Sebagai makhluk
yang telah diciptakan sebagai makhluk terhormat oleh Allah SWT maka pulang ke
tempat yang terhormat merupakan hal yang paling sesuai dengan kehormatan yang
telah kita miliki. Akan tetapi jika predikat terhormat yang telah kita miliki
tidak dapat menghantarkan diri kita pulang ke tempat yan terhormat, dalam hal ini
adalah syurga, berarti diri kita telah keluar dari konsep Allah SWT yang telah
menjadikan diri kita sebagai makhluk terhormat.
Agar kehormatan
yang kita miliki dapat terjaga sesuai dengan kehendak Allah SWT sebagai pemberi
gelar kehormatan, maka penampilan (karakter) dari seorang pemenang yang utama
adalah mampu memenuhi konsep yang terdapat di dalam surat Al Mu’minun (23) ayat
1-11 sebagaimana berikut ini: “Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam
shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan)
yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang
menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka
miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang
mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan
orang-orang yang memelihara sholat. Mereka itulah orang-orang yang akan
mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
Berdasarkan ketentuan ayat di atas
ini, seorang pemenang yang beruntung adalah seorang yang mampu pulang kampung
ke syurga Firdaus dan bagi seorang pemenang sejati maka dapat dipastikan mereka
memiliki karakter (penampilan) sebagai berikut:
1.
Orang yang khusyuk dalam shalatnya. Orang yang khusyuk dalam shalat
adalah seseorang yang dapat memusatkan perhatian dan pikirannya sepenuhnya pada
ibadah shalat, sehingga benar-benar fokus dan khusyuk dalam menjalankan ibadah
tersebut. Orang yang khusyuk dalam shalat biasanya menghindari pikiran yang
mengganggu, merasakan kehadiran Allah SWT secara langsung, dan memperdalam
pemahaman tentang makna shalat sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT.
Dari Abu Qatadah ra,
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku hendak menyuruhmu melakukan
sholat, kemudian aku hendak pergi ke pintu-pintu rumah kalian untuk menyuruhkan
agar seluruh perbuatan dosa ditinggalkan. Lalu aku ingin membakar kayu bakar
yang akan diletakkan di bawah tempat tidur kalian, kemudian aku ingin
memerintahkan kepada para pelayan laki-laki dan perempuan agar kalian tetap
khusyuk dalam sholat." (Hadits Riwayat Ahmad)
Orang yang khusyuk
shalatnya dapat dipastikan ia tidak melaksanakan shalat dalam bentuk
menggugurkan kewajiban, melainkan sebagai sebuah kebutuhan. Dan setalah mampu
mendirikan shalat maka ia akan menjadi orang-orang yang berperilaku baik,
sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah
diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu
mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah
(salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (surat Al Ankabut (29) ayat 45).”
2.
Orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna. Orang seperti ini cenderung
memprioritaskan kegiatan yang dapat memberikan manfaat positif, seperti
belajar, bekerja, berolahraga, atau beribadah, dan menghindari kegiatan yang
hanya membuang-buang waktu dan energi, seperti menghabiskan waktu dengan
hal-hal yang tidak bermanfaat atau mengikuti gosip yang tidak berguna. Hal ini
sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
"Tidakkah kalian lihat bahwa berbicara tentang urusan yang tidak
berkaitan dengan kebaikan adalah dosa besar?" Para sahabat bertanya,
"Ya Rasulullah, apa itu?" Beliau menjawab, "Itu adalah
gosip." (Hadits Riwayat. Muslim)
3.
Orang yang menunaikan zakat. Orang tersebut menunaikan zakat
sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT, dan juga sebagai bentuk kepedulian
sosial terhadap sesama manusia. Dalam Islam, zakat merupakan salah satu rukun
Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Muslim yang memiliki harta yang
mencukupi, dan disalurkan kepada delapan golongan penerima zakat, antara lain
fakir miskin, janda dan yatim piatu, dan orang-orang yang berada dalam
perbudakan atau berhutang. Hal ini sebagaimana ketentuan hadits berikut ini:
“Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Islam
didirikan di atas lima perkara, yaitu kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat,
berpuasa Ramadan, dan haji ke Baitullah." (Hadits Riwayat. Bukhari dan
Muslim)
4.
Orang yang menjaga kemaluannya. Dalam agama Islam, menjaga kemaluan
adalah bagian dari kewajiban umat Muslim untuk memelihara kehormatan dan
menjaga diri dari perilaku yang merusak moral dan nilai-nilai agama. Orang yang
menjaga kemaluannya cenderung menghindari perbuatan atau perilaku yang
merugikan dirinya maupun orang lain, seperti berzina, melakukan pornografi,
atau mengumbar aurat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengontrol diri,
menjaga pergaulan, serta mengikuti ajaran agama secara konsisten dan disiplin,
sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
"Jauhilah zina, karena zina adalah perbuatan yang paling besar dosanya
setelah menyekutukan Allah." (HR. Bukhari dan Muslim)
5.
Orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya).
Orang yang memelihara amanat adalah seseorang yang memiliki kejujuran dan
integritas dalam menjalankan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Orang ini
menghargai kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk mengelola atau menyimpan
sesuatu yang bernilai, dan berusaha untuk menjaga dan merawat amanat tersebut
dengan sebaik-baiknya, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya orang yang tidak menjaga
amanah, maka tidak ada iman baginya, dan orang yang tidak memenuhi janji, maka
tidak ada agama baginya." (Hadits Riwayat Bukhari)
6.
Orang yang menepati janjinya. Orang yang menepati janji adalah
seseorang yang dianggap dapat dipercaya karena selalu memenuhi janji-janjinya
dengan tepat waktu dan sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati bersama.
Orang tersebut memiliki prinsip untuk memegang teguh komitmen dan integritas
dalam segala hal yang dilakukannya, dan tidak mudah membatalkan janji atau
mengecewakan orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan cara berpikir matang
sebelum membuat janji, menghindari membuat janji yang sulit ditepati, serta
selalu berusaha untuk memenuhi janji meskipun dalam situasi yang sulit
sekalipun.
7.
Orang yang memelihara shalat. Orang yang memelihara shalat adalah
seseorang yang memiliki kesadaran dan ketaatan dalam menjalankan ibadah shalat
sebagai salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Muslim. Orang
tersebut menganggap shalat sebagai bentuk penghormatan dan ketaatan kepada
Allah SWT, serta sebagai sarana untuk membersihkan diri dari dosa dan
memperoleh keberkahan dari-Nya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara melaksanakan
sholat secara teratur, baik secara individu maupun berjamaah, sesuai dengan
waktu dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Dari Buraidah ra,
Rasulullah SAW bersabda: "Shalat adalah tiang agama, barangsiapa yang
mendirikannya, maka ia telah mendirikan agama, dan barangsiapa yang meruntuh-kannya,
maka ia telah meruntuhkan agama." (Hadits Riwayat Ath Tirmidzi)
Itulah 7 (tujuh) bentuk penampilan (karakter)
dari seorang pemenang yang dikemukakan oleh Allah SWT melalui surat Al Mu’minun
(23) ayat 1 – 11 di atas. Semoga diri kita dan juga anak keturunan diri kita
mampu memenuhinya sehingga karakter pemenang yang beruntung tampil di dalam
diri kita. Semoga Allah SWT membantu diri kita menjadi seorang pemenang yang
beruntung.
Selain itu, seorang pemenang yang beruntung
masih memiliki karakter ataupun penampilan yang lainnya yang juga mencerminkan
kualitas diri dari yang bersangkutan. Dan inilah karakter yang dimaksud, yaitu:
1.
Orang
yang mampu menjadikan dirinya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
di muka bumi yang bertauhid sewaktu hidup di dunia, dengan menjadikan Allah SWT
hanya satu-satunya Tuhan yang berhak di sembah dan kita hanyalah hamba-Nya.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah
mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta. (surat
Fushshilat (41) ayat 30-31)”.
2.
Orang
yang mampu menjadikan dirinya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
di muka bumi yang beriman dan bertaqwa hanya kepada Allah SWT semata.
Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah
itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. bagi mereka
berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat.
tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. yang demikian itu
adalah kemenangan yang besar. (surat
Yunus (10) ayat 62-63-64)
3.
Orang
yng mampu menjadikan dirinya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
di muka bumi yang selalu memohon dan
yang memanjatkan doa hanya kepada Allah SWT semata. Sebagaimana firman Allah
SWT: “dan
tetapkanlah untuk Kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; Sesungguhnya Kami
kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan
Kutimpakan kepada siapa yang aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala
sesuatu. Maka akan aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang
menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami". (surat Al A'raaf (7) ayat 156)
4.
Orang
yang mampu menjadikan dirinya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
yang selalu mengikuti dan mentaati Rasul-Nya sehingga ia mampu menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai panutan
dan teladan, sebagaimana firman-Nya berikut ini: (yaitu)
orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (surat Al A'raaf (7) ayat 157)”.
5.
Orang
yang mampu menjadikan dirinya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
yang selalu mensucikan diri dari waktu ke waktu seperti halnya bunda Maryam.
Allah SWT berfirman: “(ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya
Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan)
dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam,
seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah), dan Dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa dan Dia adalah Termasuk orang-orang yang saleh."
Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, Padahal
aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman
(dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.
apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah hanya cukup berkata
kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah Dia. dan Allah akan mengajarkan
kepadanya Al Kitab, hikmah, Taurat dan Injil. (surat Ali Imran (3) ayat 145-146-147-148)”.
6.
Orang
yang menjadikan dirinya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
yang selalu berserah diri hanya kepada Allah SWT semata. Sebagaimana firman-Nya
berikut ini: “dan orang-orang
yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan
tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di akhirat
adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan
hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal. (surat An Nahl (16) ayat 41-42)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar