Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 28 Februari 2024

KIAT KIAT MENGHADAPI GANGGUAN SETAN (PART 1 of 2)

  

Selanjutnya kami akan mengemukakan kiat-kiat yang lainnya yang dapat kita lakukan agar diri kita tidak diganggu oleh setan sehingga setan tidak bisa melaksanakan aksinya kepada diri kita, hal ini sebagaimana telah dikemukakan oleh “Muhammad Abduh Tuasikal, Msc” dalam laman “Rumaysho.com” berikut ini:

 

1.    Diganggu Setan Berlindunglah kepada Allah SWT. Di saat diri kita melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak saja bertemu, menghadapi serta mengalami gangguan dan godaan dari setan. Akan tetapi kita juga mengalami gangguan dan godaan dari manusia yang berwatak dan berwujud layaknya seperti setan. Selanjutnya apa yang harus kita perbuat jika kita bertemu dengan kedua bentuk setan yang kami sebutkan di atas?

 

Jika kita bertemu atau mengalami gangguan dari setan cukup dengan dibacakan “A’udzubillahhiminasy-syaithanir-rajim” maka setan akan menjauh dari diri kita. Setan tidak mau dan tidak suka mendengar ucapan tersebut dikarenakan di dalam kalimat tersebut terdapat kebesaran Allah SWT sehingga manusia akan terhindar dari godaan-nya. Dan setan akan kembali menggoda, merayu, selama pintu masuk yang ada di dalam diri masih ada dan tersedia, yaitu jasmani dan juga ahwa (hawa nafsu). Hal yang paling susah dan sulit dihadapi oleh manusia adalah setan yang berwujud manusia (atau manusia yang telah berubah wujudnya menjadi setan) sebab setan dalam bentuk seperti ini banyak mempunyai kebutuhan seperti hidup mewah, menginginkan kedudukan dan jabatan tinggi, harta kekayaan, syahwat dan perut sedangkan setan tidak mempunyai kepentingan pribadi dengan manusia kecuali menggelincir kan manusia ke jalan yang sesat.

 

Untuk itu  jika manusia ingin selamat dari gangguan dan godaan setan baik setan yang murni maupun setan yang sudah berubah wujud menjadi manusia, jalan satu-satunya adalah meminta perlindungan hanya kepada Allah SWT dikarenakan keberadaan setan juga karena kehendak Allah SWT sehingga hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu dan yang paling mengerti tentang setan. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan jika setan mengganggumu dengan sesuatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (surat Fushshilat (41) ayat 36).

 

Jika ini adalah kondisi dasar Allah SWT kepada setan berarti hanya Allah SWT sajalah yang dapat memberikan semua perlindungan yang dibutuhkan oleh manusia sebab hal yang akan dialami oleh manusia sudah di dalam Ilmu-Nya Allah SWT. Adakah syarat yang diminta oleh  Allah SWT kepada manusia jika ia ingin memperoleh perlindungan dari Allah SWT? Syarat dan perlindungan Allah SWT sangat mudah yaitu cukup dengan melaksanakan Diinul Islam secara kaffah, atau menyediakan hati ruhani yang bersih dari noda dan dosa. Tanpa hati nurani yang bersih dari noda dan dosa maka bantuan dari Allah SWT, pertolongan dari Allah SWT, perlindungan dari Allah SWT, tidak akan dapat kita peroleh sebab Allah SWT hanya mau berkomunikasi melalui hati nurani yang bersih dari noda dan dosa. 

 

2.        Jika Membaca AlQuran Mintalah Perlindungan Allah SWT. AlQuran diturunkan oleh Allah SWT bukan semata-mata sebagai kitab suci yang berasal dari kalam Allah SWT atau yang berasal dari Wahyu Allah SWT. Akan tetapi AlQuran diturunkan sebagai petunjuk, sebagai doa, sebagai obat untuk penyembuh, sebagai Ilmu dan pengetahuan dan lain sebagainya. Apa yang terdapat di dalam AlQuran hanya akan dapat diperoleh dan dinikmati oleh manusia sepanjang manusia mengimani Allah SWT atau sepanjang hati nurani manusia bersih dari noda dan dosa. Lalu setujukah setan atau keberatankah setan jika manusia mendapat-kan apa-apa yang terkandung di dalam AlQuran?

 

Setan sebagai musuh utama manusia akan berusaha semaksimal mungkin untuk meng-gagalkan segala usaha manusia untuk memperoleh, mendapatkan apa-apa yang terdapat di dalam AlQuran. Lalu bagaimanakah caranya kita menggagalkan rencana setan tersebut? Allah SWT telah menerangkan bahwa jika kita hendak membaca, mendengar-kan, mempelajari, mengamalkan apa-apa yang terdapat di dalam AlQuran yang yang pertama yang harus kita lakukan adalah meminta perlindungan kepada Allah SWT terlebih dahulu dari gangguan dan godaan setan yang terkutuk. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: ““Apabila kamu membaca AlQuran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” Adanya perlindungan, bantuan, pertolongan Allah SWT kepada diri kita maka usaha setan mengganggu dan menggoda manusia menjadi berantakan, atau tidak kesampaian dan kita selalu berada di dalam kehendak Allah SWT. Dan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi sudahkan kita meminta perlindungan kepada Allah SWT dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun juga?  

 

3.        Berdzikir kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu" (surat Al Baqarah (2) ayat 152). Selain daripada itu, kita juga bisa melakukan berdzikirlah kepada Allah SWT, berwudhu, lalu shalat ketika bangun tidur untuk melepaskan ikatan setan, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda, “Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan, setan akan mengatakan, ‘Malam masih panjang, tidurlah!’ Jika ia bangun lalu berdzikir kepada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu, lepaslah lagi satu ikatan. Kemudian jika ia mengerjakan shalat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari ia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, ia tidak ceria dan menjadi malas.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 1142 dan Muslim, no. 776)

 

4.        Istintsar (membersihkan hidung dengan menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya) ketika bangun tidur, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka hiruplah air ke dalam hidung lantas keluarkan, lakukanlah sebanyak tiga kali karena setan itu bermalam di bagian dalam hidungnya.” (Hadits Riwayat Muslim, no. 238)

 

5.        Jangan sampai tidur hingga pagi, sebagaimana hadits berikut ini: “Ibnu Mas’ud ra, berkata, “Di hadapan Nabi SAW disebutkan tentang seorang lelaki yang tidur semalaman sampai waktu pagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Laki-laki itu telah dikencingi setan pada kedua telinganya.”—Atau beliau bersabda, “Pada telinganya.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 3270 dan Muslim, no. 774)

 

6.        Berlindung dari gangguan setan ketika masuk kamar kecil, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Anas bin Malik ra,  ia berkata, “Nabi SAW ketika masuk kamar kecil, beliau mengucapkan,ALLOHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL KHUBUTSI WAL KHOBAAITS (artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan dari-Mu dari setan laki-laki maupun setan perempuan).” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 142, 6322; Muslim, no. 375; Abu Daud, no. 4; Tirmidzi, no. 5; An-Nasai, 1:20; Ibnu Majah, no. 296; Ahmad, 19:13).

 

7.        Azan membuat setan lari, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Nabi SAW, “Apabila azan dikumandangkan, setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar azan tersebut. Apabila azan selesai dikumandangkan, ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqamah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata, ‘Ingatlah demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk.’” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 608 dan Muslim, no. 389)

 

8.        Berlindung dari godaan setan ketika ia hadir, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan katakanlah: “Ya Rabbku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabbku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (surat  Al-Mu’minun (23) ayat  97-98)

 

Dari Al-Walid bin Al-Walid ra,  ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku sedang sedih (murung).” Nabi SAW lantas bersabda, ‘Jika engkau hendak tidur, ucapkanlah: A’UDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI MIN GHODHOBIHI WA SYARRI ‘IBAADIHI WA MIN HAMAZAATISY SYAYAATHIIN WA AYYAH-DHURUUN’ (artinya: Aku meminta perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, dari siksa-Nya, dari kejelekan makhluk-Nya, dan dari godaan setan ketika hadir). Siapa yang membacanya, setan pasti tidak akan menimpakan mudarat padamu. Setan pun tidak akan mendekatimu.” (Hadits Riwayat. Ahmad, 4:57. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi mengatakan bahwa sanad hadits ini mursal, tetapi punya syawahid atau penguat dari hadits ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya).

 

9.        Meminta perlindungan kepada Allah dari setan dengan sifatnya hamz (muutah, kegilaan), nafts (syair setan), dan nafkh (sifat sombong), sebagaimana hadits berikut ini: “dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra, ia berkata, “Dari Nabi SAW, beliau biasa meminta perlindungan kepada Allah dari kegilaan setan, syair setan, dan sifat sombongnya setan.” (Hadits Riwayat. Ahmad, 1:403. Syaikh Syuaib Al-Arnauth itu mengatakan bahwa hadits ini sahih dilihat dari jalur lain).

 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW setelah takbir membaca, “A’UDZU BILLAHIS SAMII’IL ‘ALIIM, MINASY SYAITHOONIR ROJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFTSIH (artinya: aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan syaitan yang terkutuk, dari kegilaannya, kesombongannya, dan nyanyiannya yang tercela).” (Hadits Riwayat. Abu Dawud, no. 775; Ath Tirmidzi, no. 242; An-Nasai, 2:142; Ibnu Majah, no. 804; Ahmad, 8:51. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan sanad hadits ini hasan).

 

Sifat setan dalam bacaan ta’awudz ini adalah:

 

a.        Hamz artinya muutah yaitu sejenis gila dan kesurupan. Setan disebut demikian karena setan itu jadi sebab seseorang menjadi gila dan kesurupan.

b.        Nafkh artinya kibr (sombong) yaitu setan itu membisik pada manusia hingga ia merasa dirinya itu di atas, akhirnya merendahkan yang lain.

c.        Nafts artinya syi’ir (syair) karena setan itu membuat para penyair menyanjung, mencela, mengagungkan, dan merendahkan bukan pada tempatnya.

 

10.    Membaca ta’awudz ketika membaca Al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya: “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl (15) ayat 98). Adapun maksud dari membaca ta’awudz ketika memulai membaca AlQur’an adalah agar setan tidak mengacaukan bacaannya sehingga sulit bagi diri kita untuk melakukan tadabur dan tafakur. Oleh karenanya, jumhur berpendapat bahwa membaca ta’awudz itu dilakukan sebelum tilawah Al-Qur’an.

 

11.    Meludah ke kiri untuk menolak setan dalam shalat. Sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abul ‘Alaa’ bahwa ‘Utsman bin Abil ‘Ash mendatangi Nabi SAW, ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan mengganggu shalat dan bacaanku, ia menggodaku.” Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Itu adalah setan, ia disebut dengan Khinzib. Jika engkau merasa diganggu, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan tersebut. Kemudian ludahlah ke sebelah kirimu sebanyak tiga kali.” ‘Utsman kemudian melakukan seperti itu, lantas Allah mengusir setan itu darinya. (Hadits Riwayat Muslim, no. 2203). Adapun yang dimaksud meludah adalah meludah ringan ke kiri, bentuknya dengan meniupkan udara yang mengandung sedikit air ludah. Ini dibolehkan, dengan syarat tidak mengganggu orang yang berada di sebelah kiri dan tidak mengotori masjid.

 

12.    Tidak menoleh dalam shalat, sebagaimana hadits berikut ini:  ‘Aisyah rha, ia bertanya pada Rasulullah SAW mengenai berpaling (menoleh) dalam shalat. Nabi SAW lantas menjawab, “Itu adalah copetan yang dicopet oleh setan dari shalat salah seorang di antara kalian.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 751)

 

13.    Tidak boleh melewati orang yang shalat, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu Sa’id, ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Jika ada yang melewati dihadapan salah seorang dari kalian yang sedang shalat, cegahlah. Jika ia enggan, cegahlah lagi. Jika ia masih enggan, cegahlah dengan lebih keras karena sejatinya ia adalah setan.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 3274  dan Muslim, no. 505)

 

14.    Sujud tilawah, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata, ‘Celaka aku.’ Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, tetapi aku enggan, sehingga pantas bagiku neraka.” (Hadits Riwayat Muslim, no. 81) 

 

15.    Sujud sahwi, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam shalat, kemudian ia tidak mengetahui berapa rakaat, tiga ataukah empat rakaat, hendaklah ia membuang keraguan dan ambilah yang yakin. Kemudian sujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata ia shalat lima rakaat, sujudnya telah menggenapkan shalatnya. Lalu jika ternyata shalatnya memang empat rakaat, sujudnya tersebut sebagai penghinaan pada setan.” (Hadits Riwayat. Muslim no. 571)

 

Sujud sahwi itu disebabkan karena:

 

a.        Meninggalkan sebagian dari sunnah ab’adh seperti meninggalkan tasyahud awal.

b.        Ragu akan jumlah rakaat. Solusinya adalah memilih jumlah rakaat yang paling sedikit, lalu menyempurnakan yang sisa, setelah itu melakukan sujud sahwi.

c.        Melakukan perbuatan yang diharamkan dalam keadaan lupa. Jika hal tersebut dilakukan sengaja, shalatnya batal. Seperti, tidak sengaja berbicara sedikit dalam shalat atau tidak sengaja menambah rakaat.

d.       Memindahkan perbuatan shalat yang merupakan rukun atau sunnah ab’adh atau surah ke selain tempatnya. Misalnya, membaca surah Al-Fatihah ketika tasyahud, atau membaca surah yang seharusnya dibaca setelah surah Al-Fatihah saat iktidal.

 

16.    Tidak shalat ketika matahari terbit dan ketika matahari tenggelam, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Ibnu ‘Umar ra, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah mengerjakan shalat kalian ketika matahari terbit dan matahari tenggelam karena ketika itu terbit dua tanduk setan.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 582 dan Muslim, no. 828. Lafaz hadits ini dari Muslim).

 

Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah shalat ketika matahari terbit dan janganlah shalat ketika matahari tenggelam karena ketika itu matahari terbit dan tenggelam di atas tanduk setan. Shalatlah di antara itu semau kamu.” (Hadits Riwayat Abu Ya’la dalam musnadnya, 2:200 dan Al-Bazzar, 1/293/613. Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 314 mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

 

17.    Membaca dzikir pagi dan petang, sebagaimana hadits berikut ini: Dari ‘Utsman bin ‘Affan ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dari setiap harinya dan setiap petang dari setiap malamnya kalimat: BISMILLAHILLADZI LAA YADHURRU MA’ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’ WA HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM (artinya: dengan nama Allah Yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan tidak juga di langit, dan Dialah Yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui) sebanyak tiga kali, maka tidak akan ada apa pun yang membahayakannya.” (Hadits Riwayat. Abu Daud, no. 5088; Tirmidzi, no. 3388; Ibnu Majah, no. 3388. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

 

18.    Membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas. Ada yang dibaca setiap pagi dan petang seperti hadits berikut ini: Dari Mu’adz bin Abdullah bin Khubaib, dari bapaknya ia berkata,“Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah SAW untuk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, “Apakah kalian telah shalat?” Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, “Katakanlah.” Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, “Katakanlah.” Akan tetapi, sedikit pun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, “Katakanlah.” Hingga aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?” Rasulullah SAW bersabda, “Katakanlah (bacalah surah) QUL HUWALLAHU AHAD (surah Al-Ikhlas) dan  Al-mu’awwidzatain (surah Al-Falaq dan An-Naas) ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akan mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan.” (Hadits Riwayat Abu Dawud, no. 5082 dan An-Nasai, no. 5428. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

 

Tiga surah ini juga bisa dibaca bebas pada waktu kapan pun, sebagaimana hadits berikut ini: Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhani, ia berkata, “Di antara kami, aku menuntun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan untanya pada suatu peperangan. Beliau berkata, ‘Wahai ‘Uqbah, ucapkanlah.’ Aku pun mendengarkannya, kemudian beliau berkata, ‘Wahai ‘Uqbah, ucapkanlah.’ Aku pun mendengarkannya, kemudian beliau berkata yang ketiga kalinya. Aku pun bertanya, ‘Apa yang mesti aku ucapkan?’ Beliau membaca, ‘QUL HUWALLAHU AHAD’. Lantas beliau membaca surah Al-Ikhlas hingga mengkhatamkannya. Kemudian beliau membaca, ‘QUL A’UDZU BIROBBIL FALAQ’. Aku lantas membaca bersama beliau hingga mengkhatamkannya. Kemudian beliau membaca, ‘QUL A’UDZU BIROBBIN NAAS’. Aku lantas membaca bersama beliau hingga mengkhatamkannya. Terakhir, beliau berkata, ‘Tidak ada seorang pun yang berlindung (dari segala keburukan) seperti orang orang yang berlindung dengan tiga surah tersebut.’” (Hadits Riwayat An-Nasai, no. 5432; Ath-Thabrani, 17:346, An-Nasai dalam Sunan Al-Kubra, 7846. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

 

19.     Shalat Dhuha empat rakaat, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Nu’aim bin Hammar Al-Ghothofaniy ra, Rasulullah SAW bersabda, “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku sebanyak empat rakaat pada awal siang, maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad, 5:286; Abu Daud, no. 1289; Tirmidzi, no. 475; Ad-Darimi, no. 1451 . Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 810, berkata bahwa sanad hadits ini hasan).

 

At-Thibiy berkata, “Engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. Maksud hadits adalah selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfah Al-Ahwadzi, 2:478).

 

20.    Meminta perlindungan untuk anak kecil, Istri ‘Imran ketika melahirkan Maryam, ia berkata sebagaimana disebutkan dalam ayat, Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.” (surat. Ali Imran (3) ayat 36)

 

Dari Ibnu ‘Abbas ra, ia berkata, “Nabi SAW meminta perlindungan untuk Al-Hasan dan Al-Husain dengan berkata, ‘Sesungguhnya bapak (nenek moyang) kalian berdua biasa meminta perlindungan pada Ismail dan Ishak dengan bacaan: “A’UDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMATI MIN KULLI SYAITHONIN WA HAAMMATIN, WA MIN KULLI ‘AININ LAAMMATIN’ (Artinya: Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracun dan dari pengaruh ‘ain yang buruk).” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 3371)

 

Dari Jabir bin ‘Abdillah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Apabila datang gelap malam (sore hari), maka halangilah anak-anakmu dari keluar rumah karena setan ketika itu berkeliaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam (waktu Isya), maka lepaskanlah mereka lagi. Hendaklah kalian menutup pintu dan berdzikir kepada Allah karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup.” (Hadits Riwayat Bukhari, no. 3304 dan Muslim, no. 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar