Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 27 Februari 2024

AMUNISI SANG PEMENANG

 

Setan selaku makhluk yang ghaib tentu tidak akan bisa kita kalahkan seperti layaknya pertandingan tinju atau pertandingan karate yang mana kita dengan lawan kita akan saling berhadap-hadapan secara langsung. Memenangkan pertandingan melawan makhluk yang ghaib seperti setan harus kita lakukan dengan cara-cara tertentu, yang kesemuanya bukan berasal dari diri kita sendiri melainkan harus dari sang pencipta permainan dan juga pencipta setan dan juga manusia, dalam hal ini Allah SWT.

 

Dan apabila diri kita berkepentingan dengan kemenangan (menjadi pemenang yang beruntung), maka inilah cara-cara yang diperkenankan oleh Allah SWT agar diri kita menjadi manusia yang tidak terkalahkan oleh setan, yakni:

 

1.        Menjadi hamba yang beriman lagi bertawakkal kepada Allah SWT. Ini adalah amunisi ampuh unuk mengalahkan setan, dimana setan tidak akan mampu mempengaruhi diri kita sepanjang diri kita mampu beriman dan bertawakkal. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman  dan bertawakkal kepada Tuhan. Pengaruhnya hanyalah terhadap orang yang menjadikannya pemimpin dan terhadap orang yang memperseku-tukannya dengan Allah. (surat An Nahl (16) ayat 99-100)”.   Allah SWT selaku pencipta setan maka Allah SWT pula yang akan menunjukkan kepada manusia cara dan methode yang harus dilaksanakan oleh manusia untuk mengalahkan setan yang telah memiliki lisensi khusus untuk menjatuhkan harkat dan martabat manusia. Dan apabila kita berhasil menjadikan diri ini sesuai ketentuan ayat di atas maka setan akan mudah kita kalahkan dan selamatkan diri kita dari jebakan setan yang mengakibatkan diri ini pulang kampung ke neraka. 

 

Selanjutnya untuk mempertegas tentang tawakkal kepada Allah SWT mari kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh “Prof Dr KH Nasaruddin Umar” dalam laman “uinjkt.ac.id” berikut ini: Tawakkal berarti penyerahan diri secara total semua urusan hanya kepada Allah SWT. Tawakkal adalah realisasi keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengertian ini sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Ma’idah (5) ayat 23 berikut ini: “Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal, jika kalian benar-benar orang yang beriman”.

 

Suatu ketika Rasulullah SAW menerima beberapa tamu dari luar kota di Madinah. Salah seorang di antara tamunya ditanya, dimana kamu menambatkan untamu? Sang pemuda menjawab, saya tidak menambatkannya karena saya sudah bertawakkal kepada Allah SWT. Lalu ia memohon Rasulullah SAW mendoakan agar untanya aman. Rasulullah SAW menegur pemuda itu dengan mengatakan, tambatkan dulu untanya, baru bertawakkal kepada Allah SWT.

 

Tawakkal tidak bisa diartikan kepasrahan secara passif, yang menyiratkan unsur kemalasan, keputusasaan, dan sikap minimalisme, tetapi kepasrahan secara aktif, sesuai kapasitas manusia sebagai hamba dan khalifah yang menuntut tanggung jawab. Tidak bisa berdiam diri dengan pasif saat kita didera penyakit, tetapi kita harus berusaha mencari cara penyembuhan, sebagaimana diperintahkan Rasulullah SAW: “Berobatlah wahai hamba Allah, karena Allah menciptakan penyakit dan obatnya.” (Hadits Riwayat Ath Tirmidzi).

 

Jika kita sudah berobat dengan berbagai macam cara tetapi penyakitnya tetap berlangsung, baru kita tawakkal dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah Sang Maha Penyembuh. Bersabar dari penyakit merupakan suatu hal yang terpuji, bahkan akan berfungsi sebagai pengampunan dosa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Demam satu hari menghapus dosa satu tahun.” (Hadits Riwayat Al-Qudha’i dari Ibnu Mas’ud).

 

Tawakkal disertai keikhlasan akan memberikan banyak keajaiban dalam hidup. Rasulullah SAW memberikan perumpamaan kehidupan orang-orang yang bertawakkal dengan kehidupan burung: “Jikalau kamu bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sesungguhnya, niscaya Allah memberi rezeki kepadamu, sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung yang keluar (dari sarangnya) pagi-pagi dengan perut lapar dan kembali pada sore hari dengan perut kenyang. Dan lenyaplah gunung-gunung penghalang dengan sebab do’amu”. (Hadits Riwayat Muhammad bin Nashar dari Muadz bin Jabal dan oleh Baihaqi dari Wuhaib al-Makki).

 

Dalam sebuah ayat juga menegaskan tentang rezeki bagi setiap makhluk hidup sudah ditentukan oleh Allah SWT dalam surat Hud (11) ayat 6 berikut ini: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya.

 

Tawakkal merupakan proses terakhir dalam sebuah rangkaian usaha manusia, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Ali ‘Imran (3) ayat 159: “…maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun kepada mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad (ta’zim) maka bertawakkal-lah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakkal kepadanya”. Orang yang bertawakkal, bagaikan menempatkan dirinya ibarat sesuatu yang hanyut di sungai. Ke manapun sungai itu membawanya dia akan pasrah. Sikap pasrah seperti ini akan membersihkan segala macam endapan power struggle dalam diri. Akhirnya orang itu akan merasa tenang dengan jiwa yang lapang, karena semuanya diserahkan kepada Yang Maha Kuasa, la haula wa laa quwwah illaa billaah.

 

Para ahli haqiqah membagi tawakkal kepada beberapa tingkatan, seperti tawakkal orang awam dan tawakkal khawash. Orang-orang yang menjadikan tawakkal dengan penuh keyakinan sebagai bagian dari hidupnya, maka orang itu akan ditemani dengan keajaiban-keajaiban dalam hidup.

 

Terlepas dia seorang Nabi, Ibrahim AS, dikenal sebagai Nabi yang memiliki tawakkal paling kokoh. Dalam Al-Qur’an diceritakan, di depan gunung api yang dipersiapkan oleh Raja Namrud, Nabi Ibrahim tetap tenang sampai ia dilemparkan ke dalam lautan api, ia masih tetap tenang. Sampai lolos dari amukan api ia masih tetap tenang. Ketenangan adalah ciri orang tawakkal. Rasa tawakkal sangat diharapkan untuk dilestarikan oleh para jamaah haji jika menginginkan langgengnya kemabruran.

 

2.        Menjadi Hamba Yang Mengikuti Petunjuk Allah SWT. Allah SWT memberikan pedoman kepada manusia jika ia ingin selamat dari gangguan, godaan serta ajakan Iblis yang akan mengakibatkan manusia keluar dari Nilai-Nilai Kebaikan maka manusia diwajibkan memenuhi ketentuan yang terdapat di dalam  surat Thaahaa (20) ayat 113 berikut ini: “Dan demikianlah Kami menurunkan AlQuran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) AlQuran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” dan juga berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 38 yang kami kemukakan berikut ini: “kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. yaitu menjadikan AlQuran sebagai petunjuk bagi manusia di dalam melakukan aktivitas atau mengikuti petunjuk Allah SWT. Jika manusia dapat mengikuti petunjuk atau pedoman yang ada di dalam AlQuran maka manusia dijamin oleh Allah SWT akan selamat dari apa-apa yang dilakukan oleh Iblis kepada manusia.

 

Untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT syaratnya mudah yaitu siapkan hati ruhani yang bersih dari noda dan dosa atau siapkan hati ruhani yang sesuai dengan kondisi dan keadaan Allah SWT. Ingat, kita yang harus terlebih dahulu memenuhi syarat yang dikehendaki-Nya maka barulah Allah SWT akan memberikan apa yang telah dijanjikannya kepada diri kita. Jika Allah SWT adalah AlQuddus maka hati ruhanipun harus memenuhi kriteria AlQuddus pula demikian seterusnya sesuai dengan AsmaulHusna. Sekarang bagaimana jika antara manusia dengan Allah SWT tidak terjadi kesesuaian? Petunjuk Allah SWT, lindungan Allah SWT tidak akan dapat kita peroleh. Adanya Petunjuk dari Allah SWT akan membuat atau menjadikan diri kita selalu berada di dalam lindungan Allah SWT sehingga iblis/syaitan tidak akan mampu mendekati atau mengganggu diri kita. 

 

3.        Menjadi Hamba Yang Suci/Disucikan. Selain petunjuk dan lindungan, Allah SWT masih mempunyai sarana yang dapat digunakan bagi manusia jika ia ingin selamat dari gangguan dan godaan iblis/setan, yaitu jadilah hamba yang mukhlis yang selalu mengikuti dan melaksanakan jalan yang lurus. Jika kita dapat melaksanakan hal tersebut maka Allah SWT akan menjadi penjaga atau pelindung manusia sehingga manusia menjadi hamba yang disucikan oleh Allah SWT. Sekarang jika Allah SWT sudah mewajibkan atas diri-Nya sendiri untuk menjaga dan memelihara serta melindungi manusia yang mengikuti jalan yang lurus, ini berarti bahwa Allah SWT tidak akan lepas tanggung jawab kepada setiap manusia yang mau melaksanakan jalan yang lurus, sebagiamana firman-Nya berikut ini: “Sesungguhnya hamba-hamba-ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai penjaga”.(surat Al Israa’ (17) ayat 65)  

 

Sekarang sudahkah diri kita melaksanakan jalan lurus yang dikehendaki Allah SWT dalam kerangka menyambut tanggung jawab Allah SWT kepada manusia? Allah SWT memberikan jaminan kepada manusia merupakan wujud dari kasih sayang  Allah SWT kepada umat manusia yang telah diangkatnya menjadi khalifah di muka bumi. Akan tetapi apa-apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kesemuanya sangat tergantung kepada manusia itu sendiri, apakah mau ditolong oleh Allah SWT, apakah mau dijaga oleh Allah SWT, yang pasti  dalam hal ini adalah Allah SWT tidak membutuhkan sediktpun pertolongan dan penjagaan manusia. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Hijr (15) ayat 40-41-42 berikut ini: “kecuali hamba-hamba Engkau yang  mukhlis diantara mereka”. Allah berfirman: “Ini adalah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya).Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.”  Sekarang siapakah yang membutuhkan pertolongan dan penjagaan dari Allah SWT? Pertolongan dari Allah SWT, Penjagaan dari Allah SWT mutlak diperlukan manusia sebab manusia mempunyai musuh abadi yang bernama iIblis beserta anak dan keturunannya selama hayat masih di kandung badan, yang jumlahnya saat ini sudah melebihi dari jumlah manusia. Jika saat ini kita merasa sangat membutuhkan pertolongan Allah SWT, jika kita merasa sangat membutuhkan penjagaan Allah SWT, sudahkah kita memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh Allah SWT?

 

4.        Menjadi Hamba Yang Beriman. Keimanan merupakan senjata paling ampuh jika kita ingin selamat dari gangguan dan godaan iblis/syaitan. Adanya keimanan di dalam diri manusia maka manusia akan selalu dijaga, dilindungi, diberikan petunjuk,dihilangkan rasa takut dan rasa sedih, selalu di dalam kegembiraan, memperoleh syurga atau memperoleh apa-apa yang telah dijanjikan oleh  Allah SWT kepada manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang tertuang di dalam surat surat Fushshilat (41) ayat 30-31 berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.”

 

Sekarang jika Allah SWT telah menjanjikan kepada orang-orang yang telah mengukuhkan keimanan di dalam dirinya, dapatkah apa yang telah dijanjikan  Allah SWT tersebut dihalangi oleh apapun juga termasuk di dalamnya dihalangi oleh Iblis? Sepanjang manusia dapat memenuhi syarat dan ketentuan yang telah Allah SWT tentukan, dalam hal ini keimanan atau mampu menjaga hati ruhani bersih dari noda dan dosa, maka apa-apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT akan diberikan.

 

Dan janji dan pemberian Allah SWT kepada manusia dapat dikelompokkan menjadi 2(dua), yaitu: Pemberian sewaktu kita masih hidup di dunia, yang terdiri dari petunjuk, pemahaman, ketenangan, pengobatan, dimudahkan sakaratul maut serta diberikannya Nur Islam yang kesemuanya akan disampaikan melalui hati ruhani. Selain daripada itu Allah SWT juga memberikan perlindungan dan penjagaan dari gangguan dan godaan iblis/syaitan yang akan menjerumuskan manusia, serta pemberian setelah hari kiamat, yaitu Allah SWT akan memberikan kepada orang yang beriman Kampung Kebahagiaan. Dan jika kita saat ini masih hidup di dunia, sudahkah kita beriman kepada Allah SWT di dalam kerangka melaksanakan Diinul Islam secara kaffah? Sepanjang diri kita belum melaksanakan apa yang telah Allah SWT tetapkan, maka Allah SWT pun tidak akan memberikan janji-janjinya kepada diri kita. Sekarang semuanya terpulang kepada diri kita sendiri.

 

5.        Menjadi Hamba Yang Tidak Mau Menyembah Jin. Allah SWT mengemukakan bahwa jangan pernah meminta perlindungan kepada jin atau jangan pernah menyembah jin. Kenapa Allah SWT mengemukakan hal itu? Allah SWT melarang hal tersebut dikarenakan bukannya manfaat yang di dapat oleh manusia, akan tetapi mudharat yang akan diperoleh manusia. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Jin (72) ayat 6 yang kami kemukakan berikut ini, “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” Perbuatan menyembah dan meminta perlindungan kepada jin akan menambah dosa dan kesalahan diri kita sendiri. Jika diri kita telah penuh dosa dan kesalahan, maka hati ruhanipun akan turut menanggung dosa dan kesalahan tersebut yang mengakibatkan terputusnya hubungan antara diri kita dengan Allah SWT. Dosa dan kesalahan akan mengakibatkan hati ruhani kotor, penuh noktah serta bintik hitam, apa yang dapat dilakukan jika kondisi hati ruhani seperti itu? Semua yang telah Allah SWT janjikan kepada manusia tidak akan pernah di dapatkan di dunia maupun di akhirat. Sekarang semua terpulang kepada diri kita sendiri.

 

6.        Tidak Berperilaku Boros dan Sombong. Sikap boros dan suka berlebih-lebihan, sehingga semuanya serba melebihi kebutuhan. Karena yang lebih dari kebutuhan itulah yang menjadi perantara dan jalan masuknya setan ke dalam hati manusia. Cara menghindarinya adalah dengan memenuhi kebutuhan sesuai dengan keperluannya, baik dalam hal makan, tidur, bersenang-senang maupun beristirahat. Dengan ditutupnya celah masuk setan ini niscaya si setan tidak akan masuk melalui jalur ini.

 

Membebani diri dengan hal apapun yang tidak penting. Jika anda mampu menahan pahitnya disapih dari dunia maka sapihlah diri anda. Namun jika anda tidak kuat menahannya maka menyusulah seperlunya saja, karena kekenyangan itu membina-sakan. Dan terkait dengan sifat boros (menghambur-hamburkan kekayaan), Allah SWT telah mengingatkan diri kita melalui surat Al Israa’ (17) ayat 26 berikut ini: “dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”

 

Allah SWT melalui ayat ini telah melarang kita untuk berbelanja yang mengarah pada hal yang tidak berguna atau bahkan merusak diri ataupun lingkungan, atau mengham-bur-hamburkan harta secara boros untuk kesenangan dunia semata. Tidak mau memberikan hak-hak keluarga dekat. Tidak mau berbagi kepada orang yang miskin dan juga kepada orang orang yang dalam perjalanan. Dan masih banyak di antara kita yang membelanjakan harta tidak pada tempat yang tepat sesuai dengan kebutuhan kita dan hanya menuruti keinginan bahkan dengan mudah melupakan sedekah.

 

Selain daripada itu, masih ada lagi bentuk dari keburukan yang bertentangan dengan kehendak Allah SWT yaitu berlaku sombong, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”  (surat Al Israa’ (17) ayat 37). Jika kita sombong di rumah kita sendiri merupakan hal yang biasa-biasa saja. Namun apabila kita sombong di langit dan di muka bumi yang tidak pernah kita ciptakan bukanlah sesuatu yang biasa biasa saja namun sesuatu tindakan yang konyol lagi tidak tahu diri. Bisa kita bayangkan betapa marahnya Allah SWT kepada orang yang berlaku sombong di tempat yang tidak pernah diciptakan dan dimilikinya sedangkan orang yang sombong itu juga diciptakan oleh Allah SWT. Lalu menumpang disana. Lalu memanfaatkan segala sesuatu yang diciptakan dan yang dimiliki Allah SWT. Hasil akhir dari perilaku sombong tentulah menjadi tetangga setan di neraka jahannam.

 

7.        Selalu Berdoa dan Berdzikir. Untuk menjadi pemenang yang beruntung bukanlah sebuah perkara mudah, perlu perjuangan yang tidak sedikit, serta penuh rintangan. Dan agar diri kita selalu berada di dalam Nilai-Nilai Kebaikan tentu kita membutuhkan sesuatu yang dapat menjadikan diri kita tetap berada di dalam koridor tersebut. Selain Diinul Islam yang akan menjadikan diri kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT, masih ada hal lainnya yang dapat menjadikan diri kita selalu berada dalam kehendak Allah SWT, apakah itu? Berdasarkan surat Ghafir (40) ayat 60 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” Allah SWT memberikan fasilitas kemudahan yang dapat membantu manusia agar selalu berada di dalam kehendak-Nya, atau dan juga dalam kerangka menjaga kualitas tingkat keimanan kepada Allah SWT tetap terjaga kualitasnya yaitu melalui doa.

 

Berikut ini akan kami kemukakan beberapa doa atau ayat-ayat yang tidak disukai oleh setan, yaitu:

 

a.        Kalimat A’uudzubillaah. Doa mengusir setan bisa dengan mengucapkan kalimat “A’udzubillah  himinas syaitoon nirrojiim” (artinya Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

b.        Ayat Kursi. Ayat Kursi yang terdapat dalam Surat Al Baqarah bisa digunakan sebagai ayat pengusir setan. Dengan membaca Ayat Kursi, bisa membentengi diri dan harta benda dari gangguan setan.

c.        Surat Al Falaq. Surat Al Falaq juga disebutkan bisa menjadi ayat yang melindungi diri dari gangguan setan dan jin dan bisa dibaca setiap hari.

d.       Surat An-Nas.Surat An Nas berisikan gambaran keagungan Allah SWT sebagai tempat berlindung dari kejahatan setan dan jin.

e.        Surat Al Baqarah. Barang siapa yang membaca surat Al Baqarah, maka setan tidak akan memasuki rumah. Rasulullah SAW menyatakan dalam sabdanya: "Janganlah jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya rumah yang dibacakan surat al-Baqarah tidak akan dimasuki setan." (Hadits Riwayat Qurthubi). Dan dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda: "Barang siapa yang membaca surat al-Baqarah di rumahnya pada malam hari, maka setan tidak akan memasuki rumah itu selama tiga malam." (Hadits Riwayat Muslim)

 

Selanjutnya apakah hanya melalui doa saja yang dapat menjadikan diri kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT sehingga iman kepada Allah SWT tetap terpelihara di dalam diri? Selain doa masih terdapat kegiatan lain yang dapat menjadikan diri kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT yaitu dzikir (ingat kepada Allah) seperti yang dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 191 berikut ini: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”

 

Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 191 di atas ini, Dzikir merupakan sarana lainnya  yang diperkenankan Allah SWT agar diri kita selalu berada di dalam kehendak-Nya. Dan hal yang harus kita perhatikan setelah beriman kepada Allah SWT adalah jika kita ingat kepada Allah SWT lalu kita hanya diam saja tanpa dibarengi dengan perbuatan atau tingkah laku yang sesuai dengan apa yang kita ingat (dalam hal ini adalah Allah SWT) berarti apa yang kita lakukan adalah level terendah dari ingat kepada Allah SWT.

 

Ingat, jika kita lalai dari mengingat Allah SWT. Karena orang yang berdzikir kepada Allah akan  selalu berada dalam lingkungan benteng dzikir. Manakala seseorang lalai berdzikir maka gerbang bentengnya akan terbuka sehingga setan bisa memasuki ke dalam bentengnya. Apabila telah merasuk ke dalam diri maka sulit baginya untuk mengusir setan.

 

Selanjutnya agar kualitas dari mengingat (dzikir) kepada Allah SWT memiliki nilai tertinggi, maka dzikir yang kita laksanakan haruslah dzikir yang diiringi perbuatan (perilaku) yang sesuai dengan apa yang kita dzikirkan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh “H.Bachtiar Ma’ani dalam bukunya “Syahadat: Pembuka Jalan Menuju Kebahagiaan Hakiki  yaitu:

 

a.        Ingat kepada Allah SWT maka kita harus tahu, kita harus mengerti, kita harus meyakini bahwa Allah SWT itu memiliki sifat Salbiyah, sifat Ma'ani dan juga 99 (Sembilan puluh Sembilan) Nama-Nama yang Indah lalu letakkan, dudukkan, Allah SWT sesuai dengan kemahaan dan kebesaran yang dimiliki-Nya dan jangan pernah berbuat Syirik kepada-Nya.

 

b.        Ingat kepada Allah SWT maka perhatikanlah dan amalkanlah segala apa yang telah disyariatkan-Nya.

 

c.        Ingat kepada Allah SWT maka perhatikanlah selalu alam sekitar kita, atau perhatikanlah keadaan tubuh kita yang telah diciptakan Allah SWT dengan sebaik-baiknya, lalu bersyukurlah dengan apa yang telah diberikan Allah SWT dengan menjaga, memelihara serta mempergunakan itu semua sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pencipta-Nya.

 

d.       Ingat kepada Allah SWT maka laksanakanlah dakwah baik melalui Tutur Kata, ataupun melalui Tulisan atau amalkanlah ilmu kepada sesama umat manusia.

 

e.        Ingat kepada Allah SWT maka memohonlah hanya kepada Allah SWT; panjatkanlah doa hanya kepada Allah SWT saja.

 

f.         Ingat kepada Allah SWT maka pikirkanlah setelah kita hidup di dunia maka kita akan mati, untuk itu carilah bekal untuk pulang kampung.

 

g.        Ingat kepada Allah SWT maka pegang teguhlah apa-apa yang telah diwahyukan-Nya atau jadikanlah Al-Qur'an sebagai buku manual di dalam melaksanakan kekhalifahan di muka bumi.

 

h.       Ingat kepada Allah SWT maka kendalikanlah ahwa (hawa nafsu) sehingga jiwa kita dikategorikan sebagai jiwa Mutmainnah.

 

i.         Ingat kepada Allah SWT maka taatilah perintah-Nya dan beribadatlah hanya kepada Allah SWT semata.

 

j.         Ingat kepada Allah SWT maka jagalah diri dari pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan syaitan serta jagalah diri dari azab Allah SWT.

 

k.       Ingat kepada Allah SWT maka tepatilah janji-janji kepada Allah SWT dan juga kepada sesama manusia.

 

l.         Ingat kepada Allah SWT maka perhatikanlah dan bantulah sesama manusia dengan ikhlas.

 

m.     Ingat kepada Allah SWT maka contoh dan teladanilah Nabi Muhammad SAW sehingga kita mampu menjadi teladan pula bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

 

n.       Ingat kepada Allah SWT maka jangan pernah halangi orang  yang akan beriman kepada Allah SWT.

 

o.       Ingat kepada Allah SWT maka akui diri berdosa (bersalah) lalu lakukanlah taubatan nasuha.

 

p.       Ingat kepada Allah SWT dirikanlah shalat dan kerjakan amal shaleh sebanyak-banyaknya.

 

q.        Ingat kepada Allah SWT pelihara AlQuran; pelajari  dan amalkan AlQuran dari waktu ke waktu.

 

r.         Ingat kepada Allah SWT maka lakukanlah syukur setiap saat, dimanapun dan kapanpun.

 

s.        Ingat kepada Allah SWT maka peliharalah, amalkan amanah yang 7 karena akan dimintakan pertanggungjawabkan oleh Allah SWT.

 

t.         Ingat kepada Allah SWT maka yakinlah bahwa Allah SWT akan selalu menjagamu, akan selalu melindungimu.

 

u.       Ingat kepada Allah SWT maka beribadahlah, berbuatlah seolah-olah engkau melihat-Nya, sekalipun engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah SWT melihatmu.

 

v.        Ingat kepada Allah SWT maka bertindaklah, bertingkah lakulah yang baik sebab Allah SWT selalu beserta kita.

 

w.     Ingat kepada Allah SWT lalu tunduk dan patuhlah hanya kepada-Nya dimanapun kita berada. 

 

Itulah 7 (tujuh) amunisi (senjata) yang diperkenankan oleh Allah SWT yang dapat kita pergunakan, yang dapat kita manfaatkan saat menghadapi setan sang laknatullah. Sudahkah kita memiliki ilmu dan pemahamannya dengan baik dan benar!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar