Penampilan lainnya yang tidak kalah penting
dari seorang pemenang yang beruntung adalah ia tidak alergi dengan apa yang
dinamakan dengan perubahan dan juga perbedaan. Hal ini dikarenakan makna yang
hakiki dari sebuah perubahan dan perbedaan menjadi tolak ukur untuk
mempertahankan atau untuk lebih meningkatkan kualitas diri. Lalu apa itu yang
dimaksud dengan perubahan dan juag perbedaan? Perubahan dan perbedaan menggandung
arti atau gerakan menuju kepada kesempurnaan, atau kualitas hidup yang lebih
baik dan lebih baik lagi. Seseorang dapat dikatakan telah berubah jika telah
bergeser atau bergerak dari posisi semula sehingga jika tanpa ada pergeseran
atau pergerakan maka tidak akan terjadi makna perubahan. Perubahan dan
perbedaan menjadi penting dalam kehidupan kita saat ini karena:
1. Perubahan dan perbedaan
merupakan tanda kehidupan, hal ini dikarenakan jika hidup tanpa perubahan dan
perbedaan sama dengan kematian.
2. Perubahan dan perbedaan merupakan
watak alam ini, hal ini ditunjukkan dengan setiap benda, termasuk diri kita
pasti terkena dengan hukum perubahan dan perbedaan. Tidak ada yang tidak ada
yang tidak berubah di alam ini, kecuali perubahan itu sendiri.
3. Dibalik setiap perubahan dan
perbedaan terkandung harapan sehingga disetiap perubahan dan perbedaan timbul
harapan semoga kita lebih baik dari sebelumnya.
Perubahan dan perbedaan dalam diri seseorang
tidak akan terjadi dengan sendirinya serta tidak turun dari langit begitu saja.
Perubahan dan perbedaan adalah proses yang harus kita lakukan dengan kesadaran
diri untuk merubah apa-apa yang ada pada diri kita. Hal ini sebagaimana firman-Nya
berikut ini: “(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya
kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka
sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (surat
Al Anfaal (8) ayat 53)
[621] Allah tidak mencabut
nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap
taat dan bersyukur kepada Allah.
Dan agar perubahan dan perbedaan yang kita
lakukan menjadi sebuah perubahan dan perbedaan yang besar maka perubahan dan
perbedaan yang kita lakukan harus didukung dengan hal-hal sebagai berikut:
1.
Pola pikir (mindset) dan niat
yang kuat untuk maju dan berubah sehingga diri kita berbeda lalu kita mampu
menjadi pemenang (winner), terkecuali jika kita berharap menjadi pecundang
(looser).
2.
Ilmu sebagai landasan
perubahan dan perbedaan.
3.
Program unggulan yang sesuai
dengan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki,
4.
Tindakan yang dapat mengubah
kemungkinan menjadi kenyataan.
5. Sikap pantang menyerah.
Rencana perubahan dan perbedaan bisa gagal di tengah jalan, atau berumur pendek
sering kali hanya karena kita tidak memiliki sifat yang satu ini.
6. Sabar dan shalat selalu
menyertai saat melakukan perubahan dan menjadikan diri kita berbeda kualitas,
sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu', (surat Al Baqarah (2) ayat 45)
Selanjutnya mari kita perhatikan dengan seksama
apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut ini: “Apakah
kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di
bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang
melata dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang
telah ditetapkan azab atasnya. dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak
seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki. (Surat Al Hajj (22) ayat 18)
Allah SWT berfirman: “semua yang berada di langit dan
yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (surat Al Hadiid (57) ayat 1).
Berdasarkan ketentuan surat Al Hajj (22) ayat
18 dan surat Al Hadiid (57) ayat 1 yang kami kemukakan di atas ini, dapat kami
kemukakan beberapa penampilan yang sepatutnya ada pada diri sang pemenang yang
beruntung, yaitu:
1. Konsep ilmu padi tampil dalam
diri sang pemenang, semakin berisi maka semakin merunduk dengan semakin rendah
hati dihadapan Allah SWT. Semakin banyak belajar akan timbul perasaan semakin
bodoh serta semakin kecil dihadapan Allah SWT yang dilanjutkan dengan terus
belajar tanpa mengenal usia dan juga mampu mengajarkan apa yang telah
dipelajarinya kepada sesama.
2. Berperilaku selalu
berkesesuaian dengan perilaku makhluk ciptaan Allah SWT yang ada di langit dan
di bumi seperti bertasbih kepada Allah SWT serta sujud patuh kepada Allah SWT
sehingga terjadilah kesesusaian perilaku diantara diri kita dengan makhluk
ciptaan Allah SWT yang lainnya.
3. Tidak mau menyakiti sesama
makhluk Allah SWT baik melalui perilaku ataupun perlakuan kepada apa-apa yang
ada di langit dan di muka bumi terutama kepada sesuatu yang kita manfaatkan
bagi kepentingan diri kita seperti hewan yang kita konsumsi, tumbuhan yang kita
kita makan, udara yang kita hirup serta air yang sangat kita butuhkan.
4. Selalu membaca Basmallah
sebelum mengkonsumsi makanan dan minuman yang berasal dari ciptaan Allah SWT
sehingga makanan dan minuman yang kita konsumsi mau memberikan kebaikan yang
dimilikinya kepada kita dengan suka rela ridha karena Allah SWT.
5. Saling menghargai diantara
sesama makhluk ciptaan Allah SWT yang tidak hanya pada sesama manusia tetapi juga
dengan sesama makhluk. Apalagi ada sebahagian makhluk yang diciptakan Allah SWT
kita butuhkan seperti pohon, air, udara, hewan dan lain sebagainya.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus
khalifah-Nya di muka bumi, sudahkah kita mampu memiliki kebiasaan-kebiasaan,
atau memiliki karakter sang pemenang dalam diri kita yang telah mencanangkan diri
menjadi seorang pemenang yang beruntung? Jika belum segera perbaiki diri saat
ini juga sebelum semuanya terlambat.
Wahai calon-calon penghuni syurga
semua, ketahuilah bahwa iblis/setan diciptakan dari api dan jika api akan
dikembalikan lagi oleh Allah SWT ke api. Apakah hal ini menjadi sebuah
persoalan bagi mereka! Yang pasti jika
api dikembalikan ke api berarti iblis/setan pulang kampung ke kampung
halamannya yang sesuai dengan asal-usulnya, yaitu Neraka. Hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut ini: “Sungguh, setan itu musuh bagimu,
maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya
mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala nyala.
(surat Fathir (35) ayat 6).” Yang menjadi persoalan saat ini adalah
banyak manusia mau diajak pulang kampung
oleh iblis/setan ke neraka. Padahal kampung halaman manusia yang sesungguhnya
adalah syurga. Sekarang siapa yang pintar dan siapa yang bodoh, manusiakah
ataukah iblis/setan yang pintar!
Akhirnya, seorang pemenang yang
beruntung adalah orang-orang yang mampu melaksanakan konsep hidup (falsafah
dalam bahasa Jawa) yang akan kami kemukakan berikut ini dengan baik dan benar, yakni: “Urip Kuwi Yen: “Ngibadah jenak; Kubur ra sesek; Suwargo mbukak;
Rezekine jembar; Uripe berkah, Mangan enak; Turu kepenak; Tonggo semanak;
Keluargo cedhak; Sedulur grapyak; Bondo
cemepak; Ono panganan ora cluthak; Ketemu
konco ngguyu Ngakak” Lalu perilaku dan penampilan diri kita saat di muka
bumi akan sesuai dengan konsep “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun
Karso, dan Tut Wuri Handayani”.
Yang kesemuanya tidak terlepas dari adanya kesalehan diri yang tampil di dalam
kesalehan sosial dan alangkah indahnya hidup ini jika semua orang mampu
melaksanakannya.
Selanjutnya seorang pemenang yang
beruntung akan mengalami, suatu episode yang paling luar biasa, yang paling
mengesankan, yang paling dinantikan, yang paling monumental, yang hanya bisa
diperoleh dan dirasakan oleh diri kita selaku ahli-ahli syurga yang telah masuk
ke dalam syurga yang sesuai dengan tingkatannya masing masing. Apakah itu? Berdasarkan
hadits berikut ini: “Dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin
Sinan ra, Rasulullah SAW bersabda, “Jika penghuni syurga telah masuk syurga,
Allah ta’ala berfirman: “Apakah kalian mau tambahan nikmat (dari kenikmatan syurga
yang telah kalian peroleh)? Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami?
Dan Engkau telah memasukkan kami ke dalam syurga dan menyelamatkan kami dari
neraka? Kemudian Allah singkap hijab (penutup wajah-Nya yang mulia), dan mereka
mengatakan, “Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang
wajah Allah Ta’ala.” (Hadits Riwayat Muslim)”.
Allah SWT berkesempatan untuk membuka
singkap hijab-Nya (penutup wajah-Nya yang mulia) hanya kepada ahli ahli syurga
yang sudah berada di dalam syurga. Lalu apa yang terjadi? Ahli ahli menyatakan “Tidak
ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah SWT”
Inilah peristiwa yang paling
monumental yang hanya bisa dinikmati oleh ahli-ahli syurga yang sudah berada di
dalam syurga, semoga kita semua bisa melihat wajah Allah SWT kelak di syurga.
Dan agar diri kita mampu melihat dan
merasakan sebuah peristiwa yang sangat monumental, sudah selayaknya kita
mempelajari hadits berikut ini: “Rasulullah mengajarkan doa memohon
kenikmatan memandang wajah Allah: “Ya Allah, dengan pengetahuan-Mu terhadap
yang ghaib dan kekuasaan-Mu atas semua makhluk, hidupkanah aku selama Engkau
tahu kehidupan itu lebih baik bagi ku, dan matikanlah aku jika Engkau tahu
kematian itu lebih baik bagiku. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon rasa takut
kepadaMu di saat sendiri maupun dalam keadaan terang-terangan, aku memohon
perkataan yang benar dalam keadaan baik maupun marah, aku memohon
kesederhanaan, baik dalam keadaan fakir maupun kaya, aku memohon kenikmatan
yang tak akan habis, dan aku memohon penyejuk hati yang tak pernah berakhir.
Aku memohon keridhoan atas ketetapanMu, aku memohon ketentraman setelah
kematian, dan aku memohon kenikmatan memandang wajah-Mu, dan kerinduan bertemu
dengan-Mu, bukan dalam kesusahan yang mebinasakan dan cobaan yang menyesatkan.
Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami termasuk
orang-orang yang memberi dan diberi petunjuk.” (Hadits Riwayat. An-Nasai, Ahmad
dan lainnya)”.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan
oleh An Nasa’i, Ahmad di atas ini, Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada
kita sebuah doa memohon kenikmatan memandang wajah Allah sehingga kita bisa
melihat, memandang, menikmati peristiwa monumental itu, sebagaimana kami
kemukakan di atas ini. Semoga hal ini
menjadi kenyataan bagi diri kita, bagi suami/istri kita, bagi anak keturunan
kita dan juga bagi kedua orang tua dan kedua mertua kita. Subhannallah,
seperti apakah wajah Allah SWT itu! Perkenankan kami melihat wajah-Mu Ya Allah,
mudahkan dan lapangkan jalan bagiku untuk melihat wajah-Mu kelak. Amiin Ya
Rabbal Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar