D. PUASA DAN MENGHILANGKAN LEMAK.
Kegemukan
terkait dengan terlalu banyaknya makan, khususnya makanan yang banyak
mengandung lemak dan sarana hidup yang nyaman. Kegemukan adalah problem yang
menyebar luas dan selalu disertai dengan bertambahnya resiko terkena penyakit
jantung dan pembuluh darah, seperti lemah jantung, jantung berhenti bekerja,
koroner (pembuluh nadi tajuk jantung) dan kebuntuan pada pembuluh yang
mengitari jantung. Kegemukan terjadi akibat kacaunya hubungan antara tiga unsur
energi, yaitu kuantitas makanan yang dikonsumsi, energi yang dipakai dalam
aktivitas dan gerak, serta energi yang disimpan dalam bentuk lemak.
Selanjutnya, terlalu banyak makan yang disertai dengan sedikitnya penggunaan
energi akan menyebabkan kegemukan. Dan banyak orang yang mencoba untuk
menyembuhkan kegemukan dengan membuat program makan. Namun, kebanyakan salah
dan tidak terbangun atas dasar dasar ilmiah karena program program itu hanya
sekedar menghilangkan air tubuh dalam kadar yang relatif banyak hingga
memberikan kesan seolah olah telah terjadi penurunan berat badan.
Puasa
Islami adalah satu satunya model pencegahan sekaligus pengobatan kegemukan.
Makan yang wajar dan meninggalkan makan yang dibarengi dengan melakukan
aktivitas dan gerak adalah dua faktor yang paling berpengaruh dalam menurunkan berat
badan. Hal ini disebabkan bertambahnya kadar rata rata metabolism makan setelah
makan sahur dan pergerakan lemak yang tertimbun untuk dioksidasi dalam rangka
memproduksi energi yang dibutuhkan setelah waktu tengah hari. Selain daripada
itu, menggerakkan otot juga termasuk hal terpenting yang dapat menaikkan
tingkat rata rata metabolisme. Kadar itu akan terus bertahan dalam kondisi
tinggi, tidak hanya ketika otot digerakkan, tetapi bertahan dalam waktu yang
cukup lama setelah itu.
Puasa
Islami yang tercermin dalam penyantapan makanan sahur, seperti yang dituntunkan
oleh Nabi SAW, yaitu dengan kewajaran dalam makan pada saat berbuka dan malam
hari serta kewajaran dalam bergerak dan melakukan aktivitas di siang hari. Hal
itu dapat menciptakan program makan yang sukses untuk mengobati kegemukan atau
untuk membakar lemak.
Puasa
Islami adalah juga satu satunya program makan yang ideal untuk memperbaiki
kemampuan fungsional hati, dengan cara memberinya asam lemak dan amina asasi
pada saat makan sahur dan berbuka hingga tercipta bahan bahan protein, lemak
fosfat kolesterol, dan zat zat yang diperlukan dalam membangun sel sel baru.
Dalam waktu yang sama, aktivitas ini juga membersihkan sel sel hati dari lemak
yang terkumpul di dalamnya selama siang hari puasa.
Dengan
demikian, mustahil bagi hati untuk mengalami peradangan atau kekacauan
fungsinya akibat tidak terciptanya zat pemindah lemak, yaitu zat lemak pelumas
yang berkepadatan sangat rendah. Terciptanya zat itu akan betul betul terhambat
dengan puasa medis atau makanan yang kaya dengan lemak. Oleh karena itu, puasa
Islami memiliki peran yang besar dalam menjaga vitalitas dan fungsi sel dan
fungsi hati serta berpengaruh dalam kadar yang tinggi pada kecepatan pembaruan
sel hati dan semua sel tubuh, suatu hal yang tidak dilakukan puasa medics dan
tidak pula dengan terlalu banyaknya mengonsumsi makanan kaya lemak.
E. PUASA DAN ANJURAN BERBUKA PUASA DENGAN
KURMA.
Saat
sore hari tiba, tingkat konsentrasi glukosa dan insulin akan turun dari darah
dan urat darah halus (portal vein) hati. Hal itu dapat memperkecil kemungkinan
habisnya glukosa dan pengambilannya melalu sel sel hati dan jaringan jaringan
ujung, seperti sel otot dan sel syaraf. Hampir semua cadangan glikogen hati
sudah mengalami penguraian. Ketika itu, di dalam memperoleh energi, jaringan
bergantung pada oksidasi asam lemak dan oksidasi glukosa yang dibentuk di hati
dari asam amina dan gliserol. Dari sana, suplai glukosa ke tubuh secara cepat
pada masa itu banyak sekali manfaatnya karena dapat menambah kecepatan tingkat
konsentrasinya di darah pada urat darah
halus setelah diserap, kemudian masuk ke dalam sel sel hati, sel sel otak dan
darah, sistem syaraf dan otot, serta jaringan jaringan lainnya yang memang
telah disediakan Allah untuk menjadikan bahan bahan bergula sebagai makanan
paling ideal dan paling mudah untuk memperoleh energi.
Dengan
demikian, proses oksidasi asam lemak akan berhenti sehingga memutus jalan
pembentukan jasad jasad keton yang berbahaya.Juga akan hilang gejalan gejala
kepasifan, kelemahan secara umum, dan gangguan pada sistem syaraf jika ada akibat
terjadinya oksidasi sejumlah besar lemak. Mengkonsumsi glukosa akan menghentika
proses pembentukan glukosa di hati sehingga katabolisme asam amina juga akan
berhenti, kemudian akan memelihara protein tubuh. Hal itu membuka peluang untuk
terbentuknya sel sel baru yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Buah
kurma merupakan makanan yang paling kaya dengan gula glukosa, dengan demikian,
kurma merupakan makanan paling baik bagi tubuh selama puasa. Kurma mengandung
kadar gula yang sangat tinggi berkisar antara 75% sampai 87% . Lima puluh lima
persen di antaranya adalah glukosa dan 45% lainnya merupakan fruktosa. Selain
itu, buah kurma juga mengandung protein lemak dan beberapa vitamin, seperti
vitamin A, B2 dan B12 serta beberapa mineral penting, seperti kalsium,
fosforus, sulfur, sodium, magnesium, kobalt, seng, fluorin, tembaga, mangan dan
sedikit selulosa, sebagaimana hadits berikut ini: “Jika seseorang dari kalian
berbuka puasa, hendaklah ia berbuka dengan buah kurma. Jika tidak menemukan
buah kurma maka berbuka dengan air karena air adalah bersih.(Hadits Riwayat Abu
Dawud dan Ath Thurmidzi)
Dari
Anas ra, berkata: Rasulullah SAW berbuka puasa sebelum shalat dengan memakan
kurma segar, kalau tidak mendapatkan kurma segar maka dengan kurma kering, dan kalau
tidak ada kurma kering meminum beberapa teguk air. (Hadits Riwayat Abu Dawud
dan Ath Thurmidzi)
Fruktosa
bersama dengan selulosa berpengaruh mengaktifkan gerakan cacing usus. Sementara
itu, fosforus merupakan bahan yang penting dalam menutrisi bilik bilik otak dan
masuk ke dalam struktur senyawa fosfat, seperti adenosine triphospahate (ATP)
dan guanine triphosphate (GTP), yang memindahkan dan mengarahkan energi ke
seluruh tubuh. Selain itu, vitamin vitamin yang dikandung dalam buah kurma
berperan sangat efektif dalam proses asimilasi, disamping berpengaruh dalam
menenangkan urat syaraf.
Mineral
yang dikandung buah kurma berperan penting dalam pembentukan sebagian enzim
yang penting dalam proses biologis tubuh dan berperan dalam prosese kerja
sebagain yang lain. Mineral juga berperan dalamn pengencangan dan pengenduran
otot dalam keseimbangan zat asam alkali dalam tubuh. Dengan demikian,
ketegangan otot atau syaraf menjadi hilang dan seluruh tubuh akan merasakan
ketenangan dan semangat.
Sebaliknya, kalau seseorang yang berpuasa
mengawali buka puasanya dengan memakan bahan makanan yang berprotein atau
berlemak, makanan itu tidak dapat diserap kecuali beberap lama setelah proses
pencernaan dan penguraian. Akibatnya, makanan itu tidak banyak manfaatnya untuk
membantu tubuh yang membutuhkan energi segera. Selain itu, tingginya asam amina
di dalam tubuh yang ditimbulkan makanan yang tidak mengandung gula, bahkan yang
mengandung sedikit gula dapat menyebabkan turunnya gula darah. Dengan alasan
alasan tersebut kita dapat memahami mengapa Rasulullah SAW memerintahkan kita
untuk mengawali buka dengan dengan memakan buah kurma.
F. PUASA DAN MENJAUHI MARAH.
Ketika
orang yang sedang berpuasa marah, emosi, dan cemas, pengeluaran adrenalin pada
darahnya akan makin banyak. Pada tingkat kemarahan yang tinggi atau ketika
terjadi perkelahian, jumlah adrenalin yang keluar dapat mencapai 20 sampai 30
kali lipat jumlah dalam kondisi normal. Jika itu terjadi pada awal siang hari
puasa (ketika pencernaan dan penyerapan berlangsung), pencernaan dan penyerapan
makanan akan terganggu bersamaan dengan terganggunya tubuh secara umum. Hal itu
disebabkan karena adrenalin bekerja mengendurkan otot otot halus di dalam
sistem pencernaan, mengurangi kontraksi empedu, menyempitkan pembuluh darah
ujung, memperluas pembuluh mahkota, meninggikan tekanan pembuluh darah,
menambah jumlah darah yang masuk ke jantung dan menambah jumlah debar jantung.
Jika
kemarahan atau pertengkaran itu terjadi di tengah atau di sore hari (selama
masa setelah penyerapan), akan terjadi penguraian cadangan glikogen yang
tersisa di hati, protein tubuh terurai menjadi asam amina dan oksidasi asam
lemak. Semua itu akan menyebabkan naiknya jumlah glukosa dalam darah, kemudian
terbakar untuk menyuplai energi yang dibutuhkan tubuh saat bertengkar atau
berkelahi, sehingga energi dikonsumsi tanpa adanya arahan. Selain itu, sebagian
glukosa akan hilang bersamaan dengan keluarnya air seni jika melebihi jumlah
yang normal. Akibatnya, tubuh akan kehilangan sejumlah energi yang sangat
penting dann terpaksa mengonsumsi energi dari asam lemak hingga menyebabkan
teroksidasinya lebih banyak lagi dari padanya. Hal itu dapat menyebabkan
lahirnya jasad keton yang dapat membayakan darah. Di sisi lain, bertambahnya
adrenalin pada darah dapat menyebabkan keluarnya sejumlah besar air dari dalam
tubuh melalui air seni. Tingkat metabolism dasar juga mengalami kenaikan selama
terjadi kemarahan atau ketegangan akibat tingginya adrenalin dan terjadinya
penegangan otot.
Naiknya
jumlah adrenalin dapat menyebabkan serangan jantung atau kematian mendadak bagi
sebagian orang akibat naiknya tekanan darah dan naiknya kebutuhan otot jantung
terhadap oksigen karena kecepatan debarnya bertambah. Marah juga dapat
menyebabkan serangan otak pada orang yang menderita tekanan darah tinggi dan
penyempitan pembuluh nadi. Selain itu, bertambahnya adrenalin akibat adanya
tekanan jiwa ketika terjadi kemarahan atau kecemasan dapat menambah pembentukan
kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah, yang dapat bertambah selama
berpuasa, dan terbukti mempunyai kaitan dengan penyakit penyempitan urat nadi.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW berpesan kepada orang yang berpuasa untuk
selalu bersikap tenang, tidak mudah terpancing emosi, dan bertengkar atau
berkelahi. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, beliau bersabda: “Jika
seseorang di antara kalian sedang berpuasa, janganlah ia berkata keji dan
berkata keras. Kalau ia dihina oleh seseorang, hendaknya ia mengatakan, ‘Aku
sedang berpuasa.” (Mutafaq’alaih).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar