D. ESENSI DARI JIWA FUJUR SEBAGAI JIWA YANG
TIDAK TENANG, KOSONG LAGI LAPAR.
Sekarang
kita telah mengetahui adanya jiwa taqwa sebagai jiwa yang tenang, lalu kita
juga telah membahas pula tentang apa itu jiwa fujur yang terdiri dari jiwa
hewani, jiwa amarah dan jiwa mushawwilah. Allah SWT berfirman: ““Sungguh
beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang
mengotorinya” (surat Asy Syams (91) ayat 9-10). Adanya ketentuan ini Allah
SWT mengemukakan bahwa sangat beruntung orang yang mampu menyucikan jiwanya
(maksudnya menjadikan jiwanya jiwa taqwa sebagai jiwa yang tenang) dan sungguh
merugi orang yang mengotori jiwa yang takwa sehingga menjadi jiwa fujur.
Jika
jiwa taqwa telah menjadi kotor berarti jiwanya telah berubah menjadi jiwa dalam
bentuk yang lainnya yang mereprensentasikan kekotoran jiwa yang mengakibatkan
hilangnya ketenangan dan jiwa menjadi
kosong dan lapar. Seperti apakah jiwa yang tidak tenang dan jiwa yang kosong
lapar itu. Inilah penjelasannya.
1. Jiwa Yang Tidak Tenang. Berdasarkan
ketentuan surat Al Jaatsiyah (45) ayat 23 berikut ini: “Maka pernahkah kamu melihat
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya
sesat dengan sepengetahuan-Nya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya
serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya
petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran? (surat Al Jaatsiyah (45) ayat 23)”. Allah SWT dengan jelas
mengemukakan hanya orang-orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya maka
Allah SWT mengunci pendengaran, penglihatan dan hatinya sehingga ia tidak bisa
membedakan lagi mana yang baik, mana yang benar, mana yang salah, semuanya sama
dihadapannya. Lalu jika sudah begini keadaannya maka ketenangan jiwa orang
tersebut menjadi hilang.
Melalui ayat di atas Allah SWT telah
mengunci tiga komponen utama yang ada dalam diri, dalam hal ini pendengaran,
penglihatan dan hati, sehingga ketiganya sudah tidak berfungsi secara normal, lalu
apa yang terjadi selanjutnya? Maka ia akan sering membantah, sering bersikap
malas, atau enggan menjalani tuntunan Allah (baik perintah dan larangan Allah)
baik secara syariat apalagi secara hakekat, maka nilai ketuhanan kita kepada
Allah (keimanan kita kepada Allah) masih dapat dikalahkan oleh tuhan tuhan yang
lain, terutama mempertuhankan (menuruti) apa kata hawa nafsu/ahwa kita.
Sebagai
orang yang akan selalu berhadapan dengan musuh abadi selama hayat masih di
kandung badan, dalam hal ini adalah ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan.
Ketahuilah bahwa ahwa (hawa nafsu) memiliki balatentara (perangkat lunak), atau
kendaraan yang akan dipergunakannya, seperti: (1) rakus; (2) hasrat atau
keinginan; (3) kikir; (4) cinta dunia; (5) menyimpang; (6) keras
kepala; (7) buruknya budi pekerti; (8) berkhayal; (9) tamak, (10) malas. (11)
hasud, (12) suka bergaya; (13) ujub; (14) sombong; (15) keluh kesah; (16) tipu muslihat; (17) kekhawatiran; (18)
berseberangan dengan perintah; (19)
prasangka buruk, dan (20) suka membantah.
Adanya
kondisi ini berarti hawa nafsu adalah
yang pertama kali harus dikendalikan atau bahkan harus dikalahkan sehingga tuntutan
dan keinginan dari hawa nafsu yang membawa dan mengarahkan manusia kepada
(jalan) selain Allah, dalam hal ini jalan syaitan. Mutlak tidak bisa dibiarkan,
harus dilawan dan dikalahkan. Dan jika sampai hawa nafsu tidak dikendalikan,
jika ahwa (hawa nafsu) tidak dilawan, dan jika hawa nafsu tidak mampu dikalahkan
maka hati kita akan kecewa karena hasrat yang tidak tercapai, hati akan
berkeluh kesah oleh keadaan yang tidak nyaman, jiwa akan terus menuntut dan
menuntut hingga tercapai apa yang kita inginkan.
Inilah
jiwa yang tidak tenang, bathin yang tidak suci karena banyaknya hasrat dan
keinginan. Disinilah pentingnya mensucikan jiwa dengan penempaan-penempaan yang
berlawanan dengan hasrat dan keinginan kita yang cenderung kepada kenikmatan
dunia yang rendah lagi hina.
2. Jiwa Yang Kosong Lagi Lapar. Apa yang
membuat orang begitu tertarik dengan kecantikan seorang wanita? Apa yang
membuat orang sangat antusias terhadap harta yang melimpah?, Uang yang
bertumpuk, atau rumah dan mobil mewah? Hingga mereka lupa waktu, lupa keluarga
dan lupa kepada Tuhannya? Jawabannya pasti dan hanya satu, yaitu karena jiwanya
yang suci itu kosong atau lapar dari konsumsi yang sesuai dengan fitrahnya.
Jiwa yang kosong, atau jiwa yang lapar, akan mengkonsumsi hal-hal atau apapun
pengetahuan yang tampak indah dan cantik secara pandangan lahir. Padahal
hal-hal yang indah atau nikmat dalam jangkauan panca indera, akan mematikan
hati dari nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Jiwa
yang kosong, diibaratkan perut yang lapar, yang akan tertarik dengan makanan
apapun, dan memburu dengan penuh semangat makanan yang sangat menarik seleranya. Jiwa
yang kosong dari cahaya (hidayah) Allah, sangat antusias memandang dan memburu
apapun keindahan dan kenikmatan dunia. Sedangkan jiwa yang lapar, akan dengan
rakus mencari dan menuntut apapun yang bisa memuaskan hasratnya.
Tapi
sekalipun telah tercapai apa yang diharapkannya, dia akan terus menuntut
hal-hal baru yang belum sempat dirasakannya. Demikian terus tanpa ada
habis-habisnya, diibaratkan orang kehausan tapi diberi minum air laut, semakin
banyak yang diminum semakin bertambah rasa hausnya.Jiwa yang demikian ini akan
terus bergejolak panas, membuat suasana panas lahir dan batinnya tanpa ada
henti-hentinya.
Ketenangan
dan ketentraman jiwa tidak turun dari langit, ia ada karena kita sendirilah
yang mengupayakan ada di dalam diri. Ketenangan dan ketentraman jiwa
adalah kondisi dimana jiwa itu sudah berada pada tahap ketenangan sejati, rasa
lapang, tidak ada tekanan, menerima kenyataan, berpasrah diri pada Sang Khalik,
bisa merasakan manisnya iman, bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu, jauh dari
kebencian, tenteram dan hati menjadi luas dan lepas. Manusia yang sudah bisa
mencapai tahap ketenangan jiwa ini adalah manusia yang mampu memahami hakikat
kehidupannya, tahu siapa dirinya dan siapa Allah SWT, sudah mengerti apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari dan tahu tujuan akhir hidupnya.
Setiap
manusia pada umumnya akan menjadi lebih tenang jika ia sudah berada di dekat
pencipta-Nya, jika manusia sudah mengenal dan meyakini
bahwa ada kekuatan amat besar di alam ini yang melampaui kekuatan apapun dan
hanya Dia yang maha berkuasa atas dirinya dan segala sesuatu yang ada di
sekitarnya. Dan itulah hakikat diciptakannya jiwa ini bagi seluruh mahluk, jiwa
itu akan selalu mencari kebenaran hakiki tentang sosok Penciptanya dan jiwa
akan merasa tenang jika sudah menemukan dan menjadikan Sang pencipta sebagai
sandaran utama hidupnya.
Kemanapun
jiwa itu pergi dan sembunyi maka jiwa akan selalu berupaya mencari kebenaran
hakiki, karena itulah hakikat diciptakannya jiwa. Lalu seperti apa sebenarnya
wujud dan kiprah sosok jiwa yang tenang dalam diri manusia sebenarnya. Bila
kita ingin hidup memiliki jiwa yang tenang, atau bila ingin hidup tenang, maka
lebih baik bersikap sewajarnya saja, tidak menonjol nonjolkan diri.
Orang yang mempunyai pengetahuan luas, harusnya seperti air, selalu mengalir ke
tempat yang lebih rendah. Seperti padi yang banyak buahnya, selalu merunduk ke
bawah. Lalu kita hendaknya belajar dari matahari. Sang surya terbit dari ufuk
timur, dari posisi terendah di cakrawala. Perlahan naik sampai kurang lebih
pukul 12 siang, saat itulah matahari berada pada posisinya yang paling tinggi.
Kemudian
berangsur turun ke barat sebelum akhirnya tenggelam di cakrawala yang terendah.
Itulah gejala alam, yang memberi tahu kita semua bahwa matahari saja ada
saatnya turun. Apakah manusia bisa melebihi alam, tidak mau turun? Ada awal,
pasti ada akhir. Ada kelahiran, pasti ada kematian. Bunga berkembang akan layu,
rontok dan habis. Jabatan, kedudukan, bahkan kekayaan juga demikian. Maka
dikatakan: Tidak ada pesta yang tidak berakhir. Bisa diangkat, juga bisa rela
dilepaskan.
Jiwa
yang tenang lagi lapang bukan berarti yang berlaku lamban, melainkan cermat
dalam berpikir dan hati-hati dalam memilih.Tenang adalah tentang penyampaian
kabar buruk dengan cara yang bijak, penyampaian fakta keras dengan cara yang
lembut.Tenang juga dapat diartikan sebagai perealisasian sebuah kerumitan
dengan cara yang sederhana, pemberitahuan berita panas dengan cara yang dingin
atau penolakan berat dengan cara yang ringan dan lain sebagainya. Berdasarkan
surat Ar Ra’d (13) ayat 28 berikut ini: “Yaitu orang orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenteram. (surat Ar Ra’d (13) ayat 28)”. Allah
SWT mengemukakan bahwa hati adalah
tempat diletakkanya ketenangan dan ketentraman.
Dimana
ketenangan dan ketentraman ini adalah buah dari mengingat Allah dari waktu ke
waktu yang dilandasi dengan keimanan yang berkualitas di dalam diri manusia. Sekali
lagi kami tegaskan bahwa tenteram dan tenangnya hati adalah bukanlah sesuatu
yang datang begitu saja ke dalam hati manusia. Ketentraman dan
ketenangan dalam hati hanya bisa diraih oleh orang yang beriman yang selalu mengingat kepadaNya (dzikir) dari
waktu ke waktu yang dilanjutkan dengan melakukan perilaku dari yang kita ingat
mengenai Allah SWT sehingga tersenyumlah Allah kepada diri kita. Dan adanya
ketenangan dan ketentraman dalam hati akan menjadi obat dari segala penyakit
hati dan kekacauan hidup.
Agar
diri kita bisa keluar dari belenggu ahwa (hawa nafsu), atau agar jiwa kita
tidak lagi berkategori jiwa fujur. Berikut ini akan kami kemukakan maklumat
atau pernyataan- pernyataan Allah SWT kepada umat-Nya yang menunjukkan Allah
SWT begitu perhatian dan sangat sayang kepada umat-Nya. Dan inilah yang
dikemukakan oleh Allah SWT itu untuk kebaikan diri kita:
1.
Hai hamba-Ku, kamu selalu menjawab seruan
setiap orang yang menyerumu. Tetapi, mengapa kamu tidak menjawab seruan-Ku?
2. Hai hamba-Ku, tutuplah rapat-rapat pintu
hatimu yang sering dimasuki oleh sesuatu selain Aku, karena hatimu adalah
tempat tinggal-Ku. Jagalah pintu gerbang tersebut secara baik dan menetaplah di
sana hingga kelak kita berjumpa. Dengan segala keagungan dan kebesaran-Ku kamu
telah bersumpah bahwa rumah rumah dan tempat tinggal tempat tinggal yang
dibangun dengan pintu gerbang tersebut (yaitu yang tidak dapat dimasuki oleh
sesuatu selain Aku) adalah rumah rumah-Ku dan para penduduk yang mendiaminya
adalah keluarga dan orang orang kehormatan-Ku.
3. Hai hamba-Ku, barangsiapa menyembah dan
berbakti kepada-Ku karena mengharapkan ridha dari-Ku, niscaya dia akan abadi.
Barangsiapa menyembah dan berbakti kepada-Ku karena rasa takut dari siksa-Ku,
niscaya dia akan merasa bosan. Dan barangsiapa menyembah dan berbakti kepada-Ku
karena mengharapkan kenikmatan dari-Ku, niscaya dia akan terputus.
4. Hai hamba-Ku, datanglah segera kepada-Ku,
niscaya Aku akan memberikan apa saja yang kamu minta. Tetapi, janganlah kamu
bersegera kepada apa yang kamu minta, sehingga Aku akan menutup diri dan tidak
mau memberi. Akulah Dzat yang dapat dibuktikan dan bukan untuk dibuktikan
(karena sesungguhnya Aku adalah suatu kebenaran, Aku suatu bukti yang dapat
membuktikan segala sesuatu).
5. Hai hamba-Ku, janganlah kamu berhenti di satu
arah, karena dikhawatirkan arah tersebut akan memalingkanmu ke berbagai arah.
Janganlah kamu terfokus pada suatu ilmu saja, karena dikhawatirkan ilmu
tersebut akan memalingkanmu ke berbagai pengetahuan. Dan janganlah kamu keluar
dari haribaan-Ku, karena dikhawatirkan berbagai padang pasir akan
menyesatkanmu.
6. Hai hamba-Ku, berdirilah di hadapan-Ku
(jadilah kamu dalam keadaan hadir bersama-Ku). Apabila kamu berdiri lalu
berbicara, maka Akulah yang berbicara. Dan apabila kamu mengambil suatu
keputusan, maka Akulah yang sebenarnya yang mengambil keputusan.
7. Hai hamba-Ku, segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini adalah milik-Ku, maka janganlah kamu menantang-Ku dalam segala hak
milik-Ku.
8. Hai hamba-Ku, lekatkanlah nama-Ku pada setiap
ucapanmu, niscaya setiap amal perbuatanmu akan melekat pada-Ku. Lekatkanlah
nama-Ku pada setiap amal perbuatanmu, niscaya hati, jiwa dan fantasimu akan
terus terpaut untuk beribadah dan mengabdi kepada-Ku.
9. Hai hamba-Ku, Apabila Nur Cahaya-Ku datang
pada hari kiamat, maka setiap jiwa pasti akan menginginkan (untuk berjumpa
dengannya). Jika jiwa itu, selama di dunia, dengan setia selalu mengikuti Nur
Cahaya-Ku tersebut, niscaya Aku akan mempertemukan keduanya. Sebaliknya, jika
jiwa itu, selama di dunia, enggan untuk menyertainya, niscaya Aku akan
menghalanginya untuk bertemu dengan Nur Cahaya-Ku tersebut. Akhirnya jiwa
tersebut akan terus menyertai dan mengikuti apa yang selama di dunia ia sertai
dan ikuti.
10. Hai hamba-Ku, apabila kamu hidupkan malammu
untuk-Ku dan kamu aktifkan siang harimu untuk menuntut ilmu-Ku, maka kamu
termasuk salah seorang dari para pembesar hamba-Ku.
11. Hai hamba-Ku, serahkan semua masalah
kepadaKu, niscaya Aku akan bukakan untukmu suatu pintu sebagai tempat
bergantung kepada-Ku.Orang orang yang mempunyai kedudukan di mata-Ku tidak
menginginkan, mengharapkan, dan tidak terbiasa dengan kehidupan dunia.
12.
Hai hamba-Ku, janganlah kamu merasa putus asa
dariKu, hingga penjagaan-Ku terlepas darimu. Bagaimana mungkin kamu dapat
berputus asa, sedangkan di dalam hatimu ada duta dan juru bicara-Ku?
13. Hai hamba-Ku, jika kamu bertempat tinggal di
sisi-Ku, niscaya alam semesta ini terasa cukup bagimu. Keberhasilan yang kamu
peroleh, tidak akan membuatmu sombong. Dan kegagalan yang menimpamu, tidak akan
membuatmu kecewa.
14.
Hai hamba-Ku, Janganlah kamu berambisi kepada
dunia yang fana, karena ia pasti akan menjerumuskanmu ke jurang penderitaan
pada hari yang penuh dengan kecemasan (hari kiamat). Setelah itu, kamu akan
menyesal atas hilangnya harapan yang dulu kamu pernah idam idamkan dan kamu
akan menjadi golongan orang orang ketakutan.
15. Hai hamba-Ku, tetaplah kamu bersama-Ku dalam
setiap kondisi dan keadaan, niscaya pada
hari dimana Aku menampakkan diri, Aku akan mengirimkan untukmu sebuat tanda
yang dapat memantapkanmu, hingga kamu tidak merasa takut dan cemas dari
berbagai hal yang mengerikan.
16. Hai hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak akan
mengenali-Ku, sehingga kamu melihat-Ku. Aku akan memberikan kepadamu sebuah
dunia yang lebih nikmat dan lebih damai, yang tidak pernah kamu rasakan di
dunia. Setelah itu kamu akan merasa senang dengan apa yang telah Aku jauhkan
darimu dan kamu pun mengetahui bahwa Aku telah menjauhkan keengganan dan tirau
penutup-Ku darimu.
17. Hai hamba-Ku, tidakkah kamu rasakan kecintaan-Ku
kepadamu ketika Aku melemahkan (hatimu untuk bersikap lemah dan sayang) kepada
orang yang lemah dan Aku menguatkan (hatimu untuk bersikap gagah dan garang)
terhadap orang kuat?
18.
Hai hamba-Ku, perhatikanlah sesuatu yang akan
membuatmu menjadi baik. Itulah nilaimu di sisi-Ku. Impian itu adalah ilmu
keabadian, maka ikutilah, niscaya kamu akan dapat mengalahkan tantangan.
19.
Hai hamba-Ku, apabila datang suatu masalah
kepadamu, maka katakanlah, “Tuhanku, Tuhanku.” Niscaya Aku akan menjawab, “Aku
penuhi panggilanmu. Aku penuhi panggilanmu. Aku penuhi panggilanmu.
20. Hai hamba-Ku, apabila kamu telah melihat-Ku,
berarti kamu telah berada di sisi-Ku. Dan apabila kamu tidak dapat melihat-Ku,
berarti kamu berada di sisimu. Oleh karena itu, tetaplah kamu berada di sisi
orang yang membawa kebaikan.
21. Hai hamba-Ku, barangsiapa yang melihat-Ku,
maka ia akan bersaksi bahwa sesuatu itu adalah milik-Ku. Barangsiapa bersaksi
bahwa sesuatu itu milik-Ku, maka ia tidak akan terikat dengannya.
22. Hai hamba-Ku, sertakanlah Aku pada doamu,
niscaya kamu akan sampai. Hai hamba-Ku, ucapkanlah, “Aku datang memenuhi
panggilan-Mu, sesungguhnya segala kebaikan milik-Mu, dari-Mu, kepada-Mu, dan
tetap di tangan-Mu.
23. Hai hamba-Ku, apabila kamu telah melihat-Ku,
Aku akan selalu membimbingmu pada jalan menuju kepada-Ku. Dan Aku tidak akan
menempatkanmu di hadapan-Ku dengan sesuatu selain Aku.
24.
Hai hamba-Ku, apabila kamu telah melihat-Ku
dari balik sesuatu, kemudian kamu mendurhakai-Ku, berarti kamu tekah
mendurhakai-Ku secara terang terangan. Barangsiapa yang mendurhakai-Ku secara
terang terangan, berarti dia telah memerangi-Ku. Aku telah mempersiapkan
sesuatu bagi orang yang memerangi-Ku.
25. Hai hamba-Ku, ilmu yang menunjukkan kepada-Ku
maka itulah jalan menuju kepada-Ku. Ilmu yang tidak menunjukkan jalan kepada-Ku,
maka itulah tirai penghalang yang berbahaya. Janganlah kamu memanggil-Ku dari
balik tirai, kecuali apabila tirai itu telah disingkap. Itulah kewajiban
pengenalan kepada orang yang telah melihat-Ku.
26. Hai hamba-Ku, orang yang sering melakukan
shalat tahajud hanyalah orang yang melaksanakan shalat demi Aku dan bukan untuk
suatu ibadah yang dikenal ataupun bukan untuk suatu ritual yang sudah dipahami.
Disana, Aku akan menemuinya dengan wajah-Ku dan dia (hamba-Ku) akan bersimpuh
dengan segala kemandirian-Ku. Jika Aku menghendaki, maka Aku pun akan
mengajaknya berdialog. Dan jika Aku menghendaki, Aku pun akan memberinya
pemahaman.
27. Hai hamba-Ku, orang orang yang senang
beribadah akan berpaling ketika mereka telah mencapai pada titik ibadah
tersebut dan orang orang yang sering membaca Al Qur’an pun akan berpaling
ketika mereka telah membacanya. Sementara orang orang yang selalu berbakti
kepada-Ku tidak akan pernah berpaling dari-Ku dan bagaimana mungkin mereka akan
berpaling dari-Ku?
28. Hai hamba-Ku, apabila kamu telah melihat-Ku
dan kamu tetap berada pada penglihatan-Ku, maka Aku akan mengujimu dengan
segala ujian serta Aku akan memantapkan hatimu, hingga kamu tetap berada di
posisimu semula. Jika kamu tidak berada dalam penglihatanKu, niscaya Aku akan
mengujimu dengan berbagai ujian dan Aku lemahkan hatimu, hingga kamu akan merasakan
betapa pahitnya orang yang dijauhkan dari rasa kasih sayang-Ku.
29. Hai hamba-Ku, munculkanlah Aku pada lisanmu,
sebagaimana kamu telah memunculkan Aku pada hatimu. Sebab, kalau kamu tidak
melakukan hal itu, maka Aku akan tertutup darimu. Jadikanlah nasihat-Ku antara
kulit dan tulang-Ku.
30.
Hai hamba-Ku, jika kamu tidak melihat-Ku,
maka janganlah kamu berpisah dari nama-Ku. Apabila kamu tidak melihat-Ku sekali
lihat dari balik dua hal yang berlawanan, niscaya kamu tidak akan mengenal-Ku.
Barangsiapa tidak mengenal-Ku dan lalai dari-Ku, maka dia mencapai titik
klimaks dirinya sendiri.
Aku tidak akan menjadi titik klimaks sampai
kamu dapat melihat-Ku dari balik segala sesuatu. Untuk itu, lihatlah Aku dan
janganlah kamu berkedip sedikitpun, niscaya hal itu akan menjadi awal
perjuanganmu di jalan-Ku.
31. Hai hamba-Ku, jauhkanlah segala penyakit yang
ada di hatimu, niscaya kamu akan melihat-Ku berdiri tegak tanpa keraguan.
32. Hai hamba-Ku, orang orang yang percaya kepada
hal yang ghaib dan beriman kepadaKu meskipun mereka tidak dapat melihatKu,
niscaya Aku akan bersama mereka pada hari kiamat dan Aku akan bersama mereka
dalam segala kesusahan, sebagaimana mereka selalu bersama-Ku dari balik tirai
dan Aku akan menetapkan keteguhan pada hati mereka pada saat terjadi gempa dan juga setiap saat.
33. Hai hamba-Ku, barangsiapa telah mengenal-Ku
dengan perantaraan diri-Ku berarti dia telah mengenal-Ku melalui suatu ma’rifat
yang tidak dapat diingkari selamanya. Hai hamba-Ku, barangsiapa tidak Aku
kenal, niscya ia tidak akan mengenal-Ku. Hai hamba-Ku, apabila kamu telah
melihat-Ku, niscaya Aku akan memalingkan dirinya dari tuhan selain diri-Ku dan
Akupun tidak akan memalingkanmu darinya.
34. Hai hamba-Ku, kamu adalah barang milik-Ku
yang hilang, Apabila Aku telah mendapatkanmu, maka cukuplah kamu bagi-Ku. Kamu
adalah barang milik-Ku yang hilang dan Aku adalah barang milikmu yang hilang,
tidak ada di antara kita berdua yang merasa kehilangan. Apabila Aku telah
menjadi barang milikmu yang hilang, kamu akan merasa bingung kecuali bersama-Ku
dan kamu akan merasa bimbang kecuali kamu berada di sisiKu.
35. Hai hamba-Ku, hilangkanlah dari hatimu rasa
cinta kepada tuhan selain Allah dengan cara bermujahadah. Apabila kamu tidak
dapat menghilangkannya dari hatimu dengan cara bermujahadah, niscaya Aku akan
menghilangkannya dengan api yang panas menyala.
Kecintaanmu kepada tuhan selain Aku adalah
sebuah dosa, sedangkan api neraka itu sangat panas dan ia akan membakar sampai
ke hati. Apabila ia telah menjilat sampai ke hati, dan melihat tuhan selain Aku
di dalamnya, maka ia pun akan membakarnya pula dengan segera.
36. Hai hamba-Ku, jujur adalah jika lidah tidak
berdusta, sedangkan kejujuran adalah jika hati tidak berdusta. Kedustaan hati
adalah jika ia mengukuhkan sesuatu tetapi dia tidak melaksanakan. Kedustaan
hati adalah jika dia mendengarkan kebohongan. Kedustaan hati adalah jika ia
berangan angan. Semua kedustaan adalah bahasanya tuhan selain Aku. Sedangkan
kesungguhan dan kebenaran adalah bahasa-Ku.
37. Hai hamba-Ku, apabila kamu menyandarkan dirimu
kepada sesuatu, berarti kamu telah berpegangan kepada selain Aku. Oleh karena
itu, Aku telah menetapkanmu sebagai orang yang berbuat syirik. Hai hamba-Ku,
Aku telah menciptakan segala sesuatu untukmu sedang Aku adalah lebih baik
darimu. Karena Aku adalah Dzat yang memiliki kemuliaan. Oleh karena itu,
palingkanlah segala sesuatu di belakangmu dan palingkanlah wajahmu kepada wajah-Ku.
Setelah
membaca dan merenungi serta meresapi 37
(tiga puluh tujuh) hal yang telah kami kemukakan di atas, masihkah kita ingin tetap
mempertahankan jiwa fujur sehingga kita tidak mau merubah jiwa kita menjadi
jiwa muthmainnah? Jika kita masih tetap tidak mau berubah berarti memang ada
sesuatu yang salah dalam diri kita. Untuk jangan pernah menyalahkan siapa siapa
jika keburukan terus dan tetap menimpa diri kita karena diri kita sendirilah
sumber dari keburukan itu dan jangan sampai penyesalan yang tiada berakhir
menjadi buah dari perjalanan hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar