7. Suka Membantah, Menantang dan
Membangkang. Sifat jasmani yang lainnya adalah suka
membantah, suka menentang serta suka menjadi
pembangkang. Hal ini berdasar-kan
surat Al Nahl (16) ayat 4 berikut ini: Dia
telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang
nyata.” Dan juga berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 54
yang kami kemukakan berikut ini: Dan
sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan
manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” Kenapa
timbul sifat ini di dalam diri manusia, padahal sebelumnya manusia itu tidak
mempunyai kemampuan apa-apa pada waktu dilahirkan? Timbulnya sifat pembantah, penentang dan
pembangkang di dalam diri setiap orang disebabkan di dalam diri manusia juga
terdapat hawa panas yang berasal dari api. Sifat api atau hawa panas biasanya
selalu ingin menang sendiri dan tidak mau tunduk kepada siapapun. Api atau hawa
panas biasanya akan langsung keok atau tidak dapat berbuat apa-apa jika api
bertemu dengan air.
Sekarang perhatikan seorang
yang pembangkang dan pembantah dia baru
akan terdiam jika sudah tersudutkan atau setelah di “skak-mat” baru tidak dapat
membantah lagi. Lalu, pernahkah kita merasakan hal tersebut di atas. Sekarang
apa jadinya jika sifat jasmani yang suka membantah, membangkang dan juga suka
menantang sampai mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka akan
di dalam diri dan juga masyarakat rasa untuk memberontak, rasa tidak puas serta
merasa diri jagoan, merasa diri benar orang lain salah dan seterusnya yang pada
akhirnya akan selalu berada di dalam kehendak setan, tetapi tidak sesuai dengan
kehendak Allah SWT.
8.
Suka Ingkar. Sifat jasmani suka ingkar atau tidak mau
mengakui rahmat dan kebaikan yang berasal dari Allah SWT atau kufur terhadap
nikmat Allah SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Az Zukhruf (43) ayat 15
berikut ini: Dan mereka
menjadikan sebahagian dari hamba-hambaNya sebagai bahagian dari padaNya.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap) rahmat
Allah).” Sekarang pernahkah anda
merasakan atau mengalami hal tersebut di atas? Setiap manusia pasti mengalami apa yang
dinamakan dengan ingkar, merasa kufur atas nikmat yang telah diberikan Allah
SWT. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran diri
akibat selalu mementingkan jasmani dibandingkan mementingkan ruh (ruh
dikebelakangkan nomornya sedangkan
jasmani nomor satu).
Sekarang apa jadinya jika
sifat jasmani yang suka ingkar atau suka kufur nikmat sampai mempengaruhi diri
manusia? Jika
ini yang terjadi maka di dalam diri dan juga di dalam masyarakat, akan timbul rasa tidak pernah puas dengan apa yang
telah diperoleh, susah untuk bersyukur atau susah untuk mengakui kekalahan
walaupun sudah menyatakan siap menang dan siap kalah. Hal ini
sangat bertentangan dengan kehendak Allah SWT namun sesuai dengan kehendak setan.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang baik, tentu
kita tidak diperkenankan berbuat seperti apa yang kami kemukakan di atas,
terkecuali diri kita merasa nyaman dengan kehendak setan.
9.
Suka Dzalim dan Tidak
Mensyukuri Nikmat. Sifat jasmani yang lainnya
adalah suka bertindak zhalim serta sulit untuk bersyukur. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam surat Ibrahim (14) ayat 34 berikut ini: Dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.
Dan jika kamu menghitung ni’mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni’mat Allah).” Timbul
pertanyaan, dari manakah asalnya sifat ini? Untuk itu lihatlah dan
perhatikanlah dunia hewan, seekor hewan buas ditolong oleh manusia apakah hewan
tersebut berterima kasih kepada manusia yang telah menolong-nya? Hewan buas
setelah ditolong bukannya berterima kasih malah menyerang balik manusia yang
telah menolongnya.
Jika sekarang di dalam diri manusia terjadi hal
yang serupa, apakah ini berarti manusia mengambil contoh dari apa yang terjadi
di alam? Jasmani yang berasal dari alam tentunya mempunyai nilai-nilai tertentu
yang diturunkan dari alam (ingat, kita juga senang mengkonsumsi hewan). Timbul pertanyaan
manusiakah yang mengambil contoh atas perilaku hewan ataukah hewan yang
mengikuti perilaku manusia? Sekarang apa jadinya jika
sifat jasmani yang suka berbuat zhalim dan tidak suka bersyukur sampai
mempengaruhi diri manusia?
Jika ini yang terjadi maka di dalam diri dan
juga di dalam masyarakat maka akan terjadilah apa yang dinamakan yang kuat
menindas yang lemah, yang berkuasa menindak yang membutuhkan sesuatu, aparatur
yang seharusnya melayani justru ingin dilayani serta rendahnya tingkat
kesadaran di dalam masyarakat untuk berbuat kebaikan. Jika sampai hal ini terjadi rusaklah tatanan
hidup di masyarakat bangsa dan negara dan kondisi ini sangat dinantikan oleh setan
namun sangat dibenci oleh Allah SWT.
10.
Dalam Bahaya Ingat Allah SWT,
Jika Selamat Lupa Untuk Bersyukur. Sifat jasmani berikutnya akan
ingat kepada Allah SWT saat dalam bahaya atau dalam posisi susah, setelah
selesai lupa kepada Allah SWT. Sifat jasmani yang seperti ini tidak ubahnya
dengan sifat hewan buas, setelah ditolong menyerang balik penolongnya. Hal ini
sebagaimana dikemukakan dalam surat Al israa' (17) ayat 67 berikut ini: Dan apabila
kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali
Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan
manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” Sekarang bagaimana dengan manusia dalam hidupan
sehari-hari? Manusia juga sering lupa siapa yang menolongnya.
Lalu apa jadinya jika sifat
jasmani yang ingat kepada Allah SWT hanya pada saat ada perlunya saja sampai
mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka di dalam diri dan
juga di dalam masyarakat maka akan terjadi budaya pamrih, hilang rasa ikhlas di
dalam bekerja dan berbuat sesuatu, tumbuh subur budaya udang di balik batu,
tingkat produktifitas rendah karena kurang ikhlas di dalam bekerja dan berkarya.
Kondisi sangat disukai oleh setan sang laknatullah namun sangat dibenci oleh
Allah SWT dan semoga kita tidak termasuk orang-orang yang melakukan itu semua.
11.
Tergesa-gesa Tidak Sabaran
dan Ingin Cepat. Adapun sifat lainnya yang ada
di dalam diri manusia atau jasad adalah suka tergesa-gesa, tidak sabaran dan
selalu ingin cepat selesai. Keinginan ini biasanya akan tercermin pada saat
kita diharuskan untuk mengantri atau berbaris satu persatu untuk mengambil
sesuatu atau pada waktu terjadi kemacetan lalu lintas. Allah SWT berfirman: “dan
manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah
manusia bersifat tergesa-gesa. (surat Al Isra’ (17) ayat 11).” Selanjutnya
apa yang terjadi pada tubuh kita setelah kita melakukan hal tersebut diatas?
Biasanya kita akan mengumpat,
menggerutu dan seterusnya dan sebaliknya kita akan senang jika orang lain
dibuat susah. Lalu adakah sifat tergesa-gesa dan tidak sabaran serta ingin
cepat dalam diri kita? Sekarang bagaimana jika ahwa (hawa nafsu) yang berasal
dari sifat tergesa-gesa atau tidak sabaran atau ingin cepat mempengaruhi sifat
ruh atau mempengaruhi perbuatan manusia? Jika sifat jasmani yang seperti
ini sampai mempengaruhi perbuatan manusia maka manusia tersebut tidak akan mau
disuruh mengantri, selalu meminta perlakuan khusus jika harus mengantri, tidak
mau diatur di dalam kepentingan bersama secara urutan, sehingga apa yang
dilakukan harus ia dahulu yang dilayani, harus ia dahulu yang memperoleh
sesuatu sedangkan secara urutan ia memperoleh belakangan. Jangan sampai
diri kita melakukan hal seperti ini dan jika sampai kita laksanakan berarti
diri telah dipengaruhi atau telah memperturutkan ahwa (hawa nafsu).
12.
Tidak Mau Mensyukuri Nikmat
Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari, hukum penjumlahan
dan hukum perkalian merupakan hal yang sangat di-inginkan oleh manusia
sedangkan hukum
pengurangan dan pembagian merupakan hal yang sulit dilakukan. Jika
ini yang terjadi dalam kehidupan diri kita berarti sifat jasmani yang
dikemukakan di dalam surat Al Hajj (22)
ayat 66 ada pada diri kita. “Dan dialah Allah yang telah menghidupkan
kamu, kemudian mematikan kamu, sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat
mengingkari ni’mat.”
yaitu tidak mau bersyukur atau tidak mau mensyukuri
apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita atau kepada keluarga kita
merupakan sesuatu yang susah dilakukan oleh manusia.
Hukum pembagian dan pengurangan adalah hukum yang
sangat sulit dilakukan oleh manusia karena manusia paling tidak suka untuk
mengurangi haknya kepada orang lain. Manusia lebih senang dan suka untuk
selalu menambah dan mengalikan apa yang dimilikinya, dimana kondisi ini sangat
bertentangan dengan hukum pembagian dan pengurangan. Sekarang yang manakah yang anda miliki apakah
hukum pembagian dan pengurangan yang anda miliki ataukah hukum perkalian dan
penjumlahan yang anda miliki?
13.
Ditimpa Bahaya Berdoa, Senang Kafir. Adapun sifat Jasmani yang lainnya adalah jika ditimpa
bahaya atau mengalami kekurangan atau dalam posisi terjepit, ia akan akan selalu berdoa dan meminta pertolongan
kepada Allah SWT namun setelah doanya dikabulkan, ia lupa, ia lalai, merasa apa
yang telah diperolehnya bukan atas bantuan Allah SWT. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam surat Asy Syuura (42)
ayat 48 berikut ini: Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas
bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah).
Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia
bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan
perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia
itu amat ingkar (kepada ni’mat).” serta berdasarkan surat
Yunus (10) ayat 12 yang kami kemukakan berikut ini: Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada kami dalam
keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu
daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak
pernah berdo’a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.
Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu
mereka kerjakan.”
Di dalam kehidupan, terutama di dalam kehidupan
binatang, coba anda perhatikan pada waktu kita menolong seekor hewan buas yang
terjepit, pada saat ditolong hewan tersebut menurut dan tidak menunjukkan
gelagat yang tidak baik. Akan tetapi setelah semuanya berakhir maka hewan
tersebut akan menyerang kita yang telah menyelamatkannya. Selanjutnya jika
perbuatan yang kita lakukan seperti di atas ini, berarti apa yang kita lakukan
sama dengan hewan yang telah kita tolong. Sekarang
hewankah yang meniru kita atau kita kah yang meniru tingkah laku hewan?
14.
Selalu Dalam Kerugian. Sifat jasmani yang
lainnya adalah selalu menghambur-hamburkan waktu atau melalaikan waktu. Jika
ini adalah sifat dari jasmani berarti perbuatan dari jasmani (ahwa) adalah
menghabiskan waktu dengan cara cara yang tidak berguna atau menganggap waktulah
yang menunggunya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al ‘Ashr (103) ayat 1-2 yang kami kemukakan berikut ini: Demi masa.
Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian.” Manusia berpikir
bahwa waktu adalah sesuatu yang dapat
dikendalikannya atau bahkan dapat dibelinya sehingga pada saat waktu itu telah
habis atau akan berakhir barulah manusia itu sadar dan berharap waktu akan
kembali lagi. Di sinilah letaknya jika manusia dikatakan selalu berada di dalam
kerugian. Kerugian yang terjadi akibat kelalaian di dalam memanfaat-kan waktu
atau tidak mampunya kita memanfaatkan saat bersatunya ruh dengan jasmani
sehingga fungsi dari hamba dan kekhalifahan yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT kepada diri kita tidak dapat terlaksana dengan baik dan benar.
Berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan tentang 14 (empat belas)
sifat-sifat alamiah jasmani, yang di dalam AlQuran disebut dengan insan, tidak
ada satupun perbuatan dari sifat-sifat alamiah jasmani (ahwa) yang sesuai
dengan nilai-nilai kebaikan yang berasal dari nilai-nilai Ilahiah. Kondisi
inilah yang paling dikehendaki oleh setan.
Lalu perlukah kita meratapi dan mempertanyakan
kembali sifat-sifat jasmani (insan) dan perbuatan dari sifat-sifat jasmani
(ahwa)? Sifat-sifat
jasmani dan juga perbuatan dari sifat-sifat jasmani yang telah kami sebutkan
diatas merupakan sunnatullah yang harus berlaku di muka bumi ini sama seperti
sifat garam yaitu asin dan mengasinkan atau sifat gula yaitu
manis dan memaniskan. Kita semua tidak dapat merubah sifat gula maupun sifat
garam, yang dapat kita lakukan adalah meramu atau mencampur sifat gula dan
sifat garam menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan.
Jika sekarang sifat-sifat jasmani dan juga
perbuatan dari sifat-sifat jasmani sudah ada di dalam diri setiap manusia lalu dapatkah
sifat dan perbuatan jasmani dirubah atau ditiadakan? Sifat dan perbuatan jasmani tidak dapat
dirubah dan ditiadakan, akan tetapi harus kita jadikan rambu-rambu atau
larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar jika kita ingin selamat dan sukses
menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi sehingga
mampu menghantarkan diri kita pulang kampung ke syurga. Jika saat ini kita masih hidup
tentu kondisi ini sedang kita alami, tinggal bagaimana kita menyikapi hal ini
yang sunnatullah sudah berlaku di alam semesta ini. Perjalanan masih panjang.
Jangan berhenti belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar