Saat diri kita mulai
terpengaruh dengan nilai-nilai keburukan yang berasal dari sifat alamiah
jasmani, dari sinilah mulai timbul adanya nafsu dan keinginan untuk berbuat
sesuatu. Dan jika sampai keadaan ini terjadi maka nafsu dan keinginan ini akan menjadi pintu masuk bagi setan untuk
melaksanakan aksinya kepada diri kita. Ahhirnya datanglah setan-setan untuk menyesatkan umat manusia
melalui pintu (ahwa) hawa nafsu untuk berbuat sesuatu yang bertentangan dengan
kehendak Allah SWT, hal ini sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah
SAW bersabda: “Tuhanku menyuruhku untuk mengajari sesuatu yang kalian tidak
ketahui, dengan yang Dia ajarkan kepadaku hari ini: ‘Sungguh telah Kuciptakan
hamba-hamba-Ku semuanya dalam keadaan yang lurus. Lalu datangnya setan-setan
dan menyesatkan mereka dari agama mereka. Setan-setan itu telah mengharamkan
bagi mereka sesuatu yang telah Aku halalkan bagi mereka. Dan mereka
memerintahkan manusia untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang Aku tidak beri
kekuasaan kepada mereka.” (Hadits Riwayat Muslim)
Adanya aktivitas yang berasal
dari ahwa (hawa nafsu), maka hawa nafsu yang semula hanya berkekuatan kecil
setelah dipengaruhi dan diprovokasi oleh setan, maka hawa nafsu akan memiliki kekuatan besar di dalam
mempengaruhi tingkah laku manusia. Lalu terjadilah proses memperturutkan atau mempertuhankan
ahwa (hawa nafsu), sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (surat Al Jaatsiyah (45) ayat
23)”.
Lalu bagaimana jika nilai
nilai keburukan mulai mempengaruhi diri kita? Jika kita mulai terpengaruh
dengan nilai nilai keburukan maka setan seperti diberikan bahan bakar yang
sangat cepat lagi hebat untuk melaksanakan aksinya kepada diri kita. Setan
langsung menyuruh kita untuk berbuat tanpa harus memikirkan akibatnya. Setan
berupaya jangan sampai hal yang sudah dihadapannya gagal dilaksanakan oleh
manusia. Setan akan berusaha terus dan terus mempengaruhi manusia untuk
melaksanakan apa apa yang berasal dari nilai nilai keburukan dan bahkan akan
menunjukkan jalan bagaimana hal itu bisa dilaksanakan oleh manusia yang sudah
terpengaruh dengan hawa nafsunya.
Ingat, setan berbuat dan
melaksanakan aksinya ini sudah itu disetujui oleh Allah SWT sehingga kita wajib
menerima setan sebagai musuh abadi manusia. Jika tanpa ada setan maka tidak
akan ada proses seleksi secara adil dan fair tentang siapakah yang berhak
menempati syurga dan siapakah yang berhak menempati neraka. Inilah sunnatullah
yang sudah berlaku dan akan berlaku sampai hari kiamat tiba.
Untuk itu, jadilah orang yang
cerdas dalam hidup ini yaitu orang yang
memiliki kesadaran tentang tahu diri, tahu aturan main dan tahu tujuan
akhir yang diikuti dengan memiliki ilmu tentang musuh diri kita, dalam hal ini
ahwa (hawa nafsu) yang dibelakangnya ada setan. Tanpa ini semuanya maka konsep
hidup adalah sebuah permainan di muka bumi ini sulit untuk kita menangkan. Ayo
siapkan waktu untuk belajar dan memahami Diinul Islam secara menyeluruh, bukan
hanya sebatas syariatnya saja melainkan sampai dengan hakekatnya.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang
sekaligus khalifah-Nya di muka bumi berarti diri kita adalah makhluk terhormat,
jika sampai diri kita memperturutkan ahwa (hawa nafsu) demi mengejar keinginan
tertentu melalui cara-cara yang tidak terhormat, seperti membuat
syariat-syariat baru atau membuat ketentuan untuk kepentingan sesaat, berarti
diri kita memang sudah tidak layak lagi menyandang status terhormat. Dan jika
ini sudah terjadi atau kita sudah melakukannya berarti kita tidak akan pernah
sampai ke tempat yang terhormat dengan cara yang terhormat, untuk bertemu
dengan yang Maha Terhormat dalam suasana yang saling hormat menghormati, karena
kita pulang kampungnya ke neraka jahannam.
Berikut
ini akan kami kemukakan beberapa hal yang termasuk atau yang dikategorikan
dengan keburukan itu yang kesemuanya akan dijadikan target operasi setan, yaitu
:
1.
Memperturutkan Ahwa (hawa nafsu). Salah satu bentuk dari keburukan,
lawan dari kebaikan, adalah memperturutkan ahwa (hawa nafsu) yang berarti diri
kita sesuai dengan kehendak syaitan. Hal ini dikarenakan saat terjadi tarik
menarik antara nilai nilai keburukan yang berasal dari jasmani mampu
mengalahkan nilai nilai kebaikan yang berasal dari ruhani sehingga jiwa kita
termasuk dalam kategori jiwa fujur. Padahal kondisi dasar setiap abd’ (hamba)-Nya
yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi adalah makhluk terhormat yang
berperilaku sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Dan jika sampai diri kita
memperturutkan ahwa (hawa nafsu) dalam hal ini memperturutkan sifat-sifat
alamiah jasmani yang mencerminkan nilai-nilai keburu-kan demi mengejar
keinginan tertentu melalui cara-cara yang tidak terhormat, seperti mementingkan
diri sendiri, malas, pelit, tergesa gesa, membuat syariat-syariat baru atau
membuat ketentuan untuk kepentingan sesaat, berarti diri kita memang sudah
tidak layak lagi menyandang status terhormat. Dan jika ini sudah terjadi atau
kita sudah melakukannya berarti kita tidak akan pernah sampai ke tempat yang
terhormat dengan cara yang terhormat, untuk bertemu dengan Dzat Yang Maha
Terhormat dalam suasana yang saling hormat menghormati, karena kita pulang
kampungnya ke neraka jahannam.
Sifat-sifat alamiah jasmani (insan)
yang berasal dari alam, termasuk di dalamnya perbuatan dari sifat-sifat alamiah
jasmani (ahwa/hawa nafsu) kesemuanya adalah sunnatullah atau sudah menjadi
ketetapan Allah SWT yang wajib berlaku bagi jasmani setiap manusia. Sehingga
setiap orang yang ada di muka bumi ini, tanpa terkecuali, siapapun orangnya,
apapun kedudukannya, apapun jabatannya, apapun keturunannya, baik laki-laki
ataupun perempuan, termasuk Nabi Muhammad SAW, juga memiliki sifat-sifat
alamiah jasmani yang berasal dari alam, juga memiliki ahwa (hawa nafsu) dan
juga memiliki kemampuan sifat insan dan ahwa (hawa nafsu) seperti
manusia-manusia lainnya yang ada di muka bumi. Apa dasarnya? Jawabannya ada pada surat Al
Kahfi (18) ayat 110 yang kami kemukakan di berikut ini: “Katakanlah:
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya".
Perbuatan
sifat jasmani (ahwa/hawa nafsu) yang mencerminkan nilai nilai keburukan bukanlah sesuatu yang menakutkan, akan tetapi
sunnatullah yang harus kita terima. Hal ini dikarenakan melalui ahwa (hawa
nafsu) yang didukung syaitan kita dapat menikmati apa yang dinamakan syurga dan
neraka atau yang dapat menghantarkan diri kita menjadi pemenang ataupun
pecundang. Dan sebagai
abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak boleh
apriori dengan adanya sifat alamiah jasmani yang paling disukai oleh syaitan. Hal
ini dikarenakan jika keduanya tidak ada (maksudnya ahwa (hawa nafsu) dan
syaitan tidak ada) maka hambarlah hidup yang kita laksanakan sehingga
monotonlah kehidupan yang ada di muka bumi ini, atau kita tidak akan dapat
merasakan apa yang dinamakan dengan kemenangan jika tidak ada musuh dalam suatu
permainan.
2.
Mensia-siakan janji-janji Allah SWT. Salah satu bentuk keburukan sebagai
lawan dari kebaikan adalah mensiasiakan janji janji Allah SWT atau mensiasiakan
fasilitas yang memang diperkenankan oleh Allah SWT kepada diri kita dalam hal
ini mengajukan permohonan berupa doa dan harapan kepada Allah SWT, sebagaimana
surat Al Baqarah (2) ayat 186 berikut ini: “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” Berdasarkan
ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 186 di atas ini, mengajukan permohonan doa dan harapan
kepada Allah SWT merupakan fasilitas dari Allah SWT yang merupakan hak yang
diperkenankan oleh Allah SWT dan Allah SWT sendiri sudah berjanji kepada diri
kita akan mengabulkan permohonan diri kita sepanjang syarat dan ketentuan yang
dikehendaki Allah SWT kita penuhi, dalam hal ini memenuhi segala perintah dan
larangan Allah SWT yang dilanjutkan dengan beriman kepada-Nya. Dan jika sampai
diri kita mensiasiakan fasilatas dan juga janji kepada Allah SWT atau bahkan
ragu ragu di dalam mengajukan doa dan harapan kepada Allah SWT maka hilanglah
kesempatan untuk merasakan janji janji Allah SWT akibat ulah diri kita yang
mensiasiakan fasilitas yang sudah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk diri kita.
3.
Berbuat dzalim. Salah satu bentuk keburukan sebagai
bentuk lawan dari kebaikan adalah berbuat dzalim atau berperilaku dzalim saat
hidup di muka bumi sebagaimana dikemukakan dalam surat An Naml (27) ayat 11
berikut ini: “Tetapi
orang yang Berlaku dzalim, kemudian ditukarnya kedzalimannya dengan kebaikan
(Allah akan mengampuni-nya); Maka sesungguhnya aku Maha Pangampun lagi Maha
Penyayang.” Dzalim
atau aniaya termasuk salah satu akhlak tercela. Dzalim artinya menempatkan
sesuatu bukan pada tempatnya. Hal ini berlaku juga ketika kita berbuat sesuatu
tidak pada tempat yang semestinya. Konteks dzalim yang begitu luas ini yang
membuat banyak manusia terjerumus pada perbuatan dosa ini. Karena banyak sekali
jenis – jenis perbuatan dzalim di kehidupan ini. Maka kita sebagai umat Agama
Islam yang bijak harus terus bermawas diri agar tidak terjerumus pada perbuatan
buruk ini. Inilah pentingnya kita memahami jenis-jenis perbuatan dzalim ini.
Dzalim
diharamkan oleh Allah SWT di dalam setiap keadaan, di manapun kita
berada, jangan sekali-kali berbuat dzalim, baik kepada diri sendiri atau
kepada orang lain. Lebih-lebih jangan sampai kita berbuat dzalim kepada Allah
SWT melalui tindakan menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam sebuah hadits qudsi berikut ini: “Allah SWT berfirman: Wahai
hamba-hamba-Ku, Aku haramkan kedzaliman pada diriku sendiri dan Aku jadikan
suatu hal yang diharamkan pada kalian, oleh karena itu janganlah kalian saling
mendzalimi. (Hadits Riwayat Ahmad).
Kalimat dzalim juga dapat digunakan
sebagai bentuk dari sifat yang tak berperikemanusiaan, bengis, kemungkaran,
gemar melihat kesengsaraan dan penderitaan orang lain, ketidakadilan, dan lain
sebagainya berdasarkan pengertian dzalim itu sendiri. Perbuatan dzalim termasuk
sifat yang hina dan keji serta bertentangan dengan fitrah dan akhlak manusia,
dimana tindakan yang seharusnya dilakukan oleh setiap manusia adalah melakukan
kebaikan.
Rasulullah SAW pernah menyatakan
dimana setiap orang harus takut akan kedzaliman sebab yang namanya kedzaliman
merupakan kegelapan yang akan terjadi di hari kiamat. Sehingga perbuatan dzalim
adalah perbuatan yang sangat dikehendaki oleh setan sang laknatullah,
sebagaiman firman-Nya berikut ini: “Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan)
menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik,
(sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka Sesungguhnya Allah
karena Kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
mereka perbuat. (surat Faathir (35) ayat 8).
Adanya kondisi ini bukan tidak mungkin
orang yang telah berlaku dzalim tidak sadar bahwa ia telah melakukan perbuatan
yang tidak disukai Allah SWT akibat pengaruh setan. Hasil akhir dari itu semua
adalah Allah SWT lepas tangan kepada diri kita lalu bersiaplah merasakan
panasnya api neraka yang panasnya 70 (tujuh puluh) kali api dunia di akhirat
kelak. Dan semoga Allah SWT menjauhkan
diri kita dan keluarga kita dari segala bentuk kedzaliman. Amiin.
4.
Melanggar batas. Berbuat sesuatu yang melanggar batas
atau tidak sesuai apa yang telah ditetapkan berlaku, sebagaimana dikemukakan
oleh Allah SWT dalam surat Al Ahzab (33) ayat 52 berikut ini: “tidak
halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula)
mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya
menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki.
dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu[1227].”
[1227] Nabi tidak dibolehkan kawin sesudah
mempunyai isteri-isteri sebanyak yang telah ada itu dan tidak pula dibolehkan
mengganti isteri-isterinya yang telah ada itu dengan menikahi perempuan lain.
Ayat di atas ini menerangkan tentang
adanya seorang lelaki bisa menikah lebih dari satu kali dengan catatan ia tidak
boleh menikah lebih dari empat kali atau ia tidak bisa mengganti istrinya yang
sah dengan wanita lain karena kecantikannya lebih menarik dibandingkan dengan
istrinya yang sah. Jika ini terjadi maka terjadilah apa yang dinamakan dengan melanggar
batas. Kondisi ini tidak dikehendaki oleh Allah SWT namun dikehendaki oleh
syaitan.
Selain daripada itu, berdoa kepada
Allah SWT adalah hak diri kita yang diperkenankan oleh Allah SWT. Namun hak
yang diperkenankan oleh Allah SWT akan melampaui batas jika kita melakukannya
dengan suara yang keras lagi memekakkan telinga. Padahal yang dikehendaki oleh
Allah SWT adalah lakukan berdoa dengan berendah diri dihadapan Allah SWT serta
bersuara lemah lembut. Ingat, Allah SWT pasti akan mengabulkan doa yang kita
panjatkan sepanjang syarat dan ketentuan berlaku telah mampu kita penuhi,
sebagaimana firmanNya berikut ini: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan
suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas[549]. dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik. (surat Al A’raaf (7) ayat 55 dan 56).
[549] Maksudnya: melampaui batas tentang yang
diminta dan cara meminta.
Dan alangkah ruginya kita yang telah
diberi hak untuk berdoa kepada Allah SWT justru kita sendiri yang
mensiasiakannya dengan meminta sesuatu yang melebihi batas serta cara meminta
dengan yang tidak pantas seperti bersuara keras saat berdoa seolah olah Allah
SWT jauh dan juga seolah olah Allah SWT tidak mendengar apa yang kita minta. Di
lain sisi jika saat kita berdoa kepada Allah SWT menunjukkan bahwa diri kita
lemah, diri kita tidak mampu, diri kita butuh pertolongan, diri kita butuh
perlindungan dan lain sebagainya, yang kesemuanya menunjukkan bahwa yang butuh
dengan Allah SWT adalah diri kita. Lalu alangkah naifnya jika kita yang butuh
dengan Allah SWT justru berbuat dan bertindak yang berseberangan dengan
kehendak Allah SWT!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar