Keberadaan diri kita di muka
bumi ini tidak bisa terlepas dari keberadaan kedua orang tua kita dan juga
keberadaan kedua orang mertua kita, tanpa mereka kita tidak mungkin ada di muka
bumi serta tanpa mereka kita tidak akan menjadi seorang suami/istri seseorang,
atau menjadi bapak (ibu) dari anak keturunan kita. Hal ini sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,
‘Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku pada waktu kecil.’” (surat Al-Israa’ (17) ayat 23-24)
Adanya hal ini maka tidak
akan sempurna bakti kita kepada Allah SWT jika tidak diimbangi dengan bakti
kepada kedua orang tua dan juga kepada kedua mertua kita, secara
berkesinambungan selama hayat masih di kandung badan, melalui apa-apa yang
telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana termaktub di dalam hadits
berikut ini: Dari
Abdullah bin ’Amru ra, Rasulullah SAW bersabda, “Ridha Allah tergantung pada
ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hadits
Riwayat Ath Thirmidzi, Al Hakim, Ath Thabrani dan Al-Bazzar).”
Berdasarkan
ketentuan hadits di atas, Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari langit dan
bumi, sangat menghormati kedudukan kedua orang tua (dan juga kedua orang mertua
kita) sehingga Allah SWT meletakkan ridha dan murka-Nya tergantung kepada ridha
dan murka mereka berdua. Sebagai orang yang saat ini sedang menjadi abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, sudah selayaknya dan
sepatutnya mampu berbakti kepada mereka sampai kapanpun juga dan juga
mengajarkan kepada anak dan keturunan kita mengenai hal ini sejak mereka masih
kanak-kanak.
Di
lain sisi, dengan diri kita tahu siapa orang tua kita (dan juga siapa mertua
kita) maka secara langsung kita terikat dengan kehormatan yang dimiliki oleh
kedua orang tua kita dan juga oleh kedua orang mertua kita serta diri kita
terikat pula dengan harapan dan cita cita mereka berdua kepada anak dan
keturunannya. Untuk itu jika kita telah tahu diri, maka sudah sepatutnya kita
berperilaku yang tidak mencoreng kehormatan mereka berdua saat kita hidup di
muka bumi ini. Hal yang samapun berlaku jika kita telah tahu diri dan tahu
tentang Allah SWT maka kita pun terikat dengan akhlak Allah SWT yang sesuai
dengan Nama Nama-Nya Yang Indah (asmaul husna). Sehingga segala perbuatan dan
tindak tanduk kita harus berkesesuaian dengan akhlak Allah SWT tersebut jika
kita telah tahu diri.
Sebagai
informasi tambahan, saat diri kita hidup di muka bumi ini, ada makhluk lain
yang juga diciptakan oleh Allah SWT dan hidup berdampingan dengan diri kita
sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Hajj (22) ayat 18 berikut ini: ““Apakah
kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di
bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata
dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang telah
ditetapkan azab atasnya. dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak
seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki.” Yang mana keseluruhan makhluk yang diciptakan oleh
Allah itu sujud, patuh serta bertasbih kepada Allah SWT. Sebagaimana
firman-Nya, ““semua yang berada di langit dan yang berada di bumi
bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Baijaksana. (surat Al Haadid (57) ayat 1).”
Akan tetapi ada hal yang tidak kita ketahui yaitu
cara bertasbihnya seperti apa, sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya,
berikut ini: “langit
yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak
ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun. (Surat Al Isra’ (17) ayat 44). Dan yang
pasti setiap makhluk telah mengetahui cara berdoa dan cara bertasbihnya kepada
Allah, sebagaimana firman-Nya: “Tidaklah engkau tahu bahwa kepada Allahlah
bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan juga burung yang mengembangkan
sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih.
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (surat An Nuur (24) ayat 41).”
Sekarang jika ada makhluk yang lain selain dari
manusia, telah sujud, patuh dan bertasbih hanya kepada Allah SWT, lalu apakah
kita yang telah dijadikan-Nya sebagai abd’ (hamba) yang juga sekaligus
khalifah-Nya di muka bumi justru berseberangan perilakunya dengan makhluk Allah
yang lainnya? Jika sampai kita berperilaku berseberangan berarti memang kita
termasuk orang-orang yang tidak tahu diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar