Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 03 Januari 2024

SYAHADAT KETAUHIDAN


Seseorang baru bisa disebut sebagai seorang muslim (mengikuti atau beragama Islam) setelah ia mengucapkan 2 (dua) kalimat syahâdat, yaitu kesaksian kepada keesaan Tuhan dan kesaksian kepada kerasulan Muhammad SAW. Syahâdat yang pertama; “Asyhadu an Lâ ilâha illa Allah”, disebut juga “Syahâdat Ketauhidan”. Sedangkan syahadat yang kedua, “Muhammadur rasullullah” disebut juga “Syahadat Kerasulan” Yang mana syahadat ketauhidan dan syahadat kerasulan harus dilakukan dalam satu kesatuan. Dan inilah inti utama dan kepercayaan yang paling fundamental dari sistem keberagamaan Islam. Tauhîd adalah basis, titik fokus awal dan akhir dari seluruh pandangan, tradisi, budaya dan peradaban masyarakat muslim. Syahâdat, atau kesaksian kepada Tuhan Yang Esa sesungguhnya merupakan sesuatu yang intrinsic (sangat bernilai tinggi) pada setiap diri manusia. Syahadat bersifat pribadi karena akan tertanam dan juga tumbuh di dalam relung-relung hati manusia yang paling dalam.

 

Syahadat telah ada sebelum manusia dilahirkan, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al A’raaf (7) ayat 172 berikut ini: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”Adanya perjanjian setelah dipersatukannya ruh dengan jasad saat masih di dalam rahim seorang ibu, merupakan ikrar (perjanjian) yang mengandung implikasi-implikasi dan refleksi-refleksi besar dan luas seperti moral, intelektual dan spiritual.

 

Adanya ikrar (perjanjian) atas kesaksian dari ruh yang tidak lain adalah jati diri manusia yang sesungguhnya yang menyatakan  bahwa Tuhan (Allah) bagi diri kita adalah satu dan tidak ada sesuatu apapun yang lain yang menyekutui-Nya. Dan ikrar ini bukan pula sekedar pernyataan verbal individual semata, melainkan juga seruan untuk menjadikan ke-Esa-an itu sebagai basis utama bagi pembentukan tatanan sosial-ekonomi-politik-kebudayaan masyarakat manusia baik secara individual yang pada akhirnya harus berbuah di dalam masyarakat luas.

 

Syahadat ketauhidan harus dapat menghantarkan diri kita kepada apa-apa yang kita persaksikan serta harus dapat pula menjadikan kesaksian yang kita lakukan menjadi sebuah komitmen dan pengakuan yang tinggi terhadap apa-apa yang kita persaksikan. Jika hal ini belum dapat kita laksanakan berarti kesaksian yang kita lakukan belum sesuai dengan yang dikehendaki Allah SWT sesuatu yang kita persaksikan.  

 

Syahâdat ketauhidan, pada dimensi individual dapat berarti doktrin pembebasan diri manusia dari segala bentuk belenggu perbudakan dalam artinya yang luas; perbudakan manusia atas manusia, perbudakan diri atas benda-benda dan atas segala bentuk kesenangan-kesenangan diri, kebanggaan diri, kebesaran diri, kebenaran diri dan kesom-bongan diri. Sikap-sikap dan tindakan tersebut sama dengan menyaingi dan menantang Tuhan.

 

Selain daripada itu, kalimat “lâ ilâha” (tidak ada tuhan) merupakan pernyataan penolakan atau penegasan terhadap segala hal yang diagungkan, dipuja atau disembah. Semua bentuk pengagungan terhadap diri sendiri ataupun terhadap benda-benda dan yang lain sama artinya dengan menuhankan diri sendiri atau benda-benda atau yang lain itu. Cara-cara seperti ini oleh AlQurân dinyatakan sebagai kesesatan dan menyesatkan. Dan hal ini juga bisa dinyatakan sebagai bentuk penyekutuan terhadap Allah selaku Tuhan bagi seluruh alam.

 

Dan dalam waktu yang sama kesaksian (syahadat) ketauhidan: “illa Allah” (kecuali Allah) berarti mengukuhkan bahwa hanya Allah ta’ala satu-satunya yang memiliki kebesaran, kekuasaan dan kebenaran itu. Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits qudsi berikut ini: “Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: “Kebesaran dan kesombongan itu ibarat selendang-Ku, dan keagungan-Ku ibarat kain-Ku. Barangsiapa menyamai-Ku dalam salah satu dari kedua sifat itu niscaya Aku lemparkan ia ke dalam neraka. (Hadits Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah).

 

Dan dengan adanya ketentuan syahadat ketauhidan ini maka kita dapat mengatakan bahwa setiap umat manusia seharusnya menjadi makhluk yang setara dihadapan Allah SWT Tuhan bagi seluruh alam, karena seluruh manusia seharusnya sama-sama harus merendah-kan diri dihadapan-Nya dan bukan kepada selain Dia serta menjauhkan diri dari sikap sombong, angkuh kepada Allah SWT. Agar pelaksanaan syahadat ketauhidan yang kita lakukan mampu menghasilkan makna yang sangat mendalam dalam diri, atau syahadat ketauhidan yang telah kita miliki semakin bertambah kualitasnya, ada baiknya kita mempelajari hadits-hadits yang berhubungan dengan kalimat syahadat, sebagaimana yang kami kemukakan di bawah ini:

 

1.     Makna Kalimat Syahadat Ketauhidan Yang Terdapat Dalam Hadits. Berikut ini akan kami kemukakan makna dari kalimat syahadat sebagaimana yang termaktub di dalam hadits tentang syahadat yang akan kami kemukakan berikut ini:

 

a. Ali bin Abi Thalib ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Akulah Allah, Tiada Tuhan melainkan Aku. Barangsiapa mengakui keesaan-Ku berarti ia telah masuk benteng-Ku. Dan barangsiapa masuk benteng-Ku, sungguh ia aman dari siksaan-Ku. (Hadits Riwayat  Asy-Syirazi dalam kitab Al-Alqab dari Ali)

 

b.  Ali bin Abi Thablib ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Laailaha illa Allah adalah firman-Ku dan AKu-lah dia. Maka barangsiapa mengucapkannya ia masuk ke dalam benteng-Ku dan bebas dari siksaan-Ku. (Hadits Riwayat Ibnu Najjar).

 

c.  Ali  bin Abi Thalib ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Laailaha illa Allah adalah benteng-Ku. Barangsiapa memasuki benteng-Ku niscaya ia bebas dari siksaan-Ku. (Hadits Riwayat Abu Nu’aim, Ibnu Najjar dan Ibnu Asakir).

 

d.   Abu Sa’id ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Wahai Musa, andaikata langit dan semua isinya, bumi dengan semua isinya, dan laut dengan semua isinya, diletakkan di atas sebuah neraca dan disampingnya diletakkan kalimat : Laailaha Illa Allah niscaya akan lebih unggul dan lebih beratlah kalimat syahadat itu. (Hadits Riwayat Abu Ya’la).

 

e.    Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Musa: Jika saja tidak karena meraka mengucapkan syahadat Laailaha Illa Allah niscaya telah Kutimpakan Jahanam di atas dunia. Wahai Musa, jika saja tidak karena mereka beribadah kepada-Ku niscaya tidaklah Aku lepaskan mereka yang berbuat maksiat sekejap matapun. Wahai Musa, sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada-Ku, mereka itulah makhluk yang termulia dalam pandangan-Ku. Wahai Musa, sesungguhnya sepatah kata dari seorang yang durhaka (terhadap kedua orangtuanya) adalah sama beratnya dengan seluruh pasir bumi. Bertanya Nabi Musa:“Siapakah yang durhaka itu wahai Tuhan-Ku? “Yaitu orang yang berkata kepada kedua orang tuanya: Tidak…. Tidak” ketika dipanggil. (Hadits Riwayat Abu Nu’aim)

 

f.    Ibn Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Aku Adalah Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Rahmat-Ku mendahului murka-Ku, maka barangsiapa menyatakan tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan pesuruh-Nya ia patut masuk syurga.(Hadits Riwayat Ad-Dailami)

 

g.  Abu Sa’id ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Berkatalah Musa, Wahai Tuhanku, ajarilah aku sesuatu untuk menyebut nama-Mu dan berdoa kepada-Mu. Allah berfirman: Wahai Musa, ucapkan Laailaha Illa Allah. Musa menjawab: Semua hamba-Mu mengucapkan kalimat ini wahai Tuhanku. Allah lalu berfirman: Laailaha Illa Allah lalu Musa mengucapkan seraya berkata: Sebenarnya Aku menghendaki sesuatu yang khusus untukku wahai Tuhanku. Dan berfirman-lah Allah: wahai Musa, sekiranya tujuh lapis langit dan penghuninya selain Aku serta tujuh lapis bumi diletakkan di satu sisi, lalu kata Laallaha illa Allah di sisi yang lain, niscaya akan lebih beratlah kata "Laailaha Ilaa Allah" itu. (Hadits Riwayat An-Nada’i. Ibnu Hibban, Al Hakim serta Abu Ya’la)

 

h.    Ibnu Umar ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada illah selain Allah dan bahwa muhammad adalah Rasullullah,menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak islam dan perhitungan mereka ada pada Allah ta'ala. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

 

i.     Anas ra. berkata ; ketika Nabi SAW bepergian, ditemani mu'adz, beliau memang-gil; wahai Mu'adz, ia menjawab; ya ' ada apa Rasulullah? beliau memanggil lagi " wahai Mu'adz , ia menjawab ; ya ada apa Rasulullah ? ; beliau memanggil lagi ; wahai Mu'adz, ia menjawab ; ya ada apa Rasulullah? , ini adalah panggilan yang ketiga kalinya, kemudian beliau bersabda; " seorang hamba yang bersaksi, bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba serta utusan-Nya dengan sebenar-benarnya keluar dari lubuk hati,Allah pasti mengharamkan dirinya dari api neraka" kemudian Muadz bertanya; apakah boleh saya memberitahukan orang banyak supaya mereka gembira?; Beliau bersabda; "Kalau mereka mengeta-hui, mungkin akan sembrono. tatkala  Mu'adz akan meninggal ia memberitahkuan hal ini karena takut akan berdosa. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

 

j.    Itban bin Malik ra, salah seorang yang mengikuti perang Badar, ia berkata; saya biasa menjadi imam bagi kaumku, bani salim, antara tempatku dan tempat mereka terdapat sebuah lembah, apabila hujan turun, saya kesulitan mendatangi masjid mereka, maka saya menghadap Rasulullah saw dan berkata; sesungguhnya penglihatanku sudah berkurang, dan lembah antara tempat tinggal saya dan tempat mereka banjir, apabila turun hujan, sehingga saya kesulitan mendatangi tempat itu, oleh karena itu sudilah kiranya engkau datang ke tempat saya , dan rumah itu akan saya jadikan mushala" Rasulullah SAW bersabda ; baiklah, keesokan harinya , ketika cuaca tidak begitu panas Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra, datang ke tempat saya, Rasulullah minta ijin untuk masuk, dan saya mempersilahkannya tetapi beliau tidak langsung duduk  dan bertanya ; bagian manakah yang kamu inginkan agar aku shalat di rumahmu ? saya menunjukan tempatnya, kemudian rasulullah berdiri dan bertakbir. Kami mengikuti beliau shalat dua rakaat kemudian salam, dan kamipun mengucapkan salam ketika beliau mengucapkannya, kemu-dian saya mempersilahkan beliau untuk menikmati hidangan bubur dari tepung gandum yang saya sediakan, para tetangga mendengar bahwa Rasulullah berada di rumah saya, mereka berbondong-bondonglah mereka memenuhi rumah saya, lalu salah seorang dari mereka berkata ; apa yang sedang dikerjakan oleh malik ? saya tidak tahu; lantas ada orang yang berkata" dia adalah seorang munafik yang tidak cinta Allah dan rasul-Nya , Lalu Rasulullah saw bersabda "Kamu jangan berkata seperti itu , apakah kamu tidak tahu ia mengucapkan Laa Ilahaa Illaallaah (Tidak Ada Tuhan Selain Allah), dengan itu ia mengharapkan keridhaan Allah Ta'ala ?, Ia menjawab ; Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, adapun kami, demi Allah tidak mengetahui kecintaan dan pembicaraannya melainkan lebih condong kepada orang-orang munafik," Rasulullah saw bersabda; "Sesungguhnya Allah meng-haramkan api neraka kepada orang yang mengucapkan "Laa Ilaaha Illallaah  Muhammadur Rasulullah (Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah ) dengan tujuan untuk mencari ridha Allah. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

 

k.      Abu Hurairah ra, atau Abu Sa'id al Khudiry , ia berkata ; ketika perang tabuk, para sahabat menderita kelaparan , maka mereka berkata; wahai rasulullah, andaikan engkau mengijinkan kami akan menyembelih binatang kami untuk dimakan , sehingga dapat menambah kekuatan kami, "Rasulullah SAW bersabda; laksana-kanlah, kemudian Umar ra datang dan berkata; wahai Rasulullah andaikan engkau memberi izin mereka maka kendaraan kita tinggal sedikit, tetapi perintahkan mereka yang masih memiliki sisa-sisa bekal makanan, untuk mengumpul-kannya  kemudian berdoalah kepada Allah agar sisa bekal makanan itu membawa berkah bagi mereka, dengan demikian semoga Allah memberi keberkahan terhadap sisa bekal makanan itu bagi mereka, Rasulullah SAW bersabda" ya benar; kemudian beliau menghamparkan kain dan menyeru kepada orang-orang yang masih mempunyai sisa bekal makanan untuk mengumpulkannya pada kain itu , Ada yang menyerahkan  segenggam jagung, ada yang menyerahkan segenggam kurma, dan ada pula yang menyerahkan sepotong roti, sehingga terkumpul sisa-sisa bekal makanan  yang sedikit itu, kemudian Rasulullah berdoa agar sisa-sisa bekal makanan yang sedikit itu diberi berkah. Sesudah itu beliau bersabda; "Ambillah dengan membawa bejana (wadah) kalian masing-masing, maka mereka membawa bejana dan diisi  dengan makanan di kain yang terhampar itu sampai akhirnya semua bejana mereka penuh, dan makan dengan kenyang, bahkan pada kain itu masih tersisa makanan, Kemudia Rasulullah saw bersabda; Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku adalah utusan-Nya. tidak ada seorang hambapun yang merasa bimbang terhalang dari syurga, ketika menghadap kepada Allah dengan dua kalimat ini. (Hadits Riwayat Muslim)

 

l.      Ubadah bin Shamit meriwayatkan dari Nabi SAW., beliau bersabda, “Barangsiapa mengatakan tiada ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya dan Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba dan utusan-Nya, kalimat-Nya yang dicampakkan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan bahwa syurga adalah hak serta neraka itu hak. Allah akan memasukkannya ke surga, apapun amal perbuatannya.” (Hadits Riwayat Bukhari).

 

m.  Dari Anas, Nabi saw. bersabda, “Keluar dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah dan di hatinya ada seberat rambut kebaikan. Keluar dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat gandum kebaikan. Dan keluar dari neraka orang yang mengatakan la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat zarrah kebaikan.” (Hadits Riwayat Bukhari).

 

n.    Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah orang yang paling ber-bahagia dengan syafaatmu di hari Kiamat?” Rasulullah saw. bersabda, “Aku telah mengira, ya Abu Hurairah, bahwa tidak ada seorang pun yang tanya tentang hadits ini yang lebih dahulu daripada kamu, karena aku melihatmu sangat antusias terhadap hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku di hari Kiamat adalah yang mengatakan la ilaha illallah secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya.”(Hadits Riwayat Bukhari).

 

o.     Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Aku diperintahkan un-tuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan hal itu, terperiharalah darah dan harta benda mereka kecuali dengan haknya, sedangkan hisab mereka kepada Allah.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

 

p.    Rasulullah bersabda kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Ya-man, “Kamu akan datang kepada kaum ahli kitab. Jika kamu telah sampai kepada mereka, ajaklah mereka agar bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka lima shalat setiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-orang miskin. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu, hati-hatilah kamu terhadap kemuliaan harta mereka dan waspadalah terhadap doanya orang yang dizalimi, sebab antaranya dan Allah tidak ada dinding pembatas.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

 

q.   “Dari Ubadah bin al-Shamit, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang bersaksi tiada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah akan mengharamkam neraka baginya”. (Hadits Riwayat Muslim).

 

r.     Jabir bin Abdillah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Ada dua hal yang menjadi penyebab, pertama, orang yang meninggal sementara dia bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, niscaya dia masuk syurga. Kedua, orang yang meninggal sementara dia menyekutukan Allah, niscaya dia masuk neraka. (Syekh Shaduq, dalam bukynya Tauhid Hadis Hadis Tematis tentang Akidah).

 

s.     Abu Bashir berkata, “Imam Ja’far Shadiq berkata, “Sesungguhnya Allah SWT telah mengharamkan jasad-jasad para ahli tauhid atas api neraka. (Syekh Shaduq, dalam bukynya Tauhid Hadis Hadis Tematis tentang Akidah).

 

t.      Ubaid bin Zurarah meriwayatkan bahwa Imam Ja’far Shadiq berkata, “Ucapan La ilaha illalah” adalah harga syurga. (Syekh Shaduq, dalam bukynya Tauhid Hadis Hadis Tematis tentang Akidah).

 

Begitu luar biasa makna yang terdapat di balik kalimat syahadat ketauhidan dan juga syahadat kerasulan yang kami kemukakan di atas. Lalu apakah hal yang begitu luar biasa kita lewatkan begitu saja sehingga tidak bermakna bagi hidup dan kehidupan diri kita!

 

2.    Contoh Kesaksian Yang Dapat Kita Persaksikan Dengan Mata Kepala Sendiri. Da-lam rangka untuk memudahkan melaksanakan syahadat ketauhidan serta untuk memudahkan pemahaman dan pembahasannya. Berikut ini akan kami kemukakan 8 (delapan) buah con-toh kesaksian yang harus dapat kita persaksikan dengan mata kepala kita sendiri baik yang terdapat di alam semesta ini maupun yang berasal dari dalam diri kita sendiri, yang keseluruhannya terdapat di dalam AlQur'an yang mulia. 

 

a.     Setiap manusia termasuk di dalamnya diri kita telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengatakan atau bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang tidak hanya mampu menciptakan dan memiliki langit dan bumi semata. Akan tetapi juga mampu berbuat, mampu berkehendak, mampu memelihara, mampu menjaga segala apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Az Zumar (39) ayat 46 berikut ini: “Katakanlah: "Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui barang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya."

 

Jika ini adalah kondisi dan keadaan dasar daripada Allah SWT kepada ciptaan-Nya, lalu punya kemampuan apakah diri kita jika dibandingkan dengan Allah SWT? Apakah hal ini tidak cukup bagi diri kita untuk memberikan kesaksian bahwa Allah SWT adalah segala-galanya di alam semesta ini? Jika kita termasuk orang yang telah Tahu Diri, atau yang telah memiliki Ilmu dan Pengetahuan tentang Syahadat maka sudah sepatutnya dan selayaknya diri kita mampu memberikan Kesaksian dengan Jujur bahwa hanya Allah SWT satu-satunya Tuhan di alam semesta ini. Jika tidak, berarti ada sesuatu yang salah di dalam diri kita. 

 

b.      Setiap manusia termasuk diri kita telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk mem-perhatikan secara langsung bahwa Tiada Tuhan selain  Allah SWT yang mampu mencip-takan langit dan bumi, yang mampu menciptakan manusia, yang mampu menciptakan hewan, yang mampu menciptakan tumbuhan, yang mampu menciptakan udara, yang mampu menciptakan air, mineral serta makhluk hidup lainnya yang ada di alam semesta ini dengan Hak. Hal ini sebagamana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak[784]? jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru. (surat Ibrahim (14) ayat 19).

 

[784] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.

 

Sekarang adakah Tuhan-Tuhan lain selain Allah yang mampu menciptakan langit dan bumi, yang mampu menciptakan manusia, yang mampu menciptakan hewan, yang mampu menciptakan tumbuhan, udara, air, mineral atau makhluk hidup yang lainnya seperti yang telah diciptakan oleh Allah SWT? Jika jawabannya tidak ada Tuhan selain Allah SWT berarti hal ini sudah cukup mampu menghantarkan diri kita untuk bersikap Jujur di dalam memberikan kesaksian sewaktu melaksanakan syahadat ketauhidan di muka bumi ini. Namun apabila kondisi ini belum dapat menjadikan diri kita jujur kepada Allah SWT berarti ada sesuatu  yang salah di dalam diri kita. 

 

c.  Setiap manusia termasuk diri kita telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk mempersaksikan bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang Maha Mengetahui segala apapun juga yang ada di alam semesta ini tanpa terkecuali. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al An’am (6) ayat 103 berikut ini: “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui. (surat Al An'am (6) ayat 103).” Jika ini adalah keadaan Allah SWT  kepada apa-apa yang telah diciptakan-Nya dan kepada apa-apa yang telah dimiliki-Nya berarti kemanapun diri kita berada pasti Allah SWT akan mengetahunya sehingga kita tidak akan mungkin dapat bersembunyi dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT. Selanjutnya masih maukah diri kita bersaksi palsu sewaktu melaksanakan syahadat ketauhidan? Sepanjang diri kita masih berada di langit dan di buminya Allah SWT maka apapun juga dapat diketahui Allah SWT. Adanya kondisi ini apakah tidak cukup bagi diri kita untuk bersikap dan berlaku serta bersikap Jujur kepada Allah SWT? 

 

d.     Setiap manusia termasuk diri kita telah diperintahkan untuk memperhatikan seca-ra langsung apa yang Allah SWT tunjukkan yaitu Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menjadikan, yang mampu menciptakan gunung, cahaya, udara, air, angin, atom atau ion-ion yang ada alam semesta ini serta yang mampu menahan langit dan segala isinya tanpa tiang supaya tidak jatuh. Berdasarkan kondisi ini dapat terlihat dengan jelas betapa hebat-Nya, betapa maha-Nya, betapa kuat-Nya Allah SWT diban-dingkan dengan diri kita. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Qaaf (50) ayat 7-8-9-10-11 berikut ini: “dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah terjadinya kebangkitan.”

 

Sekarang mari kita lihat udara dan air yang ada di alam semesta ini, apakah manusia mampu menciptakan kebutuhan untuk dirinya sendiri? Jika kita mengacu bahwa manusia termasuk makhluk yang sangat membutuhkan udara dan air maka keberadaan udara dan air, dapat dipastikan sudah ada sebelum manusia itu ada. Adanya kondisi ini berarti manusia tidak mungkin dapat menciptakan udara dan air, hal ini dikarenakan tanpa ada udara dan air manusia tidak bisa hidup. Sekarang apa jadinya jika sampai Allah SWT tidak pernah serta tidak mampu menciptakan udara dan air bagi kepen-tingan makhluk hidup yang diciptakannya? Semua makhluk hidup, termasuk diri kita tidak bisa melaksanakan apa-apa yang dikehendaki Allah SWT karena semuanya akan mati. Jika ini adalah kondisinya, masih tidak cukupkah bagi diri kita untuk bisa mempersaksikan Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan, yang mampu mengadakan udara dan air yang begitu besar jumlahnya di alam semesta ini dengan baik dan benar? 

 

e.   Setiap manusia juga termasuk diri kita telah diperintahkan untuk memperhatikan secara langsung apa yang ditunjukkan oleh Allah SWT yaitu Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan manusia yang terdiri dari Jasmani dan Ruh serta yang diperlengkapi dengan Amanah yang 7, Hubbul yang 7, Hati Ruhani tempat diletak-kannya akal, perasaan, dan kehendak. Hal ini sebagaimana dikemukakan di dalam 2 (dua) buah ayat berikut ini: Allah SWT berfirman: “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(surat An Nahl (16) ayat 78)

 

Allah SWT berfirman: “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia.

Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan? (surat Al Mu'min (40) ayat 67-68-69)

 

Jika Allah SWT adalah pencipta dari diri kita, berarti diri kita tidak akan mungkin lebih tinggi, apalagi lebih hebat kedudukannya dibandingkan dengan Allah SWT dan jika Allah SWT adalah pencipta dari diri kita dapat dipastikan Allah SWT sudah ada sebelum diri kita ada. Di lain sisi Allah SWT juga pemilik dan pencipta langit dan bumi beserta isinya jika ini kondisinya dapat dipastikan bahwa  diri kita saat ini hidup di muka bumi yang juga dimiliki oleh Allah SWT.

 

Sebagai orang yang sedang menumpang di bumi yang diciptakan dan yang dimiliki  Allah SWT, sudahkah diri kita mampu mempersaksikan hal itu semua saat diri kita melaksanakan syahadat ketauhidan? Jika diri kita tidak mampu mempersaksikan diri sendiri yang tidak memiliki apapun juga di muka bumi ini, berarti ada sesuatu yang salah di dalam diri kita. Untuk itu segeralah memperbaiki syahadat ketauhidan yang telah kita lakukan atau termasuk juga memperbaiki kefitrahan diri sebelum Ruh tiba di kerongkongan.

 

f.     Setiap manusia termasuk diri kita telah diperintahkan untuk memperhatikan seca-ra langsung apa yang Allah SWT kemukakan bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu mempergantikan siang dengan malam serta yang mampu menundukkan matahari dan bulan berjalan di garis edarnya masing-masing. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (surat Luqman (31) ayat 29)

 

Sekarang apa jadinya jika di muka bumi ini tidak ada siang dan tidak ada malam dan juga tidak ada waktu sedangkan kita sangat membutuhkan adanya siang dan adanya malam dan juga waktu sebab di dalam melakukan ibadah sangat membutuhkan ketepatan waktu? Jika ini keadaan yang sudah diperlihatkan dan sudah pula  dipertunjukkan oleh  Allah SWT kepada diri kita, maka sudah sepatutnya dan sudah sepantasnya diri kita memberikan kesaksian bahwa hanya Allah SWT sajalah yang pantas menjadi Tuhan di alam semesta ini.

 

g.     Setiap manusia termasuk diri kita telah diperintahkan untuk memperhatikan seca-ra langsung apa yang Allah SWT tunjukkan bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu mengabulkan doa dari orang yang berdoa kepada-Nya kapanpun, dalam kondisi apapun dan dimanapun ia berada atau sepanjang diri kita masih berada di dalam ciptaan Allah SWT maka Allah SWT pasti akan mengabulkan doa kita selama kita mau berdoa kepada-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus[1186]. dan tidak ada yang mengingkari ayat- ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar. (surat Luqman (31) ayat 32)

 

[1186] Yang dimaksud dengan jalan yang Lurus Ialah: mengakui ke-esaan Allah.

 

Lalu adakah Tuhan lain di jagad raya ini selain Allah SWT yang mampu mengabulkan doa dari orang yang berdoa kepadanya dimanapun ia berada, kapanpun doa itu dilakukan, dalam kondisi dan keadaan apapun juga mampu dikabulkan? Jika jawaban dari pertanyaan ini tidak ada Tuhan selain Allah SWT yang mampu melakukan itu semua, sekarang tergantung diri kita maukah kita berdoa hanya kepada  Allah SWT saat diri kita menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi.

 

h.     Setiap manusia  termasuk  diri kita telah diperintahkan untuk memperhatikan seca-ra langsung apa yang Allah SWT tunjukkan  bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menjadikan matahari terus bersinar dari waktu ke waktu tanpa henti, terbit di timur tenggelam di barat serta berjalan di garis edar yang telah ditetapkan. Bintang bercahaya. Matahari dan Bulan berjalan sesuai dengan orbitnya masing-masing tanpa pernah tertukar sedetikpun. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa. (surat Yunus (10) ayat 5-6)

 

[669] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.

 

Sebagai orang yang telah tahu diri yang sesungguhnya dan juga telah memiliki ilmu tentang syahadat ketauhidan, tentu dengan adanya Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT yang telah diperlihatkan melalui matahari dan bulan serta bintang, kiranya sudah cukup bagi diri kita untuk menyatakan kesaksian bahwa hanya Allah SWT sajalah Tuhan yang mampu melakukan itu semua dan menjadikan itu semua di alam semesta ini.

 

Selanjutnya setelah diri kita mempelajari 8(delapan) bentuk kesaksian tentang Allah SWT sebagai pelaksanaan syahadat ketauhidan, semoga ketauhidan dalam diri ini menjadi bertambah kuat dan berkualitas.

 

Sekarang masih ada satu hal lain yang sangat-sangat penting yang dikemukakan oleh Allah SWT yaitu tentang Allah SWT itu sendiri yang terdapat di dalam surat Ali Imran (3) ayat 18 berikut ini: Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(surat Ali Imran (3) ayat 18)

 

[188] Ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu.

 

Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 18 di atas, Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam dari semesta ini memberikan kesaksian atas dirinya sendiri. Bayangkan setelah diri kita mampu mempersaksikan Allah SWT lalu sudahkah kita mengetahui dan memahami bahwa Allah SWT juga telah memberikan kesaksian tentang dirinya sendiri sebagaimana dikemukakan dalam ayat di atas!. Allah SWT selaku pemberi kesaksian terhadap diri-Nya sendiri tentu Allah SWT sangat paham benar, mengerti benar tentang keadaan dirinya sendirinya, dibandingkan dengan makhluknya yang memberikan kesaksian melalui syahadat.

 

Lalu untuk apa Allah SWT sampai mengemukakan kesaksian atas dirinya sendiri kepada diri kita melalui surat Ali Imran (3) ayat 18 di atas? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita bercermin dengan sesuatu yang terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Sebagai orang tua, kita sering menceritakan pengalaman hidup kepada anak-anak, lalu untuk apakah kita melakukan itu semua? Dengan menceritakan pengalaman hidup baik suka ataupun duka, yang kita alami kepada anak, maka kita berharap anak-anak mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang terdapat dibalik cerita yang kita kemukakan dan kita juga berharap agar anak tidak sombong dengan apa yang telah dicapainya hari ini serta jangan sampai anak mengulangi hal-hal yang tidak mengenakkan yang pernah kita alami serta mampu menjadikan diri kita sebagai contoh yang baik saat menjalani kehidupan. Sekarang bagaimana dengan Allah SWT?

 

Allah SWT menceritakan kesaksian atas dirinya di dalam AlQuran, agar setiap manusia yang ada di muka bumi dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang berharga dari Allah SWT secara langsung sehingga dengan itu semua mampu: meningkatkan keimanan dan ketaqwaan diri kita menjadi lebih baik serta mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari umat-umat terdahulu sehingga diri kita tidak menjelma menjadi firaun-firaun generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Nuh generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Luth generasi baru, atau tidak menjadikan diri kita menjadi qarun-qarun generasi baru di jaman Nano Technology. Semoga dengan adanya pembelajaran tentang syahadat ketauhidan yang kami kemukakan di atas, mampu menjadikan diri ini terus dan tetap mampu memperhartahan kualitas syahadat yang kita miliki selama hayat masih di kandung badan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar