Banyak
orang yang berpandangan bahwa puasa mempunyai dampak negatif terhadap
kesehatan, terutama kesehatan jasmani. Mereka memandang tubuh sebagai mesin
yang tidak dapat bekerja tanpa bahan bakar. Makan tiga kali sehari, menurut
mereka, merupakan suatu keharusan untuk menjaga kelangsungan hidup. Sebaliknya,
meninggalkan makan satu kali saja akan dapat membahayakan kesehatan. Adanya
pandangan semacam itu, mendorong orang untuk mengkonsumsi berbagai jenis
makanan dan minuman dalam jumlah besar pada malam bulan puasa. Pandangan keliru
ini tampak cukup menggejala baik pada tingkat individual maupun masyarakat
sebagai akibat dari ketidaktahuan mereka tentang ibadah puasa yang baik dan
benar yang sesuai dengan kehendak Allah SWT selaku pemberi perintah.
Melalui
sejumlah penelitian medis telah dibuktikan bahwa melaksanakan puasa baik di
bulan Ramadhan ataupun di luar bulan Ramadhan, sangat bermanfaat untuk mencegah
berbagai jenis penyakit baik yang bersifat fisik maupun psikis. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat 184,
yaitu: “……. jika kamu mengetahui.” Allah SWT sengaja menyembunyikan
segala manfaat yang terdapat dibalik ibadah puasa di bulan Ramadhan melalui
kata kata “jika kamu mengetahui” yang
mana kondisi seharusnya mendorong diri kita belajar tentang puasa yang tidak
hanya sekedar bagian dari ayat ayat kauliyah semata, melainkan juga mempelajari
ilmu kesehatan sebagai bagian dari ayat ayat kauniyah. Adanya perpaduan ini
maka kita semakin yakin bahwa perintah puasa ini betul betul untuk kebaikan
umat manusia yang mau menjalankannya secara ikhlas.
Agar
diri kita memiliki ilmu dan pemahaman tentang ibadah puasa yang baik dan benar
ketahuilah bahwa sehatnya jasmani melalui ibadah puasa wajib ataupun puasa
sunnah bukanlah tujuan akhir dari diperintahkannya puasa kepada orang yang
beriman, melainkan bonus (hadiah) yang siap diberikan oleh Allah SWT kepada
orang yang mampu melaksanakan puasa berlandaskan keimanan yang didukung oleh
niat yang ikhlas yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Berikut
ini akan kami kemukakan beberapa dimensi dari berpuasa yang berhubungan dengan
kesehatan jasmani, sebagaimana dikemukakan oleh “KH Bahaudin Mudhari”
dalam bukunya “Esensi Puasa Kajian
Metafisika” dan yang juga dikemukakan oleh “Prof Dr Abdul Basith Muhammad
Sayyid”, dalam bukunya “Rahasia
dalam Rahasia”, sebagaimana berikut ini:
A. PUASALAH, NISCAYA KAMU SEHAT.
Sabda
Nabi SAW: “Hendaklah kamu berpuasa, niscaya kamu sehat.” Hakikat puasa
dari hadits ini adalah puasa yang menurut batas batas yang telah ditetapkan
oleh Allah SWT dan garis yang telah ditentukan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu
berpuasa sebulan lamanya dalam setahun, dan boleh ditambah di waktu lain yang
dinamakan dengan puasa sunnah. Menurut ajaran Islam tidak diperbolehkan bagi
penganutnya berpuasa terus menerus. Karena kalau berpuasa yang demikian akan
menimbulkan penyakit yang lainnya seperti luka dan infeksi dalam perut karena
terlalu lama menderita lapar.
Pada
setiap agama tidak sama cara dan aturan di dalam melakukan puasanya. Dalam
agama Budha, berpuasa siang malam sampai beberapa hari lamanya tanpa berbuka
sebagaimana puasanya Mahatma Gandhi, selam 40 hari (siang/malam). Puasa semacam
ini sangat berat, barangkali hanya dapat dilakukan oleh beberapa orang saja.
Puasa orang Yahudi dan Kristen dengan syarat menahan diri dari makanan yang
berdarah dan tempah rempah. Akan tetapi pada waktu pagi diperkenankan makan
sepotong roti yang memakai daging, puasa demikian terlalu ringan. Karena itu
pulalah, maka Agama Islam mengambil jalan tengah, puasa yang tidak terlalu
berat dan tidak terlalu ringan, sederhana sesuai dengan kemampuan fitrahnya
sebagai umat pertengahan.
Menurut
ajaran Islam, dalam melakukan puasa tidak hanya diwajibkan menahan lapar dan
haus semata, melainkan wajib pula menahan dan menutup segala alat pancaindera
dari segala macam pengaruh dan perbuatan maksiat, dan harus mampu mencegah
gerakan tubuh maupun bisikan bathin yang dapat menimbulkan pengaruh pada
perbuatan jelek yang tidak terpuji. Jelasnya, segala sesuatu yang dapat
ditangkap oleh pancaindera, baik melalui perantaraan mata, hidung, mulut,
telinga maupun kulit, maka hasil tangkapan tadi adalah merupakan daya daya atau
electron bebas yang langsung masuk melalui indera masing masing.
Kemudian
daya daya tadi melalukan process of relay lalu berubah menjadi arus listrik
hidup yang terus mengalir ke pangkal otak sampai di pusat akan dan terus ke
otak besar. Yang kemudian menimbulkan kesadaran atau pikiran. Oleh karena
pancaindera tersusun dari materi atau jasad kasar, maka segala sesuatu yang
ditangkap olehnya tentu berupa serba benda yakni keadaan yang nyata yang
berbentuk materi, maka dengan sendirinya dalam pikiran menyimpan gambaran
gambaran yang serba materialistis. Sehingga segala sesuatu yang didengar oleh
telinga, yang dilihat oleh mata, yang dirasakan oleh kulit, yang dikerjakan
oleh tangan, yang digerakkan oleh kaki, yang terbayang dalam pikiran atau angan
angan dan segala macam gerakan tubuh semuanya itu bercampur dengan ahwa (hawa
nafsu) ialah akibat proses yang berasal dari daya daya atau elektron bebas yang
ditangkap oleh masing masing pancaindera yang mengalir dari urat syaraf ke
dalam otak.
Electron
adalah daya hidup tubuh, yakni tubuh membutuhkan electron electron bebas untuk hidupnya atau dengan kata lain: “zat
hidup harus ada pada electron, Jadi electron tidak membutuhkan pertukaran zat
hidupnya oleh karena itu ia memiliki hubungan langsung dengan pusatnya ialah
yang Mutlak, yang Maha Hidup dan Menghidupkan yaitu Allah SWT. Dan jika
electron yang berada di dalam tubuh hanya digunakan untuk kebutuhan lahiriyah,
berupa benda, kekayaan, kemewahan, makan banyak dan enak, tanpa diberi
kesempatan untuk melakukan hubungan dengan pusatnya (Allah SWT), maka electron
tadi akan berontak, ibarat masyarakat dalam suatu negara yang tidak diberi
kesempatan melakukan hubungan dengan pemerintah pusatnya maka rakyat itu akan
berontak karena tidak diberi hak azasi atas mereka.
B. PUASA DAN PSIKOSOMATIK.
Untuk
membuktikan kebenaran sabda Nabi Muhammad SAW yang mengatakan: “Makan
banyak adalah penyakit dan berpantang adalah pangkal semua obat”,
dibutuhkan penelitian dari cabang ilmu kesehatan, misalnya untuk ilmu urai
(anatomi); ilmu pengobatan serta ilmu obat obatan; ilmu sebab sebab penyakit;
ilmu asal datangnya penyakit serta ilmu ketentuan tentang hilangnya penyakit.
Sekali Nabi bersabda, dibutuhkan penelitian dalam bermacam ilmu, padahal beliau
adalah orang awam, tidak pernah belajar apalagi berguru. Namun setiap sabda
Nabi selalu menjadi pengasuh dan pendorong kepada umatnya agar memanjatkan
pikiran ke arah ilmu pengetahuan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Setiap
ayat AlQuran dan sabda Nabi bila tanpa dianalisa dari segi ilmu pengetahuan baik
yang eksakta ataupun yang abstrak tentu akan dijumpai kekaburan dan akan
menyimpang dari tujuan hakiki. Sabda Nabi yang kami kemukakan di atas
menerangkan bahwa makan banyak adalah penyakit atau dengan kata lain perut itu
adalah sentral penyakit, yang pada saat tertentu harus diistirahatkan dari
makanan dan minuman, yaitu dengan berpuasa. Sekarang mari kita analisa sabda
Nabi diatas, maka akan kita dapatkan beberapa keterangan sebagai berikut:
1.
Orang yang sedang berpuasa, perutnya dalam
keadaan kosong yang akan menyebabkan kosongnya zat zat makanan di dalam usus
kecil. Oleh karena itu darah akan menghisap zat zat yang basah dalam usus dan
perut sebagai gantinya. Orang yang sering mengalami keadaan yang demikian pada
umumnya mempunyai daya penglihatan tajam, gerak geriknya cepat serta memiliki
kecakapan menganalisa persoalan dengan mudah.
2.
Setelah zat zat basah yang siap dihisap oleh
darah tadi hilang, maka usus dan perut menjadi kering dan panas. Orang yang
dalam keadaan demikian biasanya mempunyai sifat sederhana dalam segala hal,
bertindak tegas dalam mengambil keputusan, tanpa sikap ragu ragu.
3.
Usus dan perut yang dalam keadaan kering
tadi, maka lendir yang berada dalam usus dan perut akan menjadi hancur. Sebab
lendir inilah yang menjadi sumber penyakit. Karena kalau lendir ini selalu
bertambah banyak dalam perut dan usus akan menyebabkan timbulnya penyakit “Muces
Zichten”. Dan jika seseorang dihinggapi penyakit ini, maka keadaannya
bersikap pasif, rendah dan lemah daya berpikirnya, serta lambat dalam segala
hal.
Muces
Zichten ini banyak jenis dan macamnya, antara lain menyebabkan lemahnya
pencernaan, karena makanan di dalam perut tidak lekas hancur/halus lantaran
licin oleh banyaknya lendir tadi yang mengakibatkan kerja syaraf otak dan tubuh
menjadi lamban dan lemah. Lambatnya kerja serat syaraf otak menyebabkan pikiran
menjadi tumpul, sukar sekali untuk berfikir dan menerima pelajaran, sedangkan
tubuh jasmani selalu terasa berat, malas dan lemah. Jika penyakit ini tidak
segera diatasi, boleh jadi akan menimbulkan berbagai penyakit lain.
Demikianlah
bahayanya penyakit yang disebabkan perut yang selalu kebanjiran makanan, bukan
saja terhadap tubuh jasmani tetapi juga akan menimbulkan perubahan tabiat atau
tingkah laku yang tidak baik. Untuk menghindari timbulnya penyakit ini, tidak
ada cara lain kecuali dengan perut yang harus diistirahatkan atau dengan kata
lain puasa. Yang pada akhirnya agar lendir yang ada di dalam usus dan perut
menjadi hancur. Dengan melakukan puasa, tabiat akan menjadi baik dan tubuh
jasmani menjadi sehat. Dan sekiranya kalau kita mau simak hadits Nabi diatas,
betapa pentingnya melakukan puasa yang sampai sekarang ini menjadi perhatian
dan penelitian para pakar ilmu terutama ilmu kedokteran kesehatan.
C. PUASA DAN KERACUNAN.
Tubuh
manusia mudah terkena bahan bahan berbahaya dan racun yang dapat menumpuk di
antara jaringan sel sel tubuh. Pada umumnya bahan bahan berbahaya itu masuk ke
dalam melalui makanan yang dikonsumsi dalam jumlah besar, terutama pada zaman
sekarang yang ditandai dengan gaya hidup masyarakat mewah. Berbagai jenis
makanan tersedia dengan mudah berkat bantuan kemajuan teknologi pembuatan dan
penyajiannya yang makin menggoda selera. Konsumen pun tergoda untuk
mengkonsumsi apa saja dan dalam jumlah besar. Tanpa disadari, hal itu dapat
menimbulkan gangguan kegiatan biologis di dalam sel tubuh yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit baru, penyakit modern, seperti kegemukan,
penyempitan urat nadi, tekanan darah tinggi, tekanan jantung, otak, paru paru,
kanker, alergi dan kehilangan kekebalan tubuh.
Makanan
sekarang banyak mengandung penyedap, pewarna, antioksida, dan bahan pengawet.
Bahkan, bahan makanan nabati atau hewani hampir tidak lepas dari penambahan
bahan kimia, seperti perangsang pertumbuhan, antibiotik, penyubur, atau
turunannya. Beberapa jenis tumbuhan juga dalam komponennya mengandung beberapa
bahan yang membahayakan. Banyak di antara makanan yang kita konsumsi mengandung
mikroorganisme yang mengeluarkan racun dan dapat menyebabkan pencemaran.
Disamping
itu, racun juga terdapat pada udara yang kita hirup akibat asap kendaraan
bermotor, gas pabrik, racun obat yang dikonsumsi orang tanpa aturan, dan racun
racun yang dimiliki mikroorganisme yang ada di dalam tubuh kita dalam jumlah
yang tidak terhitung. Bahkan, sisa sisa pembakaran di dalam sel yang berenang
dalam darah, seperti gas karbondioksida, urea, sulfur dan ammonia.
Meskipun
demikian, Allah SWT telah menciptakan dalam tubuh manusia suatu organ yang
bertugas untuk membunuh atau membuang racun itu. Hati sebagai organ utama dalam
membersihkan tubuh dari berbagai jenis racun dapat menghentikan aksi atau daya
kerja bahan bahan beracun tadi, bahkan kadang kadang mengubahnya menjadi bahan
yang bermanfaat, seperti urea dan garam ammonia. Namun, hati memiliki kemampuan
yang terbatas. Sel sel dapat menderita gangguan akibat adanya penyakit atau
akibat prose salami, seperti ketuaan. Jika demikian, sebagaian zat beracun itu
akan masuk ke dalam jaringan tubuh terutama tempat tempat penimbunan lemak.
Hati
berfungsi mengubah molekul molekul beracun yang larut di dalam lemak pelumas
menjadi molekul molekul yang larut dalam air tak beracun yang dapat dikeluarkan
hati melalui sistem pencernaan atau keluar melalui ginjal. Selama puasa,
sejumlah besar lemak yang terdapat dalam tubuh beralih ke hati sehingga
mengalami oksidasi dan bermanfaat bagi tubuh. Lemak akan mengeluarkan racun
yang larut di dalamnya yang kemudian terbuang melalui limbah tubuh. Lemak yang
berkumpul di hati yang datang dari berbagai bagian tubuh selama puasa membantu
mengkontrol kolesterol, menambah produksi senyawa air empedu dalam hati yang
melarut zat zat beracun, dan membuangnya bersamaan dengan tinja.
Puasa
juga sangat berguna bagi sel sel hati dengan melakukan oksidasi terhadap zat
asam lemak hingga bersih dari lemak lemak yang tertimbun di dalamnya.
Selanjutnya, sel sel itu akan bertambah giat dan dapat melakukan tugasnya
dengan sebaik baiknya. Di samping itu, dengan ditambahkannya zat asam sulfur
dan zat asam glukonik, sel sel itu menjadi sebanding dengan zat zat beracun
hingga membuatnya tidak aktif dan akhirnya lenyap dari tubuh.“Semua
orang memerlukan puasa meskipun ia tidak sakit karena racun yang dibawa makanan
dan obat akan berkumpul di dalam tubuh, yang berakibat orangnya tampak lemah
seperti orang sakit sehingga geraknya pun menjadi berkurang. Oleh karena itu,
jika seseorang berpuasa, akan terbebas dari racun racun semacam itu dan akan
bergairah serta mempunyai semangat yang tidak pernah dialaminya”.(Dr Mac Fadon)
Hati
juga berfungsi menelan semua mikroorganisme, seperti karbon yang sampai ke
darah dengan pasositosis molekul molekulnya dengan perantaraan sel sel khusus
yang bernama kuifer, yang tersembunyi di dalam bilik bilik hati dan dikeluarkan
bersamaan dengan air empedu. Selama puasa, sel sel ini berada pada puncak
kecakapannya dalam melakukan tugas dengan menyantap semua bakteri yang
sebelumnya telah diserang zat zat antibody.
Proses
pemusnahan (katabolisme) di dalam hati selama melakukan puasa lebih dominan daripada
proses pembentukan dalam lingkup proses asimilasi sehingga peluang dibuangnya
racun yang bertumpuk di sel sel tubuh akan bertambah besar. Bersamaan dengan
itu, aktivitas sel sel hati dalam menghilangkan unsur racun dari banyak zat
beracun juga menjadi lebih besar. Dengan demikian melaksanakan puas merupakan
syarat menjadi sehat bagi organ organ tubuh, apalagi jika saat berpuasa
dibarengi dengan keimanan dan niat yang ikhlas tentu hasilnya semakin luar
biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar