Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 10 Juli 2024

MUTIARA HIKMAH DARI IBNU ATHAILAH AL ISKANDARI (PART 2 of 2)

 

DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

 

1.        Ketaatanmu tidak bermanfaat untuk-Nya dan maksiatmu tidak mendatangkan bahaya kepada-Nya. Allah memerintahkan ini dan melarang itu tidak lain hanyalah untuk kepentinganmu. Ingat, ketaatan dan pembangkangan seseorang tidak akan menambah kemualian-Nya.

 

2.    Berbagai kewajiban yang dikerjakan pada sejumlah waktu dapat diganti. Namun, kewajiban terhadap sejumlah waktu (keadaan) tidak dapat diganti. Pasalnya, tidaklah satu waktu tiba, kecuali membawa kewajiban baru dan perintah penting dari Allah yang harus kau tunaikan. Bagaimana mungkin kau menunaikan hak yang lain, sedangkan di dalamnya hak Allah tidak kau tunaikan?

 

3.    Jangan membanggakan datangnya warid (karunia Allah) yang buahnya tidak kau ketahui karena tujuan bergumpalnya awan bukanlah turunnya hujan, melainkan tumbuhnya buah buahan.

 

4.     Tidaklah kau mencintai sesuatu melainkan kau menjadi hamba baginya dan Allah tidak ingin kau menjadi hamba bagi selainNya.

 

5.        Sampaimu kepada Allah adalah sampaimu kepada pengetahuan tentang-Nya karena mustahil Allah disentuh atau menyentuh sesuatu. Sedangkan kedekatanmu denganNya adalah ketika kau menyaksikan-Nya mendekatimu, karena mana mungkin kau bisa mendekati-Nya?

 

6.     Bagaimana mungkin Allah terhijab oleh sesuatu, sedangkan Dia tampak, ada, dan hadir pada sesuatu yang dijadikan hijab.

 

7.       Jangan putus asa terhadap amal yang kau kerjakan dengan tidak khusyuk. Bisa jadi, Dia menerima amal yang buahnya tidak kau dapatkan secara langsung.

 

8.     Jangan sekali-kali mengharapkan kekalnya warid (karunia Allah) yang telah selesai membentangkan cahayanya dan menyingkapkan seluruh rahasianya. Semua yang kau butuhkan ada pada Allah dan kau tidak memerlukan yang lain.

 

9.          Keinginanmu terhadap kekalnya sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kai belum bertemu dengan-Nya. Kerisauanmu lantaran kehilangan sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kau belum sampai kepada-Nya.

 

10.   Walaupun bentuknya beragam, nikmat terwujud lantaran penyaksian dan kedekatan dengan Allah. Sebaliknya, meski bentuknya beragam, siksa terwujud lantaran keberadaan hijab-Nya. Jadi, sebab siksa adalah keberadaan hijab dan sebab kesempurnaan nikmat adalah dengan memandang wajah-Nya yang mulia. Bila hati masih merasa risau dan sedih berarti masih terhalang untuk menyaksikan-Nya.

 

11.   Diantara bentuk kesempurnaan nikmat atasmu adalah ketika Dia memberi sesuatu yang mencukupimu dan menahan sesuatu yang akan mencelakakanmu. Dan tatkala berkurang apa yang membuatmu senang maka berkuranglah pula apa yang kau sedihkan.

 

12.      Jika kau tidak ingin dipecat, jangan memangku jabatan yang tidak kekal.

 

13.  Jika awalnya memikat, akhirnya akan menjemukan. Jika lahirnya memanggilmu, bathinmu akan mencegahmu.

 

14.   Allah sengaja menjadikan dunia sebagai tempat perubahan dan sumber kekeruhan agar kau tidak terpaut dengannya.

 

15.      Allah mengetahui bahwa kau sulit menerima nasihat begitu saja. Oleh karena itu, Dia membuatmu bisa merasakan pahitnya musibah agar kau mudah meninggalkan dunia.

 

16.   Orang yang berada di alam ini dan masih belum mengetahui dunia ghaib berarti terkungkung oleh sejumlah hal yang mengitarinya dan terkepung oleh kerangka dirinya.


17.   Ilmu yang bermanfaat adalah yang cahayanya melapangkan dada dan menyingkap tirai kalbu dan sebaik baik ilmu adalah yang disertai rasa taku kepada-Nya. Dan jika ilmu disertai rasa takut, ia akan berguna bagimu. Namun, jika tidak akan menjadi petaka bagimu.

 

18.  Ketika kau sedih lantaran tidak disambut oleh manusia atau dicela oleh mereka, kembalilah pada pengetahuan Allah tentang dirimu. Jika pengetahuan-Nya tidak juga membuatmu puas, deritamu lantaran tidak puas dengan pengetahuan-Nya jauh lebih menyakitkan daripada derita karena disakiti manusia.

 

19.   Jika kau mengetahui bahwa setan tidak pernah lupa kepadamu, jangan kau lalai terhadap Dzat yang menggenggam nasibmu. Allah menjadikan setan sebagai musuhmu agar kau benci kepadanya dan berlindung kepada-Nya.Dia juga tetap menggerakkan nafsumu supaya kau selalu menghadap kepada-Nya.

 

20.    Allah mendatangkan gangguan lewat tangan manusia agar kau tidak merasa tenteram bersama mereka. Dia ingin membuatmu kesal terhadap segala sesuatu agar tidak ada yang melalaikanmu dari-Nya.

 

21.     Siapa yang merasa dirinya tawadhu (rendah hati) berarti ia sombong karena tawadhu tidak muncul dari orang yang merasa mulia. Maka dari itu, ketika kau merasa mulia, berarti kau telah sombong. Tawadhu yang sebenarnya bersumber dari syuhud (menyaksikan keagungan-Nya) dan penampakan sifat-Nya. Sehingga orang yang tawadhu bukanlah orang yang ketika merendah ia melihat dirinya lebih mulia daripada yang diperbuat. Namun orang yang tawadhu ialah orang yang melihat dirinya lebih rendah daripada yang diperbuat.

 

22.  Orang mukmin disibukkan dengan memuji Allah sehingga lupa menyanjung diri sendiri. Ia juga disibukkan dengan menunaikan kewajiban kepada Allah sehingga tidak ingat kepada kepentingan dirinya.

 

23.   Pencinta bukanlah orang yang mengharapkan imbalan atau upah dari kekasihnya. Sejatinya, pencinta adalah yang mau berkorban untukmu, bukan yang menuntut pengorbanan darimu.

 

24.   Jika bukan karena medan nafsu, tentu tak akan ada perjalanan orang orang yang menuju Allah karena tak ada jarak dirimu dan diri-Nya yang harus kau tempuh, juga taka da permusuhan antara kau dan Allah yang harus diselesaikan.

 

25.   Allah menjadikanmu berada di alam pertengahan antara alam materi dan malakut-Nya (kekuasaan-Nya) guna memperkenalkan tingginya kedudukanmu di antara makhluk. Kau adalah mutiara yang tersembunyi dalam kulit ciptaan-Nya.

 

26.      Alam dapat menampungmu dari sisi fisik, tetapi ia tak dapat menampungmu dari sisi ruh. Dan yang membuatmu keluar dari sifat angkuh adalah penyaksianmu terhadap sifat agung Tuhan.

 

27. Kau tunduk kepada alam selama belum melihat Penciptanya. Jika kau telah menyaksikan-Nya maka alam akan tunduk kepadamu.

 

28.   Kadar cahaya kalbu dan rahasia jiwa hanya diketahui dalam selubung malakut (kekuasan), sebagaimana cahaya langit hanya tampak di alam dunia ini.

 

29.    Buah ketaatan yang dirasakan di dunia adalah kabar gembira bagi orang orang yang beramal tentang adanya balasan ketaatan di akhirat.


30.  Adanya keistimewaan tidak berarti lenyapnya sifat sifat manusia. Keistimewaan tersebut ibarat sinar mentari siang. Ia tampak di cakrawala, padahal bukan bersumber dari cakrawala. Kadangkala mentari sifat-Nya terang di malam wujudmu. Kadangkala pula Dia mencabutnya kembali darimu dan mengembalikanmu pada batas semula. Siang tersebut bukan berasal darimu dan bukan pula menuju kepadamu. Namun ia datang dari Allah untukmu.

 

31.    Tafakur adalah petualangan hati di medan ciptaan Allah. Tafakur adalah lentera hati, Jika lenyap, hatipun gelap. Tafakur itu dua macam: tafakur yang timbul dari pembenaran atau iman dan tafakur yang timbul dari penyaksian atau penglihatan. Yang pertama milik mereka yang bisa mengambil pelajaran, sedangkan yang kedua milik mereka ytang menyaksikan dan melihat dengan mata hati.

 

32.   Bagaimana kau dapat menuntut imbalan atas amal, padahal Allah yang menyede-kahkan amal itu kepadamu? Bagaimana kau dapat meminta ganjaran atas keikhlasan, padahal Allah yang menghadiahkan keikhlasan itu kepadamu?

 

33.   Dia menunjukkan wujud nama-Nya lewat keberadaan makhluk-Nya. Dia menun-jukkan sifat sifat-Nya lewat keberadaan nama-Nya. Dia menunjukkan wujud dzat-Nya lewat keberadaan sifat sifat-Nya. Pasalnya, tidak mungkin sifat tersebut ada dengan sendirinya. Orang yang ditarik kepada-Nya akan diperlihatkan kepada kesempurnaan dzat-Nya, kemudian dibawa untuk menyaksikan sifat-Nya, lalu digiring untuk bergantung kepada nama-Nya, selanjutnya dikembalikan lagi untuk menyaksikan makhluk-Nya. Adapun para salik (orang yang meniti jalan Allah), mereka mengalami kondisi sebaliknya. Akhir perjalanan para salik adalah awal perjalanan kaum majdzub (yang ditarik kepada-Nya). Sementara itu, awal perjalanan salik adalah akhir perjalanan kaum majdzub. Hal itu tidak berarti bahwa keduanya sama. Bisa saja keduanya bertemu di jalan. Yang satu sedang naik, sedang yang lain sedang turun.

 

34.   Ada kaum yang cahayanya mendahului dzikir. Ada kaum yang dzikirnya menda-hului cahaya. Ada kaum yang dzikir dan cahayanya berada dalam posisi yang sama. Dan ada pula kaum yang yang memiliki dzikir dan cahaya.

 

35.   Ada orang yang berdzikir agar terang hatinya, lalu dia menjadi pedzikir. Ada orang yang terang hatinya, lalu dia menjadi pedzikir. Ada pula yang dzikir dan cahayanya sama sehingga dengan dzikirnya itu ia mendapat petunjuk dan dengan cahayanya itu ia melangkah. Dan wujud dzikir yang sebenarnya bersumber dari kesaksian bathin dan tafakkur yang dalam.

 

36.   Allah membuatmu menyaksikan-Nya sebelum memintamu menyaksikan-Nya. Maka dari itum seluruh anggota tubuh pun mengakui ketuhanan-Nya dan semua hati serta relung bathin menyadari keesaan-Nya.

 

37.  Sebaik baik waktumu adalah ketika kau menyadari betapa tergantungnya dirimu kepada Allah dan betapa hinanya dirimu. Apabila Allah telah membuatmu jemu dengan makhluk, ketahuilah bahwa Dia hendak membukakan untukmu pintu kemesraan dengan-Nya.

 

38.   Agar ujian terasa ringan, engkau harus mengetahui bahwa Allah lah yang membe-rimu ujian. Dzat yang menetapkan beragam takdir atasmu adalah Dzat selalu memberimu pilihan terbaik.

 

39.    Alam menerangi alam lahir dengan cahaya makhluk makhluk-Nya, dan menerangi relung bathin dengan cahaya sifat-sifat-Nya. Cahaya alam lahir pasti terbenam, dan cahaya hati tak akan pernah padam.


40.  Allah memuliakanmu dengan tiga jenis kemuliaan. Pertama, Dia menjadikanmu berdzikir mengingatNya. Andai tidak ada karunia-Nya, tentu kau tidak layak untuk berdzikir mengingat-Nya. Kedua, Dia menjadikanmu dikenal lantaran Dia menisbatkan dzikir tadi padamu. Ketiga, Dia menjadikanmu disebut-sebut di sisi-Nya sehingga nikmat-Nya padamu menjadi sempurna.

 

41.   Tidak sedikit umur yang panjang, namun kurang manfaat. Tidak sedikit pula umur yang pendek namun penuh manfaat. Siapa yang usianya diberkahi, maka dalam waktu singkat, ia mendapat anugerah Allah yang tidak bisa diungkap dengan kata kata dan tidak bisa dijangkau dengan isyarat. Sungguh amat disayangkan bila kau terbebas dari kesibukan, namun tak juga menghadap kepadaNya atau bila kau hanya mendapat sedikit rintangan, tetapi tak juga beranjak menujuNya.

 

42.        Ketika lisanmu digerakkan untuk meminta, berarti Dia hendak memberimu.

 

43.     Seorang arif (orang yang mengenal Tuhan secara baik) selalu merasa butuh pada-Nya dan hanya merasa tenang jika bersama-Nya.

 

44.    Siapa yang mengira kelembutan-Nya terlepas dari takdir (kekerasan)-Nya berarti ia memiliki pandangan yang sempit.

 

45.  Bukan ketidakjelasan jalan yang dikhawatirkan dari dirimu, yang dikhawatirkan adalah menangnya hawa nafsu atas dirimu.

 

46.  Jangan menuntut Tuhan lantaran permintaanmu terlambat dikabulkan. Namun, tuntutlah dirimu lantaran terlambat melaksanakan kewajiban. Dan tidak setiap orang yang memperoleh keistimewaan sepenuhnya terbebas dari dorongan nafsu.

 

47.  Hanya orang bodoh yang meremehkan wirid. Limpahan karunia-Nya terus ada hingga negeri akhirat, tetapi wirid terhenti dengan selesainya dunia. Maka dari itu, yang paling perlu mendapat perhatian adalah yang tidak ada gantinya di akhirat (yaitu wirid). Allah lah yang menuntut wirid darimu, sedangkan engkau yang menuntut karunia dari-Nya. Oleh karena itu, sungguh jauh perbedaan antara apa yang Dia tuntut darimu dan apa yang kau tuntut dari-Nya.

 

48.     Datangnya bantuan Allah sesuai dengan tingkat kesiapan dan terbitnya cahaya sesuai dengan kadar kejernihan jiwa.

 

49. Orang lalai memulai harinya dengan memikirkan apa yang harus dia kerjakan, sementara orang berakal merenungkan apa yang akan Tuhan lakukan terhadapnya.

 

50.   Dia memerintahkanmu di dunia ini untuk merenungkan ciptaan-Nya dan di akhirat Dia akan menyingkapkan untukmu kesempurnaan Dzat-Nya. Dia mengetahui bila engkau tidak sabar ingin menyaksikan-Nya. Oleh karena itu, Dia memperlihatkan kepadamu apa yang bersumber dari-Nya.

 

51.    Tiada terhingga keburukanmu jika Allah membiarkanmu. Sebaliknya, tiada pernah berakhir kebaikanmu jika Dia memperlihatkan kemurahan-Nya atas dirimu.

 

52.        Allah melarangmu mengakui hak orang lain yang bukan milikmu. Lalu mungkinkah Dia membolehkanmu mengakui memiliki sifat sifat-Nya, padahal Dia Tuhan pemelihara alam semesta?

 

53.     Bersandarlah selalu kepada sifat sifat rububiyyah Allah (ketuhanan-Nya) dan wujud-kanlah sifat sifat ubudiyyah (kehambaan)mu.


54.  Bagaimana mungkin kau mendapat hal luar biasa sedangkan kau belum mengubah kebiasaan burukmu? Yang harus diperhatikan bukan sekedar meminta, melainkan bagaimana kau dianugerahi adab yang baik.

 

55.     Tiada sesuatu yang lebih menuntutmu, kecuali kebutuhan mendesak. Tidak ada pula yang dapat mempercepat tibanya pemberian selain rasa hina dan butuh.

 

56.  Bukan keberadaan benda yang menghijab dirimu dari Allah. Tetapi, yang meng-hijabmu dari-Nya adalah sangkaan adanya wujud selain Allah.

 

57.   Orang yang menghormatimu sebenarnya menghormati indahnya tutup Allah yang diberikan kepadamu. Oleh karena itu, pujian hanya layak diberikan kepada Dzat Yang Menutupi (aibmu); bukan kepada orang yang menaruh hormat dan berterima kasih kepadamu.

 

58.  Jika kau yakin bahwa kau akan sampai kepada-Nya setelah lenyapnya semua keburukanmu dan sirnanya semua hasratmu, kau selamanya tak akan sampai kepada-Nya. Akan tetapi, jika Dia menghendakimu sampai kepada-Nya, Dia akan menutupi sifatmu dengan sifat-Nya dan watakmu dengan watakNya. Dia membuatmu sampai kepada-Nya dengan kebaikan yang diberikan-Nya kepadamu, bukan dengan kebaikan yang kau persembahkan kepada-Nya.

 

59.    Kalau bukan karena keindahan tutup-Nya, tentulah tiada amal yang layak diterima. Dan ketika engkau taat, kau lebih membutuhkan belas kasih-Nya daripada ketika melakukan maksiat.

 

60.     Tutup (perlindungan) Allah ada dua: tutup yang menghalangi perbuatan maksiat dan tutup ketika melakukan maksiat. Manusia pada umumnya berharap supaya ditutupi dalam melakukan maksiat karena khawatir derajat mereka jatuh di mata makhluk. Adapun kalangan khusus berharap ditutup (dicegah) dari perbuatan maksiat karena khawatir kedudukan mereka jatuh dalam pandangan Allah.

 

61.    Sahabat sejati adalah yang bersahabat denganmu dalam kondisi ia mengetahui aibmu. Tidak lain Ia adalah Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Sebaik baik sahabatmu adalah yang tidak mengharap keuntungan darimu.

 

62.   Andaikata cahaya keyakinan menerangi dirimu tentu kau akan melihat akhirat lebih dekat denganmu daripada kau berjalan menujunya, dan tentu kau akan menyaksikan keindahan dunia telah diliputi selubung kebinasaan.

 

63.   Andaikan Allah tidak tampak di alam, tidak aka nada pandangan yang tertuju kepada-Nya. Andaikan sifat sifat-Nya terlihat, pasti alam menjadi lenyap. Allah menampakkan segala sesuatu karena Dia Maha Tersembunyi. Dia menutupi keberadaan segala sesuatu karena Dia Mahatampak.

 

64.        Alam ini ada dengan penetapan Allah dan ia lenyap dengan keesaan Dzat-Nya.

 

65.   Sebodoh-bodoh manusia adalah orang yang meninggalkan keyakinannya karena mengikuti sangkaan orang orang.

 

66.  Apabila kau gembira ketika diberi karunia oleh-Nya dan kecewa saat ditolak-Nya, simpulkan lah bahwa itu adalah bukti dari kekanak kanakanmudan ketidaktulusan penghambaanmu.

 

67.  Jika kau terjatuh pada dosa, janganlah hal itu membuatmu putus asa untuk beristiqamah bersama Tuhanmu karena bisa jadi itulah dosa terakhir yang ditetapkan atasmu.

 

68.    Jika kau ingin dibukakan pintu asa, lihatlah karunia-Nya kepadamu. Namun, jika kau ingin dibukakan pintu takut, lihatlah amal yang kau persembahkan untuk-Nya.

 

69.   Mahasuci Allah yang tidak membuat penanda atas para wali-Nya, kecuali dengan penanda atas Diri-Nya. Dia juga tidak mempertemukan dengan mereka, kecuali orang yang Dia kehendaki untuk sampai kepada-Nya.

 

70.    Ada kalanya Allah memperlihatkan rahasia malakutNya (kekuasaa-Nya), namun Dia menghijabmu dari mengetahui rahasia para hamba-Nya.

 

71.   Siapa yang mengetahui rahasia para hamba, namun tidak meniru sifat kasih sayang Tuhan, maka pengetahuannya menjadi ujian baginya dan sebab datangnya bencana.

 

72.  Andil nafsu dalam perbuatan maksiat tampak jelas, sedangkan andilnya dalam perbuatan taat samar tersembunyi. Mengobati yang tersembunyi itu amatlah sulit.

 

73.      Kadang kala penyakit riya masuk ke dalam dirimu dari tempat yang tak terlihat oleh makhluk.

 

74.  Keinginanmu agar orang mengetahui keistimewaanmu adalah bukti ketidak-tulusanmu dalam ubudiyahmu.

 

75.    Hilangkan pandangan makhluk padamu dengan pandangan Allah. Lupakan sambu-tan mereka dengan menyaksikan sambutan-Nya padamu.

 

76.   Siapa yang mengenal Allah, ia akan menyaksikan-Nya dalam segala sesuatu. Siapa yang fana dengan-Nya, ia akan lenyap dari segala sesuatu. Siapa yang mencintai-Nya, ia tidak akan mengutamakan selain-Nya.

 

77.     Bagaimana mungkin permintaanmu yang datangnya kemudian menjadi sebab bagi pem-berian-Nya yang sudah ditetapkan sebelumnya?

 

78.  Yang membuat Allah terhijab darimu adalah karenan kedekatan-Nya yang amat sangat kepadamu. Dia terhijab lantaran sangat jelas dan Dia tersembunyi dari pandangan makhluk lantaran cahaya-Nya yang agung.

 

79.   Jangan sampai permintaanmu kau jadikan sebagai sebab pemberian sehingga kau kurang memahami-Nya. Namun, jadikanlah permintaanmu sebagai sarana untuk memperlihatkan ubudiyah (penghambaan) dan untuk melaksanakan hak hak rububiyah.

 

80. Perhatian Allah kepadamu bukanlah karena sesuatu yang timbul dari dirimu. Dimanakah kau ketika perhatian dan pemeliharaan-Nya menemuimu, padahal di zaman itu belum ada keikhlasan amal ataupun ahwal (kondisi bathin). Bahkan belum ada apa apa selain banyaknya karunia dan pemberian semata.

 

81.     Terlalu agung bila putusan Allah Yang Maha disandarkan kepada rangkaian sebab.

 

82.  Kepada kehendak-Nya segala sesuatu bergantung, sementara kehendak-Nya tidak bergantung pada sesuatu.

 

83.   Yang perlu diingatkan yang bisa lupa dan yang perlu ditegur adalah yang mungkin teledor.

 

84.  Barangkali, pada saat sulit, kau mendapatkan tambahan karunia yang tidak kau temukan dalam puasa dan shalat. Ragam ujian merupakan hamparan anugerah.

 

85.     Tampakkan sifat sifatmu, niscaya Dia akan membantu dengan sifat sifat-Nya. Tampak-kan kehinaanmu, niscaya Dia membantu dengan kemulian-Nya. Tampakkan kelemahanmu, niscaya Dia membantu dengan kekuasaan-Nya. Tampakkan ketidakberdayaanmu, niscaya Dia membantu dengan daya dan kekuatan-Nya.

 

86.      Bisa jadi, karamah diberikan kepada orang yang belum benar benar beristiqamah.

 

87.   Diantara tanda Dia menempatkanmu pada satu kedudukan adalah ketika Dia me-nempatkanmu di dalamnya disertai buah yang nyata.

 

88.  Siapa yang berbicara (mengajar) karena memandang kebaikan dirinya, ia akan berhenti ketika berbuat salah. Namun, siapa yang berbicara karena memandang anugerah Allah padanya, ia tidak akan berhenti ketika berbuat salah.

 

89.    Cahaya orang bijak mendahului ucapan mereka, ketika cahaya terpancar maka nasihat pun akan sampai.

 

90.   Setiap ungkapan yang terucap dibungkus oleh corak kalbu yang menjadi tempat keluarnya.

 

91.  Siapa yang diizinkan untuk berbicara, penjelasannya mudah dipahami dan keterangannya jelas.

 

92.        Bisa jadi cahaya hakikat meredup apabila kau belum diberi izin untuk menampakkannya.

 

93.        Tidak semestinya seorang salik mengungkapkan karunia yang diperolehnya. Hal itu bisa mengurangi kesannya dalam kalbu dan menghalangi ketulusannya kepada Tuhan.

 

94.        Bisa jadi, kata kata itu keluar karena ungkapan perasaan. Bisa jadi pula karena ingin memberi petunjuk kepada murid. Kondisi pertama adalah kondisi salik (orang yang meniti jalan Allah), sedangkan kondisi kedua adalah kondisi mereka yang sudah mencapai hakikat.

 

95.        Bisa jadi, yang menjelaskan perihal maqam adalah orang yang belum sampai ke sana. Bisa jadi pula, yang menjelaskannya adalah orang yang telah sampai ke sana. Semuanya samar, kecuali bagi orang yang memiliki mata hati.

 

96.        Penjelasan mereka adalah makanan bagi para pendengar, dan yang kau peroleh adalah apa yang kau makan.

 

97.        Jangan kau mengulurkan tangan untuk menerima sesuatu dari makhluk, kecuali kau melihat bahwa yang memberi adalah Allah. Jika kau telah demikian, ambillah apa yang sesuai dengan pengetahuanmu.

 

98.        Terkadang seorang arif malu mengungkapkan kebutuhannya kepada Allah karena merasa cukup dengan kehendakNya, apalagi mengungkapkan kebutuhannya kepada makhluk.

 

99.        Jika ada dua hal yang tidak jelas bagimu, lihatlah mana di antara keduanya yang paling berat bagi nafsu, lalu ikutilah ia karena tidaklah terasa berat bagi nafsu, kecuali sesuatu yang benar. Dan diantara tanda mengikuti nafsu adalah sigap melakukan amalan sunnah, namun malas menunaikan amalan wajib.

 

100.   Allah membatasi ketaatan dengan ketentuan waktu agar sikap suka menangguhkan tidak merintangimu untuk mengerjakannya. Namun, Allah memperluas waktunya agar tetap ada peluang bagimu untuk memilih.

 

101.   Ketika dia mewajibkanmu untuk berkhidmat kepada-Nya, sebenarnya Dia mewajibkanmu masuk ke dalam syurga-Nya.

 

102.   Allah mengetahui kurangnya semangat hamba dalam beribadah. Oleh karena itu, Dia mengharuskan mereka untuk menunaikan sejumlah ketaatan, sehingga Dia giring mereka dengan rantai kewajiban. Tuhan kagum melihat kaum yang digiring ke syurga dengan rantai tersebut.

 

Daftar Pustaka.

1.   Ibnu Atha’illah al Iskandari, Al-Hikam: The Book of Wisdoms, penerbit Khazanah Pustaka Islam, Jakarta, 2015.

2.             Merdeka.Com, Kata-kata Bijak Ibnu Athaillah yang Menyejukkan Hati, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar