Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 28 Februari 2024

KIAT KIAT MENGHADAPI GANGGUAN SETAN (PART 2 of 2)

 

21.  Menjaga diri dari tempat-tempat syubhat (yang mengundang kecurigaan), sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Ummul Mukminin Shafiyyah binti Huyay bin Akh-thab rha, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah beriktikaf di masjid, lantas aku mengunjungi beliau pada malam hari lalu berbincang-bincang dengan beliau, lalu aku berdiri. Kemudian Nabi SAW mengantarkanku pulang ke rumah.” Rumah Shafiyyah ketika itu di rumah Usamah bin Yazid. Ketika mengantarkan pulang, lewatlah dua orang Anshar di jalan. Dua orang Anshar itu memandang Nabi SAW (dengan penuh curiga), kemudian mereka bergegas melewati Nabi SAW. Nabi SAW pun berkata, “Tak perlu curiga seperti itu, ini adalah istriku Shafiyyah binti Huyay.” Mereka berdua pun mengatakan, “Subhanallah, wahai Rasulullah.” Nabi SAW pun bersabda, “Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia melalui pembuluh darahnya. Aku benar-benar khawatir ada sesuatu prasangka jelek yang ada dalam diri kalian berdua.” (Hadits Riwayat. Bukhari, no. 2038 dan Muslim, no. 2175)

 

Hadits ini berisi perintah untuk menjaga diri dari tempat yang mengundang kecurigaan orang lain. Sebagian ulama mengatakan bahwa kedua orang Anshar ini bisa saja kafir karena tuduhan mereka. Akan tetapi, Nabi SAW ingin mengajarkan umatnya. Intinya, para ulama dan yang menjadi pengikut mereka tidak boleh melakukan sesuatu yang mengundang prasangka jelek pada mereka. Walaupun di situ bisa ada jalan keluar dengan memberikan penjelasan (membantah tuduhan tadi). Akan tetapi, kecurigaan seperti ini akan membuat keengganan mengambil ilmu dari mereka. Hadits ini juga menunjukkan begitu bahayanya serangan setan pada jiwa. Walaupun prasangka itu sulit dicegah sehingga seseorang tidak dihukum karenanya.

 

22.    Meninggalkan an-najwa (bisik-bisik), sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Sesungguh-nya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudarat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal.” (surat Al-Mujadalah (58) ayat 10)

 

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian bertiga, janganlah dua orang berbisik-bisik tanpa mengajak yang ketiga karena yang tidak diajak akan merasa sedih.” (HR. Bukhari, no. 5392 dan Muslim, no. 2184)

 

Najwa secara bahasa berarti bisikan, rahasia. Secara istilah, najwa adalah rahasia di antara dua orang. Imam Al-Baghawi menyatakan bahwa najwa adalah pembicaraan rahasia di belakang.Hukum najwa tergantung pada perkara yang jadi bahan bisik-bisik. Jika berisi perkara makruf dan pelarangan dari mungkar, seperti ini tidak dihukumi bermasalah. Jika menimbulkan suuzan sesama, itulah yang terlarang. Berbisik-bisik yang berisi perkara baik diterangkan dalam ayat berikut ini: “Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” (surat Al-Mujadalah (58) ayat  9)

 

Sedangkan berbisik-bisik yang berisi perkara mungkar diterangkan dalam ayat berikut ini: “Apakah tidak kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri: “Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (surat Al-Mujadalah (58) ayat  8)

 

23.    Meninggalkan perkataan “seandainya” yang disertai dengan penentangan pada takdir Allah, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang kuat (yang semangat menggapai akhirat) lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibanding dengan mukmin yang lemah imannya. Namun, setiap mereka yang beriman itu baik. Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah kepada Allah, dan janganlah malas (dalam melakukan ketaatan maupun dalam meminta tolong kepada Allah). Jika ada sesuatu yang menimpamu, janganlah mengatakan ‘andai terjadi seperti ini dan seperti itu’. Akan tetapi, ucapkanlah ‘ini semua sudah menjadi takdir Allah dan apa yang Allah kehendaki pasti terjadi’. Karena ucapan law (seandainya) hanya akan membuka pintu setan (untuk menentang takdir).” (Hadits Riwayat Muslim, no. 2664).

 

24.    Meminta perlindungan kepada Allah ketika datang rasa waswas dari setan yang ingin mengingkari adanya Allah, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Setan datang pada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata, ‘Siapa yang menciptakan ini, siapa yang menciptakan itu.’ Setan pun akhirnya mengatakan, ‘Siapa yang menciptakan Rabbmu.’ Jika sampai seperti itu, minta perlindunganlah kepada Allah dan berhentilah (dari bertanya seperti itu).” (Hadits Riwayat. Bukhari, no. 3276 dan Muslim, no. 134)

 

Sedangkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Manusia akan terus bertanya-tanya, sampai muncul pertanyaan, ‘Allah menciptakan makhluk ini, lantas siapakah yang menciptakan Allah.’ Siapa yang mendapati dari yang demikian itu, maka ucapkanlah, ‘Aku beriman kepada Allah.’” (Hadits Riwayat Muslim, no. 134)

 

25.    Meminta perlindungan kepada Allah Ketika meredam marah, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui.” (surat Al-A’raf (7) ayat 200)

 

Sedangkan menurut hadits berikut ini: Sulaiman bin Shurad ra, berkata, “Pada suatu hari aku duduk bersama-sama Nabi SAW sedangkan dua orang lelaki saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan lainnya. Salah seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu hilang rasa marahnya jika sekiranya ia mau membaca, ‘A’udzubillahi minas-syaitani’ (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya hilang kemarahan yang dialaminya.” (Hadits Riwayat. Bukhari, no. 3282)

 

Juga ada hadits dari Abu Hurairah ra,  Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, ‘A’udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)’, maka redamlah marahnya.” (Hadits Riwayat As-Sahmi dalam Tarikh Jarjan, 252, lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1376)

 

26.    Meminta perlindungan kepada Allah ketika mendengar suara anjing menggonggong dan suara keledai, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Jika kalian mendengar suara ayam jantan berkokok, mintalah karunia kepada Allah karena ayam jantan tersebut melihat malaikat. Jika kalian mendengar suara keledai, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan karena keledai tersebut melihat setan.” (HR. Bukhari, no. 3303 dan Muslim, no. 2729)

 

Dari Jabir bin ‘Abdullah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian mendengar suara gonggongan anjing dan suara keledai pada malam hari, maka mintalah perlindungan kepada Allah karena anjing dan keledai tersebut melihat apa yang tidak kalian lihat.” (HR. Abu Daud, no. 5103. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

 

27.    Membaca surah Al-Baqarah, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, , Nabi SAW bersabda,“Janganlah menjadikan rumah kalian seperti kuburan karena setan itu lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surah Al-Baqarah.” (Hadits Riwayat Muslim, no. 780)

 

28.    Menyebut nama Allah (berdzikir) ketika masuk rumah dan ketika makan, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Jabir bin ‘Abdillah ra, ia pernah mendengar bahwa Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang memasuki rumahnya lantas ia menyebut nama Allah saat memasukinya, begitu pula saat ia makan, maka setan pun berkata (pada teman-temannya), ‘Kalian tidak ada tempat untuk bermalam dan tidak ada jatah makan.’ Ketika ia memasuki rumahnya tanpa menyebut nama Allah, setan pun mengatakan (pada teman-temannya), ‘Saat ini kalian mendapatkan tempat untuk bermalam.’ Ketika ia lupa menyebut nama Allah saat makan, maka setan pun berkata, ‘Kalian mendapat tempat bermalam dan jatah makan malam.’” (Hadits Riwayat Muslim, no. 2018).

 

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Jika seseorang menyebut nama Allah ketika memasuki rumah, tetapi tidak menyebutnya saat makan, maka setan akan berserikat dengannya saat makan. Jika seseorang menyebut nama Allah ketika makan, tetapi tidak saat memasuki rumahnya, maka setan akan berserikat dengannya di tempat bermalamnya. Sedangkan jika saat masuk rumah dan saat makan malam, ia menyebut nama Allah, maka setan akan menjauhi tempat bermalam dan jatah makannya. Wallahul muwaffiq.” (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 4:191)

 

Dari Hudzaifah ra, ia berkata, “Jika kami bersama Nabi SAW menghadiri jamuan makanan, maka tidak ada seorang pun di antara kami yang meletakkan tangannya hingga Rasulullah SAW memulainya. Kami pernah bersama beliau menghadiri jamuan makan, lalu seorang budak wanita datang yang seolah-oleh ia terdorong, lalu ia meletakkan tangannya pada makanan, tetapi Rasulullah SAW memegang tangannya. Kemudian seorang arab badui datang sepertinya ia terdorong hendak meletakkan tangannya pada makanan, tetapi beliau memegang tangannya dan beliau SAW bersabda, “Sungguh, setan menghalalkan makanan yang tidak disebutkan nama Allah padanya. Setan datang bersama budak wanita tadi, dengannya setan ingin menghalalkan makanan tersebut, maka aku pegang tangannya. Setan tersebut juga datang bersama arab badui ini, dengannya ia ingin menghalalkan makanan tersebut, maka aku pegang tangannya. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya tangan setan tersebut ada di tanganku bersama tangan mereka berdua.” (Hadits Riwayat Muslim, no. 2017)

 

29.    Membaca dzikir ketika mampir di suatu tempat, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Khaulah binti Hakim As-Sulamiyyah ra, ia berkata, ia mendengar Rasulullah SAW,“Jika salah seorang di antara kalian mampir pada suatu tempat, ucapkanlah ‘A’UDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI MIN SYARRI MAA KHOLAQ (artinya: aku meminta perlindungan kepada Allah dengan kalimat-Nya yang sempurna dari kejahatan segala makhluk).’ Bacaan tersebut akan membuat yang membacanya tidak mendapatkan mudarat sedikit pun juga sampai ia berpindah dari tempat tersebut.” (Hadits Riwayat Muslim, no. 2708)

 

30.    Mengucapkan dzikir ketika kendaraan tergelincir, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi SAW, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Kemudian aku pun mengatakan, “Celakalah setan”. Namun, Nabi SAW menyanggah ucapanku tadi, beliau berkata, “Janganlah engkau ucapkan ‘celakalah setan, karena jika engkau mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, yang tepat ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.” (Hadits Riwayat Abu Dawud, no. 4982. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).

 

31.    Menahan mulut ketika menguap, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Maka, apabila salah seorang di antara kalian bersin dan memuji Allah, maka wajib bagi setiap orang muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan, ‘YARHAMUKALLAH (artinya: semoga Allah merahmatimu)’.” Adapun menguap, maka itu adalah dari setan. Apabila salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah ia menahannya semampu mungkin. Karena, jika salah seorang di antara kalian menguap maka setan tertawa karenanya.” (Hadits Riwayat. Bukhari, no. 6223)

 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian menguap dalam shalat, hendaklah ia tahan semampunya karena setan ketika itu sedang masuk.” (Hadits Riwayat Muslim, no. 2995)

Dalam riwayat lainnya disebutkan, “Hendaklah ia tahan dengan tangannya.” (Hadits Riwayat. Muslim, no. 2995)

 

32.    Meninggalkan khalwat dengan wanita, sebagaimana hadits berikut ini: Dari ‘Umar bin Al-Khaththab ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah boleh berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita karena yang ketiga adalah setan.” (Hadits Riwayat Ahmad, 1:18. Syaikh Syuaib Al-Arnauth berkata bahwa sanad hadits ini sahih, perawinya tsiqqah, termasuk perawi Bukhari dan Muslim atau Syaikhain).

 

33.    Membaca doa ketika hubungan intim, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Ibnu ‘Abbas ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami) ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia membaca doa: BISMILLAH ALLAHUMMA JANNIBNAASY SYAITHOONA WA JANNIBISY SYAITHOONA MAA ROZAQTANAA. Artinya: ‘Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya.’ ” (HR. Bukhari, no. 6388; Muslim, no. 1434)

 

34.    Membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah, berikut ini: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 285-286)

 

Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Al-Badri ra, ia berkata bahwasanya Nabi SAW  bersabda, “Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 5009 dan Muslim, no. 808)

 

Dari An-Nu’man bin Basyir ra, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala menulis catatan takdir 2.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Allah menurunkan dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah. Dua ayat tersebut bila dibaca akan membuat setan tidak bisa mendekat selama tiga malam.” (Hadits Riwayat Al-Hakim dalam mustadraknya, 1:562)

 

35.    Membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan ayat kursi ketika hendak tidur, sebagaimana hadits berikut ini: “dari Aisyah ra,  ia berkata, Rasulullah SAW apabila akan tidur, beliau meniup di kedua tangannya, membaca surah mu’awwidzaat (surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas) lalu mengusapkan kedua tangannya pada tubuhnya. (Muttafaqun ‘alaih). Dan dalam riwayat yang lain oleh Bukhari dan Muslim disebutkan, Nabi SAW apabila menghampiri tempat tidurnya, beliau menyatukan kedua telapak tangannya kemudian meniupnya, lalu membacakan pada kedua tangannya tadi, “QUL HUWALLAHU AHAD, QUL A’UDZU BIROBBIL FALAQ, QUL A’UDZU BIROBBIN NAAS.” Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangannya ke seluruh tubuhnya yang dapat ia jangkau. Beliau mulai dari kepala, wajah, dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukan itu tiga kali. (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 6320 dan Muslim, no. 2714)

 

36.    Menjaga diri saat mimpi, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, ia berkata,  Nabi SAW bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian bermimpi sesuatu yang disukainya, bahwasanya mimpi itu berasal dari Allah, maka pujilah Allah karenanya, dan ceritakanlah hal itu.”—Di dalam riwayat lain disebutkan, maka janganlah ia menceritakan mimpinya kecuali kepada orang yang menyukainya–. “Dan apabila ia bermimpi sesuatu yang tidak ia sukai, bahwasanya mimpi itu berasal dari setan, maka mintalah perlindungan dari kejelekannya dan janganlah ia menceritakan mimpi buruk tadi kepada siapa pun, niscaya mimpi itu tidak akan membahayakannya.” (Hadits Riwayat. Bukhari, no. 6985)

 

Dari Abu Qatadah ra,  ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Mimpi yang baik (shalihah)–dalam riwayat lain, mimpi yang indah (hasanah)—itu berasal dari Allah, dan mimpi buruk itu dari setan. Barangsiapa yang bermimpi sesuatu yang tidak disukainya, hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan mintalah perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan, niscaya mimpi itu tidak akan membahayakannya.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 3292 dan Muslim, no. 2261). 

 

37.    Meminta perlindungan dari dikuasai setan ketika akan meninggal dunia, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abul Yasr ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW biasa membaca,  ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MINAT TARODDI WAL HADMI WAL GHOROQI WAL HARIIQI, WA A’UUDZU BIKA AN-YATAKHOBBATHONISY SYAITHOONU ‘INDAL MAUTI, WA A’UDZU BIKA AN AMUUTA FII SABIILIKA MUDBIRON, WA A’UDZU BIKA AN AMUUTA LADIIGHO. Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kebinasaan (terjatuh), kehancuran (tertimpa sesuatu), tenggelam, kebakaran, dan aku berlindung kepada-Mu dari dirasuki setan pada saat mati, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati dalam keadaan berpaling dari jalan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati dalam keadaan tersengat. (Hadits Riwayat. An-Nasa’i, no. 5531. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).

 

38.     Mengikuti petunjuk Nabi SAW ketika diganggu saat shalat, sebagaimana hadits berikut ini: Dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra,  ia berkata, “Janganlah salah seorang di antara kalian menjadikan setan sesuatu dari shalatnya, di mana ia berpendapat bahwa yang benar padanya adalah tidak berpaling kecuali dari sebelah kanannya. Sungguh, aku telah melihat Nabi SAW kebanyakan berpaling dari arah kiri (setelah shalat.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 852 dan Muslim, no. 707)

 

 

Itulah 38 (tiga puluh delapan) kiat-kiat yang dapat kita lakukan guna menghadapi setan sang musuh abadi diri kita. Semoga kita mampu melaksanakannya dengan baik dan semoga Allah SWT selalu menolong dan melindungi diri kita dari pengaruh setan, baik dalam bentuk aslinya maupun setan dalam bentuk manusia.

KIAT KIAT MENGHADAPI GANGGUAN SETAN (PART 1 of 2)

  

Selanjutnya kami akan mengemukakan kiat-kiat yang lainnya yang dapat kita lakukan agar diri kita tidak diganggu oleh setan sehingga setan tidak bisa melaksanakan aksinya kepada diri kita, hal ini sebagaimana telah dikemukakan oleh “Muhammad Abduh Tuasikal, Msc” dalam laman “Rumaysho.com” berikut ini:

 

1.    Diganggu Setan Berlindunglah kepada Allah SWT. Di saat diri kita melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak saja bertemu, menghadapi serta mengalami gangguan dan godaan dari setan. Akan tetapi kita juga mengalami gangguan dan godaan dari manusia yang berwatak dan berwujud layaknya seperti setan. Selanjutnya apa yang harus kita perbuat jika kita bertemu dengan kedua bentuk setan yang kami sebutkan di atas?

 

Jika kita bertemu atau mengalami gangguan dari setan cukup dengan dibacakan “A’udzubillahhiminasy-syaithanir-rajim” maka setan akan menjauh dari diri kita. Setan tidak mau dan tidak suka mendengar ucapan tersebut dikarenakan di dalam kalimat tersebut terdapat kebesaran Allah SWT sehingga manusia akan terhindar dari godaan-nya. Dan setan akan kembali menggoda, merayu, selama pintu masuk yang ada di dalam diri masih ada dan tersedia, yaitu jasmani dan juga ahwa (hawa nafsu). Hal yang paling susah dan sulit dihadapi oleh manusia adalah setan yang berwujud manusia (atau manusia yang telah berubah wujudnya menjadi setan) sebab setan dalam bentuk seperti ini banyak mempunyai kebutuhan seperti hidup mewah, menginginkan kedudukan dan jabatan tinggi, harta kekayaan, syahwat dan perut sedangkan setan tidak mempunyai kepentingan pribadi dengan manusia kecuali menggelincir kan manusia ke jalan yang sesat.

 

Untuk itu  jika manusia ingin selamat dari gangguan dan godaan setan baik setan yang murni maupun setan yang sudah berubah wujud menjadi manusia, jalan satu-satunya adalah meminta perlindungan hanya kepada Allah SWT dikarenakan keberadaan setan juga karena kehendak Allah SWT sehingga hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu dan yang paling mengerti tentang setan. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan jika setan mengganggumu dengan sesuatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (surat Fushshilat (41) ayat 36).

 

Jika ini adalah kondisi dasar Allah SWT kepada setan berarti hanya Allah SWT sajalah yang dapat memberikan semua perlindungan yang dibutuhkan oleh manusia sebab hal yang akan dialami oleh manusia sudah di dalam Ilmu-Nya Allah SWT. Adakah syarat yang diminta oleh  Allah SWT kepada manusia jika ia ingin memperoleh perlindungan dari Allah SWT? Syarat dan perlindungan Allah SWT sangat mudah yaitu cukup dengan melaksanakan Diinul Islam secara kaffah, atau menyediakan hati ruhani yang bersih dari noda dan dosa. Tanpa hati nurani yang bersih dari noda dan dosa maka bantuan dari Allah SWT, pertolongan dari Allah SWT, perlindungan dari Allah SWT, tidak akan dapat kita peroleh sebab Allah SWT hanya mau berkomunikasi melalui hati nurani yang bersih dari noda dan dosa. 

 

2.        Jika Membaca AlQuran Mintalah Perlindungan Allah SWT. AlQuran diturunkan oleh Allah SWT bukan semata-mata sebagai kitab suci yang berasal dari kalam Allah SWT atau yang berasal dari Wahyu Allah SWT. Akan tetapi AlQuran diturunkan sebagai petunjuk, sebagai doa, sebagai obat untuk penyembuh, sebagai Ilmu dan pengetahuan dan lain sebagainya. Apa yang terdapat di dalam AlQuran hanya akan dapat diperoleh dan dinikmati oleh manusia sepanjang manusia mengimani Allah SWT atau sepanjang hati nurani manusia bersih dari noda dan dosa. Lalu setujukah setan atau keberatankah setan jika manusia mendapat-kan apa-apa yang terkandung di dalam AlQuran?

 

Setan sebagai musuh utama manusia akan berusaha semaksimal mungkin untuk meng-gagalkan segala usaha manusia untuk memperoleh, mendapatkan apa-apa yang terdapat di dalam AlQuran. Lalu bagaimanakah caranya kita menggagalkan rencana setan tersebut? Allah SWT telah menerangkan bahwa jika kita hendak membaca, mendengar-kan, mempelajari, mengamalkan apa-apa yang terdapat di dalam AlQuran yang yang pertama yang harus kita lakukan adalah meminta perlindungan kepada Allah SWT terlebih dahulu dari gangguan dan godaan setan yang terkutuk. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: ““Apabila kamu membaca AlQuran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” Adanya perlindungan, bantuan, pertolongan Allah SWT kepada diri kita maka usaha setan mengganggu dan menggoda manusia menjadi berantakan, atau tidak kesampaian dan kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT. Dan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi sudahkan kita meminta perlindungan kepada Allah SWT dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun juga?  

 

3.        Berdzikir kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu" (surat Al Baqarah (2) ayat 152). Selain daripada itu, kita juga bisa melakukan berdzikirlah kepada Allah SWT, berwudhu, lalu shalat ketika bangun tidur untuk melepaskan ikatan setan, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda, “Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan, setan akan mengatakan, ‘Malam masih panjang, tidurlah!’ Jika ia bangun lalu berdzikir kepada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu, lepaslah lagi satu ikatan. Kemudian jika ia mengerjakan shalat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari ia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, ia tidak ceria dan menjadi malas.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 1142 dan Muslim, no. 776)

 

4.        Istintsar (membersihkan hidung dengan menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya) ketika bangun tidur, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka hiruplah air ke dalam hidung lantas keluarkan, lakukanlah sebanyak tiga kali karena setan itu bermalam di bagian dalam hidungnya.” (Hadits Riwayat Muslim, no. 238)

 

5.        Jangan sampai tidur hingga pagi, sebagaimana hadits berikut ini: “Ibnu Mas’ud ra, berkata, “Di hadapan Nabi SAW disebutkan tentang seorang lelaki yang tidur semalaman sampai waktu pagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Laki-laki itu telah dikencingi setan pada kedua telinganya.”—Atau beliau bersabda, “Pada telinganya.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 3270 dan Muslim, no. 774)

 

6.        Berlindung dari gangguan setan ketika masuk kamar kecil, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Anas bin Malik ra,  ia berkata, “Nabi SAW ketika masuk kamar kecil, beliau mengucapkan,ALLOHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL KHUBUTSI WAL KHOBAAITS (artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan dari-Mu dari setan laki-laki maupun setan perempuan).” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 142, 6322; Muslim, no. 375; Abu Daud, no. 4; Tirmidzi, no. 5; An-Nasai, 1:20; Ibnu Majah, no. 296; Ahmad, 19:13).

 

7.        Azan membuat setan lari, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Nabi SAW, “Apabila azan dikumandangkan, setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar azan tersebut. Apabila azan selesai dikumandangkan, ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqamah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata, ‘Ingatlah demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk.’” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 608 dan Muslim, no. 389)

 

8.        Berlindung dari godaan setan ketika ia hadir, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan katakanlah: “Ya Rabbku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabbku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (surat  Al-Mu’minun (23) ayat  97-98)

 

Dari Al-Walid bin Al-Walid ra,  ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku sedang sedih (murung).” Nabi SAW lantas bersabda, ‘Jika engkau hendak tidur, ucapkanlah: A’UDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI MIN GHODHOBIHI WA SYARRI ‘IBAADIHI WA MIN HAMAZAATISY SYAYAATHIIN WA AYYAH-DHURUUN’ (artinya: Aku meminta perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, dari siksa-Nya, dari kejelekan makhluk-Nya, dan dari godaan setan ketika hadir). Siapa yang membacanya, setan pasti tidak akan menimpakan mudarat padamu. Setan pun tidak akan mendekatimu.” (Hadits Riwayat. Ahmad, 4:57. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi mengatakan bahwa sanad hadits ini mursal, tetapi punya syawahid atau penguat dari hadits ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya).

 

9.        Meminta perlindungan kepada Allah dari setan dengan sifatnya hamz (muutah, kegilaan), nafts (syair setan), dan nafkh (sifat sombong), sebagaimana hadits berikut ini: “dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra, ia berkata, “Dari Nabi SAW, beliau biasa meminta perlindungan kepada Allah dari kegilaan setan, syair setan, dan sifat sombongnya setan.” (Hadits Riwayat. Ahmad, 1:403. Syaikh Syuaib Al-Arnauth itu mengatakan bahwa hadits ini sahih dilihat dari jalur lain).

 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW setelah takbir membaca, “A’UDZU BILLAHIS SAMII’IL ‘ALIIM, MINASY SYAITHOONIR ROJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFTSIH (artinya: aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan syaitan yang terkutuk, dari kegilaannya, kesombongannya, dan nyanyiannya yang tercela).” (Hadits Riwayat. Abu Dawud, no. 775; Ath Tirmidzi, no. 242; An-Nasai, 2:142; Ibnu Majah, no. 804; Ahmad, 8:51. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan sanad hadits ini hasan).

 

Sifat setan dalam bacaan ta’awudz ini adalah:

 

a.        Hamz artinya muutah yaitu sejenis gila dan kesurupan. Setan disebut demikian karena setan itu jadi sebab seseorang menjadi gila dan kesurupan.

b.        Nafkh artinya kibr (sombong) yaitu setan itu membisik pada manusia hingga ia merasa dirinya itu di atas, akhirnya merendahkan yang lain.

c.        Nafts artinya syi’ir (syair) karena setan itu membuat para penyair menyanjung, mencela, mengagungkan, dan merendahkan bukan pada tempatnya.

 

10.    Membaca ta’awudz ketika membaca Al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya: “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl (15) ayat 98). Adapun maksud dari membaca ta’awudz ketika memulai membaca AlQur’an adalah agar setan tidak mengacaukan bacaannya sehingga sulit bagi diri kita untuk melakukan tadabur dan tafakur. Oleh karenanya, jumhur berpendapat bahwa membaca ta’awudz itu dilakukan sebelum tilawah Al-Qur’an.

 

11.    Meludah ke kiri untuk menolak setan dalam shalat. Sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abul ‘Alaa’ bahwa ‘Utsman bin Abil ‘Ash mendatangi Nabi SAW, ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan mengganggu shalat dan bacaanku, ia menggodaku.” Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Itu adalah setan, ia disebut dengan Khinzib. Jika engkau merasa diganggu, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan tersebut. Kemudian ludahlah ke sebelah kirimu sebanyak tiga kali.” ‘Utsman kemudian melakukan seperti itu, lantas Allah mengusir setan itu darinya. (Hadits Riwayat Muslim, no. 2203). Adapun yang dimaksud meludah adalah meludah ringan ke kiri, bentuknya dengan meniupkan udara yang mengandung sedikit air ludah. Ini dibolehkan, dengan syarat tidak mengganggu orang yang berada di sebelah kiri dan tidak mengotori masjid.

 

12.    Tidak menoleh dalam shalat, sebagaimana hadits berikut ini:  ‘Aisyah rha, ia bertanya pada Rasulullah SAW mengenai berpaling (menoleh) dalam shalat. Nabi SAW lantas menjawab, “Itu adalah copetan yang dicopet oleh setan dari shalat salah seorang di antara kalian.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 751)

 

13.    Tidak boleh melewati orang yang shalat, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu Sa’id, ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Jika ada yang melewati dihadapan salah seorang dari kalian yang sedang shalat, cegahlah. Jika ia enggan, cegahlah lagi. Jika ia masih enggan, cegahlah dengan lebih keras karena sejatinya ia adalah setan.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 3274  dan Muslim, no. 505)

 

14.    Sujud tilawah, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata, ‘Celaka aku.’ Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, tetapi aku enggan, sehingga pantas bagiku neraka.” (Hadits Riwayat Muslim, no. 81) 

 

15.    Sujud sahwi, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam shalat, kemudian ia tidak mengetahui berapa rakaat, tiga ataukah empat rakaat, hendaklah ia membuang keraguan dan ambilah yang yakin. Kemudian sujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata ia shalat lima rakaat, sujudnya telah menggenapkan shalatnya. Lalu jika ternyata shalatnya memang empat rakaat, sujudnya tersebut sebagai penghinaan pada setan.” (Hadits Riwayat. Muslim no. 571)

 

Sujud sahwi itu disebabkan karena:

 

a.        Meninggalkan sebagian dari sunnah ab’adh seperti meninggalkan tasyahud awal.

b.        Ragu akan jumlah rakaat. Solusinya adalah memilih jumlah rakaat yang paling sedikit, lalu menyempurnakan yang sisa, setelah itu melakukan sujud sahwi.

c.        Melakukan perbuatan yang diharamkan dalam keadaan lupa. Jika hal tersebut dilakukan sengaja, shalatnya batal. Seperti, tidak sengaja berbicara sedikit dalam shalat atau tidak sengaja menambah rakaat.

d.       Memindahkan perbuatan shalat yang merupakan rukun atau sunnah ab’adh atau surah ke selain tempatnya. Misalnya, membaca surah Al-Fatihah ketika tasyahud, atau membaca surah yang seharusnya dibaca setelah surah Al-Fatihah saat iktidal.

 

16.    Tidak shalat ketika matahari terbit dan ketika matahari tenggelam, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Ibnu ‘Umar ra, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah mengerjakan shalat kalian ketika matahari terbit dan matahari tenggelam karena ketika itu terbit dua tanduk setan.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 582 dan Muslim, no. 828. Lafaz hadits ini dari Muslim).

 

Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah shalat ketika matahari terbit dan janganlah shalat ketika matahari tenggelam karena ketika itu matahari terbit dan tenggelam di atas tanduk setan. Shalatlah di antara itu semau kamu.” (Hadits Riwayat Abu Ya’la dalam musnadnya, 2:200 dan Al-Bazzar, 1/293/613. Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 314 mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

 

17.    Membaca dzikir pagi dan petang, sebagaimana hadits berikut ini: Dari ‘Utsman bin ‘Affan ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dari setiap harinya dan setiap petang dari setiap malamnya kalimat: BISMILLAHILLADZI LAA YADHURRU MA’ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’ WA HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM (artinya: dengan nama Allah Yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan tidak juga di langit, dan Dialah Yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui) sebanyak tiga kali, maka tidak akan ada apa pun yang membahayakannya.” (Hadits Riwayat. Abu Daud, no. 5088; Tirmidzi, no. 3388; Ibnu Majah, no. 3388. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

 

18.    Membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas. Ada yang dibaca setiap pagi dan petang seperti hadits berikut ini: Dari Mu’adz bin Abdullah bin Khubaib, dari bapaknya ia berkata,“Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah SAW untuk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, “Apakah kalian telah shalat?” Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, “Katakanlah.” Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, “Katakanlah.” Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, “Katakanlah.” Hingga aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?” Rasulullah SAW bersabda, “Katakanlah (bacalah surah) QUL HUWALLAHU AHAD (surah Al-Ikhlas) dan  Al-mu’awwidzatain (surah Al-Falaq dan An-Naas) ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akan mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan.” (Hadits Riwayat Abu Dawud, no. 5082 dan An-Nasai, no. 5428. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

 

Tiga surah ini juga bisa dibaca bebas pada waktu kapan pun, sebagaimana hadits berikut ini: Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhani, ia berkata, “Di antara kami, aku menuntun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan untanya pada suatu peperangan. Beliau berkata, ‘Wahai ‘Uqbah, ucapkanlah.’ Aku pun mendengarkannya, kemudian beliau berkata, ‘Wahai ‘Uqbah, ucapkanlah.’ Aku pun mendengarkannya, kemudian beliau berkata yang ketiga kalinya. Aku pun bertanya, ‘Apa yang mesti aku ucapkan?’ Beliau membaca, ‘QUL HUWALLAHU AHAD’. Lantas beliau membaca surah Al-Ikhlas hingga mengkhatamkannya. Kemudian beliau membaca, ‘QUL A’UDZU BIROBBIL FALAQ’. Aku lantas membaca bersama beliau hingga mengkhatamkannya. Kemudian beliau membaca, ‘QUL A’UDZU BIROBBIN NAAS’. Aku lantas membaca bersama beliau hingga mengkhatamkannya. Terakhir, beliau berkata, ‘Tidak ada seorang pun yang berlindung (dari segala keburukan) seperti orang orang yang berlindung dengan tiga surah tersebut.’” (Hadits Riwayat An-Nasai, no. 5432; Ath-Thabrani, 17:346, An-Nasai dalam Sunan Al-Kubra, 7846. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

 

19.     Shalat Dhuha empat rakaat, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Nu’aim bin Hammar Al-Ghothofaniy ra, Rasulullah SAW bersabda, “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku sebanyak empat rakaat pada awal siang, maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad, 5:286; Abu Daud, no. 1289; Tirmidzi, no. 475; Ad-Darimi, no. 1451 . Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 810, berkata bahwa sanad hadits ini hasan).

 

At-Thibiy berkata, “Engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. Maksud hadits adalah selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfah Al-Ahwadzi, 2:478).

 

20.    Meminta perlindungan untuk anak kecil, Istri ‘Imran ketika melahirkan Maryam, ia berkata sebagaimana disebutkan dalam ayat, Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.” (surat. Ali Imran (3) ayat 36)

 

Dari Ibnu ‘Abbas ra, ia berkata, “Nabi SAW meminta perlindungan untuk Al-Hasan dan Al-Husain dengan berkata, ‘Sesungguhnya bapak (nenek moyang) kalian berdua biasa meminta perlindungan pada Ismail dan Ishak dengan bacaan: “A’UDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMATI MIN KULLI SYAITHONIN WA HAAMMATIN, WA MIN KULLI ‘AININ LAAMMATIN’ (Artinya: Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracun dan dari pengaruh ‘ain yang buruk).” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 3371)

 

Dari Jabir bin ‘Abdillah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Apabila datang gelap malam (sore hari), maka halangilah anak-anakmu dari keluar rumah karena setan ketika itu berkeliaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam (waktu Isya), maka lepaskanlah mereka lagi. Hendaklah kalian menutup pintu dan berdzikir kepada Allah karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 3304 dan Muslim, no. 2012)

Selasa, 27 Februari 2024

MENGALAHKAN MUSUH MELALUI KELEMAHAN YANG DISAMPAIKAN OLEH IBLIS/SETAN

Agar diri kita mampu menjadi pemenang yang beruntung, kita juga bisa mengalahkan setan melalui kelemahan (rahasia) yang dikemukakan oleh setan itu sendiri, sebagaimana berikut ini:

 

1.   Melalui pengakuan setan yang menyatakan bahwa ia adalah makhluk yang ingkar janji, hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Ibrahim (14) atat 22 berikut ini: dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” Adanya pernyataan setan sebagai makhluk pengingkar janji maka sudah seharusnya diri kita yang menjadi musuhnya untuk tidak pernah mempercayai setan dengan segala apa-apa yang dikemukakannya seperti janji akan menolong umat manusia. Hanya dengan menolak atau tidak mempercayai apa yang dijanjikan oleh setan maka setan dapat kita kalahkan secara bermartabat. 

 

2.     Melalui pengakuan setan yang tidak mampu menggoda, tidak mampu menjerumuskan orang-orang yang memenuhi derajat seorang mukhlis, sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini:  iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (surat Shaad (38) ayat 82-83). Berdasarkan ketentuan ayat ini, iblis/setan telah mengemukakan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan (memiliki kelemahan) kepada orang-orang yang memiliki kualifikasi mukhlis, yaitu orang yang berhati bersih, jernij, atau murni hanya mengharap ridha Allah SWT dalam melakukan seluruh amalnya..

 

3.    Melalui Bacaan Ayat Kursy. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim sebagaimana kami kemukakan berikut ini: “Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulullah SAW pernah menugaskan diriku untuk menjaga kurma zakat, lalu tugas itu aku jalankan. Ketika aku sedang bertugas, tiba-tiba muncullah seorang lelaki yang sudah tua mendahuluiku, lalu mengambil kurma dan memasukkannya ke dalam wadahnya. Aku tangkap dia,tetapi dia mengadu kepadaku yang membuatnya berbuat demikian adalah anak-anaknya kelaparan, sedang dia orang miskin dan tidak mampu. Akhirnya, aku kasihan juga kepadanya dan kulepaskan  dia dengan syarat tidak mengulangi lagi perbuatannya. Pada malam ke dua ia datang dan mengambil kurma lagi, maka aku pegang pakaiannya dan aku berniat untuk melaporkannya kepada Rasulullah SAW. Akan tetapi, ia mengadu kepadaku dan menggerutu tentang kemiskinan dan kebutuhan yang dialaminya, sedang anak-anaknya banyak. Akhirnya, ia kulepaskan lagi. Pada malam ketiga dia datang lagi, lalu aku tangkap dia. Ia mengadu lagi, tetapi kali ini dia tidak kubiarkan dan aku bertekad akan menyerahkannya kepada Rasulullah SAW. Lelaki itu berkata:"Lepaskanlah aku! Aku akan mengajarkan kepadamu suatu ayat bila kamu membacanya pada malam harimu, maka akan ada penjaga yang memelihara kamu dari gangguan syaitan." Para shahabat adalah orang yang sangat getol kepada kebaikan. Oleh karena itu, Abu Hurairah bertanya:"Ayat apakah itu? Syaitan pun membaca ayat Kursy. Sesudah itu, Abu Hurairah melepaskannya. Selanjutnya, Abu Hurairah pergi dan menceritakannya kepada Rasul SAW, lalu Rasul SAW tersenyum dan bersabda:"Tahukah kamu, siapakah yang kamu ajak bicara sejak tiga malam terakhir, hai Abu Hurairah?" Abu Hurairah menjawab:"Tidak wahai Rasulullah." Rasulullah SAW bersabda:"Dia adalah syaitan. Ketahuilah dia berkata benar kepadamu, sedang dia adalah pendusta".  

 

Iblis/setan selaku musuh abadi diri kita mengajarkan kepada diri kita dengan mengemukakan jika kita membaca ayat Kursy pada malam hari, maka akan ada penjaga yang akan memelihara diri kita sehingga kita tidak bisa diganggu oleh iblis/setan lagi. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa semakin kita sering membaca ayat Kursy maka semakin sering pula iblis/setan tidak bisa mengganggu diri kita. Kondisi ini sudah dikemukakan oleh iblis/setan melalui hadits di atas ini.

 

Lalu sebagai musuh dari iblis/setan sudahkah kita memanfaatkan, sudahkah kita mempergunakan, atau sudahkah kita melaksanakan apa yang telah dikemukakan oleh iblis/setan untuk kepentingan diri kita sendiri? Hal yang harus kita ketahui bahwa ketentuan di atas bukan berasal dari Nabi Muhammad SAW. Namun iblis/setan lah yang memberitahukan kepada diri kita akan kelemahannya sendiri. Dan jika sekarang kita telah tahu kelemahan iblis/setan maka gunakan kelemahan yang telah diberitahu-kan ini untuk menghadapi iblis/setan saat hidup di dunia. Hal ini dikarenakan hanya melalui kelemahan inilah kita mudah mengalahkan gangguan iblis/setan. Untuk itu jangan pernah sia-siakan kesempatan ini dalam rangka mengalahkan iblis/setan.

 

4.        Melalui Rahasia Yang Disampaikan Iblis melalui Nabi Musa as,. Hal ini berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Dikisahkan dalam sebuah hadits, pada zaman Nabi Musa as,. Iblis pernah datang menemui Nabi Musa as, untuk meminta bantuan. Iblis menyampaikan bahwa sebenarnya dia takut masuk ke dalam Neraka karena dia mengerti betul bagaimana keadaan di dalam Neraka. Namun dikarenakan di saat Nabi Adam as, diciptakan, kemudian Allah SWT menyuruh para malaikat sujud pada Nabi Adam as, (termasuk iblis yang saat itu berada di kalangan malaikat), ternyata hanya Iblis yang tidak mau sujud dikarenakan egonya yang terlalu tinggi, Iblis tidak melihat ‘siapa’ yang memerintahkannya. Malah Iblis mengatakan bahwa derajat dirinya itu lebih tinggi dari pada Nabi Adam as, karena Nabi Adam as, diciptakan dari tanah, sedangkan Iblis diciptakan dari api. Singkat cerita, Allah SWT murka dan mengutuk Iblis dan anak turunannya untuk masuk ke dalam Neraka pada hari kiamat nanti. Namun Allah SWT member umur yang panjang pada Iblis hingga hari kiamat nanti. Iblis datang pada Nabi Musa as,. Tujuan Iblis datang pada Nabi Musa as, adalah meminta bantuan. Iblis mengatakan bahwa ia ingin taubat, tapi tidak tahu caranya. Maka Iblis meminta Nabi Musa as, untuk berdoa kepada Allah SWT agar Allah SWT memberitahukan bagaimana cara taubat yang harus dilakukan oleh Iblis karena kesalahannya yang dahulu itu. Akhirnya Nabi Musa as, mendapatkan kabar dari Allah SWT. Lalu Iblis datang lagi dan menemui Nabi Musa as,. Iblis bertanya tentang cara taubat yang bagaimana yang disampaikan oleh Allah SWT melalui Nabi Musa as,. Dan Nabi Musa as, menjelaskan bahwa cara taubatnya sangat mudah dan sederhana, yaitu “Jika Engkau (iblis) memang ingin bertaubat, Allah SWT perintah padamu supaya Engkau sujud di kuburannya Nabi Adam as,”. Mendengar penjelasan itu, Iblis marah dan menolak sambil berkata” Dulu ketika Nabi Adam masih hidup, Aku tidak mau sujud! Apalagi sekarang Adam telah jadi tanah! Tidak, aku tidak mau sujud di kuburan Nabi Adam!”. Lalu sebelum meninggalkan Nabi Musa, Iblis berkata: Hai Musa, karena kamu telah baik dan mencoba menolongku, maka sebagai balasannya, aku akan menyampaikan 3(tiga) rahasia kepadamu Musa”. Rahasia pertama: “Tahukah kamu Musa, kenapa manusia bisa marah-marah hingga sangat marah sekali? Penyebabnya adalah Aku yang sedang berada di hatinya. Aku bisa masuk ke dalam pembuluh darah manusia.” Rahasia kedua: “Tahukah kamu Musa, mengapa ketika orang-orang Iman berperang, lalu diantara Iman itu ada yang lari meninggalkan perang? Itu karena aku (Iblis) yang mengingatkan mereka akan harta, istri dan anak-anaknya yang mereka tinggalkan di rumah. Rahasia ketiga: Tahukah kamu Musa, bahwa ketika ada dua orang laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya berkumpul, maka Akulah yang ketiga yang berada di antara mereka dan Aku akan menggoda mereka sampai mereka melakukan zina. (Hadits Riwayat Ath Thabarani, Ibnu Abbar).” Iblis/syaitan selaku musuh abadi dari diri kita juga telah memberitahukan kepada diri kita tentang 3(tiga) buah rahasia yang harus kita jadikan pembelajaran bagi diri kita di dalam rangka menghadapi iblis/syaitan saat menjadi khalifah di muka bumi.

 

Rahasia pertama: “Tahukah kamu Musa, kenapa manusia bisa marah-marah hingga sangat marah sekali? Penyebabnya adalah Aku yang sedang berada di hatinya. Aku bisa masuk ke dalam pembuluh darah manusia.”

Rahasia kedua: “Tahukah kamu Musa, mengapa ketika orang-orang Iman berperang, lalu diantara Iman itu ada yang lari meninggalkan perang? Itu karena aku (Iblis) yang mengingatkan mereka akan harta, istri dan anak-anaknya yang mereka tinggalkan di rumah.

Rahasia ketiga: Tahukah kamu Musa, bahwa ketika ada dua orang laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya berkumpul, maka Akulah yang ketiga yang berada di antara mereka dan Aku akan menggoda mereka sampai mereka melakukan zina.

 

Sekarang kita telah mengetahui beberapa kelemahan (kekurangan/ketidakmampuan) setan di dalam melaksanakan aksinya kepada umat manusia. Akhirnya semuanya terpulang kepada diri kita sendiri, maukah mempergunakan informasi yang telah dikemukakan sendiri oleh iblis/setan tentang kelemahan dirinya untuk kepentingan diri kita sendiri.

 

Sebagai informasi tambahan bagi diri kita, ada baiknya kita mengetahui hal-hal yang lainnya tentang setan terutama tentang kelemahan setan, sebagaimana berikut ini:

 

1.        Setan tak dapat menyerupai Rasulullah SAW. Meskipun setan dan jin dapat berubah wujud seperti manusia, namun mereka tidak bisa menyamar seperti Rasulullah SAW. Sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang bermimpi melihatku, maka dia sungguh telah melihatku, karena setan tidak dapat menyeru-paiku.  (Hadits Riwyat  Muslim).

 

2.        Setan Tak dapat melewati batasan langit tertentu. Setan dan jin tidak dapat melewati batasan-batasan yang sudah ditetapkan selain malaikat. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Wahai golongan jin dan mnusia! Jika kamu sanggup menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan dari Allah. (surat Ar Rahman (55) ayat 33). Jika mereka berani melewatinya maka mereka akan binasa dan hancur. Maka jin tidak dapat mencuri informasi dari langit. Setan dan jin yang membisikkan ke tukang-tukang ramal itu hanya kebohongan semata.

 

3.        Setan tidak bisa masuk ke pintu yang ditutup dengan nama Allah SWT. Ada baiknya kita mengingat Allah SWT ketika membuka atau menutup pintu, agar kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Hal ini sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Tutuplah pintu-pintu dan sebutlah nama Allah SWT (ketika menutupnya). Karena setan tidak akan membuka pintu yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah SWT. Tutup jugalah tempat air minum dan bejana-bejana kalian sambil menyebut nama Allah SWT, meskipun kalian hanya menyimpan sesuatu di dalamnya dan ketika hendak tidur, matikanlah lampu-lampu kalian.” (Hadits Riwayat Muslim).

 

4.        Menjadikan diri kita menjadi orang-orang yang berilmu, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh “Imam Nawawi” dalam bukunya “Tanqih al-Qoul al-Hatsits bi Syarh Lubab al-hadits” dimana terdapat hadits tentang keutamaan orang yang berilmu, yaitu: “Nabi SAW bersabda: Seorang faqih (alim dalam ilmu agama), wira’i (menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan) adalah lebih berat (sulit) bagi syaitan disbanding seribu ahli ibadah yang bersungguh-sungguh, (tapi) bodoh, (meskipun) wira’i.

 

Nabi SAW bersabda, “Keutamaan orang yang berilmu (yang mengamalkan ilmunya) atas orang yang ahli ibadah adalah seperti utamanya bulan di malam purnama atas semua bintang-bintang lainnya.

 

Nabi SAW bersabda, “Tidurnya seorang yang berilmu (yakni orang alim yang memelihara adab ilmu) lebih utama dari pada ibadahnya orang yang bodoh (yang tidak memperhatikan adabnya beribadah).

 

Selain itu, seorang sahabat Nabi SAW juga mengemukakan hal sebagai berikut: Mu’adz bin Jabal ra, berkata: “Belajarlah ilmu, sesungguhnya mempelajari ilmu adalah suatu kebaikan, mencari ilmu adalah ibadah, mengingatnya adalah tasbih, membahas suatu ilmu adalah jihad, bersungguh-sungguh terhadap ilmu adalah pengorbanan, mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak memiliki pengatahuan adalah sedekah

 

Itulah kondisi dasar yang dapat kami sampaikan tentang iblis/setan yang saat ini sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai musuh bagi diri kita dan kami berharap dengan diri kita memiliki ilmu dan pemahaman tentang setan secara maksimal mampu menjadikan diri kita mawas diri dengan keberadaan setan karena setan tidak akan pernah sekalipun  menjadi orang atau makhluk yang berperilaku baik dengan diri kita.