DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
A.
JUNAID AL BAGHDADI
1. Ikhlas
merupakan rahasia antara Allah dengan hamba. Ia tidak diketahui malaikat sampai
ia dapat mencatatnya, dan tidak diketahui syaitan sampai ia dapat merusaknya,
serta tidak pula diketahui hawa nafsu sampai ia dapat memalingkannya.
2. Definisi
cinta kepada Allah adalah apabila seseorang berbicara dengan Allah; apabila
berucap maka dari Allah; apabila bergerak atas perintah Allah; apabila diam
bersama Allah. Dia dengan, demi, dan bersama Allah.
3. Sesuatu
yang merusak hati seperti cuka merusak madu adalah akhlak buruk. Sesuatu yang
membakar kebaikan seperti api membakar kayu adalah kedengkian.
4. Ikhlas
itu membersihkan segala amal dari segala sesuatu yang bisa mengeruhkan amal.
5. Setiap
jalan itu tersumbat, kecuali jalan orang yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
6. Ada
empat hal yang dapat mengangkat seseorang kepada derajat tertinggi, walau amal
dan ibadahnya sedikit, yaitu: (a) sifat penyantun; (b) rendah hati; (c)
pemurah; dan (d) budi pekerti yang baik. Itulah kesempurnaan iman.
7. Sesungguhnya,
Allah mempunyai hamba hamba yang berpikir. Selagi mereka ber-pikir maka mereka
beramal, dan selagi beramal mereka pun memurnikan niat. Selagi ikhlas menyeru
mereka ke pintu pintu kebaikan, mereka akan langung berkumpul.
8. Dua Puluh Detik. Setan telah menunjukkan wujudnya sebagai
seorang pembantu kepada waliyullah Junaid Al Baghdadi lebih dari dua puluh
tahun. Dalam kurun waktu itu syaitan selalu ingin menggoda hati sang wali.
Namun selama itu pula ia tidak mampu melakukannya. Sampai pada suatu hari ia
bertanya kepada Junaydi Al Baghdadi: “Wahai Ustadz! Apakah engkau sudah mengetahui
siapa diriku sehingga selama ini engkau acuh terhadap diriku?”
Junaid Al Baghdadi menjawabnya: “Engkau adalah
iblis terlaknat. Aku sudah mengetahui hal ini semenjak engkau datang pertama
kali ke sini”. Syaitan berkata: “Wahai Sultanul Muhakkikin! Sungguh sepanjang
usiaku ini aku belum pernah mendapati seorang manusia yang dapat mencapai
derajat setinggi derajatmu. Dua puluh tahun lebih aku sama sekali tidak bisa
mencuri perhatianmu”.Begitu berkata demikian, Junaid Al Baghdadi langsung
berteriak kepada syaitan itu: “Pergi, wahai syaitan iblis terlaknat! Sekarang
kamu mencoba menarik perhatianku dengan menyanjungku? Apakah kamu mengira bisa
melakukan hal yang tidak bisa kamu lakukan selama dua puluh tahun hanya dalam
dua puluh detik saja? Minggat, enyahlah dari pandanganku!”. Bersikap rendah hati adalah sangat terpuji,
hanya saja rendah hati juga ada sisi berbahayanya, yaitu berbangga diri dengan
telah bersikap rendah hati.
B. AHNAF BIN QAIS AT TAMIMI.
1. Penglihatanku
hilang sejak empat puluh tahun, dan aku tidak pernah mengeluh-kannya kepada
siapapun.
2. Bila
Anda memasuki "belantara" tugas baru, bertindaklah bijak dan hormati
orang-orang yang telah lebih dahulu hadir. Jangan buru-buru membuat kebijakan
yang tidak populer dan memicu kebencian mereka. Kenali medannya dan jika tidak,
Anda pasti dikomentari macam-macam yang sangat jauh dari kenyataan Anda yang
sesungguhnya, dan gagal mendapat kepercayaan mereka. Al-Ahnaf bin Qais berkata:
"Barangsiapa yang buru-buru (mendatangi) manusia dengan (membawa) apa yang
tidak mereka senangi, pasti dia akan dikomentari dengan apa yang tidak mereka
ketahui." (Siyaru Alamin Nubala, IV/93).
3. Kepemimpinan
adalah tali pengikat kekuatan, bukan kekuatan itu sendiri. Seorang pemimpin
sebenarnya tidak bisa berbuat apa-apa jika tidak didukung oleh orang-orang di
sekitarnya. Maka, perhatikan siapa orang-orang yang bisa memperkuat Anda, lalu
jagalah mereka dengan cinta yang tulus, saling menasehati, ide-ide cerdas, dan
sikap iffah (selalu memelihara diri). Inilah yang membuat mereka nyaman, bebas
berkreasi, dan melejit; yang pada gilirannya melejitkan sang pemimpin itu
sendiri. Jika tidak, mereka akan menarik diri, mencari aman, dan enggan
mengemukakan gagasan apa pun. Al-Ahnaf bin Qais berkata:Urusan seorang
eksekutif takkan sempurna tanpa para asisten dan staf. Para asisten dan staf
itu tidak akan berfungsi kecuali jika ada cinta yang tulus dan nasihat. Cinta
dan nasehat itu tidak akan berguna kecuali ada gagasan hebat dan selalu jaga
diri." (Siyaru Alamin Nubala, IV/95).
4. Jagalah
muruah (akhlak) dan kehormatan Anda di hadapan mereka. Jangan gemar mengobral
rahasia dan melakukan tindakan bodoh yang merusak kehormatan Anda sendiri, atau
menimbulkan madharat kepada orang lain. Al-Ahnaf bin Qais pernah ditanya
tentang "apakah muruah itu", dan beliau menjawab: "Muruah adalah
menyimpan rahasia dan menjauhkan diri dari keburukan." (Siyaru Alamin
Nubala, IV/93).
5. Jika
dalam perjalanan selanjutnya Anda mendapati staf yang buruk dan tidak beres
dalam melaksanakan tugas, tegur dan tunjukkan kesalahannya, daripada mendongkol
dalam hati. Kadangkala, mereka keliru hanya karena tidak paham apa sebenarnya
maksud pemimpinnya. Pemimpin yang bisa menjabarkan visinya dengan baik menjadi
kunci organisasi yang efektif. Al-Ahnaf bin Qais berkata: "Teguran adalah
kunci (untuk memperbaiki) orang-orang yang pandir, dan teguran itu lebih baik
daripada memendam kejengkelan." (Siyaru Alamin Nubala, IV/94).
6. Akan
tetapi, ingat bahwa Anda tidak akan pernah mendapati staf dan anak buah yang
tidak pernah melakukan kesalahan. Sebenarnya, jika kesalahannya dapat dihitung
dengan jari, berarti Anda telah memiliki anak buah yang sempurna. Al-Ahnaf bin
Qais juga berkata: "Orang yang sempurna adalah orang yang bisa dihitung
kesalahan-kesalahannya." (Siyaru Alamin Nubala, IV/93).
7. Maka
jangan mudah murka, sebab hanya akan memicu kesemberonoan dan memanen
penyesalan. Bisa jadi, dalam kondisi marah besar Anda akan
"mengeksekusi" staf dengan vonis-vonis yang sebentar lagi disesalkan
oleh semua pihak. Al-Ahnaf bin Qais berkata: "Tidak sepantasnya seorang
pemimpin itu murka, sebab kemurkaan adalah benih yang menyemai pedang dan
penyesalan." (Siyaru Alamin Nubala, IV/94).
8. Bila
suatu saat Anda merasa diperlakukan tidak adil, atau dimusuhi dengan hebat di
atas seluruh kebajikan yang Anda persembahkan, atau "air susu dibalas air
tuba", maka jangan buru-buru menuntut hak dan minta keadilan. Perhatikan
baik-baik siapa sebenarnya orang yang tengah Anda hadapi. Ingat, keadilan dan
balasan yang baik hanya datang dari manusia-manusia mulia, bukan dari
orang-orang rendahan, durjana, dan tolol. Cukuplah ibrah dalam kisah Nuh
alaihis salam dan kaumnya, atau sirah Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan
kaum kafir Quraisy. Jangan meradang, akan tetapi maklumi dan kasihanilah
orang-orang itu, yang kedunguannya justru mengantar pada kebinasaannya sendiri.
Al-Ahnaf bin Qais berkata:: "Tiga golongan yang tidak mungkin bisa minta
keadilan/menuntut hak dari tiga golongan lainnya: orang terhormat dari orang
rendahan, orang baik-baik dari pendurhaka, dan orang yang sangat santun dari
orang dungu." (Siyaru Alamin Nubala, IV/93).
9. Jangan
memenuhi pembicaraan Anda dengan obrolan tentang wanita dan makanan. Pembahasan
tentang matsna (poligami) yang tidak terbukti dan hanya bahan olok-olok, tentu
tidak produktif dan menjatuhkan martabat. Seorang pemimpin tidak akan memenuhi
pikirannya dengan urusan perut dan bawah perut. Jika begitu, ia sebenarnya
telah dikuasai hawa nafsu, dan inilah penyakit yang sangat berbahaya. Al-Ahnaf
bin Qais berkata: "Jauhkan forum-forum kita dari pembicaraan seputar
wanita dan makanan, sebab aku sangat benci seseorang yang gemar mendeskripsikan
(syahwat) kemaluan dan perutnya." Kita tidak bisa "mengambil
hati" orang-orang yang kita pimpin dengan uang dan janji-janji.
"Berikanlah" diri Anda sepenuhnya, dan mereka akan berbaris di belakang
Anda dengan penuh kerelaan dan antusiasme yang meluap. (Siyaru Alamin Nubala,
IV/93).
10. Penyakit
para raja adalah buruknya reputasi, penyakit menteri adalah busuknya nurani.
Penyakit tentara adalah melawan panglima. Penyakit rakyat jelata adalah memusuhi
penguasa. Penyakit panglima adalah lemahnya siasat. Penyakit ulama adalah cinta
tahta. Penyakit hakim adalah rakus harta. Penyakit orang orang adil adalah
sedikitnya wara’. Penyakit orang kuat adalah menindas lawan. Penyakit para
pemberani adalah hilangnya kehati-hatian. Penyakit orang orang sukses adalah
lupa bersyukur, dan penyakit orang yang banyak dosa adalah menyangka banyak
pahala.
11. Ada
tiga perkara pada diriku, aku tidak menyebutkannya kecuali supaya dapat diambil
pelajaran. Pertama, aku tidak mendatangi penguasa kecuali jika diundang. Kedua,
aku tidak masuk pada dua orang kecuali setelah keduanya mempersilahkan masuk di
antara mereka. Ketiga, tidaklah aku menyebutkan seseorang setelah dia pergi
dari sisiku kecuali kebaikan kebaikan.
12. Tidak
ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan. Tidak ada kebaikan bagi
harta kecuali kedermawanan. Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan
kesetiaan. Tidak ada kebaikan bagi sedekah kecuali niat ikhlas. Tidak ada
kebaikan bagi kehidupan kecuali kesehatan dan keamanan.
13. Jauhkanlah
majelis kita dari membicarakan perempuan dan makanan. Sesungguhnya, lelaki yang
paling dibenci Allah adalah yang tunduk pada kehendak kemaluan dan perutnya.
14. Tidak
ada ketenangan bagi orang yang hasud. Tidak ada muru’ah (harga diri) bagi
pendusta. Tidak ada kecakapan bertindak bagi orang yang bakhil (pelit). Tidak
ada amanah bagi orang yang diperbudak nafsu. Tidak ada kehormatan bagi orang
berakhlak buruk. Dan tidak ada penolakan bagi ketentuan Allah.
15. Tidak
ada seorangpun yang memusuhi, kecuali aku mengambil perkaraku dengan
perkara-perkara; jika ia (tingkatannya) di atasku, aku memahaminya; jika ia di
bawah ku, aku merendahkan diriku; dan jika ia seperti ku, aku mengutamakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar