1.
Apabila
badan sakit, makanan dan minuman sulit ditelan, istirahat dan tidurpun tidak
nyaman. Demikian pula hati, apabila ia telah terbelenggu cinta dunia, nasihat
pun susah untuk memasukinya.
2.
Barangsiapa
yang menuntut ilmu untuk dirinya sendiri, maka yang sedikit itu akan dapat
mencukupinya; barangsiapa menuntut ilmu untuk mengharap pujian manusia, maka
kebutuhan manusia itu banyak sekali.
3.
Jika
hati tidak lagi merasa sedih dan gelisah karena dosa, maka yakinlah ia telah
rusak sebagaimana rumah yang runtuh karena tidak dihuni lagi.
4.
AlQuran
adalah air kehidupan bagi orang Mukmin, sebagaimana hujan menjadi air kehidupa
bagi tanah.
5.
Setan
itu musuh yang dapat melihatmu, sedangkan kamu tidak dapat melihatnya. Sungguh
sukar melawannya, kecuali jika dilindungi Allah SWT.
6.
Seorang
yang alim yang tidak mengamalkan ilmunya, nasihatnya akan lenyap dari hati
orang yang mendengarnya, sebagaimana hilangnya setetes embun di atas batu yang
halus.
7.
Jadikanlah
taat kepada Allah itu sebagai barang dagangan, niscaya akan datang kepadamu
laba yang besar.
8.
Cegahlah
tiga perkara dengan tiga perkara lain, sehingga engkau termasuk orang yang
beriman: takabur dengan tawadhu, rakus dengan qanaah dan hasud dengan sikap
santun.
9.
Hamba Seperti Apakah ini? Suatu hari Malik bin Dinar membaca surat Al
Fatihah. Ketika sampai ayat: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nastain (hanya kepadaMu
aku menyembah, dan hanya kepadaMu aku memohon pertolongan). Saat itulah hatinya
bergetar, pedih, seolah duri menancap, sehingga ia menangis tersedu sedu.
Dengan air mata terus berlinang hingga membasahi jubahnya ia berkata: “Jika
saja ayat ini tidak tercantum di dalam AlQuran dan tidak juga diharuskan untuk
membacanya saat shalat, maka aku tidak akan mungkin pernah membacanya”.
Mendengar penuturannya ini beberapa orang disekelilingnya bertanya kepadanya:
“Wahai punggawanya para kekasih Allah! Mengapa engkau berkata demikian?”. Malik
bin Dinar menjawabnya demikian: “Meski berucap hanya kepadaMu aku menyembah,
dengan penuh yakin aku tahu kalau diriku ini seringkali masih menjadi hambanya
nafsuku. Demikian juha meski aku berkata hanya kepadaMu aku memohoh
pertolongan, namun masih juga kau sering mengetuk pintu selain pintuNya, masih
juga aku berterimakasih dan mengadukan keluhanku kepada yang selainNya. Kalau
demikian hamba semacam apa diriku ini?
Mungkin
secara lisan kebanyakan dari kita telah sering berucap untuk hanya menghamba
kepada Allah SWT.Namun kita harus memperhatikan sikap dan perbuatan kita sehari
hari, karena terkadang ada sikap dan perbuatan yang benar benar kelewatan
sehingga kita lupa kalau kita menghamba hanya kepada Allah SWT dan justru
meminta kepada sesama hamba. Oleh karena itu jika saja kita mendalami makna
yang terkandung dalam surat Al Fatihah, maka insya Allah kita akan lebih
memahami hikmah yang terkandung di dalamnya.
10.
Malik
bin Dinar menceritakan bahwa suatu hari dia datang ke rumah Rabi’ah Al
Adawiyah. Saat itu Rabi’ah sedang minum air dari bejana yang pecah. Tikar yang
terbentang pun sudah kumal, sementara yang dijadikan bantal tidurnya adalah sebuah
batu. Melihat hal itu, Malik tak tahan lalu mengusulkan, “Wahai Rabi’ah, banyak
kawan saya yang kaya raya, sudikah engkau menerima pemberian dari mereka?”
Dengan tegas Rabi’ah menjawab, “Wahai Malik, ucapanmu itu sangat tidak
menyenangkan hati, dan itu memang ucapan yang salah. Yang memberi rezeki kepada
kawan kawanmu itu adalah Allah yang juga memberi rezeki kepada saya. Apakah
engkau akan mengatakan bahwa hanya orang orang kaya saja yang memperoleh
rezeki, sementara orang orang miskin tidak? Kalau Allah menakdirkan kondisi
kita begini, maka tugas yang perlu kita laksanakan adalah menerimanya dengan
penuh tawakal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar