DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
A. BILAL BIN SAAD.
1. Janganlah engkau melihat pada kecilnya kesalahan, tetapi lihatlah kepada Maha-besar-Nya
Dzat yang engkau tentang.
2. Jika
suatu waktu engkau melihat orang yang banyak bicara, suka berbantah-banta-han
dan merasa bangga dengan pendapat sendiri, maka sempurnalah kerugiannya.
3. Apabila
kesalahan disembunyikan, dia tidak mendatangkan mudharat kecuali bagi pelakunya.
Namun, jika kesalahan itu ditampakkan akan tetapi tidak diubah, dia akan
mendatangkan mudharat bagi semua orang.
4. Janganlah
engkau menjadi wali Allah dalam keadaan terang-terangan, sedangkan engkau
adalah musuh-Nya dalam keadaan sembunyi-sembunyi.
B. LAIN-LAIN.
1. Engkau tidak boleh memberi kepuasan kepada semua orang,
tetapi kamu boleh memberi kepuasan kepada golongan yang berakal, beradab, dan
terpilih. (Ibnu Al Muqaffa)
2. Apabila ma’ruf (kebaikan) telah kurang diamalkan, ia akan
dianggap munkar (keburukan). Sebaliknya, apabila munkar telah tersebar, ia akan
dianggap ma’ruf. (Ibnu Al Muqaffa)
3. Salah satu aib terbesar manusia adalah tidak mengetahui
kekurangan dirinya. Orang yang tidak mengetahui aib dirinya, ia pun tidak
mengetahui kebaikan orang selainnya. Barangsiapa yang tidak mengetahui aib yang
dia sendiri tidak mengetahuinya dan tidak akan mendapatkan kebaikan-kebaikan
orang lain yang tidak pernah ia lihat selamanya. (Ibnu Al Muqaffa)
4. Janganlah engkau sampaikan kebutuhanmu kepada orang yang
menutup pintunya untukmu dan membuat tabir yang menghalangimu. Engkau harus
menyampaikan kebutuhanmu kepada Dzat yang pintu-Nya selalu terbuka untukmu
hingga hari Kiamat. Dia memintamu untuk berdoa kepada-Nya dan Dia telah
berjanji untuk mengabulkan doamu. (Thawus
bin Kaisan Al Yamani)
5. Sesungguhnya, malaikat akan mencatat shalat yang
dilakukan ibnu Adam. Fulan mempunyai kelebihan dalam shalatnya, ini dan itu.
Fulan mempunyai kekurangan dalam shalatnya, ini dan itu. Ketahuilah bahwa
catatan malaikat itu dilakukan dalam kekhusyukan dan ruku’nya. (Thawus bin Kaisan Al Yamani)
6. Ada sebuah batu di bibir jurang Jahannam yang jatuh
kedalamnya selama 70 (tujuh puluh) tahun perjalanan sehingga batu itu jatuh di
dasarnya. Tahukah engkau untuk siapa Allah menyiapkan Jahannam? Bagi orang yang
disertakan Allah di dalam hukum-Nya (para penguasa), lalu ia berbuat dzalim. (Thawus bin Kaisan Al Yamani)
7. Ya Allah, berilah aku rezeki yang membuatku semakin
bersyukur kepada-Mu, sema-kin membutuhkan-Mu, dan semakin mandiri dari
selain-Mu. (Bakr bin Abdullah Al Muzani)
8. Wahai anak Adam, siapa yang dapat menandingimu dalam hal
bertobat? Engkau bisa menghadap Tuhanmu kapanpun engkau mau. Tidak ada sesuatu
pun yang membatasi antara dirimu dan Tuhanmu. Tidak ada perantara. Tidak ada
penterjemah. (Bakr bin Abdullah Al Muzani)
9. Tidak seorang pun meninggalkan suatu keburukan yang ia
rasakan nikmatnya karena Allah, kecuali ia akan menemukan gantinya dari Allah.
(Muhammad bin Sirin)
10. Jika kamu mampu mengambil pelajaran dari musibah yang
terjadi atas dirimu, musibah itu sebenarnya kenikmatan untukmu. Namun, jika
engkau tidak mampu mengambil pelajaran dari musibah itu, sikapmu itulah musibah
yang paling besar atasmu. (Muhammad bin
Sirin)
11. Carilah rezeki yang ditakdirkan kepadamu dengan cara
halal. Ketahuilah, jika engkau mencarinya dengan cara yang tidak halal, niscaya
kamu tidak akan mendapatkannya lebih banyak dari apa yang telah ditakdirkan
kepadamu. (Muhammad bin Sirin)
12. Makrifat mengenai Ketuhanan-Nya, beramal karena patuh
kepada-Nya, dan bersyukur kepada-Nya atas kesejahteraan dari-Nya, serta
bersabar dalam menjalani penderitaan. Itulah adab yang akan lebih mendekatkan
kepada Allah Azza wa Jalla. (Muhammad bin
Sirin)
13. Tidak seorang pun melakukan amal kebaikan kecuali ia
mendapatkan ganjarannya. Jika ia ikhlas, Allah berikan balasan itu di dunia dan
akhirat. Jika ia ingkar, ia hanya mendapatkan balasan duniawi saja. (Maimun bin Mihran Al Jazari).
14. Seseorang yang mati dalam keadaan bodoh itu lebih baik
daripada mengatakan sesuatu yang tidak diketahuinya. (Muhammad bin Sirin)
15. Jagalah tiga hal dari wahai kawan: (a) jangan ada di
antara kalian yang menemui seorang raja walau untuk menyimak bacaan AlQuran
darinya; (b) jangan ada di antara kalian yang berdua-duaan dengan seorang
wanita meskipun untuk membimbingnya menghapal AlQuran; dan (c) jangan ada di
antara kalian yang memasang telinganya kepada ucapan orang yang gemar menuruti
hawa nafsunya. (Yunus bin ‘Ubaid)
16. Ada dua amalan yang jika keduanya dilaksanakan dengan
baik oleh seorang hamba, niscaya amalan yang lainnya akan menjadi baik pula,
yaitu shalatnya dan lisannya. (Yunus bin
‘Ubaid)
17. Ketahuilah, tidaklah mentari bersinar di pagi hari
melainkan pada hari itu nafsu dan ilmu akan menghampiri penuntut ilmu, lalu
keduanya saling bertarung dalam dadanya dengan dahsyat. Jika ilmunya
mengalahkan nafsunya, hari itu adalah hari keberuntungannya. Namun, jika nafsunya
yang mengalahkan ilmunya, hari itu adalah hari kerugiannya. (Salamah bin Dinar Al Makhzumi)
18. Tiap-tiap anggota dari tubuhmu memiliki hak untuk
disyukuri. Mensyukuri kedua mata adalah ketika kamu melihat kebaikan dengan
keduanya maka engkau mengumumkannya, dan apabila engkau melihat keburukan maka
kamu menutupinya. Mensyukuri kedua telinga adalah ketika engkau mendengar
kebaikan dengannya maka engkau memahaminya, dan apabila engkau mendengar
keburukan maka engkau menimbunnya. (Salamah
bin Dinar Al Makhzumi)
19. Jika engkau mendapati Allah memberikan nikmat-Nya
kepadamu dalam kondisi engkau melanggar perintah-Nya, maka berhati-hatilah. (Salamah bin Dinar Al Makhzumi)
20. Ketika hati diperbaiki maka dosa-dosa besar terampuni.
Jika seorang hamba bertekad meninggalkan dosa, niscaya ia akan diliputi hati
yang senantiasa terjaga. (Salamah bin
Dinar Al Makhzumi)
21. Kerjakan apa yang engkau benci tetapi dicintai Allah, dan
tinggalkan pekerjaan yang engkau cintai tetapi dibenci Allah, niscaya engkau
akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. (Salamah bin Dinar Al Makhzumi)
22. Seandainya aku mengharap bisa hidup satu bulan lagi, itu
artinya aku telah berbuat keji. Bagaimana mungkin aku berharap seperti itu,
padahal aku menyaksikan malapetaka menimpa manusia setiap saat, siang maupun
malam? (Daud Ath-Tha’i bin Nushair)
23. Allah tak mengeluarkan seorang hamba dari kehinaan
maksiat pada kemuliaan ketaqwaan, kecuali Allah menjadikannya kaya tanpa harta,
mulia tanpa jabatan, dan merasa tak sendiri tanpa manusia. (Daud Ath-Tha’i bin Nushair)
24. Usahakanlah agar Allah tidak melihatmu melanggar
larangan-Nya, tidak kehilangan-mu saat Dia memerintahkanmu, dan malulah terhadap
kedekatan-Nya denganmu dan kekuasaan-Nya atas dirimu. (Daud Ath-Tha’i bin Nushair)
25. Berikanlah makanan ini kepada anak-anak yatim. Jika aku
makan, ia akan menjadi kotoran, namun jika dimakan mereka, aku telah
menyimpannya di sisi Allah. (Daud
Ath-Tha’i bin Nushair)
26. Siapa yang mendamaikan dua orang yang sedang bersengketa,
Allah akan member-inya pahala untuk setiap kalimat yang diucapkannya sebanding
dengan memerdekakan budak. (Malik bin
Anas Al-Asbahi)
27. Aku melihat Allah telah meletakkan cahaya dalam hatimu.
Jangan padamkan cahaya itu dengan kegelapan maksiat. (Malik bin Anas Al-Asbahi)
28. Setan meletakkan taringnya dalam hati bani Adam. Jika
seseorang menginggat Allah, syaitan akan lemah. Namun jika ia melupakan Allah,
syaitan akan segera menancapkan taringnya di hati orang tersebut. (Malik bin Anas Al-Asbahi)
29. Yang namanya ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak
meriwayatkan. Ilmu itu adalah cahaya yang Allah turunkan ke dalam hati manusia,
sehingga ia semakin dekat dengan Allah
dan menjauhkannya dari kesombongan diri. (Malik
bin Anas Al-Asbahi)
30. Sesungguhnya, ilmu itu tidak didapatkan dari warisan,
bukan pula dengan nasab dan kedudukan. Namun, ilmu itu adalah pemberian dan
karunia yang Allah berikan kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. (Malik bin Anas Al-Asbahi)
31. Ilmu pengetahuan tidak akan mendatangi seseorang, tetapi
manusialah yang harus mencarinya. Ilmu adalah cahaya. Ia tidak akan dekat
kecuali dengan hati yang penuh taqwa dan khusyuk. (Malik bin Anas Al-Asbahi)
32. Apabila engkau telah mengetahui satu ilmu, hendaklah
terlihat pada dirimu bekas ilmu tersebut, ketenangan, ciri-cirinya, kemuliaan
dan rasa santun. (Malik bin Anas Al-Asbahi)
33. Siapa yang dibukakan satu kesenangan di hatinya dan
selamat dari prahara kematian serta huru-hara hari Kiamat, hendaklah amalnya di
kala sembunyi-sembunyi lebih banyak daripada amalnya di kala terang-terangan. (Malik bin Anas Al-Asbahi)
34. Engkau tidak boleh memberi kepuasan kepada semua orang,
tetapi kamu boleh memberi kepuasan kepada golongan yang berakal, beradab, dan
terpilih. (Ibnu Al-Muqaffa)
35. Salah satu aib terbesar manusia adalah tidak mengetahui
kekurangan dirinya. Orang yang tidak mengetahui aib dirinya, ia pun tidak
mengetahui kebaikan orang selainnya. Barangsiap yang tidak mengetahui aib
dirinya dan kebaikan orang lain, ia tidak akan bisa menghilangkan aib yang dia
sendiri tidak mengetahuinya dan tidak akan mendapatkan kebaikan-kebaikan orang
lain yang tidak pernah ia lihat selamanya. (Ibnu
Al-Muqaffa)
36. Siapa yang mengamalkan apa yang telah diketahui, ia akan
diberi taufik untuk men-capai apa yang belum diketahuinya. (Abdurrahman bin Amr Al-Auza’i)
37. Khusyuk itu adalah menundukkan pandangan dari yang
diharamkan, merendahkan tangan (bersikap santun), dan berhati lembut, yaitu
sedih dan takut (karena Allah). (Abdurrahman
bin Amr Al-Auza’i)
38. Barangsiapa memperlama qiyamullail (shalat malam),
niscaya Allah akan membe-rinya kemudahan saat berdiri (dihisab) pada hari
Kiamat. (Abdurrahman bin Amr Al-Auza’i)
39. Barangsiapa membenci kebenaran, dia telah membenci Allah,
karena sesungguhnya Allah itu adalah Dzat Yang Mahabenar (Al Haqq) lagi
Mahajelas. (Abdurrahman bin Amr Al-Auza’i)
40.
Ketahuilah, seorang pemimpin yang menipu rakyatnya, Allah
mengharamkan syurga baginya. (Abdurrahman
bin Amr Al-Auza’i)
41. Aku tidak mendapatkan nasihat kecuali dari kuburan, tidak
merasakan keintiman kecuali dengan AlQuran, dan tidak selamat kecuali dengan
diri sendiri. (Abu Abdurrahman Umari
Az-Zahid)
42. Ketahuilah, setiap orang akan ditanya tentang urusan
pribadinya dan dirinya pada hari Kiamat, sedangkan seorang pemimpin akan
ditanya tentang mereka semua (orang-orang yang dipimpinnya). (Abu Abdurrahman Umari Az-Zahid)
43. Apabila engkau ingin agar Allah mengasihimu esok hari,
jadilah milik-Nya hari ini (dengan berbuat taat kepada-Nya). (Abu Abdurrahman Umari Az-Zahid)
44. Salah satu bentuk kelalaianmu terhadap dirimu sendiri
adalah engkau berpaling dari Allah, yaitu saat engkau melihat sesuatu yang
dimurkai-Nya, lalu engkau berlalu begitu saja tanpa melakukan amar ma’ruf nahi
munkar karena takut kepada orang yang tidak bisa memberikan manfaat dan
mudharat bagimu. (Abu Abdurrahman Umari
Az-Zahid)
45. Aku telah bermujahadah dalam ibadah selama 30 (tiga
puluh) tahun. Namun, tidak ada yang paling berat bagiku selain mempelajari ilmu
dan mengamalkannya. (Abu Yazid
Al-Busthami)
46.
Setelah Dia mengetahui ketulusan doaku, yang pertama kali
Dia minta dariku adalah agar aku meninggalkan diri seutuhnya dan berpaling dari
makhluk walau aku berada di tengah-tengah mereka. (Abu Yazid Al-Busthami)
47. Cukuplah tawakal dengan tidak melihat penolong bagimu
selain Dia, tidak ada pemberi rezeki bagimu selain Dia, dan tidak ada yang
menyaksikan perbuatanmu melainkan Dia. (Abu
Yazid Al-Busthami)
48. Janganlah engkau menilai dan tertipu dengan
kekuatan-kekuatan yang luar biasa, tetapi yang harus dinilai adalah ketaatan
dan ketakwaan seseorang pada agama dan syariat pelaksanaannya. (Abu Yazid Al-Busthami)
49. Rasa lapar adalah awan. Jika seorang hamba merasa lapar
(karena Allah), hatinya menurunkan butiran-butiran hujan hikmah. (Abu Yazid Al-Busthami)
50.
Shalat itu menghantarmu setengah jalan, puasa itu
menghantarmu ke pintu kerajaan, dan sedekah itu membawamu masuk ke dalamnya. (Sahal bin Abdullah Al-Tustary)
51. Jika tiba waktu malam, janganlah engkau mengharap tibanya
siang hari, sehingga engkau menunaikan hak Allah pada waktu malam itu. Jaga
pula hawa nafsumu. Demikian pula jika engkau berada di pagi hari. (Sahal bin Abdullah Al-Tustary)
52. Siapa menyenangi sesuatu yang tidak layak disenangi, maka
ia telah mendatangkan kesusahan yang tidak ada habisnya. (Sahal bin Abdullah Al-Tustary)
53. Semua manusia seperti orang yang tengah mabuk, kecuali
mereka yang berilmu. Semua orang yang berilmu adalah orang yang bingung,
kecuali mereka yang mengamalkan ilmunya. (Sahal
bin Abdullah Al-Tustary)
54. Orang yang mengingat Allah ketika orang lain lupa,
bagaikan kelompok orang kalah yang dilindungi seseorang. Seandainya tidak ada
orang itu, binasalah kelompok tersebut. Seandainya tidak ada orang yang
menyebut nama Allah ketika manusia lupa, niscaya binasalah semua manusia. (Aun bin Abdullah bin Uthbah)
55. Ketahuilah, barangsiapa beramal untuk amal, niscaya Allah
mencukupkan manusia baginya, barangsiapa beramal untuk akhiratnya, niscaya
Allah cukupkan dunia baginya; barangsiapa menjaga rahasia dirinya, niscaya
Allah akan menjaga apa yang tampak darinya. (Aun bin Abdullah bin Uthbah)
56. Sudah cukup dikatakan sombong jika engkau menganggap
dirimu memiliki kele-bihan dibandingkan orang yang ada di bawahmu. (Aun bin Abdullah bin Uthbah)
57. Hari yang paling bermanfaat bagi seorang Muslim adalah
hari ketika ia berjumpa dengan Allah, lalu Dia memberitahunya bahwa Dia ridha
kepadanya. (Aun bin Abdullah bin Uthbah)
58. Ketahuilah kawan, majelis-majelis dzikir adalah obatnya
hati. (Aun bin Abdullah bin Uthbah)
59. Kalau air mata karena rindu dan cinta kepada Allah
mengenai satu bagian tubuh seseorang, Allah akan mengharamkan bagian tubuh itu
tersentuh api neraka. (Aun bin Abdullah
bin Uthbah)
“Akhlak terbentuk karena kebiasaan, komitmen diri, kontrol perbuatan,dan tidak bisa hanya dari pengetahuan. Akhlak tidak akan berguna bila tidak dilaksanakan dan keutamaan tidak bermanfaat bila tidak diwujudkan.”
(Abu
Tamam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar