Allah SWT selaku pembuat skenario rencana besar
bahwa hidup di muka bumi ini adalah sebuah permainan sudah sangat sempurna
mempersiapkan rencananya. Hal ini bisa kita rasakan langsung kesempurnaannya,
dimana konsep Tahu diri dan Tahu Allah SWT belum sempurna jika belum dilengkapi
dengan tahu tentang Nabi Muhammad SAW yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Dan salah satu bentuk kesempurnaan dari rencana Allah SWT adalah jika sampai
Nabi Muhammad SAW tidak diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini tentu kita tidak
tahu bagaimana cara melaksanakan hak-hak Allah SWT dalam kerangka melaksanakan
hubungan yang harmonis antara diri kita dengan Allah SWT. Diutusnya Nabi
Muhammad SAW merupakan suri tauladan bagi diri kita, sebagaimana firman-Nya
berikut ini: “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak meningat Allah. (surat Al Ahzab (33) ayat 21).”
Adanya ketentuan Nabi Muhammad SWT sebagai suri
tauladan bagi manusia maka kita sekarang memiliki contoh, cara, methode yang
sesuai dengan kehendak Allah SWT yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui
perkataannya, melalui perbuatan (perilaku)- nya serta melalui takrir (perbuatan
sahabat) yang disetujui oleh Nabi Muhammad SAW dan inilah yang disebut dengan
hadits.
Selanjutnya mari kita perhatikan firman Allah
SWT berikut ini: “Kamu
(umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang
orang fasik. (surat Ali Imran (3) ayat 110).” Secara umum, ayat itu jelas ditujukan kepada
umat Nabi Muhammad SAW. Ayat di atas dikuatkan dengan adanya sabda Rasulullah
SAW: “Umatku dijadikan sebagai umat
terbaik.” (Hadits Riwayat Ahmad).
Lalu sadarkah kita bahwa kita adalah umat terbaik? Sadar atau tidaknya diri
kita sebagai umat terbaik tergantung kepada diri kita sendiri yaitu maukah kita
menjadi umat Nabi Muhammad SAW, jika tidak bersiaplah kita melanggar ketentuan
syahadat kerasulan.
Sekarang mari
kita pelajari posisi dan kedudukan dari Nabi Muhammad SAW dari sudut pandang
kita harus tahu tentang Nabi Muhammad SAW. Untuk menjawabnya mari kita
perhatikan ketentuan yang terdapat dalam firman-Nya berikut ini: “Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu[1223]., tetapi
Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui
segala sesuatu. (surat Al Ahzab
(33) ayat 40)
[1223] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang
sahabat, karena itu janda Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w.
Dan juga berdasarkan firman-Nya sebagaimana berikut
ini: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah
berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[234]. Apakah jika Dia wafat atau
dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke
belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun,
dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (surat Ali Imran (3) ayat 144)
[234] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. ialah seorang manusia yang
diangkat Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. ada yang
wafat karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. karena itu Nabi
Muhammad s.a.w. juga akan wafat seperti halnya Rasul-rasul yang terdahulu itu.
di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi Muhammad s.a.w.
mati terbunuh. berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga ada yang
bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy).
Sementara itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad itu
seorang Nabi tentulah Dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah menurunkan ayat
ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah kata-kata orang-orang
munafik itu. (Sahih Bukhari bab Jihad). Abu Bakar r.a. mengemukakan ayat ini di
mana terjadi pula kegelisahan di kalangan Para sahabat di hari wafatnya Nabi
Muhammad s.a.w. untuk menenteramkan Umar Ibnul Khaththab r.a. dan
sahabat-sahabat yang tidak percaya tentang kewafatan Nabi itu. (Sahih Bukhari
bab Ketakwaan Sahabat).
Berdasarkan
ketentuan surat Al Ahzab (33) ayat 40 dan surat Ali Imran (3) ayat 144 yang
kami kemukakan di atas ditambah dengan mampunya diri kita telah melaksanakan
syahadat, dalam arti telah memberikan pernyataan sikap tentang Allah SWT dan
juga tentang Nabi Muhammad SAW sehingga diri kita telah mampu berkomitmen penuh
untuk selalu menja-dikan, meletakkan dan menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai
berikut :
1.
Kita wajib mengimani kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai penerus dari
Nabi dan Rasul yang telah diutus oleh
Allah SWT ke muka bumi sehingga Nabi Muhammad SAW merupakan bagian dari mata
rantai Nabi dan Rasul yang telah diutus Allah SWT ke muka bumi.
2.
Kita wajib menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan suri tauladan
bagi diri kita di dalam melaksanakan program kekhalifahan di muka bumi.
3.
Kita wajib menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai panutan bagi diri kita
untuk melaksanakan konsep dari Allah SWT kembali kepada Allah SWT.
4.
Kita wajib menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai penerang isi dan
kandungan AlQuran.
5.
Kita wajib menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai penyeru bagi diri kita untuk
hanya menyembah Allah SWT dan untuk menjauhi Thaghut.
6.
Kita wajib menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa petunjuk dan
agama yang benar yang berasal dari Allah SWT semata.
7.
Kita wajib menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai penuntun yang
mengajarkan dan mencontohkan bagaimana cara untuk menjalankan syariat Diinul
Islam yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.
8.
Kita wajib menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagi penuntun dan pemberi
petunjuk untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah SWT serta penuntun dan juga pemberi petunjuk bagi diri
kita di dalam melaksanakan ketauhidan atau beraqidah hanya kepada Allah SWT.
9.
Kita
wajib menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai penyampai, pengajar, penyebar Diinul
Islam sebagai satu-satunya agama yang haq.
10. Kita wajib menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai
salah satu pemberi syafaat bagi orang-orang yang beriman di waktu hari kiamat
bagi orang orang yang telah memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki
Allah SWT.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang
sedang melaksanakan tugas di muka bumi, sudahkah kita mampu melaksanakan 10
(sepuluh) ketentuan yang kami kemukakan di atas ini sesuai dengan kehendak Allah
SWT?
Kami berharap
jamaah dan pembaca sekalian mampu melaksanakan, mampu menempatkan dan mampu
meletakkan posisi Nabi Muhammad SAW yang
sesuai dengan kehendak Allah SWT sebagai bagian dari pelaksanaan Diinul Islam
secara kaffah (menyeluruh) dalam satu
kesatuan dan juga sebagai bagian dari pelaksanaan konsep tahu diri, tahu aturan
main dan tahu tujuan akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar