Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Sabtu, 09 Maret 2024

ANCAMAN BAGI ORANG YANG TIDAK MAU MELAKSANAKAN PUASA

 

Allah SWT adalah pencipta dan pemilik dari langit, bumi, air, udara, tumbuhan, binatang, lalu sudah menetapkan adanya perintah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan kepada seluruh umat manusia, selanjutnya apa yang harus kita sikapi dengan ketentuan ini? Sebagai orang yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, sebagai tamu yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, sebagai perantau yang sedang menjadi Khalifah di langit dan di bumi Allah SWT, tentu kita harus menerima segala ketentuan Allah SWT tersebut lalu menjalankan segala ketentuan Allah SWT dengan sebaik-baiknya, terkecuali jika kita ingin menjadi tamu yang tidak tahu diri, atau menjadi penumpang yang tidak tahu diri, atau menjadi khalifah yang tidak tahu diri. Jika di dalam kehidupan sehari-hari ada istilah anak durhaka kepada orang tua, maka jika kita berani menantang Allah SWT di langit dan di bumi yang tidak pernah kita ciptakan dan tidak pernah pula kita miliki maka istilah anak durhakapun terjadi antara diri kita dengan Allah SWT.

 

Sekarang adakah resiko yang harus kita tanggung jika kita tidak mau melaksanakan perintah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan, sedangkan kita ada di langit dan di bumi yang dimiliki Allah SWT? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa resiko yang harus kita tanggung jika kita tidak mau melaksanakan perintah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan yang telah diperintahkan oleh Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini, yaitu:

 

A. DIJADIKAN SEBAGAI HAMBA SYAITAN.

 

Saat diri kita hidup di muka bumi ini ada hal yang harus kita ketahui dengan seksama yaitu  Allah SWT tidak memiliki kepentingan apapun dengan ibadah yang kita lakukan, karena Allah SWT tidak butuh dengan ibadah yang kita lakukan. Allah SWT menyerahkan sepenuhnya kepada diri kita apakah mau melaksanakan perintah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan (melaksanakan Diinul Islam secara kaffah), atau tidak mau melaksanakan perintah yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Ingat, di balik perintah Allah SWT ada sesuatu yang luar biasa yang siap diberikan kepada kita dan ingat pula dibalik pelanggaran perintah ada ancaman yang siap diberikan kepada yang melanggar ketentuan. Sekarang tergantung diri kita mau melaksanakan perintah atau tidak, resiko tanggung sendiri.

 

Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas maka tidak salah kalau Allah SWT menunjukkan salah satu ancaman atau resiko yang akan kita peroleh jika kita tidak mau melaksanakan perintah melaksanakan puasa kita akan dijadikan sebagai hamba syaitan sang laknatullah. Jika ini yang terjadi pada diri kita berarti kita telah dengan sadar memesan tiket untuk pulang kampung bersama syaitan ke neraka Jahannam. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).(surat Al Maa-idah (5) ayat 91)

 

Seperti telah kita imani bersama bahwa syaitan asalnya dari api maka jika syaitan ditempatkan dan dikembalikan oleh Allah SWT ke neraka jahannam karena memang disanalah kampung halamannya. Bagi syaitan pulang kampung ke api (maksudnya ke neraka jahannam) bukanlah sebuah masalah besar. Yang menjadi persoalan besar justru ada pada diri kita, kenapa mau dihasut, kenapa mau dibujuk, kenapa mau dirayu oleh syaitan untuk tidak mau melaksanakan perintah melaksanakan puasa (tidak mau melaksanakan Diinul Islam secara kaffah) sehingga kita menjadi penghuni neraka jahannam. Kondisi ini akan terjadi pada diri kita yang tidak mau melaksanakan ketentuan yang telah diberlakukan oleh Allah SWT.

 

Selain daripada itu, jika kita tidak mau melaksanakan perintah melaksanakan puasa berarti kita sendiri telah menurunkan derajat diri kita sendiri dari makhluk yang terhormat menjadi makhluk yang terkutuk seperti syaitan sang laknatullah. Sekarang pernahkah kita membayangkan berapa jumlah syaitan yang ada pada saat ini, apakah jumlah syaitan lebih sedikit dari jumlah manusia ataukah jumlah syaitan lebih banyak dari jumlah manusia? Setiap manusia lahir maka lahir pulalah malaikat dan syaitan yang akan mengiringi manusia. Akan tetapi setiap manusia meninggal (maksudnya berpisah ruhani dengan jasmani) tidak otomatis malaikat dan syaitan ikut meninggal. Adanya kondisi ini berarti jumlah malaikat dan syaitan lebih banyak  dibandingkan dengan jumlah manusia.

 

Di lain sisi, sebelum anak dan keturunan Nabi Adam as, lahir ke muka bumi, syaitan sudah mendapat persetujuan dari Allah SWT untuk mengganggu, untuk menggoda, untuk menghasut seluruh anak dan keturunan dari Nabi Adam as untuk dibawa ke neraka jahannam. Dan jika saat ini Syaitan menghasut, jika syaitan mengganggu, jika syaitan menggoda manusia untuk tidak mau melaksanakan perintah melaksanakan puasa berarti syaitan telah melaksanakan komitmen yang telah disetujui Allah SWT dengan sebaik-baiknya dan juga Allah SWT tetap konsisten dengan syaitan, yaitu dalam memberikan persetujuan. Selanjutnya jika kita mengacu bahwa keberadaan syaitan juga tidak bisa dilepaskan dari kehendak dan kemampuan serta ilmu Allah SWT berarti hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu, yang paling ahli dan yang paling mengerti bagaimana caranya mengalahkan syaitan.

 

Sekarang kita ingin menang melawan syaitan, akan tetapi pencipta dari syaitan itu sendiri justru kita lawan perintahnya dengan tidak mau mematuhi apa-apa yang telah diperintahkan-Nya. Sekarang bagaimana mungkin kita akan dibantu oleh Allah SWT?  Jika kita termasuk orang yang telah diberi akal sehat oleh Allah SWT maka kita harus melaksanakan segala apa yang diperintahkan oleh Allah SWT sesuai dengan kehendak Allah SWT itu sendiri. Terkecuali jika kita mampu mencari tuhan lain selain Allah SWT, atau mampu mendapatkan langit dan bumi baru yang melebihi langit dan bumi yang diciptakan dan dimiliki oleh Allah SWT.

 

Pada saat diri kita diperintahkan untuk melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan, ada satu ketentuan yang diberlakukan oleh Allah SWT untuk kepentingan diri kita, yaitu syaitan dibelenggu selama satu bulan oleh Allah SWT. Hal yang harus kita pahami adalah pengaruh buruk yang telah ditanamkan oleh syaitan di dalam diri manusia selama 11 (sebelas) bulan tidak serta merta hilang pengaruhnya walaupun syaitan dibelenggu oleh Allah SWT. Adanya kondisi ini sudah pasti akan mempengaruhi kefitrahan diri manusia (manusia tidak fitrah lagi), dan salah satu jalan keluar yang Allah SWT siapkan untuk manusia adalah dengan memerintahkan manusia untuk puasa di bulan Ramadhan. 

 

Adanya puasa wajib di bulan Ramadhan yang telah diperintahkan oleh Allah SWT menunjukkan kepada diri kita bahwa puasa yang sesuai dengan kehendak Allah SWT  merupakan salah satu sarana untuk menghilangkan pengaruh buruk syaitan selama 11 (sebelas) bulan yang telah berlalu atau mengembalikan kefitrahan diri sehingga kita kembali fitrah serta mampu menjadi pemenang yang meraih malam seribu bulan.

 

Hal  didukung dengan adanya fasilitas khusus yang diberlakukan oleh Allah SWT saat di bulan Ramadhan, yaitu adanya ketentuan ibadah sunnah yang dijadikan wajib dan adanya ketentuan ibadah wajib yang dilipatgandakan oleh Allah SWT. Inilah salah satu sarana untuk mempercepat kembalinya kefitrahan diri agar diri kita kembali fitrah, dimana hal ini hanya bisa kita nikmati jika kita melaksanakan puasa yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Sekarang bertanyalah kepada diri sendiri, butuhkah kita dengan puasa atau apakah memang kita sanggup menghadapi panasnya api neraka yang panasnya 70 (tujuh puluh) kali api dunia?

 

Selanjutnya jika saat ini diri kita telah menjadi hamba syaitan, akan tetapi kita ingin berusaha untuk menjadi hamba Allah SWT, apa yang harus kita lakukan? Untuk itu segera lakukan taubatan nasuha saat ini juga karena kita tidak tahu kapan ruh tiba dikerongkongan, karena waktu tidak akan mungkin kembali lagi, karena penyesalan tidak pernah ada di depan, karena kita tidak tahu kapan Malaikat Maut yang tidak pernah gagal melaksanakan tugasnya datang kepada kita.   

 

A.     DIJADIKAN SEBAGAI HAMBA AHWA (HAWA NAFSU).

 

Hidup adalah saat dipersatukannya jasmani dengan ruhani. Hidup adalah saat terjadinya pertarungan atau tarik menarik antara kepentingan jasmani yang mencerminkan Nilai Nilai Keburukan dengan kepentingan ruhani yang mencerminkan Nilai Nilai Kebaikan di dalam memperebutkan Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7. Adanya kondisi ini berarti akan ada dua kondisi jiwa manusia, yaitu jiwa fujur dan jiwa taqwa. Jiwa fujur adalah kondisi kejiwaan manusia dimana Amanah yang 7 dan Hubbul yang dieksploitasi untuk kepentingan jasmani atau manusia memperturutkan ahwa dengan mengorbankan Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 sehingga manusia berada di dalam koridor nilai-nilai syaitani (keburukan). Sedangkan jiwa taqwa adalah kondisi kejiwaan manusia dimana Amanah yang 7 dan Hubbul  yang 7 dieksploitasi untuk kepentingan ruhani sehingga manusia berada di dalam koridor nilai nilai ilahiah (kebaikan). Kondisi ini terjadi selama 11 (sebelas) bulan sebelum tibanya bulan Ramadhan.

 

Kenapa jiwa fujur dapat terjadi pada diri manusia? Salah satu penyebab dari timbulnya jiwa fujur atau penyebab terjadinya manusia memperturutkan ahwa (hawa nafsu) dengan mengorbankan Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 karena manusia tidak mau melaksanakan segala perintah dan larangan Allah SWT (tidak mau melaksanakan Diinul Islam secara kaffah) sehingga manusia lebih mementingkan kepentingan duniawi (jasmani) dibandingkan kepentingan akhirat (ruhani), sebagaimana Allah SWT berfirman berikut ini: Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan.  (surat Maryam (19) ayat 59)

 

Adanya kondisi jiwa fujur yang dialami oleh manusia akibat tidak mau melaksanakan perintah melaksanakan Diinul Islam secara kaffah, termasuk di dalamnya tidak mau melaksanakan puasa berarti diri kita telah menjadikan ahwa (hawa nafsu) sebagai tuhan pengganti selain Allah SWT atau kita telah menjadi hamba hawa nafsu. Jika kondisi ini sampai kita lakukan berarti kita telah membeli tiket masuk ke neraka jahannam dengan sadar. Dan agar diri kita terhindar dari pengaruh buruk ahwa (hawa nafsu). Allah SWT selaku pencipta kekhalifahan di muka bumi, telah menyediakan fasilitas untuk mengalahkan ahwa (hawa nafsu) yaitu dengan melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan.

 

Selanjutnya sebagai khalifah yang membutuhkan puasa seperti membutuhkan mandi, tentu kita tidak bisa berdiam diri saja jika sudah menjadi hamba ahwa (hawa nafsu) atau mengalami jiwa fujur. Untuk itu kita harus segera memperbaiki diri dengan melakukan taubatan nasuha yang dilanjutkan merubah jiwa kita yang masuk dalam kategori jiwa fujur menjadi jiwa taqwa dengan melaksanakan Diinul Islam yang kaffah yang tentunya kita harus bersama Allah SWT untuk melakukan itu semua. Disinilah letak pentingnya diri kita melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan ataupun melaksanakan Diinul Islam secara kaffah  sebab inilah cara untuk mengembalikan jiwa fujur menjadi jiwa yang taqwa yang dikehendaki Allah SWT.

 

B.      SEGALA AMAL PERBUATAN DITOLAK ALLAH SWT.

 

Allah SWT adalah pencipta dan pemilik dari langit dan bumi serta pencipta dan pemilik dari  kekhalifahan yang ada di muka bumi ini. Allah SWT selaku pencipta dan pemilik maka ketentuan Allah SWT sajalah yang wajib berlaku di muka bumi ini. Adanya keadaan ini maka sebagai khalifah yang ada di muka bumi tentu kita tidak bisa sembarangan hidup di muka bumi ini sehingga kita harus mematuhi segala ketentuan yang berlaku dengan mempergunakan parameter atau ukuran ukuran yang telah ditetapkan oleh Allah SWT yaitu mematuhi perintah dan laranganNya. Sekarang bagaimana mungkin kita akan dinilai dengan baik oleh Tuan Rumah jika peraturan Tuan Rumah yang berlaku kita langgar? 

 

Salah satu ancaman atau resiko yang tidak kalah penting jika kita tidak mau melaksanakan perintah puasa yang telah  Allah SWT tetapkan berlaku di muka bumi ini adalah segala amal ibadah yang telah kita kerjakan dengan susah payah saat menjadi khalifah di muka bumi, ditolak mentah-mentah oleh Allah SWT, atau tidak diberi penilaian sedikitpun oleh Allah SWT, atau meminjam istilah Akuntansi, Allah SWT memberikan penilaian “Disclaimer”  kepada manusia yang tidak mau melaksanakan puasa saat hidup di muka bumi ini. Inilah cara mudah memiliki  tiket masuk ke Neraka Jahannam. Allah SWT berfirman: dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. (surat At Taubah (9) ayat 54)

 

Sebagai Makhluk yang terhormat tentu kita tidak mau kehormatan yang kita miliki tercoreng akibat diri kita tidak mau melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan. Untuk itu jika diri kita sangat berkepentingan untuk pulang kampung ke syurga, dikarenakan memang disanalah kampung halaman kita nantinya, yang dilanjutkan untuk bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dan juga Allah SWT, maka tidak ada jalan lain kecuali diri kita melaksanakan puasa wajib yang sesuai dengan kehendak Allah SWT atau melaksanakan Diinul Islam secara kaffah mulai saat ini juga sampai dengan ruh tiba dikerongkongan.

 

C.    DIJADIKAN SEBAGAI PENGHUNI NERAKA.

 

Allah SWT adalah inisiator, adalah pencipta dan adalah pemilik dari kekhalifahan di muka bumi telah mempersiapkan 2(dua) buah tempat kembali bagi para khalifah-Nya yang diutus ke muka bumi yaitu syurga dan neraka. Timbul pertanyaan, bagaimana caranya agar syurga dan neraka itu di isi dengan cara yang seadil-adilnya? Salah satu cara yang dibuat oleh Allah SWT adalah menetapkan adanya permusuhan antara manusia dengan syaitan saat hidup di muka bumi ini. Adanya permusuhan abadi diantara manusia dengan syaitan maka akan terjadilah apa yang dinamakan dengan manusia manusia pecundang dan juga manusia manusia pemenang.

 

Manusia manusia pecundang adalah manusia manusia yang mampu digoda dan dirayu oleh syaitan untuk melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT seperti perintah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan (melaksanakan Diinul Islam secara kaffah). Sedangkan manusia manusia pemenang adalah manusia manusia yang mampu melaksanakan segala perintah dan larangan yang telah ditetapkan Allah SWT seperti melaksanakan puasa di bulan Ramadhan (melaksanakan Diinul Islam secara kaffah). Dan sebagai pemenang dalam pertandingan melawan syaitan ketahuilah keberadaan syaitan sebagai musuh abadi merupakan salah satu bentuk seleksi alamiah yang berkeadilan untuk menentukan siapakah yang berhak untuk pulang kampung ke kampung kebahagiaan (syurga) dan juga siapa yang berrhak untuk pulang kampung ke kampung kebinasaan dan kesengsaraan.

 

Adanya calon penghuni syurga dan adanya calon penghuni neraka saat ini berarti di muka bumi ini ada hak hidup bagi calon penghuni syurga dan ada hak hidup bagi calon penghuni neraka sehingga diri kita tidak bisa mengklaim hanya diri kita sajalah yang bisa menjadi penghuni syurga, atau hanya diri kita sajalah yang bisa menjadi penghuni neraka. Adanya kondisi seperti ini tidak ada jalan lain bagi diri kita untuk segera menentukan sikap apakah mau menjadi penghuni neraka jahannam ataukah mau menjadi penghuni syurga dan yang pasti adalah pilihan kita hanya satu karena tidak ada pilihan ganda, sebagaimana hadits berikut ini: Abu Hurairah ra, berkata: Nabi Saw bersabda: Allah ta’ala berfirman: Puasa itu laksana perisai yang melindungi hamba Ku dari api neraka.(Hadits Qudsi Riwayat Ath Thabrani dan Al Baihaqi; 272:86)

 

Sebagai khalifah di muka bumi yang juga makhluk terhormat tentu kita tidak pernah berharap sedikitpun untuk pulang kampung ke neraka jahannam guna hidup bertetangga dengan syaitan. Sekarang sudahkah diri kita memenuhi syarat dan ketentuan masuk syurga jika kita sangat berkepentingan untuk pulang kampung ke syurga? Hal ini penting kami kemukakan kepada khalayak karena banyak orang sangat berkepentingan untuk pulang kampung ke syurga, namun segala apa yang diperbuatnya, segala tindak-tanduknya, segala apa yang dilakukannya tidak pernah memenuhi kriteria calon penghuni syurga, atau mau masuk syurga tetapi tidak mau memenuhi syarat dan ketentuan untuk masuk syurga. Jika ini yang terjadi bertanyalah kepada rumput yang bergoyang, bisakah kita masuk ke syurga dengan mempergunakan tiket masuk neraka jahannam?

 

Jawaban dari pertanyaan ini adalah jika unta bisa masuk ke dalam lubang jarum maka barulah ketentuan yang kami kemukakan di atas ini bisa berlaku yaitu masuk masuk syurga dengan mempergunakan tiket neraka, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit[540] dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum[541]. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (surat Al A’raaf (7) ayat 40)

 

[540] Artinya: doa dan amal mereka tidak diterima oleh Allah.

[541] Artinya: mereka tidak mungkin masuk surga sebagaimana tidak mungkin masuknya unta ke lubang jarum.

 

Sekarang apakah mungkin dengan tidak mau melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT, atau dengan membangkang perintah dan larangan Allah SWT maka Allah SWT akan memberikan syurga-Nya kepada orang seperti itu? Hal yang harus kita perhatikan adalah baik syurga maupun neraka bukanlah barang gratisan, sebab untuk pulang kampung ke syurga maupun pulang kampung ke neraka kita harus memiliki tiket masuk terlebih dahulu. Dimana tiket itu hanya tersedia saat diri kita hidup di muka bumi ini, yang menjadi persoalan saat ini adalah sudahkah kita memiliki tiket untuk pulang kampung ke syurga jika kita berkepentingan dengan syurga ataukah memang diri kita tidak membutuhkan syurga sehingga saat ini kita berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan tiket pulang kampung ke neraka jahannam guna mengarungi hidup bertetangga dengan syaitan!

 

Itulah 4 (empat) buah resiko yang akan kita hadapi jika diri kita tidak mau melaksanakan puasa (melaksanakan Diinul Islam secara kaffah) saat menjadi khalifah di muka bumi. Selanjutnya mari kita perhatikan dengan seksama apa yang kami kemukakan di bawah ini. Berdasarkan hadits qudsi yang kami kemukakan di bawah ini, Allah SWT dengan tegas mempersilahkan kepada siapapun juga yang tidak mau mematuhi segala hukum atau segala ketentuan yang berlaku di muka bumi ini, contohnya tidak mau melaksanakan ketentuan untuk berpuasa di bulan Ramadhan, siapapun orangnya, apapun pangkatnya, apapun jabatannya, apapun kedudukan-nya, apakah laki-laki ataupun perempuan, apakah kaya ataukah miskin, dipersilahkan untuk mencari Tuhan lain selain Allah SWT.

 

Adanya kondisi ini berarti jika kita tidak mau melaksnakan puasa di bulan Ramadhan (melaksanakan Diinul Islam secara kaffah) kita dipersilahkan untuk keluar dari muka bumi ini untuk mencari bumi lain yang diciptakan oleh selain Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman : barang siapa tidak rela dengan hukum-Ku dan takdir-Ku maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku. (Hadits Qudsi Riwayat Al Baihaqi dari Ibnu Umar serta Ath Thabarani dan Ibnu Hibban dari Ibi Hind, Albaihaqi dan Ibnu Najjar).  Sekarang adakah bumi lain selain bumi Allah SWT atau adakah Tuhan lain selain Allah SWT yang mampu menciptakan langit dan bumi beserta isinya seperti yang diciptakan oleh Allah SWT? Jika jawaban dari pertanyaan ini tidak ada, apakah hal ini tidak cukup bagi diri kita untuk mematuhi, untuk melaksanakan segala hukum, untuk mematuhi segala ketentuan Allah SWT yang berlaku di muka bumi dengan sebaik mungkin.

 

Apa yang kami kemukakan di atas, bisa tidak berlaku jika kita mampu mendapatkan tuhan baru selain Allah SWT yang memiliki hukum, ketentuan, peraturan, undang-undang yang berbeda dengan hukum, ketentuan, peraturan, undang-undang Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari langit dan bumi ini. Harapan kami sebagai penulis buku ini, silahkan anda mencarinya dan jika anda dapat memperolehnya maka berbahagialah dengan tuhan baru selain Allah SWT tersebut sehingga anda terbebas dari kewajiban untuk melaksanakan perintah melaksanakan puasa, atau melaksanakan Diinul Islam secara kaffah.

 

Ingat, Ancaman Allah SWT kepada orang yang tidak mau melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan, bukanlah isapan jempol belaka, ancaman Allah SWT bukanlah ancaman yang bersifat main-main, semuanya pasti akan ditimpakan tanpa pandang bulu, termasuk kepada diri kita jika tidak mau melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan yang sesuai dengan kehendak  Allah SWT. Sekarang masih beranikah diri kita tidak mau melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan dengan dasar keimanan saat hidup di muka bumi? Jawaban dari pertanyaan ini terpulang kepada diri kita sendiri, apalah mau melaksanakan perintah Allah SWT atau tidak mau melaksanakan perintah Allah SWT  dan yang pasti adalah Allah SWT tidak pernah membutuhkan ibadah apapun yang dilaksanakan oleh manusia, akan tetapi manusialah yang membutuhkan itu semua dan bersiaplah menerima ancaman yang telah diancamkan kepada diri kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar