Katakan saat ini jiwa kita adalah jiwa
muthmainnah dan agar jiwa muthmainnah yang sudah menjadi jiwa kita ini terus
dan terus menjadi jiwa kita sepanjang hayat masih di kandung badan.
Berikut ini akan kami kemukakan
beberapa kiat dan rahasia agar hidup yang kita jalani lebih tenang, lebih
lapang, lebih tenteram serta lebih bahagia dari waktu ke waktu, sebagai wujud
dari jiwa yang muthmainnah yang kita miliki, yaitu:
A.
RENUNGKAN DAN BERSYUKURLAH SELALU.
Renungkanlah bermacam macam
nikmat yang telah Allah SWT curahkan pada kita dari segala penujuru, baik dari
atas maupun dari bawah, dari kiri maupun dari kanan, dari depan maupun dari
belakang, yang kesemuanya tak sanggup kita ungkapkan lewat lisan.
Allah SWT berfirman: “dan
Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah). (surat Ibrahim (14) ayat 34)”.
Untuk itu perhatikanlah
kesehatan yang kita miliki, kedamaian, ketentraman yang kita rasakan, makanan
dan minuman yang kita konsumi, pakaian yang kita kenakan, udara dan air yang
diberikan secara cuma, darah, jantung, mata, telinga, hati, kaki, tangan,
tumbuhan yang mampu mengolah co2 menjadi o2 yang kita butuhkan dan lainnya
sebagainya yang tidak terhingga, sanggupkah kita menghitungnya! Bisakah kita
konversikan ke dalam bentuk mata uang!
Ya
Allah tiada terbatas kasih-Mu.
Tidak
ada lidah yang sanggup untuk mengucapkan syukur kepada-Mu.
Ya
Allah, jangan tanyakan kepada kami apa yang telah
kami
perbuat agar kami tidak bingung.
Ya
Allah, jangan tanyakan kepada kami apa yang telah
kami
lakukan agar kami tidak malu.
Tanpa sadar sebenarnya kita
telah menggenggam dunia dan memiliki kehidupan. Selanjutnya Allah SWT juga
berfirman: “tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin. dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab
yang memberi penerangan. (surat Luqman (31) ayat 20).
Sekarang pernahkah kita
membayangkan dan merenungkan bahwa kita memiliki dua mata, lisan, dua bibir,
dua tangan dan dua kaki, jasmani yang seimbang, ruh yang berasal dari Nur-Nya,
darah, udara, air dan lain sebagainya. Lalu, “Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? (surat At Rahman (55) ayat 13).” Apakah menurut kita sepele ketika kita
bisa berjalan dengan kedua kaki padahal banyak kaki lain yang lumpuh?! Apakah
sepele ketika kita bisa bertumpu dengan kedua betis, sementara banyak betis
lain yang teramputasi?! Apakah sepele ketika kita bisa tidur nyenyak, sementara
banyak orang lain yang tidak bisa tidur lantaran sakit?!
Renungkan pendengaran kita
yang tidak tuli, penglihatan kita yang tidak buta, kulit kita yang tidak
terkena sopak, dan lepra, serta akal kita yang masih waras, tidak gila. Maukah
mata kita ditukar dengan segunung emas? Maukah kita menjual pendengaran dengan
sebukit perak? Maukah kita membeli istana yang indah dengan lisan sehingga kita
menjadi bisu? Maukah kita menukar ke dua tangan ini dengan kalung mutiara dan
permata?
Jadi, demikian banyak dan
melimpahnya nikmat yang ada pada kita. Hanya saja, kita tidak sadar. Kita
risau, sedih dan gelisah, padahal kita masih bisa menikmati sepotong roti
hangat, air dingin dan tidur nyenyak, dan berada dalam kondisi sehat. Kita meratapi
yang tiada, sementara lupa bersyukur terhadap apa yang ada.
Kita risau dengan kerugian
harta yang diderita, padahal di tanganmu terdapat kunci kebahagiaan serta
limpahan nikmat dan kebaikan. Renungkan dan bersyukurlah! “dan (juga) pada dirimu sendiri.
Maka Apakah kamu tidak memperhatikan? (surat Adz Dzariyaat (51) ayat 21)”. Hanya
dengan dua hal ini saja, hidup in menjadi tenang, lapang dan tenteram. Apakah
kita tidak menyadarinya!
B. BERBAKTILAH KEPADA ORANG TUA SEBAGAI
BAGIAN DARI BAKTI KEPADA ALLAH SWT.
Jika saat ini kita
masih hidup berarti keberadaan diri kita saat ini tidak akan mungkin bisa
dipisahkan dengan keberadaan kedua orang tua kita. Dan jika saat ini kita sudah
berkeluarga maka keberadaan suami/istri tidak bisa kita pisahkan dengan
keberadaan kedua orang mertua kita. Kedudukan orang tua dan kedudukan mertua
adalah sama sama orang tua kita dan tidak boleh dibedabedakan, keduanya wajib
kita hormati dengan perilaku dan akhlak mulia kepada mereka sampai dengan
kapanpun juga.
Agar diri kita, suami/istri kita serta anak
keturunan kita bisa melaksanakan bakti kepada orang tua, berikut ini akan kami
kemukakan beberapa adab yang baik dan akhlak yang mulia yang harus kita lakukan
kepada orang tua, sebagaimana dikemukakan dalam laman “muslim.or.id” yag berjudul beberapa bentuk bak kepada orang tua,
berikut ini:
1. Berkata-kata
dengan sopan dan penuh kelembutan, dan jauhi perkataan yang menyakiti hati
mereka. Allah SWT berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (surat Al Israa (17) ayat
23).
2. Bersikap
tawadhu’ kepada orang tua dan sikapilah mereka dengan penuh kasih sayang. Allah
SWT berfirman: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil”.” (surat Al Israa (17) ayat 24). Tidak memandang orang tua dengan
pandangan yang tajam, tidak bermuka masam atau wajah yang tidak menyenangkan
3. Tidak
memandang orang tua dengan pandangan yang tajam, tidak bermuka masam atau wajah
yang tidak menyenangkan serta tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan
orang tua
4. Tidak
mendahului mereka dalam berkata kata, sebagaimana hadits berikut ini: Dari
Abdullah bin Umar ra, beliau berkata:“kami pernah bersama Nabi SAW di Jummar,
kemudian Nabi bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang
Muslim’. Ibnu Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun
karena ia yang paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi SAW pun memberi
tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma'” (Hadits Riwayat
Bukhari, Muslim). Ibnu Umar melakukan demikian karena adanya para
sahabat lain yang lebih tua usianya walau bukan orang tuanya. Maka tentu adab
ini lebih layak lagi diterapkan kepada orang tua.
5. Lebih
mengutamakan orang tua daripada diri sendiri atau iitsaar dalam perkara duniawi
Hendaknya kita tidak mengutamakan diri kita sendiri dari orang tua dalam
perkara duniawi seperti makan, minum, dan perkara lainnya.
6. Dakwahi
mereka kepada agama yang benar. Allah SWT berfirman: “Ceritakanlah (Hai Muhammad)
kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang
yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada
bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar,
tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku,
sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak
datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan
yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya
aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka
kamu menjadi kawan bagi syaitan”. (surat Maryam (19) ayat 41-45).
7. Jagalah
kehormatan mereka, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abdullah bin Umar ra, Nabi SAW bersabda: “sesungguhnya Allah telah
mengharamkan atas sesama kalian darah kalian (untuk ditumpakan) dan harta kalian
(untuk dirampais) dan kehormatan (untuk dirusak). Sebagaimana haramnya hari
ini, haramnya bulan ini dan haramnya negeri ini” (Hadits Riwayat Bukhari).
8. Berikan
pelayanan-pelayanan kepada orang tua dan bantulah urusan-urusannya, sebagaimana
hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Seorang Muslim adalah saudara
bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh membiarkannya
dalam bahaya. barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya sesama Muslim,
maka Allah akan penuhi kebutuhannya. barangsiapa yang melepaskan saudaranya
sesama Muslim dari satu kesulitan, maka Allah akan melepaskan ia dari satu
kesulitan di hari kiamat. barangsiapa yang menutup aib seorang Muslim, Allah
akan menutup aibnya di hari kiamat” (Hadits Riwayat Bukhari)
9. Jawablah
panggilan mereka dengan segera, sebagaimana hadits berikut ini: Dari Abu
Hurairah ra, Nabi SAW bersabda: “Suatu hari datanglah ibu Juraij dan
memanggil anaknya (Juraij) ketika ia sedang melaksanakan shalat, ”Wahai
Juraij.” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi
panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya.
Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij kembali bertanya di
dalam hati, ”Ibuku atau shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya
memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau
shalatku?” Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak
menjawab panggilan, ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai
Juraij sampai engkau melihat wajah pelacur” (Hadits Riwayat Bukhari).
10. Jangan berdebat dengan mereka, jangan
mudah menyalah-nyalahkan mereka, jelaskan dengan penuh adab.
11. Segera bangkit menyambut mereka ketika
mereka masuk rumah, dan ciumlah tangan mereka dan jangan menganggu mereka di
waktu mereka istirahat
12. Jangan berbohong kepada mereka.
Berbohong adalah dosa besar. Lebih lebih jika dilakukan terhadap orang tua,
lebih besar lagi dosanya.
13. Jangan pelit untuk menafkahi mereka dan
sering-seringlah mengunjungi mereka. Saling mengunjungi sesama Muslim sangat
besar keutamaannya, lebih lagi jika yang dikunjungi adalah orang tua.
14. Jika ingin meminta sesuatu kepada
mereka, mintalah dengan lemah lembut. Meminta kepada orang lain dengan memaksa
adalah akhlak yang buruk, lebih lagi jika yang diminta adalah orang tua.
15. Jika orang tua dan istri bertikai maka
berlaku adillah. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu
jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (surat Al Maidah (5) ayat 8)”.
16. Bermusyarawahlah dengan mereka dalam
urusan-urusanmu. Ajaklah orang tua untuk berdiskusi dalam masalah-masalahmu.
Allah SWT berfirman: “Bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan-urusanmu” (surat Ali Imran (3) ayat 159).
17. Berziarah
kubur mereka dan sering-sering doakan mereka. Rasulullah SAW bersabda:
“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang
ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati,
membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan
kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah”
(Hadits Riwayat Al Haakim)
Selanjutnya, sebagai
anak maka kita harus memahami pula tentang bentuk-bentuk durhaka kepada kedua
orang tua kita dan juga kepada kedua orang mertua kita. Hal ini kamu kemukakan
sebagai antisipasi agar kita tidak melakukan tindakan dimaksud, yaitu:
1. Menimbulkan
gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan yang
mem-buat orang tua sedih atau sakit hati.
2. Berkata
“ah” atau “cis” dan tidak memenuhi pang-gilan orang tua.
3. Membentak
atau menghardik orang tua.
4. Bakhil
atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain
daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan.
Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
5. Bermuka
masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan
bodoh, “kolot”, dan lain-lain.
6. Menyuruh
orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan
tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan
lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya
sendiri, maka tidaklah mengapa, dan karena itu seorang anak harus berterima
kasih dan membantu orang tua.
7. Menyebut
kejelekan orang tua dihadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang
tua.
8. Memasukkan
kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, mengisap rokok, dan lain-lain.
9. Lebih
mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang yang tega
mengusir ibunya demi menuruti kemauan isterinya. Nas-alullaahas salaamah wal
‘aafiyah
10. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian
orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status
sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu adalah sikap yang
sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
Namun apabila kedua
orang tua kita dan juga kedua orang mertua kita telah meninggal maka hal yang
harus kita lakukan adalah:
1. Meminta
ampun kepada Allah dengan taubat nasuha (jujur) bila kita pernah berbuat
durhaka kepada keduanya di waktu mereka masih hidup.
2.
Menshalatkannya
dan mengantarkan jenazahnya ke kubur.
3.
Selalu
memintakan ampunan untuk keduanya.
4.
Membayarkan
hutang-hutangnya.
5.
Melaksanakan
wasiat sesuai dengan syari’at Islam yang berlaku.
6. Menyambung
silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya.
Semoga dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam tersebut, kita dimudahkan oleh Allah dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar