Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 13 Maret 2024

APA ITU JIWA FUJUR (PART 3 OF 3)


D. ESENSI DARI JIWA FUJUR SEBAGAI JIWA YANG TIDAK TENANG, KOSONG LAGI LAPAR.

 

Sekarang kita telah mengetahui adanya jiwa taqwa sebagai jiwa yang tenang, lalu kita juga telah membahas pula tentang apa itu jiwa fujur yang terdiri dari jiwa hewani, jiwa amarah dan jiwa mushawwilah. Allah SWT berfirman: ““Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya” (surat Asy Syams (91) ayat 9-10). Adanya ketentuan ini Allah SWT mengemukakan bahwa sangat beruntung orang yang mampu menyucikan jiwanya (maksudnya menjadikan jiwanya jiwa taqwa sebagai jiwa yang tenang) dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwa yang takwa sehingga menjadi jiwa fujur.

 

Jika jiwa taqwa telah menjadi kotor berarti jiwanya telah berubah menjadi jiwa dalam bentuk yang lainnya yang mereprensentasikan kekotoran jiwa yang mengakibatkan hilangnya ketenangan dan  jiwa menjadi kosong dan lapar. Seperti apakah jiwa yang tidak tenang dan jiwa yang kosong lapar itu. Inilah penjelasannya.

 

1.    Jiwa Yang Tidak Tenang. Berdasarkan ketentuan surat Al Jaatsiyah (45) ayat 23 berikut ini: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (surat Al Jaatsiyah (45) ayat 23)”. Allah SWT dengan jelas mengemukakan hanya orang-orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya maka Allah SWT mengunci pendengaran, penglihatan dan hatinya sehingga ia tidak bisa membedakan lagi mana yang baik, mana yang benar, mana yang salah, semuanya sama dihadapannya. Lalu jika sudah begini keadaannya maka ketenangan jiwa orang tersebut menjadi hilang.

 

Melalui ayat di atas Allah SWT telah mengunci tiga komponen utama yang ada dalam diri, dalam hal ini pendengaran, penglihatan dan hati, sehingga ketiganya sudah tidak berfungsi secara normal, lalu apa yang terjadi selanjutnya? Maka ia akan sering membantah, sering bersikap malas, atau enggan menjalani tuntunan Allah (baik perintah dan larangan Allah) baik secara syariat apalagi secara hakekat, maka nilai ketuhanan kita kepada Allah (keimanan kita kepada Allah) masih dapat dikalahkan oleh tuhan tuhan yang lain, terutama mempertuhankan (menuruti) apa kata hawa nafsu/ahwa kita.

 

Sebagai orang yang akan selalu berhadapan dengan musuh abadi selama hayat masih di kandung badan, dalam hal ini adalah ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan. Ketahuilah bahwa ahwa (hawa nafsu) memiliki balatentara (perangkat lunak), atau kendaraan yang akan dipergunakannya, seperti: (1) rakus; (2) hasrat atau keinginan; (3) kikir; (4) cinta dunia; (5) menyimpang; (6) keras kepala; (7) buruknya budi pekerti; (8) berkhayal; (9) tamak, (10) malas.  (11) hasud, (12) suka bergaya; (13) ujub; (14) sombong; (15) keluh kesah; (16) tipu muslihat; (17) kekhawatiran; (18) berseberangan dengan perintah; (19) prasangka buruk, dan (20) suka membantah.

 

Adanya kondisi ini berarti  hawa nafsu adalah yang pertama kali harus dikendalikan atau bahkan harus dikalahkan sehingga tuntutan dan keinginan dari hawa nafsu yang membawa dan mengarahkan manusia kepada (jalan) selain Allah, dalam hal ini jalan syaitan. Mutlak tidak bisa dibiarkan, harus dilawan dan dikalahkan. Dan jika sampai hawa nafsu tidak dikendalikan, jika ahwa (hawa nafsu) tidak dilawan, dan jika hawa nafsu tidak mampu dikalahkan maka hati kita akan kecewa karena hasrat yang tidak tercapai, hati akan berkeluh kesah oleh keadaan yang tidak nyaman, jiwa akan terus menuntut dan menuntut hingga tercapai apa yang kita inginkan.

 

Inilah jiwa yang tidak tenang, bathin yang tidak suci karena banyaknya hasrat dan keinginan. Disinilah pentingnya mensucikan jiwa dengan penempaan-penempaan yang berlawanan dengan hasrat dan keinginan kita yang cenderung kepada kenikmatan dunia yang rendah lagi hina.

 

2.  Jiwa Yang Kosong Lagi Lapar. Apa yang membuat orang begitu tertarik dengan kecantikan seorang wanita? Apa yang membuat orang sangat antusias terhadap harta yang melimpah?, Uang yang bertumpuk, atau rumah dan mobil mewah? Hingga mereka lupa waktu, lupa keluarga dan lupa kepada Tuhannya? Jawabannya pasti dan hanya satu, yaitu karena jiwanya yang suci itu kosong atau lapar dari konsumsi yang sesuai dengan fitrahnya. Jiwa yang kosong, atau jiwa yang lapar, akan mengkonsumsi hal-hal atau apapun pengetahuan yang tampak indah dan cantik secara pandangan lahir. Padahal hal-hal yang indah atau nikmat dalam jangkauan panca indera, akan mematikan hati dari nilai-nilai luhur kemanusiaan.

 

Jiwa yang kosong, diibaratkan perut yang lapar, yang akan tertarik dengan makanan apapun, dan memburu dengan penuh semangat makanan yang sangat menarik seleranya. Jiwa yang kosong dari cahaya (hidayah) Allah, sangat antusias memandang dan memburu apapun keindahan dan kenikmatan dunia. Sedangkan jiwa yang lapar, akan dengan rakus mencari dan menuntut apapun yang bisa memuaskan hasratnya.

 

Tapi sekalipun telah tercapai apa yang diharapkannya, dia akan terus menuntut hal-hal baru yang belum sempat dirasakannya. Demikian terus tanpa ada habis-habisnya, diibaratkan orang kehausan tapi diberi minum air laut, semakin banyak yang diminum semakin bertambah rasa hausnya.Jiwa yang demikian ini akan terus bergejolak panas, membuat suasana panas lahir dan batinnya tanpa ada henti-hentinya.

 

Ketenangan dan ketentraman jiwa tidak turun dari langit, ia ada karena kita sendirilah yang mengupayakan ada di dalam diri. Ketenangan dan ketentraman jiwa adalah kondisi dimana jiwa itu sudah berada pada tahap ketenangan sejati, rasa lapang, tidak ada tekanan, menerima kenyataan, berpasrah diri pada Sang Khalik, bisa merasakan manisnya iman, bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu, jauh dari kebencian, tenteram dan hati menjadi luas dan lepas. Manusia yang sudah bisa mencapai tahap ketenangan jiwa ini adalah manusia yang mampu memahami hakikat kehidupannya, tahu siapa dirinya dan siapa Allah SWT, sudah mengerti apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari dan tahu tujuan akhir hidupnya.

 

Setiap manusia pada umumnya akan menjadi lebih tenang jika ia sudah berada di dekat pencipta-Nya, jika manusia sudah mengenal dan meyakini bahwa ada kekuatan amat besar di alam ini yang melampaui kekuatan apapun dan hanya Dia yang maha berkuasa atas dirinya dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Dan itulah hakikat diciptakannya jiwa ini bagi seluruh mahluk, jiwa itu akan selalu mencari kebenaran hakiki tentang sosok Penciptanya dan jiwa akan merasa tenang jika sudah menemukan dan menjadikan Sang pencipta sebagai sandaran utama hidupnya.

 

Kemanapun jiwa itu pergi dan sembunyi maka jiwa akan selalu berupaya mencari kebenaran hakiki, karena itulah hakikat diciptakannya jiwa. Lalu seperti apa sebenarnya wujud dan kiprah sosok jiwa yang tenang dalam diri manusia sebenarnya. Bila kita ingin hidup memiliki jiwa yang tenang, atau bila ingin hidup tenang, maka lebih baik bersikap sewajarnya saja, tidak menonjol nonjolkan diri. Orang yang mempunyai pengetahuan luas, harusnya seperti air, selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Seperti padi yang banyak buahnya, selalu merunduk ke bawah. Lalu kita hendaknya belajar dari matahari. Sang surya terbit dari ufuk timur, dari posisi terendah di cakrawala. Perlahan naik sampai kurang lebih pukul 12 siang, saat itulah matahari berada pada posisinya yang paling tinggi.

 

Kemudian berangsur turun ke barat sebelum akhirnya tenggelam di cakrawala yang terendah. Itulah gejala alam, yang memberi tahu kita semua bahwa matahari saja ada saatnya turun. Apakah manusia bisa melebihi alam, tidak mau turun? Ada awal, pasti ada akhir. Ada kelahiran, pasti ada kematian. Bunga berkembang akan layu, rontok dan habis. Jabatan, kedudukan, bahkan kekayaan juga demikian. Maka dikatakan: Tidak ada pesta yang tidak berakhir. Bisa diangkat, juga bisa rela dilepaskan.

 

Jiwa yang tenang lagi lapang bukan berarti yang berlaku lamban, melainkan cermat dalam berpikir dan hati-hati dalam memilih.Tenang adalah tentang penyampaian kabar buruk dengan cara yang bijak, penyampaian fakta keras dengan cara yang lembut.Tenang juga dapat diartikan sebagai perealisasian sebuah kerumitan dengan cara yang sederhana, pemberitahuan berita panas dengan cara yang dingin atau penolakan berat dengan cara yang ringan dan lain sebagainya. Berdasarkan surat Ar Ra’d (13) ayat 28 berikut ini: “Yaitu orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (surat Ar Ra’d (13) ayat 28)”. Allah SWT  mengemukakan bahwa hati adalah tempat diletakkanya ketenangan dan ketentraman.

 

Dimana ketenangan dan ketentraman ini adalah buah dari mengingat Allah dari waktu ke waktu yang dilandasi dengan keimanan yang berkualitas di dalam diri manusia. Sekali lagi kami tegaskan bahwa tenteram dan tenangnya hati adalah bukanlah sesuatu yang datang begitu saja ke dalam hati manusia. Ketentraman dan ketenangan dalam hati hanya bisa diraih oleh orang yang beriman  yang selalu mengingat kepadaNya (dzikir) dari waktu ke waktu yang dilanjutkan dengan melakukan perilaku dari yang kita ingat mengenai Allah SWT sehingga tersenyumlah Allah kepada diri kita. Dan adanya ketenangan dan ketentraman dalam hati akan menjadi obat dari segala penyakit hati dan kekacauan hidup.

 

Agar diri kita bisa keluar dari belenggu ahwa (hawa nafsu), atau agar jiwa kita tidak lagi berkategori jiwa fujur. Berikut ini akan kami kemukakan maklumat atau pernyataan- pernyataan Allah SWT kepada umat-Nya yang menunjukkan Allah SWT begitu perhatian dan sangat sayang kepada umat-Nya. Dan inilah yang dikemukakan oleh Allah SWT itu untuk kebaikan diri kita:  

 

1.       Hai hamba-Ku, kamu selalu menjawab seruan setiap orang yang menyerumu. Tetapi, mengapa kamu tidak menjawab seruan-Ku?

 

2.    Hai hamba-Ku, tutuplah rapat-rapat pintu hatimu yang sering dimasuki oleh sesuatu selain Aku, karena hatimu adalah tempat tinggal-Ku. Jagalah pintu gerbang tersebut secara baik dan menetaplah di sana hingga kelak kita berjumpa. Dengan segala keagungan dan kebesaran-Ku kamu telah bersumpah bahwa rumah rumah dan tempat tinggal tempat tinggal yang dibangun dengan pintu gerbang tersebut (yaitu yang tidak dapat dimasuki oleh sesuatu selain Aku) adalah rumah rumah-Ku dan para penduduk yang mendiaminya adalah keluarga dan orang orang kehormatan-Ku.

 

3.  Hai hamba-Ku, barangsiapa menyembah dan berbakti kepada-Ku karena mengharapkan ridha dari-Ku, niscaya dia akan abadi. Barangsiapa menyembah dan berbakti kepada-Ku karena rasa takut dari siksa-Ku, niscaya dia akan merasa bosan. Dan barangsiapa menyembah dan berbakti kepada-Ku karena mengharapkan kenikmatan dari-Ku, niscaya dia akan terputus.

 

4.    Hai hamba-Ku, datanglah segera kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikan apa saja yang kamu minta. Tetapi, janganlah kamu bersegera kepada apa yang kamu minta, sehingga Aku akan menutup diri dan tidak mau memberi. Akulah Dzat yang dapat dibuktikan dan bukan untuk dibuktikan (karena sesungguhnya Aku adalah suatu kebenaran, Aku suatu bukti yang dapat membuktikan segala sesuatu).

 

5.    Hai hamba-Ku, janganlah kamu berhenti di satu arah, karena dikhawatirkan arah tersebut akan memalingkanmu ke berbagai arah. Janganlah kamu terfokus pada suatu ilmu saja, karena dikhawatirkan ilmu tersebut akan memalingkanmu ke berbagai pengetahuan. Dan janganlah kamu keluar dari haribaan-Ku, karena dikhawatirkan berbagai padang pasir akan menyesatkanmu.

 

6.      Hai hamba-Ku, berdirilah di hadapan-Ku (jadilah kamu dalam keadaan hadir bersama-Ku). Apabila kamu berdiri lalu berbicara, maka Akulah yang berbicara. Dan apabila kamu mengambil suatu keputusan, maka Akulah yang sebenarnya yang mengambil keputusan.

 

7.     Hai hamba-Ku, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah milik-Ku, maka janganlah kamu menantang-Ku dalam segala hak milik-Ku.

 

8.   Hai hamba-Ku, lekatkanlah nama-Ku pada setiap ucapanmu, niscaya setiap amal perbuatanmu akan melekat pada-Ku. Lekatkanlah nama-Ku pada setiap amal perbuatanmu, niscaya hati, jiwa dan fantasimu akan terus terpaut untuk beribadah dan mengabdi kepada-Ku.

 

9.   Hai hamba-Ku, Apabila Nur Cahaya-Ku datang pada hari kiamat, maka setiap jiwa pasti akan menginginkan (untuk berjumpa dengannya). Jika jiwa itu, selama di dunia, dengan setia selalu mengikuti Nur Cahaya-Ku tersebut, niscaya Aku akan mempertemukan keduanya. Sebaliknya, jika jiwa itu, selama di dunia, enggan untuk menyertainya, niscaya Aku akan menghalanginya untuk bertemu dengan Nur Cahaya-Ku tersebut. Akhirnya jiwa tersebut akan terus menyertai dan mengikuti apa yang selama di dunia ia sertai dan ikuti.

 

10. Hai hamba-Ku, apabila kamu hidupkan malammu untuk-Ku dan kamu aktifkan siang harimu untuk menuntut ilmu-Ku, maka kamu termasuk salah seorang dari para pembesar hamba-Ku.

 

11. Hai hamba-Ku, serahkan semua masalah kepadaKu, niscaya Aku akan bukakan untukmu suatu pintu sebagai tempat bergantung kepada-Ku.Orang orang yang mempunyai kedudukan di mata-Ku tidak menginginkan, mengharapkan, dan tidak terbiasa dengan kehidupan dunia.

 

12.   Hai hamba-Ku, janganlah kamu merasa putus asa dariKu, hingga penjagaan-Ku terlepas darimu. Bagaimana mungkin kamu dapat berputus asa, sedangkan di dalam hatimu ada duta dan juru bicara-Ku?

 

13.  Hai hamba-Ku, jika kamu bertempat tinggal di sisi-Ku, niscaya alam semesta ini terasa cukup bagimu. Keberhasilan yang kamu peroleh, tidak akan membuatmu sombong. Dan kegagalan yang menimpamu, tidak akan membuatmu kecewa.

 

14.   Hai hamba-Ku, Janganlah kamu berambisi kepada dunia yang fana, karena ia pasti akan menjerumuskanmu ke jurang penderitaan pada hari yang penuh dengan kecemasan (hari kiamat). Setelah itu, kamu akan menyesal atas hilangnya harapan yang dulu kamu pernah idam idamkan dan kamu akan menjadi golongan orang orang ketakutan.

 

15. Hai hamba-Ku, tetaplah kamu bersama-Ku dalam setiap kondisi dan  keadaan, niscaya pada hari dimana Aku menampakkan diri, Aku akan mengirimkan untukmu sebuat tanda yang dapat memantapkanmu, hingga kamu tidak merasa takut dan cemas dari berbagai hal yang mengerikan.

 

16. Hai hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak akan mengenali-Ku, sehingga kamu melihat-Ku. Aku akan memberikan kepadamu sebuah dunia yang lebih nikmat dan lebih damai, yang tidak pernah kamu rasakan di dunia. Setelah itu kamu akan merasa senang dengan apa yang telah Aku jauhkan darimu dan kamu pun mengetahui bahwa Aku telah menjauhkan keengganan dan tirau penutup-Ku darimu.

 

17.  Hai hamba-Ku, tidakkah kamu rasakan kecintaan-Ku kepadamu ketika Aku melemahkan (hatimu untuk bersikap lemah dan sayang) kepada orang yang lemah dan Aku menguatkan (hatimu untuk bersikap gagah dan garang) terhadap orang kuat?

 

18.   Hai hamba-Ku, perhatikanlah sesuatu yang akan membuatmu menjadi baik. Itulah nilaimu di sisi-Ku. Impian itu adalah ilmu keabadian, maka ikutilah, niscaya kamu akan dapat mengalahkan tantangan.

 

19.   Hai hamba-Ku, apabila datang suatu masalah kepadamu, maka katakanlah, “Tuhanku, Tuhanku.” Niscaya Aku akan menjawab, “Aku penuhi panggilanmu. Aku penuhi panggilanmu. Aku penuhi panggilanmu.

 

20.  Hai hamba-Ku, apabila kamu telah melihat-Ku, berarti kamu telah berada di sisi-Ku. Dan apabila kamu tidak dapat melihat-Ku, berarti kamu berada di sisimu. Oleh karena itu, tetaplah kamu berada di sisi orang yang membawa kebaikan.

 

21.  Hai hamba-Ku, barangsiapa yang melihat-Ku, maka ia akan bersaksi bahwa sesuatu itu adalah milik-Ku. Barangsiapa bersaksi bahwa sesuatu itu milik-Ku, maka ia tidak akan terikat dengannya.

 

22. Hai hamba-Ku, sertakanlah Aku pada doamu, niscaya kamu akan sampai. Hai hamba-Ku, ucapkanlah, “Aku datang memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala kebaikan milik-Mu, dari-Mu, kepada-Mu, dan tetap di tangan-Mu.

 

23. Hai hamba-Ku, apabila kamu telah melihat-Ku, Aku akan selalu membimbingmu pada jalan menuju kepada-Ku. Dan Aku tidak akan menempatkanmu di hadapan-Ku dengan sesuatu selain Aku.

 

24.   Hai hamba-Ku, apabila kamu telah melihat-Ku dari balik sesuatu, kemudian kamu mendurhakai-Ku, berarti kamu tekah mendurhakai-Ku secara terang terangan. Barangsiapa yang mendurhakai-Ku secara terang terangan, berarti dia telah memerangi-Ku. Aku telah mempersiapkan sesuatu bagi orang yang memerangi-Ku.

 

25. Hai hamba-Ku, ilmu yang menunjukkan kepada-Ku maka itulah jalan menuju kepada-Ku. Ilmu yang tidak menunjukkan jalan kepada-Ku, maka itulah tirai penghalang yang berbahaya. Janganlah kamu memanggil-Ku dari balik tirai, kecuali apabila tirai itu telah disingkap. Itulah kewajiban pengenalan kepada orang yang telah melihat-Ku.

 

26.  Hai hamba-Ku, orang yang sering melakukan shalat tahajud hanyalah orang yang melaksanakan shalat demi Aku dan bukan untuk suatu ibadah yang dikenal ataupun bukan untuk suatu ritual yang sudah dipahami. Disana, Aku akan menemuinya dengan wajah-Ku dan dia (hamba-Ku) akan bersimpuh dengan segala kemandirian-Ku. Jika Aku menghendaki, maka Aku pun akan mengajaknya berdialog. Dan jika Aku menghendaki, Aku pun akan memberinya pemahaman.

 

27. Hai hamba-Ku, orang orang yang senang beribadah akan berpaling ketika mereka telah mencapai pada titik ibadah tersebut dan orang orang yang sering membaca Al Qur’an pun akan berpaling ketika mereka telah membacanya. Sementara orang orang yang selalu berbakti kepada-Ku tidak akan pernah berpaling dari-Ku dan bagaimana mungkin mereka akan berpaling dari-Ku?

 

28.  Hai hamba-Ku, apabila kamu telah melihat-Ku dan kamu tetap berada pada penglihatan-Ku, maka Aku akan mengujimu dengan segala ujian serta Aku akan memantapkan hatimu, hingga kamu tetap berada di posisimu semula. Jika kamu tidak berada dalam penglihatanKu, niscaya Aku akan mengujimu dengan berbagai ujian dan Aku lemahkan hatimu, hingga kamu akan merasakan betapa pahitnya orang yang dijauhkan dari rasa kasih sayang-Ku.

 

29. Hai hamba-Ku, munculkanlah Aku pada lisanmu, sebagaimana kamu telah memunculkan Aku pada hatimu. Sebab, kalau kamu tidak melakukan hal itu, maka Aku akan tertutup darimu. Jadikanlah nasihat-Ku antara kulit dan tulang-Ku.

 

30.   Hai hamba-Ku, jika kamu tidak melihat-Ku, maka janganlah kamu berpisah dari nama-Ku. Apabila kamu tidak melihat-Ku sekali lihat dari balik dua hal yang berlawanan, niscaya kamu tidak akan mengenal-Ku. Barangsiapa tidak mengenal-Ku dan lalai dari-Ku, maka dia mencapai titik klimaks dirinya sendiri.

 

Aku tidak akan menjadi titik klimaks sampai kamu dapat melihat-Ku dari balik segala sesuatu. Untuk itu, lihatlah Aku dan janganlah kamu berkedip sedikitpun, niscaya hal itu akan menjadi awal perjuanganmu di jalan-Ku.

 

31.  Hai hamba-Ku, jauhkanlah segala penyakit yang ada di hatimu, niscaya kamu akan melihat-Ku berdiri tegak tanpa keraguan.

 

32.  Hai hamba-Ku, orang orang yang percaya kepada hal yang ghaib dan beriman kepadaKu meskipun mereka tidak dapat melihatKu, niscaya Aku akan bersama mereka pada hari kiamat dan Aku akan bersama mereka dalam segala kesusahan, sebagaimana mereka selalu bersama-Ku dari balik tirai dan Aku akan menetapkan keteguhan pada hati mereka pada   saat terjadi gempa dan juga setiap saat.

 

33. Hai hamba-Ku, barangsiapa telah mengenal-Ku dengan perantaraan diri-Ku berarti dia telah mengenal-Ku melalui suatu ma’rifat yang tidak dapat diingkari selamanya. Hai hamba-Ku, barangsiapa tidak Aku kenal, niscya ia tidak akan mengenal-Ku. Hai hamba-Ku, apabila kamu telah melihat-Ku, niscaya Aku akan memalingkan dirinya dari tuhan selain diri-Ku dan Akupun tidak akan memalingkanmu darinya.

 

34.  Hai hamba-Ku, kamu adalah barang milik-Ku yang hilang, Apabila Aku telah mendapatkanmu, maka cukuplah kamu bagi-Ku. Kamu adalah barang milik-Ku yang hilang dan Aku adalah barang milikmu yang hilang, tidak ada di antara kita berdua yang merasa kehilangan. Apabila Aku telah menjadi barang milikmu yang hilang, kamu akan merasa bingung kecuali bersama-Ku dan kamu akan merasa bimbang kecuali kamu berada di sisiKu.

 

35. Hai hamba-Ku, hilangkanlah dari hatimu rasa cinta kepada tuhan selain Allah dengan cara bermujahadah. Apabila kamu tidak dapat menghilangkannya dari hatimu dengan cara bermujahadah, niscaya Aku akan menghilangkannya dengan api yang panas menyala.

 

Kecintaanmu kepada tuhan selain Aku adalah sebuah dosa, sedangkan api neraka itu sangat panas dan ia akan membakar sampai ke hati. Apabila ia telah menjilat sampai ke hati, dan melihat tuhan selain Aku di dalamnya, maka ia pun akan membakarnya pula dengan segera.

 

36. Hai hamba-Ku, jujur adalah jika lidah tidak berdusta, sedangkan kejujuran adalah jika hati tidak berdusta. Kedustaan hati adalah jika ia mengukuhkan sesuatu tetapi dia tidak melaksanakan. Kedustaan hati adalah jika dia mendengarkan kebohongan. Kedustaan hati adalah jika ia berangan angan. Semua kedustaan adalah bahasanya tuhan selain Aku. Sedangkan kesungguhan dan kebenaran adalah bahasa-Ku.

 

37. Hai hamba-Ku, apabila kamu menyandarkan dirimu kepada sesuatu, berarti kamu telah berpegangan kepada selain Aku. Oleh karena itu, Aku telah menetapkanmu sebagai orang yang berbuat syirik. Hai hamba-Ku, Aku telah menciptakan segala sesuatu untukmu sedang Aku adalah lebih baik darimu. Karena Aku adalah Dzat yang memiliki kemuliaan. Oleh karena itu, palingkanlah segala sesuatu di belakangmu dan palingkanlah wajahmu kepada wajah-Ku.

 

Setelah membaca dan merenungi  serta meresapi 37 (tiga puluh tujuh) hal yang telah kami kemukakan di atas, masihkah kita ingin tetap mempertahankan jiwa fujur sehingga kita tidak mau merubah jiwa kita menjadi jiwa muthmainnah? Jika kita masih tetap tidak mau berubah berarti memang ada sesuatu yang salah dalam diri kita. Untuk jangan pernah menyalahkan siapa siapa jika keburukan terus dan tetap menimpa diri kita karena diri kita sendirilah sumber dari keburukan itu dan jangan sampai penyesalan yang tiada berakhir menjadi buah dari perjalanan hidup ini.     

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar