarkannya? Jika sekarang Muhammad bin Abdullah mampu mengetahuinya
sejarah tentang Nabi dan Rasul terdahulu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
tentu yang memberitahukannya atau yang mengajarkannya pastilah sesuatu yang
memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang Nabi dan Rasul yang terdahulu,
jika tidak bagaimana mungkin Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan
dapat mengetahuinya? Sekarang siapakah
yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang sangat luas itu?
2.
Apabila ada sebuah buku yang sangat baik tata bahasanya,
yang sangat baik isinya, yang sangat baik iramanya, yang isinya tidak ada yang
saling bertentangan, tentu dibalik buku yang hebabt tersebut terdapat penulis,
pemilik, pembuat tata bahasa, yang sangat hebat ilmunya. Hal ini dikarenakan
buku yang baik pasti berasal dari sesuatu yang baik dan hebat pula. Sekarang
bagaimana dengan AlQuran yang memiliki tata bahasa yang baik, yang memiliki isi
yang baik serta memiliki irama yang baik jika bukan berasal dari sesuatu yang
terbaik pula? Siapakah yang
terbaik itu, apakah manusia, apakah hewan, apakah tumbuhan, apakah
jin/iblis/syaitan, apakah malaikat, apakah kesemuanya mampu menjadi yang terbaik? Jika sekarang
Muhammad bin Abdullah mampu mengemukakan, mampu menerangkan buku yang terbaik, dapat
dikatakan sesuatu yang terbaik itulah yang memberitahukannya. Dan jika tidak
bagaimana mungkin Muhammad bin Abdullah yang memiliki keterbatasan dapat
mengemuka-kannya? Sekarang siapakah yang
terbaik itu yang berada dibalik atau yang selalu bersama Muhammad bin Abdullah?
3.
Apabila ada sebuah buku yang di dalamnya terdapat
ketentuan tentang adanya perintah-perintah yang harus dilaksanakan, adanya
hal-hal tertentu yang menunjukkan larangan-larangan, adanya hal-hal yang
menunjukkan ancaman, adanya janji-janji, adanya penjelasan tentang proses kejadian
pada masa lampau dan masa akan datang, adanya contoh-contoh atau perumpamaan,
adanya ketentuan tentang halal dan haram, adanya keterangan tentang
nasikhmansukh, serta adanya ketentuan tentang zikir, doa, tasbih, tahmid, dan
istighfar, tentu buku ini wajib berasal dari sesuatu yang sangat berkuasa sebab
di dalam buku itu terdapat aturan-aturan, atau hukum yang harus dilaksanakan. Sekarang
siapakah yang berkuasa itu, apakah manusia, apakah hewan, apakah tumbuhan,
apakah jin/iblis/syaitan, apakah malaikat? Jika sekarang Muhammad bin Abdullah mampu mengemukakan, segala
aturan, hukum, ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan oleh semua orang, maka
dapat dikatakan sesuatu yang sangat berkuasalah yang menyampaikan hal tersebut
sebab jika tidak bagaimana mungkin Muhammad bin Abdullah yang memiliki banyak
keterbatasan dapat mengemuka kannya? Sekarang siapakah yang sangat berkuasa itu
karena hanya yang paling berkuasalah yang bisa menetapkan aturan main yang
begitu rinci, jika tidak bagaimana mungkin bisa menetapkan adanya perintah,
larangan, ancaman dan janji dan yang sekarang ada dibalik keberadaan Muhammad
bin Abdullah?
4.
Apabila ada sebuah buku yang isi dan kandungannya mampu
menerangkan sesuatu yang belum pernah diterangkan atau yang mampu menerangkan
dan menjabarkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, seperti ilmu syariat,
Al Hikmah dan Filsafat, tentu buku ini wajib berasal dari sesuatu yang memiliki
ilmu dan pengetahuan yang sangat hebat sebab di dalam buku itu banyak terdapat
hal-hal yang tidak diketahui atau terjangkau oleh siapapun juga. Sekarang
siapakah sesuatu yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang sangat hebat itu,
apakah itu manusia, apakah itu hewan, apakah itu tumbuhan, apakah itu
jin/iblis/syaitan, apakah itu malaikat? Jika sekarang Muhammad bin
Abdullah mampu mengemukakan, mampu mengajarkan, mampu menerapkan, mampu
melaksanakan ilmu syariat, Al Hikmah dan
Filsafat maka dapat dikatakan sesuatu yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang
sangat hebatlah yang mengajar-kannya jika tidak bagaimana mungkin Muhammad bin
Abdullah yang memiliki keterbatasan dapat menerangkannya dengan baik dan benar?
Sekarang siapakah yang memiliki ilmu
itu?
Untuk
membutktikan itu semua, sekarang mari kita jawab 4(empat) buah pertanyaan di
atas ini, dengan mempertanyakan siapakah yang mampu melaksanakan itu semua
dengan sebaik-baiknya, yaitu:
1. Apakah hewan dan
tumbuhan memiliki pengetahuan yang luas sehingga mampu menerangkan sejarah Nabi
dan Rasul terdahulu, atau apakah hewan dan tumbuhan mampu menjadi yang terbaik
dengan menjadikan sebuah buku yang memiliki irama dan tata bahasa yang terbaik,
atau apakah hewan dan tumbuhan mampu menjadikan dirinya penguasa sehingga mampu
membuat undang-undang dan ketentuan yang berlaku di alam semesta ini, atau
apakah hewan dan tumbuhan memiliki ilmu dan pengetahuan tentang syariat,
AlHikmah dan juga Filsafat? Berdasarkan akal sehat manusia (dalil aqli),
mustahil di akal hewan (binatang) dan tumbuhan dapat melakukan itu semua.
Jika ini keadaannya maka dapat dipastikan yang memiliki kemampuan itu semua
pasti di luar hewan dan pasti di luar tumbuhan.
2. Apakah jin/iblis/syaitan dan juga malaikat memiliki ilmu dan
pengetahuan yang luas sehingga mampu menerangkan sejarah Nabi dan Rasul
terdahulu, atau apakah jin/iblis/syaitan serta malaikat mampu menjadi yang
terbaik dengan menjadikan sebuah buku yang memiliki irama dan tata bahasa yang
terbaik, atau apakah jin/iblis/syaitan serta malaikat mampu menjadikan dirinya
penguasa sehingga mampu membuat undang-undang dan ketentuan yang berlaku di
alam semesta ini, atau apakah jin/iblis/syaitan serta malaikat memiliki ilmu dan
pengetahuan tentang syariat, Al Hikmah dan juga Filsafat? Berdasarkan akal sehat manusia
(dalil aqli), mustahil di akal
jin/iblis/syaitan serta
malaikat mampu memiliki ilmu dan
pengetahuan serta mampu menjadikan dirinya sendiri sebagai penguasa atas segala
sesuatu. Jika ini keadaannya
maka yang memiliki kemampuan serta kekuasaan pasti di luar jin/iblis/syaitan
serta pasti di luar malaikat.
3. Apakah manusia
memiliki pengetahuan yang luas sehingga mampu menerangkan sejarah Nabi dan
Rasul terdahulu, atau apakah manusia mampu menjadi yang terbaik dengan
menjadikan sebuah buku yang memiliki irama dan tata bahasa yang terbaik, atau
apakah manusia mampu menjadikan dirinya penguasa sehingga mampu membuat
undang-undang dan ketentuan yang berlaku di alam semesta ini, atau apakah
manusia memiliki ilmu dan pengetahuan tentang syariat, Al Hikmah dan juga
Filsafat? Berdasarkan akal sehat manusia, mustahil di akal manusia dapat
melakukan itu semua. Jika ini keadaannya maka yang mampu memiliki dan
yang mampu melaksanakan itu semua pasti adalah di luar manusia.
Berdasarkan uraian
yang kami kemukakan di atas ini, didapat jawaban bahwa yang mampu melakukan itu
semua adalah di luar hewan, di luar tumbuhan, di luar jin/iblis/syaitan, di
luar malaikat serta di luar manusia itu sendiri termasuk juga di luar Muhammad bin Abdullah. Sekarang siapakah yang di luar itu semua?
Menurut surat Thaahaa (20) ayat 14 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah,
tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat
untuk mengingat Aku.” didapat keterangan bahwa
sesuatu yang berada di luar manusia, yang berada di luar hewan dan tumbuhan,
yang berada di luar jin/iblis/syaitan serta yang berada di luar malaikat adalah
Allah SWT, dimana Allah SWT menerangkan sendiri
siapakah Dia melalui pernyataannya yang berbunyi "Aku adalah Allah, Tiada Tuhan selain Aku".
Sekarang timbul pertanyaan yang paling mendasar, siapakah Allah SWT
itu? Berdasarkan surat As Sajdah (32) ayat 4 berikut ini: “Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Bagimu tidak
ada seorang penolong maupun pemberi syafaat, selain Dia. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan?” Allah SWT adalah pencipta langit dan bumi yang berarti
Allah SWT sajalah yang paham, yang mengerti, yang memiliki ilmu tentang langit
dan bumi yang diciptakan-Nya. Selain daripada itu, berdasarkan surat Al Baqarah
(2) ayat 30 berikut ini: “Dan
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan
khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata: “Apakah Engkau hendak menjadikan orang
yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memujiMu
dan menyucikan namaMu?” Dia berfirman: “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” Allah SWT adalah pencipta dari rencana besar
kekhalifahan yang ada di muka bumi. Lalu apakah Allah SWT yang memiliki
kemahaan dan kebesaran tanpa batas hanya sebagai pencipta langit dan bumi serta
kekhalifahan yang ada di muka bumi saja?
Allah SWT selain sebagai pencipta dari langit dan bumi beserta apa-apa
yang ada diantara ke duanya serta pencipta kekhalifahan yang ada di muka bumi,
Allah SWT juga pemilik dari apa-apa yang ada di antara langit dan bumi dan juga
pemilik kekhalifahan yang ada di muka bumi. Allah SWT berfirman: “Ketahuilah, sesungguhnya milik Allah
lah apa yang ada di langit dan di bumi.
Dia mengetahui keadaan kamu sekarang. Dan (mengetahui pula) hari (ketika
mereka) dikembalikan kepadaNya. Lalu diterangkanNya kepada mereka apa yang
telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (surat An Nur
(24) ayat 64)
Berdasarkan ketentuan di atas ini didapat kesimpulan bahwa Allah SWT
adalah pencipta yang sekaligus pemilik dari seluruh apa-apa yang ada di alam
semesta ini, sehingga dapat dipastikan hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu
dan paling mengerti serta yang paling ahli atas semua yang diciptakan-Nya dan
juga dapat dipastikan pula bahwa hanya Allah SWT sajalah yang paling berkuasa
di seluruh ciptaanNya sehingga seluruh ketentuan, hukum, dan undang-undang yang
berlaku di alam semesta ini adalah ketentuan, peraturan, hukum, dan
undang-undang dari Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari langit dan bumi. Jika ini adalah
kondisi dasar dari sesuatu yang keberadaannya di luar hewan dan tumbuhan, di
luar jin/iblis/syaitan, di luar malaikat serta di luar manusia, maka dapat
dipastikan bahwa kemampuan, kehebatan, kemahaan, kebesaran dari Allah SWT sudah
pasti berada di atas kemampuan hewan, tumbuhan, jin/iblis/syaitan, malaikat dan
manusia sebab mereka semua juga Allah SWT yang menciptakannya.
Lalu berdasarkan
apa-apa yang kami kemukakan di atas ini maka sudah sepatutnya dan
sepantasnyalah hal-hal sebagai berikut berlaku, yaitu:
Pertama. Jika sekarang Allah
SWT adalah pencipta dari langit dan bumi beserta isinya seperti yang tertuang
di dalam surat As Sajdah (32) ayat 4
berikut ini: “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan
tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan?.”
[1188]
Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai
dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[1189]
Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain
atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima
di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Ini berarti sebagai
Yang Maha Pencipta, maka Allah SWT pasti mampu menerangkan dengan baik segala
apa-apa yang telah diciptakannya, dalam hal ini langit dan bumi mulai dari awal
sampai dengan akhir beserta segala isinya. Allah SWT berfirman: “Dia
(Allah) berfirman: “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama nama itu!”
Setelah dia (Adam) menyebutkan nama namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku
katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku
mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” (surat Al
Baqarah (2) ayat 33). Dan yang harus kita jadikan pedoman adalah Allah SWT
selaku pencipta langit dan bumi berarti Allah SWT adalah Yang Maha Ahli dan
Yang Maha Mengetahui dan yang paling memahami atas segala apa-apa yang pernah
diciptakannya sehingga sangatlah mudah bagi Allah SWT untuk menerangkan,
menjabarkan segala apa-apa yang telah diciptakannya, sebagaimana firmanNya
berikut ini: “Apakah (pantas) Allah
yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Mahamengetahui.
(surat Al Mulk (67) ayat 14)
Kedua. Jika sekarang Allah SWT adalah pencipta dari
kekhalifahan di muka bumi, seperti yang tertuang di dalam surat Al Baqarah (2)
ayat 30 berikut ini: “ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." maka
sebagai yang Maha Pencipta sangat tidak masuk di akal jika Allah SWT tidak
mampu menerangkan, menjabarkan sejarah kejadian manusia, termasuk menerangkan
sejarah manusia-manusia pilihannya yang diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri
kita bahwa Allah SWT selaku pencipta dari keberadaan manusia yang ada di muka
bumi ini pasti mampu menerang-kan mulai dari awal sampai dengan akhir tentang
keberadaan manusia itu sendiri dan tidak masuk di akal jika Allah SWT gagal
menginformasikan tentang sejarah kebera-daan manusia dari awal sampai akhir.
Ketiga. Jika sekarang Allah
SWT adalah pemilik maka sebagai Dzat Yang Maha Memiliki pasti Allah SWT memiliki kekuasaan terhadap
apa-apa yang dimilikinya tersebut. Sebagai contoh, jika Allah SWT adalah
pemilik dari langit dan bumi sudah pasti segala ketentuan, segala ketetapan,
segala peraturan yang berlaku di alam semesta ini adalah peraturan, ketentuan
yang berasal dari Allah SWT sebagaimana firmanNya berikut ini:“ketahuilah Sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di
bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui Keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang).
dan (mengetahui pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu
diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. dan Allah Maha
mengehui segala sesuatu. (surat An
Nuur (24) ayat 64). Dan jika Allah SWT adalah pencipta dan juga
pemilik maka Allah SWT adalah Yang Maha Tahu dan Maha Ahli dan yang paling
memahami serta yang paling berkuasa dari apa-apa yang diciptakan dan yang
dimilikinya dan jika sekarang hal itu dibuktikan dengan adanya AlQuran sebagai
Wahyu dari Allah SWT memang sudah sepatutnya dan sepantasnya terjadi di alam
semesta ini.
Dan dengan adanya
kenyataan bahwa Allah SWT adalah pencipta dan pemilik alam semesta serta
rencana besar kekhalifahan di muka bumi ini, tentunya apa yang dikemukakan oleh
“Ibnu
Atha’illah al Iskandari” dalam bukunya Al Hikam (The Book of Wisdoms) patut menjadi patokan diri kita di
dalam hal ini, yaitu: “Bagaimana bisa Tuhan terhalang sesuatu,
padahal Dia yang menampakkan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang
sesuatu, padahal Dia tampak bersama segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan
terhalang sesuatu, padahal Dia tampak pada segala sesuatu? Bagaimana mungkin
Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak untuk segala sesuatu? Bagaimana
mungkinTuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak sebelum keberadaan segala
sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia lebih tampak
daripada segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia
Esa tanpa ada yang bersamaNya? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal
Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang
sesuatu, padahal jika bukan karena Dia, wujud segala sesuatu tidak akan ada?
Sungguh aneh, bagaimana mungkin keberadaan (wujud) bisa tampak dalam ketiadaan
(adam)?! Atau, bagaimana bisa sesuatu yang baru bersanding dengan Yang Maha
Dahulu! Dan alangkah bodohnya orang yang menghendaki sesuatu terjadi pada waktu
yang tidak dikehendakiNya.”
Berdasarkan apa-apa
yang telah kami kemukakan di atas, lalu kami hubungkan kembali dengan pokok
bahasan kita, yaitu kebenaran AlQuran itu adalah wahyu dari Allah SWT. Dimana ada seorang lelaki yang
bernama Muhammad bin Abdullah, dengan kondisi kemampuan dasarnya hanya sebagai
Manusia Biasa sama seperti kita-kita ini, Ummi, Tidak Pernah Belajar, Tidak
Bisa Menulis, Tidak Bisa Membaca, Miskin, Yatim dari Kecil, Jujur dari Kecil,
Berwibawa dari Kecil, Dihormati, Rajin dan Terpercaya, dapat menceritakan,
dapat menerangkan, dapat menjabarkan, dapat melaksanakan, dapat menerapkan,
dapat membuat ke lima hal-hal sebagai berikut, seperti Sejarah Nabi-Nabi Terdahulu; Kitab Suci
dengan Tata Bahasa, Irama dan Syair yang sangat Indah; Kandungan Kitab Suci;
Ilmu Syariat; Al Hikmah dan Filsafat dan lain sebagainya.
Hal ini menunjukkan bahwa yang mengajarkan, yang
membantu, yang menolong, yang menjadikan Muhammad bin Abdullah bisa dan mampu
menceritakan, mampu menerangkan, mampu menjabarkan, mampu melaksanakan, mampu
menerapkan, mampu membuat hal-hal tersebut di atas karena adanya Allah SWT
sehingga dengan adanya kondisi ini maka yang sebenarnya memiliki kemampuan dan
ilmu pada dasarnya adalah Allah SWT semata, bukanlah Muhammad bin Abdullah
karena ia memiliki keterbatasan.
Untuk memudahkan
pemahaman tentang hubungan antara Allah SWT dengan Muhammad bin Abdullah
sebagai manusia pilihan-Nya di muka bumi, berikut ini kami ilustrasikan sebuah
contoh: misalkan ada seorang yang bodoh, buta huruf dan juga miskin dimana ia
mempunyai sebuah perkara di sebuah Pengadilan Negeri. Orang itu dibela oleh
seorang Pengacara yang sangat handal, pintar, murah hati dan suka menolong
kepada sesama. Pengacara itu selalu memberikan advis dan nasehat kepada kepada
orang itu dengan sebaik-baiknya dan juga mengatur strategi jika ia ditanya oleh
Hakim ataupun Jaksa di dalam setiap persidangan. Jika ditanya pertanyaan ini,
maka jawablah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu seperti ini, dan jika
ditanya hal lainnya yang seperti ini jawablah pertanyaan seperti ini dan
seterusnya (sesuai dengan keinginan dan skenario pengacara).
Lalu jika hasil akhir
dari persidangan itu yang menang adalah orang yang bodoh, buta huruf dan miskin
itu. Timbul pertanyaan, siapakah sebenarnya yang pandai dan yang memenangkan
perkara itu apakah orang bodoh yang buta huruf serta miskin ataukah pengacara
yang handal pintar, murah hati dan suka menolong kepada sesama? Secara
hukum yang pandai dan yang menang
perkara adalah orang bodoh yang buta huruf serta miskin itu. Akan tetapi secara
hakiki yang pandai dan yang menang dalam
perkara di atas adalah Pengacara yang handal, pintar, murah hati dan suka
menolong kepada sesama.
Kondisi ini pulalah
yang terjadi pada diri Muhammad bin Abdullah di dalam menerangkan, menjabarkan
hal-hal yang kami kemukakan di atas. Untuk membuktikan apa-apa yang telah
dikemukakan oleh Muhammad bin Abdullah itu benar adanya. Dan berikut ini akan
kami kemukakan 2(dua) buah penemuan yang terjadi di abad modern ini yang pada
intinya adalah pembuktian secara ilmiah atas wahyu Allah SWT yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as, yaitu:"
Seorang guru besar/ahli bedah kenamaan dari Perancis, Prof Dr Maurice Bucaille,
masuk Islam secara diam-diam. Sebelumnya, ia membaca dalam AlQuran, bahwa
Fir'aun itu mati karena tenggelam di laut Merah (dengan kondisi shock yang
sangat berat) dan jasadnya diselamatkan oleh Allah SWT sebagaiman firmanNya
berikut ini: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu [704] supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami. (surat Yunus (10) ayat 92)
[704] Yang diselamatkan Allah
ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya
terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga
utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir, Berhias, atau
bepergian, atau menerima pinangan.
Berdasarkan informasi
ini, kemudian dicarinya mumi Fir'aun itu; dan setelah ketemu, dilakukannya
bedah mayat. Hasilnya membuat ia sangat terheran-heran, karena sel-sel syaraf
Fir'aun menunjukkan bahwa kematiannya benar akibat tenggelam di laut dengan
shock yang hebat. Menemukan bukti ini, ia yakin kalau AlQuran itu wahyu Allah
SWT. Prof Dr Maurice Bucaille mengatakan bahwa semua ayat-ayat AlQuran masuk
akal dan mendorong sains untuk maju. Ia lantas masuk Islam.
Lain lagi halnya yang
di alami oleh Jacques Yves Costeau. Ia adalah seorang ahli kelautan
(oceanographer) dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Mr Costeau sepanjang
hidupnya menyelam berbagai dasar samudra di seantero dunia, dan membuat film
dokumenter tentang keindahan alam bawah laut untuk ditonton jutaan pemirsa di
seluruh dunia melalui acara "Discovery". Pada suatu hari ketika sedang
melakukan eksplorasi di bawah keda-laman laut, ia menemukan sebuah fenomena
yang sangat ganjil, yaitu adanya air tawar di tengah lautan yang tidak
bercampur dengan air laut seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi
di antara keduanya.
Apa yang dilihatnya
ternyata sesuai dengan dua buah firman Allah SWT berikut ini: “dan Dialah yang
membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan
yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas
yang menghalangi. (surat Al-Furqan (25) ayat 53) serta melalui surat Ar Rahmaan (55) ayat 19, 20 berikut ini: “Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui
masing-masing.” Apa yang disaksikannya ini benar-benar kejutan besar
selama kariernya yang panjang di bidang kelautan. Dalam pemikirannya timbul
pertanyaan, bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi dan apakah begitu saja
terjadi? Pertanyaan ini menghantui hidupnya, sampai akhirnya ia bertemu seorang
Profesor yang kebetulan Muslim.
Profesor yang Muslim
ini menyampaikan kepadanya bahwa fenomena ganjil tersebut sebenarnya sudah
di-informasikan oleh AlQuran empat belas abad yang lalu, yaitu pada surat Al-Furqaan (25) ayat 53 dan surat Ar Rahmaan (55) ayat 19 dan 20 di atas. Mendengar hal ini
Mr Costeau terkejut, bagaimana mungkin Nabi Muhammad SAW yang hidup di abad ke
enam, yaitu di suatu zaman dimana pasti belum ada peralatan selam yang canggih
untuk mencapai lokasi yang jauh di kedalaman samudra mengetahui akan hal ini.
Ia pun akhirnya berkesimpulan, bahwa AlQur'an mustahil buatan Muhammad SAW,
pastilah AlQuran itu buatan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi ini. Dan akhirnya ia pun memutuskan untuk
menjadi seorang Muslim. (sebagai
informasi bagi jamaah yang ingin melihat salah satu tempat yang terdapat di
dalamnya terdapat air laut yang bersisian dengan air tawar, anda bisa
menyaksikannya melalui fasilitas YouTube dengan judul River Under The Sea).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar