Saat ini, kita tidak bisa
melepaskan diri dari jasmani dikarenakan hidup harus terdiri dari jasmani dan
ruh. Jika ini kondisinya berarti sepanjang diri kita masih hidup maka kita
tidak bisa keluar dari lingkungan jasmani (lingkungan keburukan) dan juga lingkungan
ruh (lingkungan kebaikan). Jika kita berada dan masuk serta terpengaruh di
dalam lingkungan jasmani (keburukan) maka kita sangat dikehendaki oleh setan
namun dibenci oleh Allah SWT. Demikian pula sebaliknya, jika kita berada dan
masuk serta terpengaruh di dalam lingkungan ruh (kebaikan) maka kita sangat
dibenci oleh setan namun sesuai dengan kehendak Allah SWT. Pilihan untuk
menjadikan diri kita sesuai dengan kehendak Allah SWT, atau sesuai dengan
kehendak setan ada pada diri kita masing masing.
Ingat, walaupun setan sudah
ada dihadapan (mengelilingi) diri kita, di depan, di belakang, di kanan, di kiri,
namun setan belum bisa melaksanakan aksinya kepada diri kita sepanjang pintu
masuk untuk melaksanakan aksinya tidak ada. Adapun pintu masuk setan ke dalam
diri manusia, tidak hanya melalui pintu nilai-nilai keburukan yang berasal dari
sifat alamiah jasmani (ahwa/hawa nafsu) semata. Namun setan juga mempergunakan
pintu-pintu nilai-nilai kebaikan yang berasal dari sifat alamiah (nafs/anfuss)
ruh. Disinilah kita sering kecolongan dengan aktivitas setan kepada diri
manusia, dimana kita selalu beranggapan bahwa setan hanya berkepentingan dengan
nilai-nilai keburukan yang kita lakukan. Ternyata setan juga mempergunakan pintu-pintu
nilai-nilai kebaikan untuk mempengaruhi perbuatan manusia. Apa maksudnya?
Sekarang mari kita pelajari kedua pintu masuk setan itu dengan seksama.
Apabila diri kita terpengaruh
dengan nilai-nilai kebaikan yang berasal dari sifat alamiah ruh lalu berusaha
untuk berbuat kebaikan maka setan mulai melancarkan aksinya agar diri kita
jangan sampai berbuat hal-hal yang sesuai dengan kehendak Allah SWT secara
totalitas dalam kerangka memperoleh ridha Allah SWT dan jika sampai kita
melaksanakannya maka langkah yang akan dilakukan oleh setan kepada orang-orang
yang melakukan kebaikan dapat kami kemukakan sebagaimana berikut ini:
1.
Setan akan berusaha untuk merubah
besaran kebaikan yang akan kita lakukan dari yang bernilai besar menjadi kecil
nilainya, atau
2.
Setan akan berusaha untuk merubah
kualitas dari niat tulus ikhlas hanya untuk Allah SWT semata dalam berbuat
kebaikan menjadi ingin dipandang orang (riya), atau
3.
Setan akan berusaha untuk mengaburkan
(menghilangkan) tujuan berbuat kebaikan dari mencari ridha Allah SWT menjadi
sekedar mencari pahala duniawi sehingga hasilnya akhirnya tidak maksimal
sehingga hasilnya hanya dapat dinikmati dalam jangka pendek.
Setan
akan berusaha jangan sampai diri kita mampu melaksanakan kebaikan semaksimal
mungkin, seikhlas mungkin dalam kerangka mencari ridha Allah SWT semata. Setan akan berusaha agar nilai-nilai kebaikan
yang kita lakukan bernilai rendah, kecil, sempit, berjangka pendek serta
terkontaminasi dengan unsur riya. Disinilah kita sering terkecoh oleh ulah
setan yang licik, sadarkah kita dengan kondisi ini.
Lalu
apa-apa saja yang dimaksud dengan kebaikan itu sehingga menjadi target operasi
setan kepada diri kita? Inilah beberapa target operasi setan terhadap kebaikan
yang akan kita lakukan, yaitu:
1.
Mentaati Allah SWT dan Rasulnya, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (surat Al Anfaal (8) ayat 46). Setan akan
berusaha untuk menjadikan ketentuan ini berdiri sendiri-sendiri atau
mendangkalkan pemahaman tentang Allah SWT dan tentang rasul-Nya serta membuat
pemahaman tentang Allah SWT dan tentang rasulnya tidak dalam satu kesatuan.
2.
Persatuan adalah sebuah kebaikan,
sedangkan perpecahan adalah sebuah keburu-kan. Persatuan adalah salah satu bentuk dari kebaikan yang
harus diraih dan dirasakan serta selalu dipelihara oleh setiap manusia yang ada
di muka bumi. Perpecahan bisa diibaratkan dengan adanya lidi sebatang yang
tidak bisa berbuat apa-apa, namun apabila lidi yang satu itu dipersatukan
menjadi sebuah kumpulan yang menjadi sapu lidi, maka sapu lidi bisa berguna dan
bermanfaat untuk membersihkan sesuatu. Kondisi ini akan dimanfaatkan oleh
setan, agar jangan sampai lidi dapat dipersatukan menjadi sapu lidi. Setan akan
berusaha memecah sapu lidi, menjadi lidi-lidi sebatang yang tidak berguna untuk
persatuan.
3.
Berbakti
kepada kedua orang tua dan mertua tanpa terkecuali. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Ahqaaf (46) ayat 16 dan 17 sebagaimana berikut ini: “mereka
Itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah
mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama
penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada
mereka. dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi
kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan
dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua
ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan:
"Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar".
lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu
belaka". Setan akan berusaha agar diri kita
berdiri condong kepada salah satu diantara keduanya. Katakan kita hanya condong
kepada kedua orang tua dengan mengabaikan kedua orang mertua, atau sebaliknya.
Padahal keduanya sama posisinya.
4.
Perdamaian
antara suami dengan istri. Sebagaimana dikemukakan Allah SWT dalam surat An Nisaa’ (4) ayat 128 yang kami
kemukakan berikut ini: “dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz[357]
atau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya
Mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya[358], dan perdamaian itu lebih baik
(bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir[359]. dan jika kamu
bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan
sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
[357]
Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri
seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. nusyuz dari pihak suami ialah
bersikap keras terhadap isterinya; tidak mau menggaulinya dan tidak mau
memberikan haknya.
[358]
Seperti isteri bersedia beberapa haknya dikurangi Asal suaminya mau baik
kembali.
[359]
Maksudnya: tabi'at manusia itu tidak mau melepaskan sebahagian haknya kepada
orang lain dengan seikhlas hatinya, Kendatipun demikian jika isteri melepaskan
sebahagian hak-haknya, Maka boleh suami menerimanya.
Allah SWT telah menunjukkan tanpa ada
kedamaian antara suami dengan istri maka tidak akan ada pula kebahagiaan rumah
tangga serta anak shaleh dan shalehah hanyalah mimpi belaka. Kehancuran rumah
tangga ada di depan mata. Adanya kedamaian akan menghantarkan kita kepada
kehidupan keluarga yang “sakinah ma waddah wa rahmah”. Kondisi ini sangat tidak
dikehendaki oleh setan.
Adanya kedamaian keluarga, maka akan
melahirkan kedamaian lingkungan sekitar, yang pada akhirnya mampu menghantarkan
kedamaian suatu daerah dan seterusnya mampu menjadikan suatu negara yang aman
dan damai. Sekarang bagaimana mungkin kita berharap suatu kedamaian jika
pertengkaran yang dikehendaki setan yang selalu terjadi, baik dalam skala rumah
tangga ataupun dalam skala nasional?
5.
Membelanjakan
harta kekayaan ataupun penghasilan yang kita peroleh dan miliki. Bisa melalui
jalan infaq, melalui jalan shadaqah, atau melalui jalan wakaf, sebagaimana
termaktub dalam surat Al Baqarah (2)
ayat 195 yang kami kemukakan berikut ini: “dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah,
dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(surat Al Baqarah (2) ayat 195). Setan selaku musuh manusia akan berusaha agar
manusia jangan sampai memperoleh keshalehan diri yang tercermin dalam
keshalehan sosial.
6.
Hanya
memohon kepada Allah SWT semata, sebagaimana surat Ali Imran (3) ayat 147 dan
148 yang kami kemukakan berikut ini: “tidak ada
doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan
tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami[235] dan
tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir".
karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia[236] dan pahala yang
baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. Ingat, memohon hanya kepada Allah SWT
semata, jangan pernah memohon kepada selain-Nya. Hal ini dikarenakan hanya
Allah SWT yang berkuasa di alam semesta ini karena Allah SWTlah pencipta dan
pemilik dari alam semesta sehingga hanya Allah SWT sajalah yang mampu dan siap menolong
diri kita sepanjang diri kita mau memohon kepada-Nya.
[235] Yaitu melampaui batas-batas hukum yang telah
ditetapkan Allah s.w.t.
[236] Pahala dunia dapat berupa
kemenangan-kemenangan, memperoleh harta rampasan, pujian-pujian dan lain-lain.
7.
Berlaku
adil, berbuat adil, menjaga keadilan, memelihara keadilan serta merawat
keadilan yang ada di dalam masyarkat. Sebagaimana surat Al An’am (6) ayat 152
yang kami kemukakan berikut ini, “dan janganlah kamu dekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban
kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata,
Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan
penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu ingat.” Berbuat
keadilan bukan hanya sebatas mengadili suatu perkara atau memutuskan suatu
permasalahan secara adil semata.
[519] Maksudnya mengatakan yang sebenarnya
meskipun merugikan Kerabat sendiri.
[520] Maksudnya penuhilah segala
perintah-perintah-Nya.
Membalas
suatu penghormatan dengan suatu penghormatan yang lebih baik juga termasuk
perbuatan adil. Hal ini termaktub di dalam surat An Nisaa ‘(4) ayat 86 berikut
ini: “apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa)[327]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan
segala sesuatu.”
[327] Penghormatan dalam Islam Ialah: dengan
mengucapkan Assalamu'alaikum.
Berbuat
adil memiliki makna yang luas. Adil bisa
bermakna berbuat sesuatu kebaikan yang sesuai dengan kebutuhan bagi
penerimanya. Sebagai contoh adalah sebuah keburukan jika kita berbuat
sebuah kebaikan berupa memberikan uang kepada seseorang padahal kebutuhannya
utamanya adalah pendidikan atau keahlian. Sehingga hasil akhir dari pada ini
adalah orang tersebut menjadi malas karena ikan yang kita berikan padahal yang
terbaik adalah kail dan pancing. Disinilah
letaknya kita harus bijaksana sebelum berbuat suatu kebaikan. Kebaikan baru
bisa bermakna kebaikan jika dilakukan dengan cara-cara yang baik. Untuk itu
bersegeralah berbuat kebaikan kepada siapapun jika kita telah mengaku beriman
kepada Allah SWT.
8.
Berdakwah
(atau menggembirakan) seseorang dengan rasa kasih sayang, hal ini. sebagaimana
dikemukakan dalam surat Asy Syuura (42) ayat 23 yang kami kemukakan berikut
ini: “Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan
hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah:
"Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih
sayang dalam kekeluargaan". dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami
tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri[1344].”
[1344] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada
permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam
raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang
menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat
mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya
ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa
huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya
memperhatikan AlQuran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa AlQuran itu
diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad.
kalau mereka tidak percaya bahwa AlQuran diturunkan dari Allah dan hanya buatan
Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam AlQuran itu.
Api tidak akan mungkin padam dengan
Api. Api hanya akan padam dengan Air. Hal yang samapun kita harus gunakan saat
diri kita berdakwah atau menyampaikan pelajaran kepada orang yang membutuhkan.
Kita tidak bisa menyampaikan sesuatu yang baik dengan cara cara yang tidak
baik. Hal ini dikarenakan suatu ouput tidak akan mungkin bisa dipisahkan dengan
input serta proses, sebab ketiganya tidak bisa dipisahkan. Akan tetapi setan
selaku musuh manusia akan berusaha agar api dilawan dengan api sehingga
terbakarlah seluruh komponen masyarakat.
Setelah berlaku kasih sayang, Allah
SWT masih mempertegas lagi yaitu kita harus menyeru manusia menuju jalan
kebaikan dengan hikmah dan pelajaran yang baik pula serta bantahlah mereka
denga cara-cara yang baik lagi dibenarkan oleh Allah SWT serta dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman: “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang
sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu[846]. akan tetapi jika kamu
bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. bersabarlah
(hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah
dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu
bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (surat
An Nahl (16) ayat 125 s/d 128)
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar
yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
[846] Maksudnya pembalasan yang dijatuhkan atas
mereka janganlah melebihi dari siksaan yang ditimpakan atas kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar