Setan selaku makhluk yang ghaib tentu
tidak akan bisa kita kalahkan seperti layaknya pertandingan tinju atau
pertandingan karate yang mana kita dengan lawan kita akan saling
berhadap-hadapan secara langsung. Memenangkan pertandingan melawan makhluk yang
ghaib seperti setan harus kita lakukan dengan cara-cara tertentu, yang
kesemuanya bukan berasal dari diri kita sendiri melainkan harus dari sang
pencipta permainan dan juga pencipta setan dan juga manusia, dalam hal ini
Allah SWT.
Dan apabila diri kita berkepentingan
dengan kemenangan (menjadi pemenang yang beruntung), maka inilah cara-cara yang
diperkenankan oleh Allah SWT agar diri kita menjadi manusia yang tidak
terkalahkan oleh setan, yakni:
1.
Menjadi hamba yang beriman lagi
bertawakkal kepada Allah SWT. Ini
adalah amunisi ampuh unuk mengalahkan setan, dimana setan tidak akan mampu
mempengaruhi diri kita sepanjang diri kita mampu beriman dan bertawakkal. Hal
ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Sungguh, setan itu tidak akan
berpengaruh terhadap orang yang beriman
dan bertawakkal kepada Tuhan. Pengaruhnya hanyalah terhadap orang yang
menjadikannya pemimpin dan terhadap orang yang memperseku-tukannya dengan
Allah. (surat An Nahl (16) ayat 99-100)”. Allah
SWT selaku pencipta setan maka Allah SWT pula yang akan menunjukkan kepada
manusia cara dan methode yang harus dilaksanakan oleh manusia untuk mengalahkan
setan yang telah memiliki lisensi khusus untuk menjatuhkan harkat dan martabat
manusia. Dan apabila kita berhasil menjadikan diri ini sesuai ketentuan ayat di
atas maka setan akan mudah kita kalahkan dan selamatkan diri kita dari jebakan
setan yang mengakibatkan diri ini pulang kampung ke neraka.
Selanjutnya
untuk mempertegas tentang tawakkal kepada Allah SWT mari kita perhatikan apa
yang dikemukakan oleh “Prof Dr KH Nasaruddin Umar” dalam laman “uinjkt.ac.id”
berikut ini: Tawakkal
berarti penyerahan diri secara total semua urusan hanya kepada Allah SWT.
Tawakkal adalah realisasi keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengertian
ini sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Ma’idah (5) ayat 23 berikut ini: “Dan
hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal, jika kalian benar-benar orang
yang beriman”.
Suatu ketika Rasulullah
SAW menerima beberapa tamu dari luar kota di Madinah. Salah seorang di antara
tamunya ditanya, dimana kamu menambatkan untamu? Sang pemuda menjawab, saya
tidak menambatkannya karena saya sudah bertawakkal kepada Allah SWT. Lalu ia
memohon Rasulullah SAW mendoakan agar untanya aman. Rasulullah SAW menegur
pemuda itu dengan mengatakan, tambatkan dulu untanya, baru bertawakkal kepada
Allah SWT.
Tawakkal tidak bisa
diartikan kepasrahan secara passif, yang menyiratkan unsur kemalasan,
keputusasaan, dan sikap minimalisme, tetapi kepasrahan secara aktif, sesuai
kapasitas manusia sebagai hamba dan khalifah yang menuntut tanggung jawab. Tidak
bisa berdiam diri dengan pasif saat kita didera penyakit, tetapi kita harus
berusaha mencari cara penyembuhan, sebagaimana diperintahkan Rasulullah SAW: “Berobatlah
wahai hamba Allah, karena Allah menciptakan penyakit dan obatnya.” (Hadits
Riwayat Ath Tirmidzi).
Jika kita sudah berobat
dengan berbagai macam cara tetapi penyakitnya tetap berlangsung, baru kita
tawakkal dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah Sang Maha Penyembuh. Bersabar
dari penyakit merupakan suatu hal yang terpuji, bahkan akan berfungsi sebagai
pengampunan dosa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Demam satu hari menghapus dosa
satu tahun.” (Hadits Riwayat Al-Qudha’i dari Ibnu Mas’ud).
Tawakkal disertai keikhlasan
akan memberikan banyak keajaiban dalam hidup. Rasulullah SAW memberikan
perumpamaan kehidupan orang-orang yang bertawakkal dengan kehidupan burung: “Jikalau
kamu bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sesungguhnya, niscaya Allah
memberi rezeki kepadamu, sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung yang
keluar (dari sarangnya) pagi-pagi dengan perut lapar dan kembali pada sore hari
dengan perut kenyang. Dan lenyaplah gunung-gunung penghalang dengan sebab
do’amu”. (Hadits Riwayat Muhammad bin Nashar dari Muadz bin Jabal dan
oleh Baihaqi dari Wuhaib al-Makki).
Dalam sebuah ayat juga
menegaskan tentang rezeki bagi setiap makhluk hidup sudah ditentukan oleh Allah
SWT dalam surat Hud (11) ayat 6 berikut ini: “Dan tidak ada suatu binatang
melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya.”
Tawakkal merupakan proses
terakhir dalam sebuah rangkaian usaha manusia, sesuai dengan firman-Nya dalam
surat Ali ‘Imran (3) ayat 159: “…maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun kepada
mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad (ta’zim) maka bertawakkal-lah kepada Allah,
sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakkal kepadanya”. Orang
yang bertawakkal, bagaikan menempatkan dirinya ibarat sesuatu yang hanyut di
sungai. Ke manapun sungai itu membawanya dia akan pasrah. Sikap pasrah seperti
ini akan membersihkan segala macam endapan power struggle dalam diri.
Akhirnya orang itu akan merasa tenang dengan jiwa yang lapang, karena semuanya
diserahkan kepada Yang Maha Kuasa, la haula wa laa quwwah illaa billaah.
Para ahli haqiqah membagi
tawakkal kepada beberapa tingkatan, seperti tawakkal orang awam dan tawakkal
khawash. Orang-orang yang menjadikan tawakkal dengan penuh keyakinan sebagai
bagian dari hidupnya, maka orang itu akan ditemani dengan keajaiban-keajaiban
dalam hidup.
Terlepas dia seorang Nabi,
Ibrahim AS, dikenal sebagai Nabi yang memiliki tawakkal paling kokoh. Dalam
Al-Qur’an diceritakan, di depan gunung api yang dipersiapkan oleh Raja Namrud,
Nabi Ibrahim tetap tenang sampai ia dilemparkan ke dalam lautan api, ia masih
tetap tenang. Sampai lolos dari amukan api ia masih tetap tenang. Ketenangan
adalah ciri orang tawakkal. Rasa tawakkal sangat diharapkan untuk dilestarikan
oleh para jamaah haji jika menginginkan langgengnya kemabruran.
2.
Menjadi Hamba Yang Mengikuti Petunjuk
Allah SWT. Allah SWT memberikan pedoman kepada manusia jika ia ingin selamat dari
gangguan, godaan serta ajakan Iblis yang akan mengakibatkan manusia keluar dari
Nilai-Nilai Kebaikan maka manusia diwajibkan memenuhi ketentuan yang terdapat
di dalam surat Thaahaa (20) ayat 113
berikut ini: “Dan
demikianlah Kami menurunkan AlQuran dalam bahasa Arab, dan Kami telah
menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar
mereka bertakwa atau (agar) AlQuran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” dan juga
berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 38 yang kami kemukakan berikut ini: “kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga
itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati”. yaitu menjadikan AlQuran sebagai petunjuk bagi
manusia di dalam melakukan aktivitas atau mengikuti petunjuk Allah SWT. Jika
manusia dapat mengikuti petunjuk atau pedoman yang ada di dalam AlQuran maka
manusia dijamin oleh Allah SWT akan selamat dari apa-apa yang dilakukan oleh
Iblis kepada manusia.
Untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT syaratnya
mudah yaitu siapkan hati ruhani yang bersih dari noda dan dosa atau siapkan
hati ruhani yang sesuai dengan kondisi dan keadaan Allah SWT. Ingat, kita yang
harus terlebih dahulu memenuhi syarat yang dikehendaki-Nya maka barulah Allah
SWT akan memberikan apa yang telah dijanjikannya kepada diri kita. Jika Allah
SWT adalah AlQuddus maka hati ruhanipun harus memenuhi kriteria AlQuddus pula
demikian seterusnya sesuai dengan AsmaulHusna. Sekarang bagaimana jika antara
manusia dengan Allah SWT tidak terjadi kesesuaian? Petunjuk Allah SWT,
lindungan Allah SWT tidak akan dapat kita peroleh. Adanya Petunjuk dari Allah
SWT akan membuat atau menjadikan diri kita selalu berada di dalam lindungan
Allah SWT sehingga iblis/syaitan tidak akan mampu mendekati atau mengganggu
diri kita.
3.
Menjadi
Hamba Yang Suci/Disucikan. Selain petunjuk dan lindungan, Allah SWT masih
mempunyai sarana yang dapat digunakan bagi manusia jika ia ingin selamat dari
gangguan dan godaan iblis/setan, yaitu jadilah hamba yang mukhlis yang selalu
mengikuti dan melaksanakan jalan yang lurus. Jika kita dapat melaksanakan hal
tersebut maka Allah SWT akan menjadi penjaga atau pelindung manusia sehingga
manusia menjadi hamba yang disucikan oleh Allah SWT. Sekarang jika Allah SWT
sudah mewajibkan atas diri-Nya sendiri untuk menjaga dan memelihara serta
melindungi manusia yang mengikuti jalan yang lurus, ini berarti bahwa Allah SWT
tidak akan lepas tanggung jawab kepada setiap manusia yang mau melaksanakan jalan
yang lurus, sebagiamana firman-Nya berikut ini: “Sesungguhnya hamba-hamba-ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka.
Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai penjaga”.(surat Al Israa’ (17) ayat 65)
Sekarang
sudahkah diri kita melaksanakan jalan lurus yang dikehendaki Allah SWT dalam
kerangka menyambut tanggung jawab Allah SWT kepada manusia? Allah SWT
memberikan jaminan kepada manusia merupakan wujud dari kasih sayang Allah SWT kepada umat manusia yang telah
diangkatnya menjadi khalifah di muka bumi. Akan tetapi apa-apa yang telah
dijanjikan oleh Allah SWT kesemuanya sangat tergantung kepada manusia itu
sendiri, apakah mau ditolong oleh Allah SWT, apakah mau dijaga oleh Allah SWT,
yang pasti dalam hal ini adalah Allah SWT
tidak membutuhkan sediktpun pertolongan dan penjagaan manusia. Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Hijr (15) ayat 40-41-42 berikut ini: “kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka”. Allah berfirman:
“Ini adalah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya).Sesungguhnya hamba-hamba-Ku
tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut
kamu, yaitu orang-orang yang sesat.” Sekarang siapakah yang membutuhkan pertolongan
dan penjagaan dari Allah SWT? Pertolongan
dari Allah SWT, Penjagaan dari Allah SWT mutlak diperlukan manusia sebab
manusia mempunyai musuh abadi yang bernama iIblis beserta anak dan keturunannya
selama hayat masih di kandung badan, yang jumlahnya saat ini sudah melebihi
dari jumlah manusia. Jika saat ini kita merasa sangat membutuhkan pertolongan
Allah SWT, jika kita merasa sangat membutuhkan penjagaan Allah SWT, sudahkah
kita memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh Allah SWT?
4.
Menjadi
Hamba Yang Beriman. Keimanan merupakan senjata paling ampuh jika kita
ingin selamat dari gangguan dan godaan iblis/syaitan. Adanya keimanan di dalam
diri manusia maka manusia akan selalu dijaga, dilindungi, diberikan
petunjuk,dihilangkan rasa takut dan rasa sedih, selalu di dalam kegembiraan,
memperoleh syurga atau memperoleh apa-apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepada manusia. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT yang tertuang di dalam surat surat Fushshilat (41) ayat
30-31 berikut ini: “Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu”. Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di
dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta.”
Sekarang
jika Allah SWT telah menjanjikan kepada orang-orang yang telah mengukuhkan
keimanan di dalam dirinya, dapatkah apa yang telah dijanjikan Allah SWT tersebut dihalangi oleh apapun juga
termasuk di dalamnya dihalangi oleh Iblis? Sepanjang manusia dapat memenuhi
syarat dan ketentuan yang telah Allah SWT tentukan, dalam hal ini keimanan atau
mampu menjaga hati ruhani bersih dari noda dan dosa, maka apa-apa yang telah
dijanjikan oleh Allah SWT akan diberikan.
Dan janji
dan pemberian Allah SWT kepada manusia dapat dikelompokkan menjadi 2(dua),
yaitu: Pemberian sewaktu kita masih hidup di dunia, yang terdiri dari petunjuk,
pemahaman, ketenangan, pengobatan, dimudahkan sakaratul maut serta diberikannya
Nur Islam yang kesemuanya akan disampaikan melalui hati ruhani. Selain daripada
itu Allah SWT juga memberikan perlindungan dan penjagaan dari gangguan dan
godaan iblis/syaitan yang akan menjerumuskan manusia, serta pemberian setelah
hari kiamat, yaitu Allah SWT akan memberikan kepada orang yang beriman Kampung
Kebahagiaan. Dan jika kita saat ini masih hidup di dunia, sudahkah kita beriman
kepada Allah SWT di dalam kerangka melaksanakan Diinul Islam secara kaffah?
Sepanjang diri kita belum melaksanakan apa yang telah Allah SWT tetapkan, maka
Allah SWT pun tidak akan memberikan janji-janjinya kepada diri kita. Sekarang
semuanya terpulang kepada diri kita sendiri.
5.
Menjadi Hamba Yang Tidak Mau Menyembah
Jin. Allah SWT mengemukakan bahwa jangan pernah meminta perlindungan kepada
jin atau jangan pernah menyembah jin. Kenapa Allah SWT mengemukakan hal itu?
Allah SWT melarang hal tersebut dikarenakan bukannya manfaat yang di dapat oleh
manusia, akan tetapi mudharat yang akan diperoleh manusia. Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Jin (72) ayat 6 yang kami kemukakan berikut ini, “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di
antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin,
maka jin-jin menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” Perbuatan
menyembah dan meminta perlindungan kepada jin akan menambah dosa dan kesalahan
diri kita sendiri. Jika diri kita telah penuh dosa dan kesalahan, maka hati
ruhanipun akan turut menanggung dosa dan kesalahan tersebut yang mengakibatkan
terputusnya hubungan antara diri kita dengan Allah SWT. Dosa dan kesalahan akan
mengakibatkan hati ruhani kotor, penuh noktah serta bintik hitam, apa yang
dapat dilakukan jika kondisi hati ruhani seperti itu? Semua yang telah Allah
SWT janjikan kepada manusia tidak akan pernah di dapatkan di dunia maupun di
akhirat. Sekarang semua terpulang kepada diri kita sendiri.
6.
Tidak Berperilaku Boros dan Sombong. Sikap boros dan suka
berlebih-lebihan, sehingga semuanya serba melebihi kebutuhan. Karena yang lebih
dari kebutuhan itulah yang menjadi perantara dan jalan masuknya setan ke dalam
hati manusia. Cara menghindarinya adalah dengan memenuhi kebutuhan sesuai
dengan keperluannya, baik dalam hal makan, tidur, bersenang-senang maupun
beristirahat. Dengan ditutupnya celah masuk setan ini niscaya si setan tidak
akan masuk melalui jalur ini.
Membebani diri dengan hal
apapun yang tidak penting. Jika anda mampu menahan pahitnya disapih dari dunia
maka sapihlah diri anda. Namun jika anda tidak kuat menahannya maka menyusulah
seperlunya saja, karena kekenyangan itu membina-sakan. Dan terkait dengan sifat
boros (menghambur-hamburkan kekayaan), Allah SWT telah mengingatkan diri kita
melalui surat Al Israa’ (17) ayat 26 berikut ini: “dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”
Allah SWT melalui ayat ini
telah melarang kita untuk berbelanja yang mengarah pada hal yang tidak berguna
atau bahkan merusak diri ataupun lingkungan, atau mengham-bur-hamburkan harta
secara boros untuk kesenangan dunia semata. Tidak mau memberikan hak-hak
keluarga dekat. Tidak mau berbagi kepada orang yang miskin dan juga kepada
orang orang yang dalam perjalanan. Dan masih banyak di antara kita yang
membelanjakan harta tidak pada tempat yang tepat sesuai dengan kebutuhan kita
dan hanya menuruti keinginan bahkan dengan mudah melupakan sedekah.
Selain daripada itu, masih
ada lagi bentuk dari keburukan yang bertentangan dengan kehendak Allah SWT
yaitu berlaku sombong, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung.” (surat Al Israa’ (17) ayat 37). Jika
kita sombong di rumah kita sendiri merupakan hal yang biasa-biasa saja. Namun
apabila kita sombong di langit dan di muka bumi yang tidak pernah kita ciptakan
bukanlah sesuatu yang biasa biasa saja namun sesuatu tindakan yang konyol lagi
tidak tahu diri. Bisa kita bayangkan betapa marahnya Allah SWT kepada orang
yang berlaku sombong di tempat yang tidak pernah diciptakan dan dimilikinya
sedangkan orang yang sombong itu juga diciptakan oleh Allah SWT. Lalu menumpang
disana. Lalu memanfaatkan segala sesuatu yang diciptakan dan yang dimiliki
Allah SWT. Hasil akhir dari perilaku sombong tentulah menjadi tetangga setan di
neraka jahannam.
7.
Selalu
Berdoa dan Berdzikir. Untuk menjadi pemenang yang beruntung bukanlah
sebuah perkara mudah, perlu perjuangan yang tidak sedikit, serta penuh
rintangan. Dan agar diri kita selalu berada di dalam Nilai-Nilai Kebaikan tentu
kita membutuhkan sesuatu yang dapat menjadikan diri kita tetap berada di dalam
koridor tersebut. Selain Diinul Islam yang akan menjadikan diri kita selalu
berada di dalam kehendak Allah SWT, masih ada hal lainnya yang dapat menjadikan
diri kita selalu berada dalam kehendak Allah SWT, apakah itu? Berdasarkan surat
Ghafir (40) ayat 60 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku
perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” Allah SWT
memberikan fasilitas kemudahan yang dapat membantu manusia agar selalu berada
di dalam kehendak-Nya, atau dan juga dalam kerangka menjaga kualitas tingkat
keimanan kepada Allah SWT tetap terjaga kualitasnya yaitu melalui doa.
Berikut ini akan kami kemukakan
beberapa doa atau ayat-ayat yang tidak disukai oleh setan, yaitu:
a.
Kalimat
A’uudzubillaah. Doa mengusir setan bisa dengan mengucapkan kalimat “A’udzubillah himinas syaitoon nirrojiim” (artinya Aku
berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
b.
Ayat
Kursi. Ayat Kursi yang terdapat dalam Surat Al Baqarah bisa digunakan sebagai
ayat pengusir setan. Dengan membaca Ayat Kursi, bisa membentengi diri dan harta
benda dari gangguan setan.
c.
Surat
Al Falaq. Surat Al Falaq juga disebutkan bisa menjadi ayat yang melindungi diri
dari gangguan setan dan jin dan bisa dibaca setiap hari.
d. Surat An-Nas.Surat An Nas berisikan
gambaran keagungan Allah SWT sebagai tempat berlindung dari kejahatan setan dan
jin.
e.
Surat
Al Baqarah. Barang siapa yang membaca surat Al Baqarah, maka setan tidak akan
memasuki rumah. Rasulullah SAW menyatakan dalam sabdanya: "Janganlah
jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya rumah yang dibacakan
surat al-Baqarah tidak akan dimasuki setan." (Hadits Riwayat
Qurthubi). Dan dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda: "Barang
siapa yang membaca surat al-Baqarah di rumahnya pada malam hari, maka setan
tidak akan memasuki rumah itu selama tiga malam." (Hadits Riwayat
Muslim)
Selanjutnya apakah hanya melalui doa saja yang dapat
menjadikan diri kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT sehingga iman
kepada Allah SWT tetap terpelihara di dalam diri? Selain doa masih terdapat kegiatan lain yang dapat menjadikan diri kita
selalu berada di dalam kehendak Allah SWT yaitu dzikir (ingat kepada Allah) seperti
yang dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 191 berikut ini: “(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”
Berdasarkan surat Ali
Imran (3) ayat 191 di atas ini, Dzikir merupakan sarana lainnya yang diperkenankan Allah SWT agar diri kita
selalu berada di dalam kehendak-Nya. Dan hal yang harus kita perhatikan setelah beriman
kepada Allah SWT adalah jika kita ingat kepada Allah SWT lalu kita hanya diam
saja tanpa dibarengi dengan perbuatan atau tingkah laku yang sesuai dengan apa
yang kita ingat (dalam hal ini adalah Allah SWT) berarti apa yang kita lakukan
adalah level terendah dari ingat kepada Allah SWT.
Ingat,
jika kita lalai dari mengingat Allah SWT. Karena orang yang berdzikir kepada
Allah akan selalu berada dalam
lingkungan benteng dzikir. Manakala seseorang lalai berdzikir maka gerbang
bentengnya akan terbuka sehingga setan bisa memasuki ke dalam bentengnya.
Apabila telah merasuk ke dalam diri maka sulit baginya untuk mengusir setan.
Selanjutnya agar kualitas dari mengingat (dzikir) kepada
Allah SWT memiliki nilai tertinggi, maka dzikir yang kita laksanakan haruslah
dzikir yang diiringi perbuatan (perilaku) yang sesuai dengan apa yang kita
dzikirkan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh “H.Bachtiar Ma’ani”
dalam bukunya “Syahadat: Pembuka Jalan
Menuju Kebahagiaan Hakiki” yaitu:
a.
Ingat kepada Allah SWT maka kita harus tahu, kita
harus mengerti, kita harus meyakini bahwa Allah SWT itu memiliki sifat
Salbiyah, sifat Ma'ani dan juga 99 (Sembilan puluh Sembilan) Nama-Nama yang
Indah lalu letakkan, dudukkan, Allah SWT sesuai dengan kemahaan dan kebesaran
yang dimiliki-Nya dan jangan pernah berbuat Syirik kepada-Nya.
b.
Ingat kepada Allah SWT maka perhatikanlah dan
amalkanlah segala apa yang telah disyariatkan-Nya.
c.
Ingat kepada Allah SWT maka perhatikanlah selalu
alam sekitar kita, atau perhatikanlah keadaan tubuh kita yang telah diciptakan
Allah SWT dengan sebaik-baiknya, lalu bersyukurlah dengan apa yang telah
diberikan Allah SWT dengan menjaga, memelihara serta mempergunakan itu semua
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pencipta-Nya.
d. Ingat kepada
Allah SWT maka laksanakanlah dakwah baik melalui Tutur Kata, ataupun melalui
Tulisan atau amalkanlah ilmu kepada sesama umat manusia.
e.
Ingat kepada Allah SWT maka memohonlah hanya kepada
Allah SWT; panjatkanlah doa hanya kepada Allah SWT saja.
f.
Ingat kepada Allah SWT maka pikirkanlah setelah kita
hidup di dunia maka kita akan mati, untuk itu carilah bekal untuk pulang
kampung.
g.
Ingat kepada Allah SWT maka pegang teguhlah apa-apa
yang telah diwahyukan-Nya atau jadikanlah Al-Qur'an sebagai buku manual di
dalam melaksanakan kekhalifahan di muka bumi.
h. Ingat kepada
Allah SWT maka kendalikanlah ahwa (hawa nafsu) sehingga jiwa kita dikategorikan
sebagai jiwa Mutmainnah.
i.
Ingat kepada Allah SWT maka taatilah perintah-Nya
dan beribadatlah hanya kepada Allah SWT semata.
j.
Ingat kepada Allah SWT maka jagalah diri dari
pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan syaitan serta jagalah diri dari azab Allah SWT.
k. Ingat kepada
Allah SWT maka tepatilah janji-janji kepada Allah SWT dan juga kepada sesama
manusia.
l.
Ingat kepada Allah SWT maka perhatikanlah dan
bantulah sesama manusia dengan ikhlas.
m. Ingat kepada
Allah SWT maka contoh dan teladanilah Nabi Muhammad SAW sehingga kita mampu
menjadi teladan pula bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
n. Ingat kepada
Allah SWT maka jangan pernah halangi orang
yang akan beriman kepada Allah SWT.
o. Ingat kepada
Allah SWT maka akui diri berdosa (bersalah) lalu lakukanlah taubatan nasuha.
p. Ingat kepada
Allah SWT dirikanlah shalat dan kerjakan amal shaleh sebanyak-banyaknya.
q.
Ingat kepada Allah SWT pelihara AlQuran;
pelajari dan amalkan AlQuran dari waktu
ke waktu.
r.
Ingat kepada Allah SWT maka lakukanlah syukur setiap
saat, dimanapun dan kapanpun.
s.
Ingat kepada Allah SWT maka peliharalah, amalkan amanah
yang 7 karena akan dimintakan pertanggungjawabkan oleh Allah SWT.
t.
Ingat kepada Allah SWT maka yakinlah bahwa Allah SWT
akan selalu menjagamu, akan selalu melindungimu.
u. Ingat kepada
Allah SWT maka beribadahlah, berbuatlah seolah-olah engkau melihat-Nya,
sekalipun engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah SWT melihatmu.
v.
Ingat kepada Allah SWT maka bertindaklah, bertingkah
lakulah yang baik sebab Allah SWT selalu beserta kita.
w. Ingat kepada
Allah SWT lalu tunduk dan patuhlah hanya kepada-Nya dimanapun kita berada.
Itulah 7
(tujuh) amunisi (senjata) yang diperkenankan oleh Allah SWT yang dapat kita
pergunakan, yang dapat kita manfaatkan saat menghadapi setan sang laknatullah.
Sudahkah kita memiliki ilmu dan pemahamannya dengan baik dan benar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar