Sekarang seperti apakah kondisi dari umat manusia
yang telah dapat dipengaruhi oleh setan yang mengakibatkan Allah SWT memberikan
kado khusus kepada manusia tersebut berupa neraka sebagai tempat kembali?
Inilah bentuk dan sifat-sifat dari umat manusia yang telah dikalahkan oleh setan,
yaitu:
1. Selalu Memandang Baik Perbuatan Buruk.
Salah satu ciri dari manusia yang sudah
dipengaruhi oleh setan, yaitu akan memandang baik segala perbuatan buruk yang
telah dilakukakannya, dengan selalu mencari-cari alasan untuk menutupi
perbuatan buruk yang telah dilakukannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam
surat An Nahl (16) ayat 63 berikut ini: “Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada
umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik
perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu
dan bagi mereka azab yang sangat pedih.”
dan juga berdasarkan surat Maryam (19) ayat 45 yang kami kemukakan
berikut ini: “Wahai
bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan”.
Lalu apa
yang akan kita peroleh dari perbuatan yang telah menjadikan setan sebagai
pemimpin atau telah membuat diri kita menjadi pengikut setan? Allah SWT akan
memberikan hadiah atau memberikan kado kepada manusia tersebut siksa dan azab
yang sangat pedih. Namun apabila kita tidak mau memperoleh hadiah tersebut
diatas, syaratnya juga sangat mudah, yaitu jangan mau digoda atau jangan mau
dirayu atau jangan mau dibujuk oleh setan.
Untuk itu jalankan perintah dan larangan Allah SWT atau jangan pernah keluar
dari jalan yang telah Allah SWT perintahkan, maka selamatlah diri kita.
2.
Selalu Berbuat Keji dan Tidak
Mempunyai Rasa Malu. Ciri manusia yang telah menjadi pengikut setia
setan atau ciri dari manusia yang telah dipengaruhi oleh setan adalah selalu
berbuat tindakan keji atau tidak mempunyai rasa malu terhadap apa yang telah
dikerjakannya walaupun telah diketahui oleh orang banyak, atau telah dilakukan
berulang-ulang tanpa pernah kapok malah justru bangga dengan apa yang
dikerjakannya walaupun yang dikerjakannya adalah salah dan memalukan keluarga.
Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al A’raaf (7) ayat 28 yang kami
kemukakan berikut ini: “Dan
apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: “Kami mendapati nenek
moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami
mengerjakannya. Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan)
perbuatan yang keji.” Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak
kamu ketahui?”
Jika sampai
diri kita melakukan kesalahan berulang-ulang, tidak pernah kapok, ada baiknya
kita bertanya dan berguru kepada keledai (yang tidak masuk lubang yang sama
dua kali) dan juga kepada kucing (yang tahu jika ia mencuri). Dan kami berharap kita semua tidak seperti yang dikemukakan dalam surat Al
A’raaf (7) ayat 28 yang kami kemukakan di atas ini yaitu: orang-orang yang
tidak mau merubah perilaku jahatnya walaupun telah diberikan petunjuk ataupun
selalu mengulangi perbuatan jahatnya walaupun yang bersangkutan telah pernah
mendapatkan hukuman penjara, sehingga kedudukannya lebih rendah daripada
keledai yang tidak pernah sekalipun masuk ke dalam lubang yang sama untuk kedua
kalinya. Selanjutnya jika kondisi dan keadaan yang seperti ini selalu kita
kerjakan dari waktu ke waktu maka yang paling senang, yang paling bahagia
adalah setan. Sekarang tergantung diri kita mau membahagiakan setan ataukah
menjadi hamba yang dibanggakan Allah SWT?
3.
Yang
Tidak Dipimpin. Manusia yang telah menjadi pengikut setan di dalam
kehidupan sehari-harinya biasanya akan dijauhkan oleh lingkungan atau
masyarakat tidak mau menerima kehadiran mereka. Hal ini disebabkan akibat dari
ulah dan perbuatan mereka sendiri yang selalu berbuat dan berkehendak di luar
koridor Nilai-Nilai Kebaikan. Sebagai contoh jika kita selalu berhadapan dengan
orang yang selalu berbuat onar maka kitapun melakukan tindakan menghindar
dengan menjauh dari orang tersebut sehingga orang tersebut tersisih atau
disisihkan oleh masyarakat dengan sendirinya. Sebagaimana firman-Nya berikut
ini: “Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti
kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung
(mereka) selain Allah dan mereka mengira
bahwa mereka mendapat petunjuk. (surat Al A’raaf (7) ayat 30).” Selanjutnya
orang tersebut akan hidup sendiri terpisah dari masyarakat atau tidak mempunyai
pemimpin atau tidak ada yang sudi menjadi pimpinannya kecuali syaitan.
Sekarang bayangkan jika kita hidup di dalam masyarakat tetapi tidak
mempunyai pimpinan? Pemimpin di dalam masyarakat pada dasarnya adalah
manusia yang diberikan kelebihan Hubbul Riasah oleh Allah SWT sehingga dengan
kelebihan yang dimilikinya tersebut pimpinan dapat memberikan perlindungan,
memberikan rasa aman, memberikan kesejahteraan kepada masyarakat yang
dipimpinnya. Adanya kondisi ini maka orang yang hidupnya tanpa ada yang
memimpin maka ia akan menjadi umat yang sesat, umat yang jauh dari jalan
kebenaran yang pada akhirnya membawa mereka ke neraka Jahannam.
4.
Yang Tidak Mau Beriman. Ciri dari
umat setan yang lain adalah umat yang tidak mau beriman kepada Allah SWT
sehingga umat itu selalu ingin bermaksiat terus kepada Allah SWT, atau umat yang selalu menginginkan kekafiran hidup
di dalam dirinya dan juga di dalam masyarakat. Setan bertindak demikian dikarenakan
memang setan tidak ingin manusia selamat, setan tidak ingin manusia selalu
berada di jalan yang lurus, setan tidak ingin manusia selalu beriman kepada
Allah SWT.
Setan tidak
ingin manusia sesuai dengan kehendak Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya
berikut ini: “Tidakkah
kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang
kafir untuk menghasung mereka berbuat ma’siat dengan sungguh-sungguh?, (surat
Maryam (19) ayat 83).” Lalu apa yang
terjadi dengan setan jika manusia melakukan apa-apa yang diperintahkan oleh
Allah SWT? Setan tidak mengenal istilah gagal, atau merasa kalah jika tidak
dapat menjerumuskan manusia ke jalan sesat. Lalu, apakah setan akan berhenti
jika ia telah gagal satu kali? Setan akan terus berusaha untuk mempengaruhi
manusia ke jalan yang dikehendakinya sampai titik terakhir (sampai ruh
dipisahkan dengan jasmani).
Ingat, Setan tidak mempunyai rasa
bosan apa lagi rasa bersalah serta rasa rendah diri untuk mengalahkan dan
menjerumuskan manusia. Banyak jalan menuju roma yang dapat dilakukan oleh
setan, jika gagal kepada kita, maka ia akan mempengaruhi anak, istri, harta,
jabatan, pangkat, keluarga tanpa mengenal lelah, asalkan tujuannya tercapai. Sekarang
jika setan melakukan hal itu semua kepada setiap manusia, siapakah yang sanggup
melawan setan, siapakah yang sanggup menandingi Setan serta siapakah yang
sanggup memberikan perlindungan kepada diri kita? Hanya Allah SWT sajalah yang
mampu memberikan semua perlindungan kepada diri kita sebab Allah SWT yang
mempunyai kemampuan yang tidak terbatas. Lalu sudahkah kita meminta
perlindungan kepada Allah SWT di setiap langkah dan tindakan kita, atau kita
sudah merasa aman dari gangguan setan sehingga tidak butuh bantuan dan
pertolongan Allah SWT?
5.
Yang Suka Bohong. Adapun ciri
lainnya yang melekat di dalam diri umat seitan adalah orang-orang yang suka
berbohong, orang yang suka berbuat dusta atau orang yang suka menipu. Jika saat
ini kita suka berbohong, suka berdusta dan suka menipu maka dapat dikatakan
kita sudah memakmurkan setan dengan memberikan makanan yang bergizi kepadanya. Semakin
sering kita melakukan kebohongan, semakin sering kita berdusta ataupun suka
menipu orang lain, semakin suburlah setan dan semakin senanglah setan
bersahabat dengan diri kita, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Apakah
akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun
kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, Mereka menghadapkan
pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang pendusta. (surat Asy Syu’araa’ (26) ayat
221-222-223)
Setan sangat
menginginkan persahabatan dengan manusia kekal abadi selamanya tanpa
terputus-putus. Akan tetapi jika kita berkeinginan atau berniat
untuk memutuskan tali persahabatan dengan setan maka setan dengan segala cara
akan berusaha memperta-hankan persahabatan ini.
Sekarang apa
yang sudah kita lakukan untuk melepaskan diri dari belenggu dan pengaruh setan,
atau apakah kita sudah meminta pertolongan Allah SWT untuk menga-lahkan setan? Kita tidak akan bisa melakukan usaha
melepaskan diri dari pengaruh setan tanpa bantuan Allah SWT, atau kita tidak
bisa seorang diri melawan setan karena jumlah setan sudah melebihi jumlah
manusia dan juga karena setan tidak mati. Jika ini adalah kondisinya sudahkah
kita memanfaatkan fasilitas yang telah diberikan Allah SWT dengan
sebaik-baiknya sebelum ruh tiba di kerongkongan.
6.
Yang Tidak Mau Dinasehati. Maukah kita
diberi nasehat oleh orang yang lebih pandai, maukah kita diberi wejangan oleh
orang yang dituakan atau maukah kita di kritik dan diberi saran dalam kerangka
untuk memperbaiki diri? Jika jawaban kita adalah bersedia, maka itulah salah
satu ciri dari manusia yang masih sesuai dengan fitrah ruh manusia atau manusia
masih berjalan di dalam koridor jalan yang lurus. Yang menjadi persoalan adalah
jika kita tidak mau menerima nasehat, wejangan, kritik dan saran, kenapa
demikian? Setan sangat berkepentingan dan sangat mendukung manusia-manusia yang
kepala batu atau orang-orang yang bebal, yang tidak mau dinasehati, yang tidak
mau menerima wejangan atau yang tidak mau menerima kritik dan saran, sebagimana
firmanNya berikut ini: “Mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan)
itu, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang pendusta. (surat Asy Syu’araa’ (26) ayat 223).
Dan jika manusia
mau menerima hal tersebut berarti manusia mau menerima dan mau mengakui
kesalahan yang diperbuatnya sehingga orang tersebut akan memperbaiki diri untuk
kembali ke jalan yang lurus. Hal inilah yang tidak dikehendaki, yang tidak
disukai oleh setan sebab dengan begitu manusia akan susah untuk diajak kembali
berbuat keonaran, susah diajak untuk berbuat kejahatan, susah untuk berbuat
sesuatu yang sangat bertentangan dengan Nilai-Nilai Keburukan sehingga
menggagalkan usaha setan untuk membawa manusia ke neraka Jahannam.
7.
Baksil atau Penyakit. Ajaran Islam
menempatkan kebersihan
sebagian dari iman, hal ini sesuai
dengan peribahasa umum yang berbunyi kebersihan pangkal kesehatan. Selanjutnya jika kita menerapkan ketentuan
umum tentang kesehatan apa yang dapat kita peroleh? Jika kita menerapkan
ketentuan umum secara baik dan benar maka kita akan mendapatkan, akan
memperoleh kesehatan jasmani. Bagaimana dengan ketentuan khusus yang mengatur
kebersihan? Sekarang bagaimana jika kita melaksanakan ketentuan khusus tentang
kebersihan (maksudnya melaksanakan kebersihan sebagian dari iman) maka manusia
tidak hanya memperoleh kesehatan jasmani, akan tetapi manusia juga akan
memperoleh kesehatan ruh. Apa yang
terjadi jika diri kita mampu melaksanakan ketentuan tentang kebersihan?
Setan sangat membenci dan tidak suka kepada manusia
yang dapat melaksanakan ajaran tentang kebersihan baik yang diatur oleh ajaran
Islam maupun yang berlaku umum. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Shaad
(38) ayat 41-42 berikut ini: “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia
menyeru Tuhannya: “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan
siksaan”. (Allah berfirman): “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk
mandi dan untuk minum.” Lalu ada apakah di balik kebencian setan terhadap
kebersihan yang diterapkan oleh manusia?
Jika
manusia sehat dan waras maka manusia mempunyai kekuatan untuk melawan ataupun
menggagalkan upaya setan untuk menjerumuskan manusia. Akan tetapi jika
manusia menderita dan mengalami sakit bagi setan inilah saat yang paling mudah
menaklukkan manusia. Manusia yang
menderita sakit, biasanya ia akan lemah dan tidak berdaya yang pada akhirnya
manusia itu akan lupa kepada Allah SWT dan di saat itulah setan mulai merasuki
diri manusia dengan memasukkan pikiran-pikiran jahat, melakukan cercaan kepada
Allah SWT sebagai biang keladi atas timbulnya penyakit dan sebagainya sehingga
manusia jauh dari jalan yang lurus atau jauh dari Allah SWT dan kondisi inilah
yang yang sangat dikehendaki oleh setan.
8.
Riya. Suka
mempertontonkan perbuatan baik dalam rangka memperoleh simpati publik atau
masyarakat, sesuatu hal yang sering kita lihat di waktu kampanye. Upaya mempe-roleh
simpati dari masyarakat merupakan tindakan yang sah-sah saja sepanjang tidak
untuk pamer, tidak untuk menyombongkan diri serta tidak untuk membohongi dan
membodohi masyarakat. Hal ini sudah diperingatkan oleh Allah SWT
melalui firman-Nya berikut ini: “Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan
harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil setan
itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya. (surat
An Nisaa’ (4) ayat 38).
Dan hal yang
harus menjadi perhatian oleh diri kita mengenai hal ini adalah bahwa jarak
antara perbuatan riya dengan ikhlas sangatlah dekat (pendek) dan keduanya hanya
dapat dibedakan oleh hati nurani yang bersih. Untuk itu sudahkah kita
mempersiapkan sarana ataupun alat bantu guna menghindarkan perbuatan riya?
Mudah-mudahan kita sudah memiliki hati nurani yang bersih (hati mukmin)
sehingga kita dapat terhindar dari perbuatan riya yang sangat disukai dan
disenangi oleh setan, yang pada akhirnya akan menjadikan diri kita selalu
berada di dalam koridor Nilai-Nilai Kebaikan yang dikehendaki Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar