DENGAN
NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
1. Engkau
merdeka dari apa yang tak kau inginkan. Engkau budak dari apa yang kau
serakahi.
2. Kadang
usia berlangsung panjang namun manfaat kurang. Kadang pula usia berlangsung
pendek namun manfaat melimpah.
3. Engkau
lebih membutuhkan belas kasih-Nya ketika taat daripada ketika bermaksiat.
4. Barangsiapa
yang tidak mengetahui nilai sebuah kenikmatan ketika ada, maka ia akan
mengetahuinya ketika sudah tidak ada (lenyap).
5. Sebaik-baik
waktumu adalah saat engkau menyadari kekuranganmu, dan engkau pun kembali
mengakui kerendahanmu.
6. Jika
engkau melihat seseorang selalu menjawab segala apa yang ditanyakan kepa-danya,
mengungkapkan segala apa yang disaksikannya, dan menyebut segala apa yang
diketahuinya, maka ketahuilah bahwa itu tanda-tanda kejahilan (kebodohan) pada
dirinya.
7. Persahabatanmu
dengan orang awam yang tidak merestui hawa nafsunya lebih baik dibandingkan
persahabatan dengan pemuka agama yang merestui nafsunya.
8. Istirahatkan
dirimu atau pikiranmu dari kesibukan mengatur kebutuhan duniamu. Sebab, apa
yang sudah dijamin diselesaikan oleh selain kamu, tidak usah engkau sibuk
memikirkannya.
9. Kau
tunduk kepada alam selama belum melihat Penciptanya. Jika kau telah
menyak-sikan-Nya maka alam akan tunduk kepadamu.
10. Tanamlah
dirimu dalam tanah kerendahan, sebab segala sesuatu yang tidak ditanam maka
hasilnya tidak akan sempurna.
11. Seseorang
tidak disebut mencintai kalau masih meminta sesuatu dari yang dicintai, namun
orang-orang yang betul-betul mencintai ialah orang yang mau berkorban untukmu.
Maka sesungguhnya orang yang mencintai ialah orang yang memberimu, bukan
orang-orang yang minta diberi pemberianmu.
12. Keinginanmu
agar orang lain mengetahui keistimewaanmu adalah bukti ketidak-jujuranmu dalam
menghambakan diri kepada Allah.
13. Siapa
yang tidak mendekat kepada Allah, padahal sudah dihadiahi berbagai kenikmatan,
maka akan diseret (agar mendekat) kepada-Nya dengan rantai cobaan.
14. Di
antara tanda matinya hati adalah tidak adanya perasaan sedih atas ketaatan yang
kau lewatkan, dan tidak adanya perasaan menyesal atas kesalahan yang kau
lakukan.
15. Siapa
yang merasa dirinya tawadhu, berarti ia sombong, karena tawadhu tidak muncul
dari orang yang merasa mulia. Maka dari itu, ketika kau merasa mulia, berarti
kau telah sombong.
16. Lipatan
hakiki adalah kau melipat jarak dunia sehingga kau melihat akhirat lebih dekat
ketimbang dirimu sendiri.
17. Di
antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya adalah
kurangnya ar-raja’ (rasa harap kepada rahmat Allah) di sisi alam yang fana.
18. Shalat
adalah pembersih hati dari kotoran dosa dan pembuka pintu keghaiban.
19. Sebodoh-bodoh
manusia adalah orang yang meninggalkan keyakinannya karena mengikuti sangkaan
orang-orang.
20. Jangan
sampai tertundanya karunia Tuhan kepadamu, setelah kau mengulang-ulang doamu,
membuatmu putus asa. Karena Dia menjamin pengabulan doa sesuai pilihan-Nya,
bukan sesuai pilihanmu; pada waktu yang diinginkan-Nya, bukan pada waktu yang
kau inginkan.
21. Karena
Allah mengetahui bahwa engkau mudah jemu, Dia membuat bermacam macam cara taat
untukmu. Karena Allah mengetahui bahwa engkau rakus, Dia membatasi ketaatan itu
hanya pada waktu waktu tertentu. Agar perhatianmu tertuju pada kesempurnaan
shalat, bukan pada adanya shalat, karena tidak semua orang yang shalat dapat
menyempurnakan shalatnya.
22. Bukti
kebodohan seseorang adalah selalu menjawab semua pertanyaan, menceri-takan semua
yang dilihat, dan menyebut semua yang diketahui.
23.
Orang
orang memujimu karena mereka hanya menduga apa yang ada pada dirimu, sedangkan
kamu, celalah dirimu sendiri karena kamu lebih mengetahui apa yang ada pada
dirimu sendiri. Seorang mukmin jika dipuji akan merasa malu kepada Allah,
karena dia dipuji dengan sesuatu yang sesungguhnya dia tidak menyaksikan
sesuatu itu dalam dirinya sendiri. Jika dipuji dengan suatu pujian, sedangkan
kamu merasa tidak pantas dengan pujian itu, pujilah Dia (Allah) yang lebih pantas
dengan pujian itu.
24.
Ibnu
Athailah as Sakandary pernah mengemukakan: Sungguh mengherankan:
a.
Bila
anda mengenal Allah tetapi tidak mencintai-Nya.
b. Bila mendengar ajakan
kebaikan, lalu tidak bersegera memperkenankannya.
c. Bila
telah mengetahui kadar keberuntungan berniaga dengan-Nya, lalu berjual beli
dengan selain-Nya.
d. Bila mengetahui
betapa besar siksa-Nya, lalu mengundang murka-Nya.
e. Sungguh
mengherankan jika anda telah merasakan keterasingan akibat kedurhakaan, lalu
tidak merindukan kebahagiaan dengan menaati-Nya.
f. Yang
lebih mengherankan dari semua itu adalah pengetahuanmu bahwa Dia sangat anda
butuhkan,tak dapat hidup tanpa bantuan-Nya, lalu berpaling dari-Nya dan
menghadap kepada yang menjauhkan anda dari rahmat-Nya.
25. Karena
Allah mengetahui bahwa engkau mudah jemu, Dia membuat bermacam macam cara taat
untukmu. Karena Allah mengetahui bahwa engkau rakus, Dia membatasi ketaatan itu
hanya pada waktu waktu tertentu. Agar perhatianmu tertuju pada kesempurnaan
shalat, bukan pada adanya shalat, karena tidak semua orang yang shalat dapat
menyempurnakan shalatnya.
26. Bukti
kebodohan seseorang adalah selalu menjawab semua pertanyaan, menceritakan semua
yang dilihat, dan menyebut semua yang diketahui.
27. Orang
orang memujimu karena mereka hanya menduga apa yang ada pada dirimu, sedangkan
kamu, celalah dirimu sendiri karena kamu lebih mengetahui apa yang ada pada
dirimu sendiri. Seorang mukmin jika dipuji akan merasa malu kepada Allah,
karena dia dipuji dengan sesuatu yang sesungguhnya dia tidak menyaksikan sesuatu
itu dalam dirinya sendiri. Jika dipuji dengan suatu pujian, sedangkan kamu
merasa tidak pantas dengan pujian itu, pujilah Dia (Allah) yang lebih pantas
dengan pujian itu.
28. Shalat
adalah pembersih hati dari kotoran dosa dan pembuka pintu keghaiban. Shalat
adalah tempat munajat dan wahana pembersihan kalbu. Di dalamnya medan rahasia
demikian luas dan kilau cahaya bersinar terang.
29. Amal
perbuatan adalah bentuk lahir yang nampak di mata, dan ruhnya ialah adanya
rahasia keikhlasan di dalamnya.
30. Allah
mengetahui kelemahan dirimu sehingga menyedikitkan bilangan (shalat). Dia juga
mengetahui kebutuhanmu terhadap karuniaNya sehingga melipatgandakan pahalanya.
Dan ketika kau meminta balasan atas sebuah amal sebenarnya kau dituntut untuk
tulus di dalamnya. Sudah cukup beruntung bila seseorang selamat dari siksaNya.
31. Kosongkan
hatimu dari selain Allah, niscaya hatimu akan dipenuhi pengetahuan dan rahasia
rahasia.
32. Keinginanmu
untuk lepas dari urusan duniawi, padahal Allah menempatkannya di sana, termasuk
syahwat yang tersamar. Dan keinginanmu untuk masuk ke dalam kesibukan duniawi,
padahal Allah telah melepaskanmu darinya, sama saja dengan mundur dari tekad
luhur.
33. Di
antara tanda sikap mengandalkan amal ialah berkurangnya harap kepada Allah
tatkala khilaf.
34. Tekad
yang kuat takkan mampu menembus dinding takdir. Istirahatkan dirimu dari
kesibukan mengurusi duniamu. Urusan yang telah diatur Allah tak perlu kau sibuk
ikut campur.
35.
Kegigihanmu
dalam mencari apa yang telah dijamin untukmu dan kekuranganmu dalam
melaksanakan apa yang diminta darimu menjadi bukti butanya mata hatimu.
36.
Janji
yang tak dipenuhi Tuhanmu pada waktunya jangan sampai membuatmu ragu, agar
keraguan itu tidak menjadi perusak pandanganmu dan pemadam cahaya kalbumu.
37.
Jenis
amal itu bermacam macam karena asupan hati juga beragam. Amal itu seumpama
jasad sedangkan keikhlasan adalah ruhnya.
38.
Bagaimana
mungkin kalbu akan bersinar, sedangkan bayang bayang dunia masih terpampang di
cerminnya? Bagaimana mungkin akan pergi menyongsong Ilahi, sedangkan ia masih
terbelenggu nafsunya? Bagaimana mungkin akan bertamu kehadiratNya, sedangkan ia
belum bersuci dari kotoran kelalaiannya? Bagaimana mungkin diharapkan dapat
menyingkap berbagai rahasia, sedangkan ia belum bertobat dari kekeliruannya?
39.
Jika
Tuhan membukakan untukmu pintu makrifat, jangan kau pertanyakan amalmu yang
sedikit. Karena Dia tidak akan membukakan pintu makrifat, kecuali karena ingin
memperkenalkan Diri-Nya kepadamu. Tahukah kau bahwa makrifat merupakan anugerah-Nya
untukmu, sedangkan amalmu adalah persembahan untukNya. Tentu, persembahan mu
takkan sebanding dengan anugerah-Nya.
40.
Jangan
sampai tertundanya karunia Tuhan kepadamu setelah kau mengulang ulang doamu,
membuatmu putus asa. Karena Dia menjamin pengabulan doa sesuai pilihanNya, buka
sesuai pilihanmu; dan pada waktu yang diinginkan-Nya, bukan pada waktu yang kau
inginkan.
41.
Kuburlah
dirimu di tanah kerendahan karena sesuatu yang tumbuh tanpa dikubur (ditanam)
hasilnya kurang sempurna.
42.
Tiada
yang lebih berguna bagi hati selain uzlah. Dengannya, hati memasuki lapangan
tafakur.
43.
Jangan
mengharap upah atas amal yang tidak kau lakukan. Sudah cukup sebagai balasan
untukmu jika Allah menerimanya.
44.
Semesta
itu seluruhnya gulita. Ia hanya akan diterangi oleh wujud Allah. Siapa yang
melihat semesta, namun tidak melihat-Nya disana atau tidak melihat-Nya ketika,
sebelum atau sesudah melihat semesta, berarti ia telah disilaukan oleh cahaya
cahaya lain dan terhalang dari surya makrifat karena tertutup tebalnya awan
dunia.
45.
Diantara
tanda kekuasaan Allah adalah Dia mampu menghalangimu dari melihat-Nya dengan
sesuatu yang tidak ada.
46.
Bagaimana bisa Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia yang
menampakkan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal
Dia tampak bersama segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu,
padahal Dia tampak pada segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang
sesuatu, padahal Dia tampak untuk segala sesuatu? Bagaimana mungkinTuhan
terhalang sesuatu, padahal Dia tampak sebelum keberadaan segala sesuatu? Bagaimana
mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia lebih tampak daripada segala
sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia Esa tanpa ada
yang bersamaNya? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia lebih
dekat kepadamu dari segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu,
padahal jika bukan karena Dia, wujud segala sesuatu tidak akan ada? Sungguh
aneh, bagaimana mungkin keberadaan (wujud) bisa tampak dalam ketiadaan (‘adam)?!
Atau, bagaimana bisa sesuatu yang baru bersanding dengan Yang Maha Dahulu! Dan
alangkah bodohnya orang yang menghendaki sesuatu terjadi pada waktu yang tidak
dikehendakiNya.
47.
Jangan
meminta Allah untuk mengeluarkanmu dari satu kondisi agar kau bisa dipekerjakan-Nya.
Jika memang Dia menghendaki, niscaya Dia akan mempekerjakanmu tanpa harus
mengeluarkanmu dari kondisi itu.
48.
Menunda
amal karena menunggu waktu yang luang termasuk tanda kebodohan. Dan pada setiap
desahan napas yang kau hembuskan terdapat takdir Allah yang telah ditetapkan.
49.
Barangsiapa
menganggap dirinya tawadhu (rendah hati), sesungguhnya dia orang yang sombong,
karena ketawadhuan itu tidak lain adalah anugerah. Jika Anda menganggap diri
Anda orang yang tawadhu maka Anda adalah orang yang sombong. Bukanlah orang
yang tawadhu dia yang jika bertawadhu merasa telah berbuay baik, tetapi orang
yang tawadhu adalah dia yang jika bertawadhu merasa belum bisa berbuat yang
terbaik. Tawadhu yang hakiki adalah tawadhu yang muncul akibat menyaksikan
keagunganNya dan kebesaran sifatNya.
50.
Diantara
tanda keberhasilan di akhir adalah kembali kepada Allah di awal. Siapa yang
bersinar di awal, akan bersinar pada akhir. Apa yang tersimpan di kedalaman
bathin akan tampak pada penampilan akhir.
51.
Usahamu
untuk mencari cari kekurangan yang tersembunyi di dalam dirimu lebih baik
daripada usahamu untuk menyibak tirai ghaib yang terhijab bagimu.
52.
Berteman
dengan orang bodoh yang tidak puas dengan dirinya lebih baik bagimu daripada
berteman dengan orang berilmu yang puas dengan dirinya. Dimana letak berilmunya
orang berilmu yang puas dengan dirinya itu? Dan dimana pula letak bodohnya
orang bodoh yang tidak puas terhadap dirinya itu?
53.
Jangan
merasa aneh dengan terjadinya penderitaan penderitaan selama kau masih hidup di
dunia ini karena dunia hanya akan menampakkan apa yang mesti ditampakkannya.
54.
Apa
yang kau minta tak akan terhalang selama kau memintanya kepada Tuhanmu. Namun,
apa yang kau minta tak akan datang selama kau mengandalkan dirimu sendiri.
55.
Betapa
jauh bedanya antara orang yang berdalil bahwa adanya Allah menunjukkan adanya
alam dan orang yang berdalil bahwa adanya alam menunjukkan adanya Allah. Orang
yang menyatakan bahwa adanya Allah menunjukkan adanya alam akan mengerti
kebenaran adalah milik-Nya semata, maka dia akan menetapkan segala perkara
dengan merujuk kepada pangkalnya! Sementara itu, yang berdalil bahwa adanya
alam menunjukkan adanya Allah, itu adalah akibat ia tidak sampai kepada-Nya.
Jika tidak, lantas sejak kapan Allah itu ghaib sehingga Dia harus dibuktikan
dengan wujud alam, dan kapan Allah itu jauh sehingga semesta ini harus menjadi
pengantar menuju-Nya?
56.
Jangan
sampai tekadmu tertuju pada selain-Nya karena Tuhan Yang Mahamulia tidak
mungkin akan terlampaui oleh harapan dan angan.
57.
Keluarkanlah
sifat sifat kemanusiaanmu yang bertentangan dengan kehambaanmu agar kau mudah
menyambut panggilan Yang Haq (Allah) dan dekat dengan-Nya.
58.
Pangkal
segala maksiat, kelalaian, dan syahwat adalah sikap puas terhadap keadaan diri
sendiri. Pangkal segala ketaatan, kesadaran dan kesucian adalah sikap tidak
puas dengan keadaan diri sendiri.
59.
“Sinar
mata hati” membuatmu menyaksikan kedekatan-Nya kepadamu. “Penglihatan mata
hati” membuatmu menyaksikan ketiadaanmu karena keberadaan-Nya. “Hakikat mata
hati” membuatmu menyaksikan keberadaan-Nya, bukan ketiadaanmu dan bukan pula
keberadaanmu.
60.
Jangan
mengadukan musibah kepada selain Allah, karena Allah yang menurunkannya.
Bagaimana mungkin selain Allah dapat mengangkat musibah yang telah ditetapkan-Nya?
Bagaimana mungkin orang yang tidak bisa mengangkat musibah dari dirinya sendiri
bisa mengangkat musibah dari orang lain?
61.
Jika
kau tidak bisa berbaik sangka kepada Allah karena kebaikan sifat sifat-Nya,
berbaik sangkalah kepadaNya atas kebaikan perlakuan-Nya terhadapmu. Bukankah
Dia selalu memberimu yang baik baik dan mengaruniaimu berbagai kenikmatan?
62.
Jangan
kau pergi dari satu alam ke alam lainnya sehingga kau menjadi seperti keledai
penggilingan yang berputar putar; tempat yang ia tuju adalah tempat ia
beranjak. Namun, pergilah dari alam menuju ke pencipta alam.
63.
Jangan
kau temani orang yang keadaannya tidak membuatmu bersemangat dan ucapannya
tidak membimbingmu ke jalan Allah. Bisa jadi, perbuatan burukmu tampak baik di
matamu karena persahabatanmu dengan orang yang lebih buruk daripada dirimu.
64.
Tidak
ada dosa kecil jika kau dihadapkan pada keadilan-Nya dan tidak ada dosa besar
jika kau dihadapkan pada karunia-Nya. Tiada amal yang lebih berpeluang diterima
daripada amal yang tidak kau sadari dan tidak berarti di matamu.
65.
Di
antara tanda matinya hati adalah tidak adanya perasaan sedih atas ketaatan yang
kau lewatkan dan tidak adanya perasaan menyesal atas kesalahan yang kaulakukan.
Dan jangan sampai doa yang yang kau anggap besar menghalangimu untuk berbaik
sangka kepada-Nya. Siapa yang mengenal Tuhannya akan menganggap dosanya kecil
jika dengan kemurahan-Nya.
66.
Siapa
yang tidak mendekat kepada Allah, padahal sudah dihadiahi berbagai kenikmatan,
akan diseret (agar mendekat) kepada-Nya dengan rantai cobaan.
67.
Datangnya
ilham dari Allah kepadamu tak lain agar kau mendatangi-Nya. Allah memberimu
ilham untuk menyelamatkanmu dari cengkeraman materi dan membebaskan mu dari
perbudakan hawa nafsu. Allah memberimu ilham untuk mengeluarkanmu dari perkara
wujudmu dan membawamu ke angkasa penyaksianmu.
68.
Cahaya
adalah kendaraan hati dan rahasia jiwa. Tempat terbitnya cahaya Ilahi adalah
hati dan relung kalbu. Cahaya adalah tentara kalbu dan kegelapan adalah
prajurit nafsu. Jika Allah ingin menolong hamba-Nya, Allah akan membantunya
dengan bala tentara cahaya dan memutus bantuan prajurit kegelapan dan
keduniaan.
69.
Cahaya
bisa menyingkap, mata hati dapat mengetahui, sedangkan hati bisa menerima dan
menolak. Ada cahaya yang menyingkap jejak jejak-Nya dan ada cahaya yang
menyingkap sifat sifat-Nya. Cahaya yang tersimpan dalam kalbu bersumber dari
cahaya yang datang dari perbendaharaan ghaib.
70.
Bisa
jadi hati terhenti pada cahaya cahaya, sebagaimana terhijabnya jiwa oleh
gelapnya bayang bayang ciptaan. Allah menutup cahaya bathin dengan tebalnya
perbuatan lahir untuk memuliakannya, agar ia tidak menjadi marah lantaran mudah
terlihat orang dan tidak diseru dengan lisan yang menyebutkan ketenarannya.
71.
Tidaklah
tumbuh dahan dahan kehinaan kecuali dari benih ketamakan. Tak ada yang dapat
mengendalikanmu sehebat angan angan. Dan kau merdeka dari segala yang tidak kau
inginkan dan kau budak dari segala yang kau inginkan.
72.
Siapa
yang tidak mensyukuri nikmat, akan kehilangan nikmat itu. Siapa yang
mensyukurinya, berarti ia telah mengikat nikmat itu dengan tali yang kuat.
73.
Berhati
hatilah bila kebaikan Allah selalu kaudapatkan bersamaan dengan maksiat yang
terus kau lakukan! Berhati hatilah! Bisa jadi, itu adalah awal kehancuranmu
yang berangsur angsur.
74.
Kadang
kala, karunia ilahi datang secara tiba tiba, agar para hamba tidak menyangka
bahwa pemberian itu ada karena persiapan mereka.
75.
Jangan
kau pandang sebelah mata seorang hamba yang telah ditetapkan, dilanggengkan,
dan ditolong Allah dalam melaksanakan berbagai wirid, hanya karena kau tidak
melihat dalam dirinya tanda orang orang arif atau kegenitan kaum pecinta Tuhan.
Sebab, kalau tidak ada limpahan karunia dari Allah tentu wirid itu tidak akan
pernah ada.
76.
Ketika
Allah menganugerahimu ketaatan dan engkau merasa cukup dengan-Nya, berarti Dia
telah mencurahkan nikmat-Nya, lahir dan bathin.
77.
Cukuplah
sebagai balasan Allah atas ketaatanmu, ketika Dia meridhaimu sebagai pelaku
ketaatan. Cukuplah sebagai balasan bagi orang orang yang beramal, apa yang
membuat hati mereka terbuka pada ketaatan dan apa yang membuat hati mereka puas
karena dekat dengan-Nya.
78.
Allah
menjadikan negeri akhirat sebagai tempat memberi balasan kepada hamba-Nya yang
beriman karena negeri dunia ini tidak bisa menampung pemberian yang Dia
kehendaki kepada mereka. Juga karena Dia hendak memuliakan mereka dengan tidak
mau memberikan balasan di negeri yang tidak kekal ini. Dan siapa yang merasakan
buah amal di dunia, maka itu bukti bahwa amalnya diterima di akhirat.
79.
Jika
engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, perhatikanlah dimana Dia
menempatkanmu.Dan sebaik baik yang kau minta kepada-Nya adalah apa yang Dia
tuntut darimu.
80.
Sedih
karena kehilangan kesempatan berbuat ketaatan, namun tanpa disertai upaya untuk
bangkit mengerjakannya, merupakan salah satu tanda ketertipuan. Dan setiap
harapan mesti disertai amal, jika tidak ia hanyalah angan angan.
81.
Dia
memberimu kelapangan agar kau tidak terus berada dalam kesempitan. Dia
memberimu kesempitan agar kau tidak terus berada dalam kelapangan. Dia
mengeluarkan mu dari kedua kondisi ini agar kau tidak bergantung kepada selain-Nya.
82.
Kaum
arif (orang yang mengenal Tuhan dengan
baik) lebih khawatir ketika diberi kelapangan daripada ketika diberi
kesempitan karena yang bisa menjaga etika saat berada dalam kelapangan hanyalah
sedikit.
83.
Semasa
lapang, nafsu bisa memainkan perannya melalui rasa gembira. Semasa sempit,
nafsu tidak bisa mempunyai andil apa apa.
84.
Bisa
jadi, Allah memberimu (kesenangan dunia), namun menghalangimu (dari taufik-Nya).
Bisa pula Dia menghalangimu (dari kesenangan dunia), namun memberimu (taufik).
85.
Ketika
Dia membukakan pintu pemahaman kepadamu tentang mengapa kau tidak diberi, hal
itu merupakan bentuk pemberian.
86.
Secara
lahiriah, alam ini adalah sebuah tipuan, namun secara bathiniah, ia merupakan
sebuah pelajaran. Dan nafsu senantiasa melihat pada lahirnya yang menipu,
sedangkan kalbu senantiasa melihat pada bathinnya yang memberi pelajaran.
87.
Jika
engkau menginginkan kemuliaan yang abadi, jangan membanggakan kemuliaan yang
fana.
88.
Perjalanan
singkat yang sesungguhnya adalah bila kau memperpendek jarak dunia sehingga
engkau dapat melihat akhirat lebih dekat kepadamu.
89.
Pemberian
dari makhluk adalah keterhalangan, sedangkan penangguhan pemberian dari Allah
merupakan karunia. Dan mustahil Allah menangguhkan balasan pahala bagi hamba
yang beramal baik kepada-Nya secara kontan.
90.
Siapa
yang beribadah karena mengharap sesuatu dari Allah atau menghindari hukuman-Nya
berarti belum menunaikan hak hak sifat-Nya.
91.
Ketika
Dia memberimu, Dia mempersaksikan kebaikan-Nya. Ketika Dia tidak memberimu, Dia
memperlihatkan keperkasaan-Nya. Pada semua itu, Dia memperkenal kan diri
kepadamu dan mendatangimu lewat kelembutan-Nya.
92.
Yang
membuatmu sakit ketika tidak diberi adalah karena engkau tidak memahami hikmah
Allah di dalamnya.
93.
Adakalanya
Dia membukakann pintu ketaatan untukmu, namun tidak membukakan pintu
penerimaan. Adakalanya Dia menetapkanmu berbuat dosa, namun ternyata dosa itu
menjadi sebab engkau sampai kepada-Nya.
94.
Maksiat
yang melahirkan rasa hina dan kekurangan lebih baik daripada ketaatan yang melahirkan
rasa bangga dan kesombongan.
95.
Dua
macam nikmat yang pasti dialami dan dirasakan oleh semua makhluk: nikmat
penciptaan dan nikmat pemenuhan kebutuhan. Mula mula, Dia memberimu nikmat
penciptaan, lalu memenuhi semua kebutuhan secara terus menerus.
96.
Ketergantungan
kepada Allah adalah hakikatmu. Sedangkan munculnya sebab sebab ketergantungan
adalah pengingat akan hakekatmu yang tak kau sadari itu. Dan ketergantungan
yang bersifat hakiki itu tak akan mungkin pernah terpenuhi oleh sesuatu yang
nisbi.
97.
Bisa
jadi, kegelapan datang menyergapmu untuk mengingatkan anugerah Allah atas
dirimu. Dan orang yang tidak mengetahui nikmat tatkala mendatanginya akan sadar
tatkala sudah lepas darinya.
98.
Jangan
sampai nikmat yang berlimpah membuatmu lalai dalam menunaikan kewajiban
bersyukur karena hal itu dapat merendahkan harga dirimu.
99.
Kelezatan
hawa nafsu yang sudah bersarang di kalbu merupakan penyakit kronis.
100. Tiada yang bisa
mengusir syahwat dari hati, kecuali rasa takut yang menggetarkan atau rasa
rindu yang menggelisahkan.
101. Sebagaimana Allah
tidak menyukai amal yang tidak sepenuhnya untuk-Nya, Dia juga tidak menyukai
hati yang tidak sepenuhnya untuk-Nya. Amal yang tidak sepenuhnya untuk-Nya
tidak Dia terima dan hati yang tak sepenuhnya untuk-Nya tidak Dia pedulikan.
102. Ada cahaya yang hanya
diperkenankan sampai ke lahiriah kalbu dan ada cahaya yang diperkenankan untuk
masuk ke dalamnya. Adakalanya cahaya mendatangimu, namun kalbumu dipenuhi
gambaran makhluk sehingga cahaya cahaya itu kembali ke tempat semula.
103. Kosongkan kalbumu
dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Dia akan mengisinya dengan sejumlah
makrifat dan rahasia. Dan jangan salahkan kedatangan karunia Allah. Namun,
salahkanlah dirimu yang lambat menghadap kepada-Nya.
104. Usiamu yang berlalu
tidak dapat digantikan dan apa yang kau raih darinya tidak ternilai harganya.
Daftar Pustaka.
1.
Ibnu
Atha’illah al Iskandari, Al-Hikam: The
Book of Wisdoms, penerbit Khazanah Pustaka Islam, Jakarta, 2015.
2.
Merdeka.Com,
Kata-kata Bijak Ibnu Athaillah yang
Menyejukkan Hati, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar