Seseorang baru bisa disebut sebagai seorang muslim
(mengikuti atau beragama Islam) setelah ia mengucapkan 2 (dua) kalimat syahâdat,
yaitu kesaksian kepada keesaan Tuhan dan kesaksian kepada kerasulan Muhammad SAW.
Syahâdat yang pertama; “Asyhadu an Lâ ilâha
illa Allah”, disebut juga “Syahâdat Ketauhidan”.
Sedangkan syahadat yang kedua, “Muhammadur
rasullullah” disebut juga “Syahadat
Kerasulan” Yang mana syahadat ketauhidan dan syahadat kerasulan harus
dilakukan dalam satu kesatuan. Dan inilah inti utama dan kepercayaan yang paling
fundamental dari sistem keberagamaan Islam. Tauhîd
adalah basis, titik fokus awal dan akhir dari seluruh pandangan, tradisi,
budaya dan peradaban masyarakat muslim. Syahâdat,
atau kesaksian kepada Tuhan Yang Esa sesungguhnya merupakan sesuatu yang intrinsic
(sangat bernilai tinggi) pada setiap diri manusia. Syahadat bersifat pribadi karena
akan tertanam dan juga tumbuh di dalam relung-relung hati manusia yang paling
dalam.
Syahadat telah ada sebelum manusia dilahirkan,
sebagaimana dikemukakan dalam surat Al A’raaf (7) ayat 172 berikut ini: “Dan
ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu
Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat
kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”Adanya
perjanjian setelah dipersatukannya ruh dengan jasad saat masih di dalam rahim
seorang ibu, merupakan ikrar (perjanjian) yang mengandung implikasi-implikasi
dan refleksi-refleksi besar dan luas seperti moral, intelektual dan spiritual.
Adanya ikrar (perjanjian) atas kesaksian dari
ruh yang tidak lain adalah jati diri manusia yang sesungguhnya yang menyatakan bahwa Tuhan (Allah) bagi diri kita adalah satu
dan tidak ada sesuatu apapun yang lain yang menyekutui-Nya. Dan ikrar ini bukan
pula sekedar pernyataan verbal individual semata, melainkan juga seruan untuk
menjadikan ke-Esa-an itu sebagai basis utama bagi pembentukan tatanan
sosial-ekonomi-politik-kebudayaan masyarakat manusia baik secara individual yang
pada akhirnya harus berbuah di dalam masyarakat luas.
Syahadat ketauhidan harus dapat menghantarkan diri kita kepada apa-apa
yang kita persaksikan serta harus dapat pula menjadikan kesaksian yang kita
lakukan menjadi sebuah komitmen dan pengakuan yang tinggi terhadap apa-apa yang
kita persaksikan. Jika hal ini belum dapat kita laksanakan berarti kesaksian yang kita
lakukan belum sesuai dengan yang dikehendaki Allah SWT sesuatu yang kita
persaksikan.
Syahâdat ketauhidan, pada dimensi individual
dapat berarti doktrin pembebasan diri manusia dari segala bentuk belenggu
perbudakan dalam artinya yang luas; perbudakan manusia atas manusia, perbudakan
diri atas benda-benda dan atas segala bentuk kesenangan-kesenangan diri,
kebanggaan diri, kebesaran diri, kebenaran diri dan kesom-bongan diri.
Sikap-sikap dan tindakan tersebut sama dengan menyaingi dan menantang Tuhan.
Selain daripada itu, kalimat “lâ ilâha” (tidak ada tuhan) merupakan
pernyataan penolakan atau penegasan terhadap segala hal yang diagungkan, dipuja
atau disembah. Semua bentuk pengagungan terhadap diri sendiri ataupun terhadap
benda-benda dan yang lain sama artinya dengan menuhankan diri sendiri atau
benda-benda atau yang lain itu. Cara-cara seperti ini oleh AlQurân dinyatakan
sebagai kesesatan dan menyesatkan. Dan hal ini juga bisa dinyatakan sebagai
bentuk penyekutuan terhadap Allah selaku Tuhan bagi seluruh alam.
Dan dalam waktu yang sama kesaksian
(syahadat) ketauhidan: “illa Allah”
(kecuali Allah) berarti mengukuhkan bahwa hanya Allah ta’ala satu-satunya yang
memiliki kebesaran, kekuasaan dan kebenaran itu. Sebagaimana dikemukakan dalam
sebuah hadits qudsi berikut ini: “Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda:
Allah ta’ala berfirman: “Kebesaran dan kesombongan itu ibarat selendang-Ku, dan
keagungan-Ku ibarat kain-Ku. Barangsiapa menyamai-Ku dalam salah satu dari
kedua sifat itu niscaya Aku lemparkan ia ke dalam neraka. (Hadits Riwayat
Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah).”
Dan dengan adanya ketentuan syahadat
ketauhidan ini maka kita dapat mengatakan bahwa setiap umat manusia seharusnya
menjadi makhluk yang setara dihadapan Allah SWT Tuhan bagi seluruh alam, karena
seluruh manusia seharusnya sama-sama harus merendah-kan diri dihadapan-Nya dan
bukan kepada selain Dia serta menjauhkan diri dari sikap sombong, angkuh kepada
Allah SWT. Agar pelaksanaan syahadat ketauhidan yang kita lakukan mampu menghasilkan
makna yang sangat mendalam dalam diri, atau syahadat ketauhidan yang telah kita
miliki semakin bertambah kualitasnya, ada baiknya kita mempelajari hadits-hadits
yang berhubungan dengan kalimat syahadat, sebagaimana yang kami kemukakan di
bawah ini:
1. Makna Kalimat Syahadat Ketauhidan Yang
Terdapat Dalam Hadits. Berikut ini akan kami kemukakan makna
dari kalimat syahadat sebagaimana yang termaktub di dalam hadits tentang
syahadat yang akan kami kemukakan berikut ini:
a. Ali
bin Abi Thalib ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya
Akulah Allah, Tiada Tuhan melainkan Aku. Barangsiapa mengakui keesaan-Ku
berarti ia telah masuk benteng-Ku. Dan barangsiapa masuk benteng-Ku, sungguh ia
aman dari siksaan-Ku. (Hadits Riwayat Asy-Syirazi dalam kitab Al-Alqab
dari Ali)
b. Ali bin Abi
Thablib ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Laailaha illa
Allah adalah firman-Ku dan AKu-lah dia. Maka barangsiapa mengucapkannya ia
masuk ke dalam benteng-Ku dan bebas dari siksaan-Ku. (Hadits Riwayat Ibnu
Najjar).
c. Ali
bin Abi Thalib ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Laailaha
illa Allah adalah benteng-Ku. Barangsiapa memasuki benteng-Ku niscaya ia bebas
dari siksaan-Ku. (Hadits Riwayat Abu Nu’aim, Ibnu Najjar dan Ibnu Asakir).
d. Abu Sa’id ra,
berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Wahai Musa, andaikata
langit dan semua isinya, bumi dengan semua isinya, dan laut dengan semua
isinya, diletakkan di atas sebuah neraca dan disampingnya diletakkan kalimat :
Laailaha Illa Allah niscaya akan lebih unggul dan lebih beratlah kalimat
syahadat itu. (Hadits Riwayat Abu Ya’la).
e. Anas
ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Allah SWT telah
mewahyukan kepada Nabi Musa: Jika saja tidak karena meraka mengucapkan syahadat
Laailaha Illa Allah niscaya telah Kutimpakan Jahanam di atas dunia. Wahai Musa,
jika saja tidak karena mereka beribadah kepada-Ku niscaya tidaklah Aku lepaskan
mereka yang berbuat maksiat sekejap matapun. Wahai Musa, sesungguhnya
orang-orang yang beriman kepada-Ku, mereka itulah makhluk yang termulia dalam
pandangan-Ku. Wahai Musa, sesungguhnya sepatah kata dari seorang yang durhaka
(terhadap kedua orangtuanya) adalah sama beratnya dengan seluruh pasir bumi.
Bertanya Nabi Musa:“Siapakah yang durhaka itu wahai Tuhan-Ku? “Yaitu orang yang
berkata kepada kedua orang tuanya: Tidak…. Tidak” ketika dipanggil. (Hadits
Riwayat Abu Nu’aim)
f. Ibn
Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Aku Adalah Allah,
tiada Tuhan melainkan Aku. Rahmat-Ku mendahului murka-Ku, maka barangsiapa
menyatakan tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan
pesuruh-Nya ia patut masuk syurga.(Hadits Riwayat Ad-Dailami)
g. Abu
Sa’id ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Berkatalah Musa,
Wahai Tuhanku, ajarilah aku sesuatu untuk menyebut nama-Mu dan berdoa
kepada-Mu. Allah berfirman: Wahai Musa, ucapkan Laailaha Illa Allah. Musa
menjawab: Semua hamba-Mu mengucapkan kalimat ini wahai Tuhanku. Allah lalu
berfirman: Laailaha Illa Allah lalu Musa mengucapkan seraya berkata: Sebenarnya
Aku menghendaki sesuatu yang khusus untukku wahai Tuhanku. Dan berfirman-lah
Allah: wahai Musa, sekiranya tujuh lapis langit dan penghuninya selain Aku
serta tujuh lapis bumi diletakkan di satu sisi, lalu kata Laallaha illa Allah
di sisi yang lain, niscaya akan lebih beratlah kata "Laailaha Ilaa
Allah" itu. (Hadits Riwayat An-Nada’i. Ibnu Hibban, Al Hakim serta Abu
Ya’la)
h. Ibnu Umar
ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada illah selain Allah dan
bahwa muhammad adalah Rasullullah,menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika
mereka melakukan hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali
dengan hak islam dan perhitungan mereka ada pada Allah ta'ala. (Hadits Riwayat
Bukhari dan Muslim)
i. Anas
ra. berkata ; ketika Nabi SAW bepergian, ditemani mu'adz, beliau memang-gil;
wahai Mu'adz, ia menjawab; ya ' ada apa Rasulullah? beliau memanggil lagi
" wahai Mu'adz , ia menjawab ; ya ada apa Rasulullah ? ; beliau memanggil
lagi ; wahai Mu'adz, ia menjawab ; ya ada apa Rasulullah? , ini adalah panggilan
yang ketiga kalinya, kemudian beliau bersabda; " seorang hamba yang
bersaksi, bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba serta
utusan-Nya dengan sebenar-benarnya keluar dari lubuk hati,Allah pasti
mengharamkan dirinya dari api neraka" kemudian Muadz bertanya; apakah
boleh saya memberitahukan orang banyak supaya mereka gembira?; Beliau bersabda;
"Kalau mereka mengeta-hui, mungkin akan sembrono. tatkala Mu'adz
akan meninggal ia memberitahkuan hal ini karena takut akan berdosa. (Hadits
Riwayat Bukhari dan Muslim)
j. Itban
bin Malik ra, salah seorang yang mengikuti perang Badar, ia berkata; saya
biasa menjadi imam bagi kaumku, bani salim, antara tempatku dan tempat mereka
terdapat sebuah lembah, apabila hujan turun, saya kesulitan mendatangi masjid
mereka, maka saya menghadap Rasulullah saw dan berkata; sesungguhnya
penglihatanku sudah berkurang, dan lembah antara tempat tinggal saya dan tempat
mereka banjir, apabila turun hujan, sehingga saya kesulitan mendatangi tempat
itu, oleh karena itu sudilah kiranya engkau datang ke tempat saya , dan rumah
itu akan saya jadikan mushala" Rasulullah SAW bersabda ; baiklah, keesokan
harinya , ketika cuaca tidak begitu panas Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra,
datang ke tempat saya, Rasulullah minta ijin untuk masuk, dan saya
mempersilahkannya tetapi beliau tidak langsung duduk dan bertanya ;
bagian manakah yang kamu inginkan agar aku shalat di rumahmu ? saya menunjukan
tempatnya, kemudian rasulullah berdiri dan bertakbir. Kami mengikuti beliau
shalat dua rakaat kemudian salam, dan kamipun mengucapkan salam ketika beliau
mengucapkannya, kemu-dian saya mempersilahkan beliau untuk menikmati hidangan
bubur dari tepung gandum yang saya sediakan, para tetangga mendengar bahwa Rasulullah
berada di rumah saya, mereka berbondong-bondonglah mereka memenuhi rumah saya,
lalu salah seorang dari mereka berkata ; apa yang sedang dikerjakan oleh malik
? saya tidak tahu; lantas ada orang yang berkata" dia adalah seorang
munafik yang tidak cinta Allah dan rasul-Nya , Lalu Rasulullah saw bersabda
"Kamu jangan berkata seperti itu , apakah kamu tidak tahu ia
mengucapkan Laa Ilahaa Illaallaah (Tidak Ada Tuhan Selain Allah), dengan
itu ia mengharapkan keridhaan Allah Ta'ala ?, Ia menjawab ; Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahui, adapun kami, demi Allah tidak mengetahui kecintaan dan
pembicaraannya melainkan lebih condong kepada orang-orang munafik,"
Rasulullah saw bersabda; "Sesungguhnya Allah meng-haramkan api neraka
kepada orang yang mengucapkan "Laa Ilaaha Illallaah Muhammadur Rasulullah (Tidak ada tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah ) dengan tujuan untuk mencari ridha
Allah. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
k. Abu Hurairah ra, atau
Abu Sa'id al Khudiry , ia berkata ; ketika perang tabuk, para sahabat
menderita kelaparan , maka mereka berkata; wahai rasulullah, andaikan engkau
mengijinkan kami akan menyembelih binatang kami untuk dimakan , sehingga dapat
menambah kekuatan kami, "Rasulullah SAW bersabda; laksana-kanlah, kemudian
Umar ra datang dan berkata; wahai Rasulullah andaikan engkau memberi izin
mereka maka kendaraan kita tinggal sedikit, tetapi perintahkan mereka yang
masih memiliki sisa-sisa bekal makanan, untuk mengumpul-kannya kemudian
berdoalah kepada Allah agar sisa bekal makanan itu membawa berkah bagi mereka,
dengan demikian semoga Allah memberi keberkahan terhadap sisa bekal makanan itu
bagi mereka, Rasulullah SAW bersabda" ya benar; kemudian beliau
menghamparkan kain dan menyeru kepada orang-orang yang masih mempunyai sisa
bekal makanan untuk mengumpulkannya pada kain itu , Ada yang menyerahkan
segenggam jagung, ada yang menyerahkan segenggam kurma, dan ada pula yang
menyerahkan sepotong roti, sehingga terkumpul sisa-sisa bekal makanan
yang sedikit itu, kemudian Rasulullah berdoa agar sisa-sisa bekal makanan yang
sedikit itu diberi berkah. Sesudah itu beliau bersabda; "Ambillah dengan
membawa bejana (wadah) kalian masing-masing, maka mereka membawa bejana dan
diisi dengan makanan di kain yang terhampar itu sampai akhirnya semua
bejana mereka penuh, dan makan dengan kenyang, bahkan pada kain itu masih
tersisa makanan, Kemudia Rasulullah saw bersabda; Aku bersaksi bahwa tidak ada
tuhan selain Allah dan aku adalah utusan-Nya. tidak ada seorang hambapun yang
merasa bimbang terhalang dari syurga, ketika menghadap kepada Allah dengan dua
kalimat ini. (Hadits Riwayat Muslim)
l. Ubadah
bin Shamit meriwayatkan dari Nabi SAW., beliau bersabda, “Barangsiapa
mengatakan tiada ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad
adalah utusan-Nya dan Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba dan utusan-Nya,
kalimat-Nya yang dicampakkan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan bahwa syurga
adalah hak serta neraka itu hak. Allah akan memasukkannya ke surga, apapun amal
perbuatannya.” (Hadits Riwayat Bukhari).
m. Dari Anas, Nabi saw.
bersabda, “Keluar dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah dan di
hatinya ada seberat rambut kebaikan. Keluar dari neraka orang yang mengucapkan
la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat gandum kebaikan. Dan keluar
dari neraka orang yang mengatakan la ilaha illallah sedang di hatinya ada
seberat zarrah kebaikan.” (Hadits Riwayat Bukhari).
n. Abu Hurairah berkata,
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah orang yang paling ber-bahagia dengan
syafaatmu di hari Kiamat?” Rasulullah saw. bersabda, “Aku telah mengira, ya Abu
Hurairah, bahwa tidak ada seorang pun yang tanya tentang hadits ini yang lebih
dahulu daripada kamu, karena aku melihatmu sangat antusias terhadap hadits.
Orang yang paling bahagia dengan syafaatku di hari Kiamat adalah yang
mengatakan la ilaha illallah secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya.”(Hadits
Riwayat Bukhari).
o. Dari Abdullah bin
Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Aku diperintahkan un-tuk memerangi manusia
sampai mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan
Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan hal
itu, terperiharalah darah dan harta benda mereka kecuali dengan haknya,
sedangkan hisab mereka kepada Allah.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
p. Rasulullah bersabda
kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Ya-man, “Kamu akan datang
kepada kaum ahli kitab. Jika kamu telah sampai kepada mereka, ajaklah mereka
agar bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Jika
mereka mentaatimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan kepada mereka lima shalat setiap siang dan malam. Jika mereka
mentaatimu dalam hal itu beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan
sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan
dikembalikan kepada orang-orang miskin. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu,
hati-hatilah kamu terhadap kemuliaan harta mereka dan waspadalah terhadap
doanya orang yang dizalimi, sebab antaranya dan Allah tidak ada dinding
pembatas.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
q. “Dari Ubadah bin
al-Shamit, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang bersaksi
tiada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, maka
Allah akan mengharamkam neraka baginya”. (Hadits Riwayat Muslim).
r. Jabir
bin Abdillah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Ada dua hal yang menjadi
penyebab, pertama, orang yang meninggal sementara dia bersaksi bahwa tidak ada
tuhan selain Allah yang Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, niscaya dia masuk
syurga. Kedua, orang yang meninggal sementara dia menyekutukan Allah, niscaya
dia masuk neraka. (Syekh Shaduq, dalam bukynya Tauhid Hadis Hadis Tematis
tentang Akidah).
s. Abu
Bashir berkata, “Imam Ja’far Shadiq berkata, “Sesungguhnya Allah SWT telah
mengharamkan jasad-jasad para ahli tauhid atas api neraka. (Syekh Shaduq, dalam
bukynya Tauhid Hadis Hadis Tematis tentang Akidah).
t. Ubaid bin Zurarah meriwayatkan bahwa Imam Ja’far Shadiq berkata, “Ucapan
La ilaha illalah” adalah harga syurga. (Syekh Shaduq, dalam bukynya Tauhid Hadis
Hadis Tematis tentang Akidah).
Begitu luar biasa makna yang terdapat di
balik kalimat syahadat ketauhidan dan juga syahadat kerasulan yang kami
kemukakan di atas. Lalu apakah hal yang begitu luar biasa kita lewatkan begitu
saja sehingga tidak bermakna bagi hidup dan kehidupan diri kita!
2. Contoh Kesaksian Yang Dapat Kita Persaksikan
Dengan Mata Kepala Sendiri. Da-lam rangka untuk memudahkan melaksanakan
syahadat ketauhidan serta untuk memudahkan pemahaman dan pembahasannya. Berikut
ini akan kami kemukakan 8 (delapan) buah con-toh kesaksian yang harus dapat
kita persaksikan dengan mata kepala kita sendiri baik yang terdapat di alam
semesta ini maupun yang berasal dari dalam diri kita sendiri, yang
keseluruhannya terdapat di dalam AlQur'an yang mulia.
a. Setiap manusia termasuk di dalamnya diri
kita telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengatakan atau bersaksi bahwa
Tiada Tuhan selain Allah SWT yang tidak hanya mampu menciptakan dan memiliki
langit dan bumi semata. Akan tetapi juga mampu berbuat, mampu berkehendak,
mampu memelihara, mampu menjaga segala apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Az Zumar (39) ayat 46
berikut ini: “Katakanlah:
"Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui barang ghaib dan
yang nyata, Engkaulah yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang
selalu mereka memperselisihkannya."
Jika ini adalah kondisi dan keadaan dasar
daripada Allah SWT kepada ciptaan-Nya, lalu punya kemampuan apakah diri kita
jika dibandingkan dengan Allah SWT? Apakah hal ini tidak cukup bagi diri kita
untuk memberikan kesaksian bahwa Allah SWT adalah segala-galanya di alam
semesta ini? Jika kita termasuk orang yang telah Tahu Diri, atau yang telah
memiliki Ilmu dan Pengetahuan tentang Syahadat maka sudah sepatutnya dan
selayaknya diri kita mampu memberikan Kesaksian dengan Jujur bahwa hanya Allah
SWT satu-satunya Tuhan di alam semesta ini. Jika tidak, berarti ada sesuatu
yang salah di dalam diri kita.
b. Setiap manusia termasuk diri kita telah diperintahkan
oleh Allah SWT untuk mem-perhatikan secara langsung bahwa Tiada Tuhan
selain Allah SWT yang mampu mencip-takan
langit dan bumi, yang mampu menciptakan manusia, yang mampu menciptakan hewan,
yang mampu menciptakan tumbuhan, yang mampu menciptakan udara, yang mampu
menciptakan air, mineral serta makhluk hidup lainnya yang ada di alam semesta
ini dengan Hak. Hal ini sebagamana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “tidakkah
kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi
dengan hak[784]? jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan
mengganti(mu) dengan makhluk yang baru. (surat Ibrahim (14) ayat 19).”
[784] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah
dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.
Sekarang adakah Tuhan-Tuhan lain selain
Allah yang mampu menciptakan langit dan bumi, yang mampu menciptakan manusia,
yang mampu menciptakan hewan, yang mampu menciptakan tumbuhan, udara, air,
mineral atau makhluk hidup yang lainnya seperti yang telah diciptakan oleh Allah
SWT? Jika jawabannya tidak ada Tuhan selain Allah SWT berarti hal ini sudah
cukup mampu menghantarkan diri kita untuk bersikap Jujur di dalam memberikan
kesaksian sewaktu melaksanakan syahadat ketauhidan di muka bumi ini. Namun
apabila kondisi ini belum dapat menjadikan diri kita jujur kepada Allah SWT
berarti ada sesuatu yang salah di dalam
diri kita.
c. Setiap manusia termasuk diri kita telah diperintahkan
oleh Allah SWT untuk mempersaksikan bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang
Maha Mengetahui segala apapun juga yang ada di alam semesta ini tanpa
terkecuali. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al An’am (6) ayat 103
berikut ini: “Dia
tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui. (surat
Al An'am (6) ayat 103).” Jika ini adalah keadaan Allah SWT kepada apa-apa yang telah diciptakan-Nya dan
kepada apa-apa yang telah dimiliki-Nya berarti kemanapun diri kita berada pasti
Allah SWT akan mengetahunya sehingga kita tidak akan mungkin dapat bersembunyi
dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT. Selanjutnya masih maukah diri kita
bersaksi palsu sewaktu melaksanakan syahadat ketauhidan? Sepanjang diri kita
masih berada di langit dan di buminya Allah SWT maka apapun juga dapat
diketahui Allah SWT. Adanya kondisi ini apakah tidak cukup bagi diri kita untuk
bersikap dan berlaku serta bersikap Jujur kepada Allah SWT?
d. Setiap
manusia termasuk diri kita telah diperintahkan untuk memperhatikan seca-ra
langsung apa yang Allah SWT tunjukkan yaitu Tiada Tuhan selain Allah SWT yang
mampu menjadikan, yang mampu menciptakan gunung, cahaya, udara, air, angin,
atom atau ion-ion yang ada alam semesta ini serta yang mampu menahan langit dan
segala isinya tanpa tiang supaya tidak jatuh. Berdasarkan kondisi ini dapat
terlihat dengan jelas betapa hebat-Nya, betapa maha-Nya, betapa kuat-Nya Allah SWT
diban-dingkan dengan diri kita. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat
Qaaf (50) ayat 7-8-9-10-11 berikut ini: “dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung
yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang
mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali
(mengingat Allah). dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya
lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang
diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang
bersusun- susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan
dengan air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah terjadinya
kebangkitan.”
Sekarang mari kita lihat udara dan air
yang ada di alam semesta ini, apakah manusia mampu menciptakan kebutuhan untuk
dirinya sendiri? Jika kita mengacu bahwa manusia termasuk makhluk yang sangat
membutuhkan udara dan air maka keberadaan udara dan air, dapat dipastikan sudah
ada sebelum manusia itu ada. Adanya kondisi ini berarti manusia tidak mungkin
dapat menciptakan udara dan air, hal ini dikarenakan tanpa ada udara dan air
manusia tidak bisa hidup. Sekarang apa jadinya jika sampai Allah SWT tidak
pernah serta tidak mampu menciptakan udara dan air bagi kepen-tingan makhluk
hidup yang diciptakannya? Semua makhluk hidup, termasuk diri kita tidak bisa
melaksanakan apa-apa yang dikehendaki Allah SWT karena semuanya akan mati. Jika
ini adalah kondisinya, masih tidak cukupkah bagi diri kita untuk bisa
mempersaksikan Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan, yang mampu
mengadakan udara dan air yang begitu besar jumlahnya di alam semesta ini dengan
baik dan benar?
e. Setiap manusia juga termasuk diri kita
telah diperintahkan untuk memperhatikan secara langsung apa yang ditunjukkan oleh
Allah SWT yaitu Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan manusia
yang terdiri dari Jasmani dan Ruh serta yang diperlengkapi dengan Amanah yang
7, Hubbul yang 7, Hati Ruhani tempat diletak-kannya akal, perasaan, dan
kehendak. Hal ini sebagaimana dikemukakan di dalam 2 (dua) buah ayat berikut
ini: Allah SWT berfirman: “dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.(surat An Nahl (16) ayat 78)
Allah SWT berfirman: “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes
mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa),
kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang
diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal
yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). Dia-lah yang menghidupkan dan
mematikan, Maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata
kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia.
Apakah
kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah?
Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan? (surat Al Mu'min (40) ayat 67-68-69)
Jika Allah SWT adalah pencipta dari diri kita, berarti diri kita tidak
akan mungkin lebih tinggi, apalagi lebih hebat kedudukannya dibandingkan dengan
Allah SWT dan jika Allah SWT adalah pencipta dari diri kita dapat dipastikan Allah
SWT sudah ada sebelum diri kita ada. Di lain sisi Allah SWT juga pemilik dan
pencipta langit dan bumi beserta isinya jika ini kondisinya dapat dipastikan
bahwa diri kita saat ini hidup di muka
bumi yang juga dimiliki oleh Allah SWT.
Sebagai orang yang sedang menumpang di bumi yang diciptakan dan yang
dimiliki Allah SWT, sudahkah diri kita
mampu mempersaksikan hal itu semua saat diri kita melaksanakan syahadat
ketauhidan? Jika diri kita tidak mampu mempersaksikan diri sendiri yang tidak
memiliki apapun juga di muka bumi ini, berarti ada sesuatu yang salah di dalam
diri kita. Untuk itu segeralah memperbaiki syahadat ketauhidan yang telah kita
lakukan atau termasuk juga memperbaiki kefitrahan diri sebelum Ruh tiba di kerongkongan.
f. Setiap manusia termasuk diri kita telah
diperintahkan untuk memperhatikan seca-ra langsung apa yang Allah SWT kemukakan bahwa
Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu mempergantikan siang dengan malam serta
yang mampu menundukkan matahari dan bulan berjalan di garis edarnya
masing-masing. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa
Sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke
dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai
kepada waktu yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (surat Luqman (31) ayat 29)
Sekarang apa jadinya jika di muka bumi
ini tidak ada siang dan tidak ada malam dan juga tidak ada waktu sedangkan kita
sangat membutuhkan adanya siang dan adanya malam dan juga waktu sebab di dalam
melakukan ibadah sangat membutuhkan ketepatan waktu? Jika ini keadaan yang
sudah diperlihatkan dan sudah pula
dipertunjukkan oleh Allah SWT
kepada diri kita, maka sudah sepatutnya dan sudah sepantasnya diri kita
memberikan kesaksian bahwa hanya Allah SWT sajalah yang pantas menjadi Tuhan di
alam semesta ini.
g. Setiap manusia termasuk diri kita telah
diperintahkan untuk memperhatikan seca-ra langsung apa yang Allah SWT tunjukkan bahwa
Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu mengabulkan doa dari orang yang berdoa
kepada-Nya kapanpun, dalam kondisi apapun dan dimanapun ia berada atau
sepanjang diri kita masih berada di dalam ciptaan Allah SWT maka Allah SWT
pasti akan mengabulkan doa kita selama kita mau berdoa kepada-Nya. Hal ini
sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan
apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka
sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus[1186].
dan tidak ada yang mengingkari ayat- ayat Kami selain orang-orang yang tidak
setia lagi ingkar. (surat Luqman (31) ayat 32)
[1186] Yang dimaksud dengan jalan yang Lurus Ialah: mengakui ke-esaan
Allah.
Lalu adakah Tuhan lain di jagad raya ini
selain Allah SWT yang mampu mengabulkan doa dari orang yang berdoa kepadanya
dimanapun ia berada, kapanpun doa itu dilakukan, dalam kondisi dan keadaan
apapun juga mampu dikabulkan? Jika jawaban dari pertanyaan ini tidak ada Tuhan
selain Allah SWT yang mampu melakukan itu semua, sekarang tergantung diri kita
maukah kita berdoa hanya kepada Allah
SWT saat diri kita menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka
bumi.
h. Setiap
manusia termasuk diri kita telah diperintahkan untuk memperhatikan seca-ra
langsung apa yang Allah SWT tunjukkan bahwa Tiada Tuhan selain Allah SWT yang mampu
menjadikan matahari terus bersinar dari waktu ke waktu tanpa henti, terbit di
timur tenggelam di barat serta berjalan di garis edar yang telah ditetapkan.
Bintang bercahaya. Matahari dan Bulan berjalan sesuai dengan orbitnya
masing-masing tanpa pernah tertukar sedetikpun. Hal ini sebagaimana dikemukakan
dalam firman-Nya berikut ini: “Dia-lah
yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian
itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pertukaran malam dan
siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa. (surat
Yunus (10) ayat 5-6)
[669] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah
dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.
Sebagai orang yang telah tahu diri yang sesungguhnya dan juga telah
memiliki ilmu tentang syahadat ketauhidan, tentu dengan adanya Kebesaran dan
Kemahaan Allah SWT yang telah diperlihatkan melalui matahari dan bulan serta
bintang, kiranya sudah cukup bagi diri kita untuk menyatakan kesaksian bahwa
hanya Allah SWT sajalah Tuhan yang mampu melakukan itu semua dan menjadikan itu
semua di alam semesta ini.
Selanjutnya
setelah diri kita mempelajari 8(delapan) bentuk kesaksian tentang Allah SWT sebagai
pelaksanaan syahadat ketauhidan, semoga ketauhidan dalam diri ini menjadi
bertambah kuat dan berkualitas.
Sekarang masih ada satu hal lain yang
sangat-sangat penting yang dikemukakan oleh Allah SWT yaitu tentang Allah SWT itu
sendiri yang terdapat di dalam surat Ali Imran (3) ayat 18 berikut ini: “Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(surat Ali Imran (3) ayat 18)
[188] Ayat ini untuk
menjelaskan martabat orang-orang berilmu.
Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 18
di atas, Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam dari semesta ini
memberikan kesaksian atas dirinya sendiri. Bayangkan setelah diri kita mampu mempersaksikan
Allah SWT lalu sudahkah kita mengetahui dan memahami bahwa Allah SWT juga telah
memberikan kesaksian tentang dirinya sendiri sebagaimana dikemukakan dalam ayat
di atas!. Allah SWT selaku pemberi kesaksian terhadap diri-Nya sendiri tentu Allah
SWT sangat paham benar, mengerti benar tentang keadaan dirinya sendirinya,
dibandingkan dengan makhluknya yang memberikan kesaksian melalui syahadat.
Lalu untuk apa Allah SWT sampai
mengemukakan kesaksian atas dirinya sendiri kepada diri kita melalui surat Ali
Imran (3) ayat 18 di atas? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita
bercermin dengan sesuatu yang terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Sebagai
orang tua, kita sering menceritakan pengalaman hidup kepada anak-anak, lalu
untuk apakah kita melakukan itu semua? Dengan menceritakan pengalaman hidup
baik suka ataupun duka, yang kita alami kepada anak, maka kita berharap
anak-anak mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang terdapat dibalik cerita
yang kita kemukakan dan kita juga berharap agar anak tidak sombong dengan apa
yang telah dicapainya hari ini serta jangan sampai anak mengulangi hal-hal yang
tidak mengenakkan yang pernah kita alami serta mampu menjadikan diri kita
sebagai contoh yang baik saat menjalani kehidupan. Sekarang bagaimana dengan Allah
SWT?
Allah SWT menceritakan kesaksian atas
dirinya di dalam AlQuran, agar setiap manusia yang ada di muka bumi dapat
mengambil hikmah dan pelajaran yang berharga dari Allah SWT secara langsung
sehingga dengan itu semua mampu: meningkatkan keimanan dan ketaqwaan diri kita
menjadi lebih baik serta mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari umat-umat
terdahulu sehingga diri kita tidak menjelma menjadi firaun-firaun generasi
baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Nuh generasi baru, atau tidak
menjelma menjadi umat Nabi Luth generasi baru, atau tidak menjadikan diri kita
menjadi qarun-qarun generasi baru di jaman Nano Technology. Semoga dengan adanya
pembelajaran tentang syahadat ketauhidan yang kami kemukakan di atas, mampu
menjadikan diri ini terus dan tetap mampu memperhartahan kualitas syahadat yang
kita miliki selama hayat masih di kandung badan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar