Selanjutnya kami akan mengemukakan kiat-kiat
yang lainnya yang dapat kita lakukan agar diri kita tidak diganggu oleh setan
sehingga setan tidak bisa melaksanakan aksinya kepada diri kita, hal ini sebagaimana
telah dikemukakan oleh “Muhammad Abduh
Tuasikal, Msc” dalam laman “Rumaysho.com”
berikut ini:
1. Diganggu
Setan Berlindunglah kepada Allah SWT. Di saat diri kita melaksanakan tugas sebagai abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak saja bertemu,
menghadapi serta mengalami gangguan dan godaan dari setan. Akan tetapi kita
juga mengalami gangguan dan godaan dari manusia yang berwatak dan berwujud
layaknya seperti setan. Selanjutnya apa yang harus kita perbuat jika kita
bertemu dengan kedua bentuk setan yang kami sebutkan di atas?
Jika
kita bertemu atau mengalami gangguan dari setan cukup dengan dibacakan “A’udzubillahhiminasy-syaithanir-rajim” maka
setan akan menjauh dari diri kita. Setan tidak mau dan tidak suka mendengar
ucapan tersebut dikarenakan di dalam kalimat tersebut terdapat kebesaran Allah
SWT sehingga manusia akan terhindar dari godaan-nya. Dan setan akan kembali
menggoda, merayu, selama pintu masuk yang ada di dalam diri masih ada dan
tersedia, yaitu jasmani dan juga ahwa (hawa nafsu). Hal yang
paling susah dan sulit dihadapi oleh manusia adalah setan yang berwujud manusia
(atau manusia yang telah berubah wujudnya menjadi setan) sebab setan dalam
bentuk seperti ini banyak mempunyai kebutuhan seperti hidup mewah, menginginkan
kedudukan dan jabatan tinggi, harta kekayaan, syahwat dan perut sedangkan setan
tidak mempunyai kepentingan pribadi dengan manusia kecuali menggelincir kan
manusia ke jalan yang sesat.
Untuk itu
jika manusia ingin selamat dari gangguan dan godaan setan baik setan
yang murni maupun setan yang sudah berubah wujud menjadi manusia, jalan satu-satunya
adalah meminta perlindungan hanya kepada Allah SWT dikarenakan keberadaan setan
juga karena kehendak Allah SWT sehingga hanya Allah SWT sajalah yang paling
tahu dan yang paling mengerti tentang setan. Hal ini sebagaimana firman-Nya
berikut ini: “Dan jika
setan mengganggumu dengan sesuatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada
Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (surat
Fushshilat (41) ayat 36).
Jika ini adalah kondisi dasar Allah SWT kepada setan
berarti hanya Allah SWT sajalah yang dapat memberikan semua perlindungan yang
dibutuhkan oleh manusia sebab hal yang akan dialami oleh manusia sudah di dalam
Ilmu-Nya Allah SWT. Adakah syarat yang diminta oleh Allah SWT kepada manusia jika ia ingin
memperoleh perlindungan dari Allah SWT? Syarat dan perlindungan Allah SWT
sangat mudah yaitu cukup dengan melaksanakan Diinul Islam secara kaffah, atau
menyediakan hati ruhani yang bersih dari noda dan dosa. Tanpa hati nurani yang
bersih dari noda dan dosa maka bantuan dari Allah SWT, pertolongan dari Allah
SWT, perlindungan dari Allah SWT, tidak akan dapat kita peroleh sebab Allah SWT
hanya mau berkomunikasi melalui hati nurani yang bersih dari noda dan
dosa.
2.
Jika
Membaca AlQuran Mintalah Perlindungan Allah SWT. AlQuran
diturunkan oleh Allah SWT bukan semata-mata sebagai kitab suci yang berasal
dari kalam Allah SWT atau yang berasal dari Wahyu Allah SWT. Akan tetapi
AlQuran diturunkan sebagai petunjuk, sebagai doa, sebagai obat untuk penyembuh,
sebagai Ilmu dan pengetahuan dan lain sebagainya. Apa yang terdapat di dalam
AlQuran hanya akan dapat diperoleh dan dinikmati oleh manusia sepanjang manusia
mengimani Allah SWT atau sepanjang hati nurani manusia bersih dari noda dan
dosa. Lalu setujukah setan atau keberatankah setan jika manusia mendapat-kan
apa-apa yang terkandung di dalam AlQuran?
Setan sebagai musuh utama manusia akan berusaha
semaksimal mungkin untuk meng-gagalkan segala usaha manusia untuk memperoleh,
mendapatkan apa-apa yang terdapat di dalam AlQuran. Lalu bagaimanakah caranya
kita menggagalkan rencana setan tersebut? Allah SWT telah menerangkan
bahwa jika kita hendak membaca, mendengar-kan, mempelajari, mengamalkan apa-apa
yang terdapat di dalam AlQuran yang yang pertama yang harus kita lakukan adalah
meminta perlindungan kepada Allah SWT terlebih dahulu dari gangguan dan godaan
setan yang terkutuk. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: ““Apabila kamu membaca AlQuran, hendaklah kamu
meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” Adanya perlindungan,
bantuan, pertolongan Allah SWT kepada diri kita maka usaha setan mengganggu dan
menggoda manusia menjadi berantakan, atau tidak kesampaian dan kita selalu
berada di dalam kehendak Allah SWT. Dan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga
khalifah-Nya di muka bumi sudahkan kita meminta perlindungan kepada Allah SWT
dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun juga?
3.
Berdzikir
kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya
Aku ingat (pula) kepadamu" (surat Al Baqarah (2) ayat 152). Selain
daripada itu, kita juga bisa melakukan berdzikirlah kepada Allah SWT, berwudhu,
lalu shalat ketika bangun tidur untuk melepaskan ikatan setan, sebagaimana
hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW
bersabda, “Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah
seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan, setan akan mengatakan,
‘Malam masih panjang, tidurlah!’ Jika ia bangun lalu berdzikir kepada Allah,
lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu, lepaslah lagi satu ikatan.
Kemudian jika ia mengerjakan shalat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari ia
akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, ia tidak
ceria dan menjadi malas.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 1142 dan Muslim, no.
776)
4.
Istintsar (membersihkan
hidung dengan menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya) ketika bangun tidur,
sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di
antara kalian bangun dari tidurnya, maka hiruplah air ke dalam hidung lantas
keluarkan, lakukanlah sebanyak tiga kali karena setan itu bermalam di bagian
dalam hidungnya.” (Hadits Riwayat Muslim, no. 238)
5.
Jangan
sampai tidur hingga pagi, sebagaimana hadits berikut ini: “Ibnu Mas’ud ra, berkata, “Di
hadapan Nabi SAW disebutkan tentang seorang lelaki yang tidur
semalaman sampai waktu pagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun bersabda, “Laki-laki itu telah dikencingi setan pada kedua
telinganya.”—Atau beliau bersabda, “Pada telinganya.” (Hadits Riwayat Bukhari,
no. 3270 dan Muslim, no. 774)
6.
Berlindung
dari gangguan setan ketika masuk kamar kecil, sebagaimana hadits berikut ini: Dari
Anas bin Malik ra, ia berkata,
“Nabi SAW ketika masuk kamar kecil, beliau mengucapkan, “ALLOHUMMA
INNI A’UDZU BIKA MINAL KHUBUTSI WAL KHOBAAITS (artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan dari-Mu
dari setan laki-laki maupun setan perempuan).” (Hadits Riwayat Bukhari,
no. 142, 6322; Muslim, no. 375; Abu Daud, no. 4; Tirmidzi, no. 5; An-Nasai,
1:20; Ibnu Majah, no. 296; Ahmad, 19:13).
7.
Azan
membuat setan lari, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata
bahwa Nabi SAW, “Apabila azan dikumandangkan, setan berpaling sambil
kentut hingga dia tidak mendengar azan tersebut. Apabila azan selesai
dikumandangkan, ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqamah, setan pun
berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia
akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata, ‘Ingatlah
demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak
mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa rakaat
dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa rakaat
dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk.’” (Hadits
Riwayat Bukhari, no. 608 dan Muslim, no. 389)
8.
Berlindung
dari godaan setan ketika ia hadir, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan
katakanlah: “Ya Rabbku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan.
Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabbku, dari kedatangan mereka
kepadaku.” (surat Al-Mu’minun (23) ayat 97-98)
Dari Al-Walid bin
Al-Walid ra, ia berkata, “Wahai
Rasulullah, aku sedang sedih (murung).” Nabi SAW lantas bersabda, ‘Jika
engkau hendak tidur, ucapkanlah: A’UDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI MIN
GHODHOBIHI WA SYARRI ‘IBAADIHI WA MIN HAMAZAATISY SYAYAATHIIN WA AYYAH-DHURUUN’
(artinya: Aku meminta perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna dari
murka-Nya, dari siksa-Nya, dari kejelekan makhluk-Nya, dan dari godaan setan
ketika hadir). Siapa yang membacanya, setan pasti tidak akan menimpakan mudarat
padamu. Setan pun tidak akan mendekatimu.” (Hadits Riwayat. Ahmad, 4:57. Syaikh
Musthafa Al-‘Adawi mengatakan bahwa sanad hadits ini mursal, tetapi punya
syawahid atau penguat dari hadits ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari
kakeknya).
9.
Meminta
perlindungan kepada Allah dari setan dengan sifatnya hamz (muutah, kegilaan),
nafts (syair setan), dan nafkh (sifat sombong), sebagaimana hadits berikut ini:
“dari
‘Abdullah bin Mas’ud ra, ia berkata, “Dari Nabi SAW, beliau biasa
meminta perlindungan kepada Allah dari kegilaan setan, syair setan, dan sifat
sombongnya setan.” (Hadits Riwayat. Ahmad, 1:403. Syaikh Syuaib Al-Arnauth itu
mengatakan bahwa hadits ini sahih dilihat dari jalur lain).
Dari Abu Sa’id
Al-Khudri ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW setelah takbir
membaca, “A’UDZU BILLAHIS SAMII’IL ‘ALIIM, MINASY SYAITHOONIR ROJIIM MIN HAMZIHI
WA NAFKHIHI WA NAFTSIH (artinya: aku berlindung kepada Allah Yang Maha
mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan syaitan yang terkutuk, dari
kegilaannya, kesombongannya, dan nyanyiannya yang tercela).” (Hadits Riwayat.
Abu Dawud, no. 775; Ath Tirmidzi, no. 242; An-Nasai, 2:142; Ibnu Majah, no.
804; Ahmad, 8:51. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan sanad hadits ini hasan).
Sifat setan dalam bacaan
ta’awudz ini adalah:
a.
Hamz
artinya muutah yaitu sejenis gila dan kesurupan. Setan disebut demikian karena
setan itu jadi sebab seseorang menjadi gila dan kesurupan.
b.
Nafkh
artinya kibr (sombong) yaitu setan itu membisik pada manusia hingga ia merasa
dirinya itu di atas, akhirnya merendahkan yang lain.
c.
Nafts
artinya syi’ir (syair) karena setan itu membuat para penyair menyanjung,
mencela, mengagungkan, dan merendahkan bukan pada tempatnya.
10.
Membaca
ta’awudz ketika membaca Al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya: “Apabila
kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl (15) ayat 98). Adapun maksud dari
membaca ta’awudz ketika memulai membaca AlQur’an adalah agar setan tidak
mengacaukan bacaannya sehingga sulit bagi diri kita untuk melakukan tadabur dan
tafakur. Oleh karenanya, jumhur berpendapat bahwa membaca ta’awudz itu
dilakukan sebelum tilawah Al-Qur’an.
11.
Meludah
ke kiri untuk menolak setan dalam shalat. Sebagaimana hadits berikut ini: Dari
Abul ‘Alaa’ bahwa ‘Utsman bin Abil ‘Ash mendatangi Nabi SAW, ia berkata,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan mengganggu shalat dan bacaanku, ia
menggodaku.” Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Itu adalah setan, ia
disebut dengan Khinzib. Jika engkau merasa diganggu, mintalah perlindungan
kepada Allah dari setan tersebut. Kemudian ludahlah ke sebelah kirimu sebanyak
tiga kali.” ‘Utsman kemudian melakukan seperti itu, lantas Allah mengusir setan
itu darinya. (Hadits Riwayat Muslim, no. 2203). Adapun yang dimaksud
meludah adalah meludah ringan ke kiri, bentuknya dengan meniupkan udara yang
mengandung sedikit air ludah. Ini dibolehkan, dengan syarat tidak mengganggu
orang yang berada di sebelah kiri dan tidak mengotori masjid.
12.
Tidak
menoleh dalam shalat, sebagaimana hadits berikut ini: ‘Aisyah rha, ia bertanya pada Rasulullah SAW mengenai
berpaling (menoleh) dalam shalat. Nabi SAW lantas menjawab, “Itu
adalah copetan yang dicopet oleh setan dari shalat salah seorang di antara
kalian.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 751)
13.
Tidak
boleh melewati orang yang shalat, sebagaimana hadits berikut ini: Dari
Abu Sa’id, ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Jika ada yang melewati
dihadapan salah seorang dari kalian yang sedang shalat, cegahlah. Jika ia
enggan, cegahlah lagi. Jika ia masih enggan, cegahlah dengan lebih keras karena
sejatinya ia adalah setan.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 3274 dan Muslim,
no. 505)
14.
Sujud
tilawah, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah ra, ia berkata,
Rasulullah SAW bersabda, “Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu
dia sujud, setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata,
‘Celaka aku.’ Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga.
Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, tetapi aku enggan, sehingga
pantas bagiku neraka.” (Hadits Riwayat Muslim, no. 81)
15.
Sujud
sahwi, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, Rasulullah
SAW bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam shalat,
kemudian ia tidak mengetahui berapa rakaat, tiga ataukah empat rakaat,
hendaklah ia membuang keraguan dan ambilah yang yakin. Kemudian sujudlah dua
kali sebelum salam. Jika ternyata ia shalat lima rakaat, sujudnya telah
menggenapkan shalatnya. Lalu jika ternyata shalatnya memang empat rakaat, sujudnya
tersebut sebagai penghinaan pada setan.” (Hadits Riwayat. Muslim no. 571)
Sujud
sahwi itu disebabkan karena:
a.
Meninggalkan
sebagian dari sunnah ab’adh seperti meninggalkan tasyahud awal.
b.
Ragu
akan jumlah rakaat. Solusinya adalah memilih jumlah rakaat yang paling sedikit,
lalu menyempurnakan yang sisa, setelah itu melakukan sujud sahwi.
c.
Melakukan
perbuatan yang diharamkan dalam keadaan lupa. Jika hal tersebut dilakukan
sengaja, shalatnya batal. Seperti, tidak sengaja berbicara sedikit dalam shalat
atau tidak sengaja menambah rakaat.
d. Memindahkan perbuatan shalat yang
merupakan rukun atau sunnah ab’adh atau surah ke selain tempatnya. Misalnya,
membaca surah Al-Fatihah ketika tasyahud, atau membaca surah yang seharusnya
dibaca setelah surah Al-Fatihah saat iktidal.
16.
Tidak
shalat ketika matahari terbit dan ketika matahari tenggelam, sebagaimana hadits
berikut ini: Dari Ibnu ‘Umar ra, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah
mengerjakan shalat kalian ketika matahari terbit dan matahari tenggelam karena
ketika itu terbit dua tanduk setan.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 582 dan
Muslim, no. 828. Lafaz hadits ini dari Muslim).
Dari Anas bin
Malik ra, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah shalat ketika matahari
terbit dan janganlah shalat ketika matahari tenggelam karena ketika itu
matahari terbit dan tenggelam di atas tanduk setan. Shalatlah di antara itu
semau kamu.” (Hadits Riwayat Abu Ya’la dalam musnadnya, 2:200 dan Al-Bazzar,
1/293/613. Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 314
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
17.
Membaca
dzikir pagi dan petang, sebagaimana hadits berikut ini: Dari ‘Utsman bin ‘Affan ra, ia
berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap
pagi dari setiap harinya dan setiap petang dari setiap malamnya kalimat:
BISMILLAHILLADZI LAA YADHURRU MA’ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’ WA
HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM (artinya: dengan nama Allah Yang dengan nama-Nya tidak
ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan tidak juga di langit, dan Dialah
Yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui) sebanyak tiga kali, maka tidak akan
ada apa pun yang membahayakannya.” (Hadits Riwayat. Abu Daud, no. 5088;
Tirmidzi, no. 3388; Ibnu Majah, no. 3388. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
sanad hadits ini hasan).
18.
Membaca
surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas. Ada yang dibaca setiap pagi dan petang
seperti hadits berikut ini: Dari Mu’adz bin Abdullah bin Khubaib, dari bapaknya
ia berkata,“Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah
SAW untuk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, “Apakah
kalian telah shalat?” Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau
bersabda, “Katakanlah.” Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau
bersabda, “Katakanlah.” Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata.
Kemudian beliau bersabda, “Katakanlah.” Hingga aku berkata, “Wahai Rasulullah,
apa yang harus aku katakan?” Rasulullah SAW bersabda, “Katakanlah
(bacalah surah) QUL HUWALLAHU AHAD (surah Al-Ikhlas) dan
Al-mu’awwidzatain (surah Al-Falaq dan An-Naas) ketika sore dan pagi sebanyak
tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akan mencukupkanmu (menjagamu) dari segala
keburukan.” (Hadits Riwayat Abu Dawud, no. 5082 dan An-Nasai, no. 5428. Syaikh
Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Tiga surah ini juga bisa
dibaca bebas pada waktu kapan pun, sebagaimana hadits berikut ini: Dari ‘Uqbah
bin ‘Amir Al-Juhani, ia berkata, “Di antara kami, aku menuntun Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan untanya pada suatu peperangan. Beliau
berkata, ‘Wahai ‘Uqbah, ucapkanlah.’ Aku pun mendengarkannya, kemudian beliau
berkata, ‘Wahai ‘Uqbah, ucapkanlah.’ Aku pun mendengarkannya, kemudian beliau
berkata yang ketiga kalinya. Aku pun bertanya, ‘Apa yang mesti aku ucapkan?’ Beliau
membaca, ‘QUL HUWALLAHU AHAD’. Lantas beliau membaca surah Al-Ikhlas hingga
mengkhatamkannya. Kemudian beliau membaca, ‘QUL A’UDZU BIROBBIL FALAQ’. Aku
lantas membaca bersama beliau hingga mengkhatamkannya. Kemudian beliau membaca,
‘QUL A’UDZU BIROBBIN NAAS’. Aku lantas membaca bersama beliau hingga
mengkhatamkannya. Terakhir, beliau berkata, ‘Tidak ada seorang pun yang
berlindung (dari segala keburukan) seperti orang orang yang berlindung dengan
tiga surah tersebut.’” (Hadits Riwayat An-Nasai, no. 5432; Ath-Thabrani,
17:346, An-Nasai dalam Sunan Al-Kubra, 7846. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa sanad hadits ini hasan).
19.
Shalat
Dhuha empat rakaat, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Nu’aim bin Hammar
Al-Ghothofaniy ra, Rasulullah SAW bersabda, “Allah Tabaraka wa Ta’ala
berfirman: Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku sebanyak empat rakaat pada awal
siang, maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad, 5:286; Abu Daud,
no. 1289; Tirmidzi, no. 475; Ad-Darimi, no. 1451 . Syaikh Musthafa Al-‘Adawi
dalam At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm.
810, berkata bahwa sanad hadits ini hasan).
At-Thibiy berkata, “Engkau
akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan urusanmu, serta akan dihilangkan dari
hal-hal yang tidak disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. Maksud
hadits adalah selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang
(di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfah
Al-Ahwadzi, 2:478).
20.
Meminta
perlindungan untuk anak kecil, Istri ‘Imran ketika melahirkan Maryam, ia
berkata sebagaimana disebutkan dalam ayat, “Dan aku mohon perlindungan untuknya serta
anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang
terkutuk.” (surat. Ali Imran (3) ayat 36)
Dari Ibnu ‘Abbas ra, ia
berkata, “Nabi SAW meminta perlindungan untuk Al-Hasan dan Al-Husain
dengan berkata, ‘Sesungguhnya bapak (nenek moyang) kalian berdua biasa meminta
perlindungan pada Ismail dan Ishak dengan bacaan: “A’UDZU BI KALIMAATILLAHIT
TAAMMATI MIN KULLI SYAITHONIN WA HAAMMATIN, WA MIN KULLI ‘AININ LAAMMATIN’
(Artinya: Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari
godaan setan, binatang beracun dan dari pengaruh ‘ain yang buruk).” (Hadits
Riwayat Bukhari, no. 3371)
Dari Jabir bin ‘Abdillah ra,
ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Apabila datang gelap malam (sore
hari), maka halangilah anak-anakmu dari keluar rumah karena setan ketika itu
berkeliaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam (waktu Isya), maka
lepaskanlah mereka lagi. Hendaklah kalian menutup pintu dan berdzikir kepada
Allah karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup.”
(Hadits Riwayat Bukhari, no. 3304 dan Muslim, no. 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar