DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
1. Ketaatanmu
tidak bermanfaat untuk-Nya dan maksiatmu tidak mendatangkan bahaya kepada-Nya.
Allah memerintahkan ini dan melarang itu tidak lain hanyalah untuk
kepentinganmu. Ingat, ketaatan dan pembangkangan seseorang tidak akan menambah
kemualian-Nya.
2. Berbagai
kewajiban yang dikerjakan pada sejumlah waktu dapat diganti. Namun, kewajiban
terhadap sejumlah waktu (keadaan) tidak dapat diganti. Pasalnya, tidaklah satu
waktu tiba, kecuali membawa kewajiban baru dan perintah penting dari Allah yang
harus kau tunaikan. Bagaimana mungkin kau menunaikan hak yang lain, sedangkan
di dalamnya hak Allah tidak kau tunaikan?
3. Jangan
membanggakan datangnya warid (karunia Allah) yang buahnya tidak kau ketahui
karena tujuan bergumpalnya awan bukanlah turunnya hujan, melainkan tumbuhnya
buah buahan.
4. Tidaklah
kau mencintai sesuatu melainkan kau menjadi hamba baginya dan Allah tidak ingin
kau menjadi hamba bagi selainNya.
5. Sampaimu
kepada Allah adalah sampaimu kepada pengetahuan tentang-Nya karena mustahil
Allah disentuh atau menyentuh sesuatu. Sedangkan kedekatanmu denganNya adalah
ketika kau menyaksikan-Nya mendekatimu, karena mana mungkin kau bisa mendekati-Nya?
6. Bagaimana
mungkin Allah terhijab oleh sesuatu, sedangkan Dia tampak, ada, dan hadir pada
sesuatu yang dijadikan hijab.
7. Jangan
putus asa terhadap amal yang kau kerjakan dengan tidak khusyuk. Bisa jadi, Dia
menerima amal yang buahnya tidak kau dapatkan secara langsung.
8. Jangan
sekali-kali mengharapkan kekalnya warid (karunia Allah) yang telah selesai
membentangkan cahayanya dan menyingkapkan seluruh rahasianya. Semua yang kau
butuhkan ada pada Allah dan kau tidak memerlukan yang lain.
9. Keinginanmu
terhadap kekalnya sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kai belum bertemu
dengan-Nya. Kerisauanmu lantaran kehilangan sesuatu selain Allah menjadi bukti
bahwa kau belum sampai kepada-Nya.
10. Walaupun
bentuknya beragam, nikmat terwujud lantaran penyaksian dan kedekatan dengan
Allah. Sebaliknya, meski bentuknya beragam, siksa terwujud lantaran keberadaan
hijab-Nya. Jadi, sebab siksa adalah keberadaan hijab dan sebab kesempurnaan
nikmat adalah dengan memandang wajah-Nya yang mulia. Bila hati masih merasa
risau dan sedih berarti masih terhalang untuk menyaksikan-Nya.
11. Diantara
bentuk kesempurnaan nikmat atasmu adalah ketika Dia memberi sesuatu yang
mencukupimu dan menahan sesuatu yang akan mencelakakanmu. Dan tatkala berkurang
apa yang membuatmu senang maka berkuranglah pula apa yang kau sedihkan.
12. Jika
kau tidak ingin dipecat, jangan memangku jabatan yang tidak kekal.
13. Jika
awalnya memikat, akhirnya akan menjemukan. Jika lahirnya memanggilmu, bathinmu
akan mencegahmu.
14. Allah
sengaja menjadikan dunia sebagai tempat perubahan dan sumber kekeruhan agar kau
tidak terpaut dengannya.
15. Allah
mengetahui bahwa kau sulit menerima nasihat begitu saja. Oleh karena itu, Dia
membuatmu bisa merasakan pahitnya musibah agar kau mudah meninggalkan dunia.
16. Orang
yang berada di alam ini dan masih belum mengetahui dunia ghaib berarti terkungkung
oleh sejumlah hal yang mengitarinya dan terkepung oleh kerangka dirinya.
17. Ilmu
yang bermanfaat adalah yang cahayanya melapangkan dada dan menyingkap tirai
kalbu dan sebaik baik ilmu adalah yang disertai rasa taku kepada-Nya. Dan jika
ilmu disertai rasa takut, ia akan berguna bagimu. Namun, jika tidak akan
menjadi petaka bagimu.
18. Ketika
kau sedih lantaran tidak disambut oleh manusia atau dicela oleh mereka,
kembalilah pada pengetahuan Allah tentang dirimu. Jika pengetahuan-Nya tidak
juga membuatmu puas, deritamu lantaran tidak puas dengan pengetahuan-Nya jauh
lebih menyakitkan daripada derita karena disakiti manusia.
19. Jika
kau mengetahui bahwa setan tidak pernah lupa kepadamu, jangan kau lalai
terhadap Dzat yang menggenggam nasibmu. Allah menjadikan setan sebagai
musuhmu agar kau benci kepadanya dan berlindung kepada-Nya.Dia juga tetap
menggerakkan nafsumu supaya kau selalu menghadap kepada-Nya.
20. Allah
mendatangkan gangguan lewat tangan manusia agar kau tidak merasa tenteram
bersama mereka. Dia ingin membuatmu kesal terhadap segala sesuatu agar tidak
ada yang melalaikanmu dari-Nya.
21. Siapa
yang merasa dirinya tawadhu (rendah hati) berarti ia sombong karena tawadhu
tidak muncul dari orang yang merasa mulia. Maka dari itu, ketika kau merasa
mulia, berarti kau telah sombong. Tawadhu yang sebenarnya bersumber dari syuhud
(menyaksikan keagungan-Nya) dan penampakan sifat-Nya. Sehingga orang yang
tawadhu bukanlah orang yang ketika merendah ia melihat dirinya lebih mulia
daripada yang diperbuat. Namun orang yang tawadhu ialah orang yang melihat
dirinya lebih rendah daripada yang diperbuat.
22. Orang
mukmin disibukkan dengan memuji Allah sehingga lupa menyanjung diri sendiri. Ia
juga disibukkan dengan menunaikan kewajiban kepada Allah sehingga tidak ingat
kepada kepentingan dirinya.
23. Pencinta
bukanlah orang yang mengharapkan imbalan atau upah dari kekasihnya. Sejatinya,
pencinta adalah yang mau berkorban untukmu, bukan yang menuntut pengorbanan
darimu.
24. Jika
bukan karena medan nafsu, tentu tak akan ada perjalanan orang orang yang menuju
Allah karena tak ada jarak dirimu dan diri-Nya yang harus kau tempuh, juga taka
da permusuhan antara kau dan Allah yang harus diselesaikan.
25. Allah
menjadikanmu berada di alam pertengahan antara alam materi dan malakut-Nya
(kekuasaan-Nya) guna memperkenalkan tingginya kedudukanmu di antara makhluk.
Kau adalah mutiara yang tersembunyi dalam kulit ciptaan-Nya.
26. Alam
dapat menampungmu dari sisi fisik, tetapi ia tak dapat menampungmu dari sisi
ruh. Dan yang membuatmu keluar dari sifat angkuh adalah penyaksianmu terhadap
sifat agung Tuhan.
27. Kau
tunduk kepada alam selama belum melihat Penciptanya. Jika kau telah menyaksikan-Nya
maka alam akan tunduk kepadamu.
28. Kadar
cahaya kalbu dan rahasia jiwa hanya diketahui dalam selubung malakut (kekuasan),
sebagaimana cahaya langit hanya tampak di alam dunia ini.
29. Buah
ketaatan yang dirasakan di dunia adalah kabar gembira bagi orang orang yang
beramal tentang adanya balasan ketaatan di akhirat.
30. Adanya
keistimewaan tidak berarti lenyapnya sifat sifat manusia. Keistimewaan tersebut
ibarat sinar mentari siang. Ia tampak di cakrawala, padahal bukan bersumber
dari cakrawala. Kadangkala mentari sifat-Nya terang di malam wujudmu.
Kadangkala pula Dia mencabutnya kembali darimu dan mengembalikanmu pada batas semula.
Siang tersebut bukan berasal darimu dan bukan pula menuju kepadamu. Namun ia
datang dari Allah untukmu.
31. Tafakur
adalah petualangan hati di medan ciptaan Allah. Tafakur adalah lentera hati,
Jika lenyap, hatipun gelap. Tafakur itu dua macam: tafakur yang timbul dari
pembenaran atau iman dan tafakur yang timbul dari penyaksian atau penglihatan.
Yang pertama milik mereka yang bisa mengambil pelajaran, sedangkan yang kedua
milik mereka ytang menyaksikan dan melihat dengan mata hati.
32. Bagaimana
kau dapat menuntut imbalan atas amal, padahal Allah yang menyede-kahkan amal itu
kepadamu? Bagaimana kau dapat meminta ganjaran atas keikhlasan, padahal Allah
yang menghadiahkan keikhlasan itu kepadamu?
33. Dia
menunjukkan wujud nama-Nya lewat keberadaan makhluk-Nya. Dia menun-jukkan sifat
sifat-Nya lewat keberadaan nama-Nya. Dia menunjukkan wujud dzat-Nya lewat
keberadaan sifat sifat-Nya. Pasalnya, tidak mungkin sifat tersebut ada dengan
sendirinya. Orang yang ditarik kepada-Nya akan diperlihatkan kepada
kesempurnaan dzat-Nya, kemudian dibawa untuk menyaksikan sifat-Nya, lalu
digiring untuk bergantung kepada nama-Nya, selanjutnya dikembalikan lagi untuk
menyaksikan makhluk-Nya. Adapun para salik (orang yang meniti jalan Allah),
mereka mengalami kondisi sebaliknya. Akhir perjalanan para salik adalah awal
perjalanan kaum majdzub (yang ditarik kepada-Nya). Sementara itu, awal
perjalanan salik adalah akhir perjalanan kaum majdzub. Hal itu tidak berarti
bahwa keduanya sama. Bisa saja keduanya bertemu di jalan. Yang satu sedang
naik, sedang yang lain sedang turun.
34. Ada
kaum yang cahayanya mendahului dzikir. Ada kaum yang dzikirnya menda-hului
cahaya. Ada kaum yang dzikir dan cahayanya berada dalam posisi yang sama. Dan
ada pula kaum yang yang memiliki dzikir dan cahaya.
35. Ada
orang yang berdzikir agar terang hatinya, lalu dia menjadi pedzikir. Ada orang
yang terang hatinya, lalu dia menjadi pedzikir. Ada pula yang dzikir dan
cahayanya sama sehingga dengan dzikirnya itu ia mendapat petunjuk dan dengan
cahayanya itu ia melangkah. Dan wujud dzikir yang sebenarnya bersumber dari
kesaksian bathin dan tafakkur yang dalam.
36. Allah
membuatmu menyaksikan-Nya sebelum memintamu menyaksikan-Nya. Maka dari itum
seluruh anggota tubuh pun mengakui ketuhanan-Nya dan semua hati serta relung
bathin menyadari keesaan-Nya.
37. Sebaik
baik waktumu adalah ketika kau menyadari betapa tergantungnya dirimu kepada
Allah dan betapa hinanya dirimu. Apabila Allah telah membuatmu jemu dengan
makhluk, ketahuilah bahwa Dia hendak membukakan untukmu pintu kemesraan dengan-Nya.
38. Agar
ujian terasa ringan, engkau harus mengetahui bahwa Allah lah yang membe-rimu
ujian. Dzat yang menetapkan beragam takdir atasmu adalah Dzat selalu memberimu
pilihan terbaik.
39. Alam
menerangi alam lahir dengan cahaya makhluk makhluk-Nya, dan menerangi relung
bathin dengan cahaya sifat-sifat-Nya. Cahaya alam lahir pasti terbenam, dan
cahaya hati tak akan pernah padam.
40. Allah
memuliakanmu dengan tiga jenis kemuliaan. Pertama, Dia menjadikanmu berdzikir
mengingatNya. Andai tidak ada karunia-Nya, tentu kau tidak layak untuk
berdzikir mengingat-Nya. Kedua, Dia menjadikanmu dikenal
lantaran Dia menisbatkan dzikir tadi padamu. Ketiga, Dia menjadikanmu
disebut-sebut di sisi-Nya sehingga nikmat-Nya padamu menjadi sempurna.
41. Tidak
sedikit umur yang panjang, namun kurang manfaat. Tidak sedikit pula umur yang
pendek namun penuh manfaat. Siapa yang usianya diberkahi, maka dalam waktu
singkat, ia mendapat anugerah Allah yang tidak bisa diungkap dengan kata kata
dan tidak bisa dijangkau dengan isyarat. Sungguh amat disayangkan bila kau
terbebas dari kesibukan, namun tak juga menghadap kepadaNya atau bila kau hanya
mendapat sedikit rintangan, tetapi tak juga beranjak menujuNya.
42.
Ketika
lisanmu digerakkan untuk meminta, berarti Dia hendak memberimu.
43. Seorang
arif (orang yang mengenal Tuhan secara baik) selalu merasa butuh pada-Nya dan
hanya merasa tenang jika bersama-Nya.
44. Siapa
yang mengira kelembutan-Nya terlepas dari takdir (kekerasan)-Nya berarti ia
memiliki pandangan yang sempit.
45. Bukan
ketidakjelasan jalan yang dikhawatirkan dari dirimu, yang dikhawatirkan adalah
menangnya hawa nafsu atas dirimu.
46. Jangan
menuntut Tuhan lantaran permintaanmu terlambat dikabulkan. Namun, tuntutlah
dirimu lantaran terlambat melaksanakan kewajiban. Dan tidak setiap orang yang
memperoleh keistimewaan sepenuhnya terbebas dari dorongan nafsu.
47. Hanya
orang bodoh yang meremehkan wirid. Limpahan karunia-Nya terus ada hingga negeri
akhirat, tetapi wirid terhenti dengan selesainya dunia. Maka dari itu, yang
paling perlu mendapat perhatian adalah yang tidak ada gantinya di akhirat
(yaitu wirid). Allah lah yang menuntut wirid darimu, sedangkan engkau yang
menuntut karunia dari-Nya. Oleh karena itu, sungguh jauh perbedaan antara apa
yang Dia tuntut darimu dan apa yang kau tuntut dari-Nya.
48. Datangnya
bantuan Allah sesuai dengan tingkat kesiapan dan terbitnya cahaya sesuai dengan
kadar kejernihan jiwa.
49. Orang
lalai memulai harinya dengan memikirkan apa yang harus dia kerjakan, sementara
orang berakal merenungkan apa yang akan Tuhan lakukan terhadapnya.
50. Dia
memerintahkanmu di dunia ini untuk merenungkan ciptaan-Nya dan di akhirat Dia
akan menyingkapkan untukmu kesempurnaan Dzat-Nya. Dia mengetahui bila engkau
tidak sabar ingin menyaksikan-Nya. Oleh karena itu, Dia memperlihatkan kepadamu
apa yang bersumber dari-Nya.
51. Tiada
terhingga keburukanmu jika Allah membiarkanmu. Sebaliknya, tiada pernah
berakhir kebaikanmu jika Dia memperlihatkan kemurahan-Nya atas dirimu.
52.
Allah
melarangmu mengakui hak orang lain yang bukan milikmu. Lalu mungkinkah Dia membolehkanmu
mengakui memiliki sifat sifat-Nya, padahal Dia Tuhan pemelihara alam semesta?
53. Bersandarlah
selalu kepada sifat sifat rububiyyah Allah (ketuhanan-Nya) dan wujud-kanlah
sifat sifat ubudiyyah (kehambaan)mu.
54. Bagaimana mungkin kau mendapat hal luar biasa sedangkan
kau belum mengubah kebiasaan burukmu? Yang harus diperhatikan bukan sekedar
meminta, melainkan bagaimana kau dianugerahi adab yang baik.
55. Tiada
sesuatu yang lebih menuntutmu, kecuali kebutuhan mendesak. Tidak ada pula yang
dapat mempercepat tibanya pemberian selain rasa hina dan butuh.
56. Bukan
keberadaan benda yang menghijab dirimu dari Allah. Tetapi, yang meng-hijabmu
dari-Nya adalah sangkaan adanya wujud selain Allah.
57. Orang
yang menghormatimu sebenarnya menghormati indahnya tutup Allah yang diberikan
kepadamu. Oleh karena itu, pujian hanya layak diberikan kepada Dzat Yang
Menutupi (aibmu); bukan kepada orang yang menaruh hormat dan berterima kasih
kepadamu.
58. Jika
kau yakin bahwa kau akan sampai kepada-Nya setelah lenyapnya semua keburukanmu
dan sirnanya semua hasratmu, kau selamanya tak akan sampai kepada-Nya. Akan
tetapi, jika Dia menghendakimu sampai kepada-Nya, Dia akan menutupi sifatmu
dengan sifat-Nya dan watakmu dengan watakNya. Dia membuatmu sampai kepada-Nya
dengan kebaikan yang diberikan-Nya kepadamu, bukan dengan kebaikan yang kau
persembahkan kepada-Nya.
59. Kalau
bukan karena keindahan tutup-Nya, tentulah tiada amal yang layak diterima. Dan
ketika engkau taat, kau lebih membutuhkan belas kasih-Nya daripada ketika
melakukan maksiat.
60. Tutup
(perlindungan) Allah ada dua: tutup yang menghalangi perbuatan maksiat dan
tutup ketika melakukan maksiat. Manusia pada umumnya berharap supaya ditutupi
dalam melakukan maksiat karena khawatir derajat mereka jatuh di mata makhluk.
Adapun kalangan khusus berharap ditutup (dicegah) dari perbuatan maksiat karena
khawatir kedudukan mereka jatuh dalam pandangan Allah.
61. Sahabat
sejati adalah yang bersahabat denganmu dalam kondisi ia mengetahui aibmu. Tidak
lain Ia adalah Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Sebaik baik sahabatmu adalah yang
tidak mengharap keuntungan darimu.
62. Andaikata
cahaya keyakinan menerangi dirimu tentu kau akan melihat akhirat lebih dekat
denganmu daripada kau berjalan menujunya, dan tentu kau akan menyaksikan
keindahan dunia telah diliputi selubung kebinasaan.
63. Andaikan
Allah tidak tampak di alam, tidak aka nada pandangan yang tertuju kepada-Nya.
Andaikan sifat sifat-Nya terlihat, pasti alam menjadi lenyap. Allah menampakkan
segala sesuatu karena Dia Maha Tersembunyi. Dia menutupi keberadaan segala
sesuatu karena Dia Mahatampak.
64.
Alam
ini ada dengan penetapan Allah dan ia lenyap dengan keesaan Dzat-Nya.
65. Sebodoh-bodoh manusia adalah orang yang meninggalkan keyakinannya karena mengikuti
sangkaan orang orang.
66. Apabila
kau gembira ketika diberi karunia oleh-Nya dan kecewa saat ditolak-Nya,
simpulkan lah bahwa itu adalah bukti dari kekanak kanakanmudan ketidaktulusan
penghambaanmu.
67. Jika
kau terjatuh pada dosa, janganlah hal itu membuatmu putus asa untuk
beristiqamah bersama Tuhanmu karena bisa jadi itulah dosa terakhir yang
ditetapkan atasmu.
68. Jika
kau ingin dibukakan pintu asa, lihatlah karunia-Nya kepadamu. Namun, jika kau
ingin dibukakan pintu takut, lihatlah amal yang kau persembahkan untuk-Nya.
69. Mahasuci
Allah yang tidak membuat penanda atas para wali-Nya, kecuali dengan penanda
atas Diri-Nya. Dia juga tidak mempertemukan dengan mereka, kecuali orang yang
Dia kehendaki untuk sampai kepada-Nya.
70. Ada
kalanya Allah memperlihatkan rahasia malakutNya (kekuasaa-Nya), namun Dia
menghijabmu dari mengetahui rahasia para hamba-Nya.
71. Siapa
yang mengetahui rahasia para hamba, namun tidak meniru sifat kasih sayang
Tuhan, maka pengetahuannya menjadi ujian baginya dan sebab datangnya bencana.
72. Andil
nafsu dalam perbuatan maksiat tampak jelas, sedangkan andilnya dalam perbuatan
taat samar tersembunyi. Mengobati yang tersembunyi itu amatlah sulit.
73. Kadang
kala penyakit riya masuk ke dalam dirimu dari tempat yang tak terlihat oleh
makhluk.
74. Keinginanmu
agar orang mengetahui keistimewaanmu adalah bukti ketidak-tulusanmu dalam
ubudiyahmu.
75. Hilangkan
pandangan makhluk padamu dengan pandangan Allah. Lupakan sambu-tan mereka dengan
menyaksikan sambutan-Nya padamu.
76. Siapa
yang mengenal Allah, ia akan menyaksikan-Nya dalam segala sesuatu. Siapa yang
fana dengan-Nya, ia akan lenyap dari segala sesuatu. Siapa yang mencintai-Nya,
ia tidak akan mengutamakan selain-Nya.
77. Bagaimana mungkin permintaanmu yang datangnya kemudian
menjadi sebab bagi pem-berian-Nya yang sudah ditetapkan sebelumnya?
78. Yang
membuat Allah terhijab darimu adalah karenan kedekatan-Nya yang amat sangat
kepadamu. Dia terhijab lantaran sangat jelas dan Dia tersembunyi dari pandangan
makhluk lantaran cahaya-Nya yang agung.
79. Jangan
sampai permintaanmu kau jadikan sebagai sebab pemberian sehingga kau kurang
memahami-Nya. Namun, jadikanlah permintaanmu sebagai sarana untuk
memperlihatkan ubudiyah (penghambaan) dan untuk melaksanakan hak hak rububiyah.
80. Perhatian
Allah kepadamu bukanlah karena sesuatu yang timbul dari dirimu. Dimanakah kau
ketika perhatian dan pemeliharaan-Nya menemuimu, padahal di zaman itu belum ada
keikhlasan amal ataupun ahwal (kondisi bathin). Bahkan belum ada apa apa selain
banyaknya karunia dan pemberian semata.
81. Terlalu
agung bila putusan Allah Yang Maha disandarkan kepada rangkaian sebab.
82. Kepada
kehendak-Nya segala sesuatu bergantung, sementara kehendak-Nya tidak bergantung
pada sesuatu.
83. Yang
perlu diingatkan yang bisa lupa dan yang perlu ditegur adalah yang mungkin
teledor.
84. Barangkali,
pada saat sulit, kau mendapatkan tambahan karunia yang tidak kau temukan dalam
puasa dan shalat. Ragam ujian merupakan hamparan anugerah.
85. Tampakkan sifat sifatmu, niscaya Dia akan membantu dengan
sifat sifat-Nya. Tampak-kan kehinaanmu, niscaya Dia membantu dengan kemulian-Nya.
Tampakkan kelemahanmu, niscaya Dia membantu dengan kekuasaan-Nya. Tampakkan
ketidakberdayaanmu, niscaya Dia membantu dengan daya dan kekuatan-Nya.
86. Bisa
jadi, karamah diberikan kepada orang yang belum benar benar beristiqamah.
87. Diantara
tanda Dia menempatkanmu pada satu kedudukan adalah ketika Dia me-nempatkanmu di
dalamnya disertai buah yang nyata.
88. Siapa
yang berbicara (mengajar) karena memandang kebaikan dirinya, ia akan berhenti
ketika berbuat salah. Namun, siapa yang berbicara karena memandang anugerah
Allah padanya, ia tidak akan berhenti ketika berbuat salah.
89. Cahaya
orang bijak mendahului ucapan mereka, ketika cahaya terpancar maka nasihat pun
akan sampai.
90. Setiap
ungkapan yang terucap dibungkus oleh corak kalbu yang menjadi tempat keluarnya.
91. Siapa
yang diizinkan untuk berbicara, penjelasannya mudah dipahami dan keterangannya
jelas.
92.
Bisa
jadi cahaya hakikat meredup apabila kau belum diberi izin untuk menampakkannya.
93.
Tidak
semestinya seorang salik mengungkapkan karunia yang diperolehnya. Hal itu bisa mengurangi
kesannya dalam kalbu dan menghalangi ketulusannya kepada Tuhan.
94.
Bisa
jadi, kata kata itu keluar karena ungkapan perasaan. Bisa jadi pula karena
ingin memberi petunjuk kepada murid. Kondisi pertama adalah kondisi salik
(orang yang meniti jalan Allah), sedangkan kondisi kedua adalah kondisi mereka
yang sudah mencapai hakikat.
95.
Bisa
jadi, yang menjelaskan perihal maqam adalah orang yang belum sampai ke sana.
Bisa jadi pula, yang menjelaskannya adalah orang yang telah sampai ke sana.
Semuanya samar, kecuali bagi orang yang memiliki mata hati.
96.
Penjelasan
mereka adalah makanan bagi para pendengar, dan yang kau peroleh adalah apa yang
kau makan.
97.
Jangan
kau mengulurkan tangan untuk menerima sesuatu dari makhluk, kecuali kau melihat
bahwa yang memberi adalah Allah. Jika kau telah demikian, ambillah apa yang
sesuai dengan pengetahuanmu.
98.
Terkadang
seorang arif malu mengungkapkan kebutuhannya kepada Allah karena merasa cukup
dengan kehendakNya, apalagi mengungkapkan kebutuhannya kepada makhluk.
99.
Jika
ada dua hal yang tidak jelas bagimu, lihatlah mana di antara keduanya yang
paling berat bagi nafsu, lalu ikutilah ia karena tidaklah terasa berat bagi
nafsu, kecuali sesuatu yang benar. Dan
diantara tanda mengikuti nafsu adalah sigap melakukan amalan sunnah, namun
malas menunaikan amalan wajib.
100. Allah membatasi
ketaatan dengan ketentuan waktu agar sikap suka menangguhkan tidak merintangimu
untuk mengerjakannya. Namun, Allah memperluas waktunya agar tetap ada peluang
bagimu untuk memilih.
101. Ketika dia mewajibkanmu
untuk berkhidmat kepada-Nya, sebenarnya Dia mewajibkanmu masuk ke dalam syurga-Nya.
102. Allah mengetahui
kurangnya semangat hamba dalam beribadah. Oleh karena itu, Dia mengharuskan
mereka untuk menunaikan sejumlah ketaatan, sehingga Dia giring mereka dengan
rantai kewajiban. Tuhan kagum melihat kaum yang digiring ke syurga dengan
rantai tersebut.
Daftar Pustaka.
1. Ibnu
Atha’illah al Iskandari, Al-Hikam: The
Book of Wisdoms, penerbit Khazanah Pustaka Islam, Jakarta, 2015.
2.
Merdeka.Com,
Kata-kata Bijak Ibnu Athaillah yang
Menyejukkan Hati, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar