Salah satu kehendak Allah SWT kepada orang yang
berpuasa di bulan Ramadhan, yaitu Allah SWT berkehendak kepada diri kita untuk
mendapatkan dan merasakan malam yang lebih baik dari seribu bulan yang
keberadaannya dirahasiakan oleh Allah SWT. Allah SWT merahasiakan saat
datangnya atau saat tibanya malam seribu bulan bukanlah untuk menghalangi orang
yang berpuasa memperoleh malam seribu bulan, sebagaimana firmanNya berikut ini:
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1593]. dan tahukah
kamu Apakah malam kemuliaan itu? malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai
terbit fajar. (surat Al Qadr (97) ayat 1 s/d 5)
[1593] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam
Lailatul Qadr Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada
malam itu permulaan turunnya Al Quran.
Allah SWT merahasiakan malam seribu bulan ini agar orang
yang berpuasa memperoleh sesuatu yang luar biasa yang tidak bisa diungkapkan
dengan kata kata, melainkan hanya bisa dirasakan dengan sebuah perasaan yang
tiada terhingga yang pada akhirnya bisa menjadi bekal kita di akhirat kelak.
Malam seribu bulan hanya diketahui oleh Allah SWT
sehingga Allah SWT yang tahu persis seperti apa malam seribu bulan itu. Kita
tidak tahu kapan dimulainya atau saat datangnya malam seribu bulan itu, tetapi
yang pasti dan yang wajib kita imani adalah malam seribu bulan pasti ada. Kita
yang diperintahkan untuk puasa di bulan Ramadhan hanya bisa berusaha dan
berusaha untuk mendapatkan dan merasakan rasa dari malam seribu bulan itu tanpa
pernah mengetahui kapan saat terjadinya
malam seribu bulan. Kita tidak tahu seperti apa rasa dari malam seribu bulan
itu serta apa yang akan kita rasakan setelah memperoleh malam seribu bulan itu.
Malam seribu bulan adalah malam yang pasti ada dan pasti akan diberikan kepada
orang orang tertentu saja yang berpuasa di bulan Ramadhan. Inilah rahasia yang
Allah SWT rahasiakan kepada diri kita sehingga kita harus berusaha dengan
sebaik mungkin melaksanakan perintah puasa di bulan Ramadhan dalam
kerangka melaksanakan Diinul Islam
secara kaffah.
Adanya rahasia malam seribu bulan yang dirahasiakan
Allah SWT harus mendorong diri kita untuk konsisten dalam komitmen (istiqamah)
tidak hanya saat melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Akan tetapi konsisten dalam
komitmen saat melaksanakan Diinul Islam secara kaffah sepanjang hayat di kandung
badan. Adanya konsistensi dalam komitmen saat melaksanakan segala perintah
Allah SWT dari waktu ke waktu maka modal dasar untuk mendapatkan dan merasakan
malam seribu bulan yang dirahasiakan Allah SWT sudah kita miliki.
Hal yang harus kita
pahami dengan baik dan benar adalah Allah SWT adalah pemilik dari rahasia
keberadaan dari malam seribu bulan. Sebagai pemilik rahasia malam seribu bulan,
maka secara otomatis pula Allah SWT yang berhak menentukan:
1. Seperti apa malam seribu
bulan itu;
2. Kapan adanya (kapan saat
terjadinya) malam seribu bulan itu;
3. Bagaimana proses
terjadinya malam seribu bulan itu;
4. Bagaimana Allah SWT
menetapkan lama dari proses malam seribu bulan itu di tengah adanya perbedaan
waktu di muka bumi ini, siapa siapa saja yang berhak memperoleh malam seribu
bulan hanya Allah SWT yang bisa menentukan, dan seterusnya dan seterusnya
karena kita tidak tahu.
Adanya rahasia yang
dirahasiakan oleh Allah SWT tentang malam seribu bulan, maka kita harus bisa
menyikapi keadaan ini dengan baik dan benar. Untuk itu mari kita pahami malam
seribu bulan dengan konsep ini, yaitu :
1. Secara tersurat, malam
seribu bulan adalah ciptaan Allah SWT dan jika ini kondisinya maka malam seribu
bulan hanya sebatas ciptaan semata sedangkan Allah SWT adalah penciptanya. Jika
ini yang kita kejar saat bulan Ramadhan berarti kita mengejar ciptaannya saja.
Lalu bagaimana dengan Allah SWT?.
2. Secara tersirat, malam
seribu bulan adalah tanda tanda dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT dan jika
ini kondisinya maka malam seribu bulan menunjukkan bahwa Allah SWT ada, Allah
SWT tidak ghaib. Jika ini yang kita kejar saat bulan Ramadhan berarti kita
mengejar tanda tanda dari keberadaan Allah SWT. Lalu bagaimana dengan Allah
SWT?
3. Secara tersembunyi,Allah
SWT tidak bisa dipisahkan dengan malam seribu bulan.Hal ini dikarenakan Allah
SWT adalah penciptanya dan juga menunjukkan Allah SWT ada yang tercermin dari
malam seribu bulan adalah tanda tanda dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT.
Jika sudah seperti ini keadaannya maka yang harus kita kejar adalah Allah SWT
Nya saat bulan Ramadhan dan jika Allah SWT Nya mampu kita dapatkan maka secara
otomatis malam seribu bulan kita raih.
Adanya tiga skenario tentang malam seribu bulan di
atas, kita harus memilih dan menempatkan diri kita di posisi yang ke tiga dan
kemudian kita mengambil sikap dengan menempatkan sebelas bulan yang kita jalani
sebagai bulan latihan sedangkan bulan Ramadhan sebagai bulan pertandingan
dengan menempatkan malam seribu bulan sebagai hadiah yang sangat istimewa dari
Allah SWT. Adalah sebagai hal yang wajar jika kita mampu memenangkan
pertandingan lalu Allah SWT memberikan hadiah yang sangat istimewa berupa malam
seribu bulan.
Namun apabila, kita menempatkan sebelas bulan adalah
bulan pertandingan sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan maka tidak
wajar atau bahkan tidak munkin jika dalam latihan diberikan hadiah istimewa
oleh Allah SWT berupa malam seribu bulan. Apalagi orang melaksanakan puasa di
bulan Ramadhan masih mengalami gangguan keimanan atau gangguan kefitrahan
sehingga menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan mengembalikan kefitrahan dan
peningkatan keimanan. Justru sebaliknya, hanya orang yang sudah mapan atau
tidak mengalami persoalan di dalam keimanan dan kefitrahanlah yang memiliki
kesempatan yang terbesar untuk mendapatkan hadiah istimewa dari Allah SWT
berupa malam seribu bulan.
Selain daripada itu, untuk meraih dan mendapatkan
malam seribu bulan di bulan Ramadhan adalah jangan pernah mengejar malam seribu
bulannya, melainkan kejar dan carilah Allah SWT selaku pencipta dan pemilik
malam seribu bulan. Lalu berusahalah semaksimal mungkin untuk menjadikan diri
kita sesuai dengan kehendak Allah SWT (maksudnya dengan menampilkan penampilan
Alllah SWT) lalu laksanakan perintah menunaikan puasa Ramadhan sesuai dengan
kehendaknya pula yaitu dengan keimanan yang diikat dengan niat yang ikhlas.
Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada diri kita meraih dan merasakan
apa yang dinamakan dengan malam seribu bulan itu. Amien.
Di dalam
literatur Islam banyak dikemukakan bahwa malam seribu bulan diperkirakan
ada di malam malam ganjil sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan serta banyak
pula yang mengemukakan tentang tanda tanda dari malam seribu bulan itu. Namun
kapan waktunya, kapan dimulainya dan kapan berakhirnya serta seperti apa malam
seribu bulan tetap menjadi rahasia/misteri Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Carilah Lailatul Qadar itu di malam yang
ganjil dari puluhan pada akhir dari Ramadhan”. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim
dari Aisyah)
Hal yang harus kita perhatikan tentang malam seribu
bulan adalah adanya perbedaan waktu diantara tempat-tempat yang ada di muka
bumi ini, maka adanya perbedaan waktu maka dapat dipastikan turunnya malam
seribu bulan tidak akan sama waktunya antar satu tempat dengan tempat lainnya.
Katakan saat di Indonesia turun malam seribu bulan, di tempat lain ada yang
masih siang hari, ada yang masih pagi hari dan ini adalah sunnatullah yang
berlaku di muka bumi. Adanya perbedaan waktu maka dibalik perbedaan waktu
inilah malam seribu bulan dirahasiakan oleh Allah SWT.
Adanya rahasia ini menunjukkan kepada diri kita
bahwa malam seribu bulan hanya akan dianugerahkan, hanya akan diberikan, hanya
akan dapat dirasakan oleh orang orang tertentu saja atau hanya orang pilihan
Allah SWT sajalah yang bisa mendapatkan dan merasakan malam seribu bulan.
Adanya kondisi ini maka kita harus bisa menjadikan diri kita menjadi orang orang
pilihan Allah SWT sehingga mampu
memperolah dan merasakan rahasia yang dirahasiakan oleh Allah SWT. Disinilah
letak perjuangan kita untuk memperoleh malam seribu bulan itu.
Allah SWT adalah pemegang rahasia dari malam seribu
bulan sehingga hanya Allah SWT sajalah yang tahu persis siapa orang orang yang
pantas mendapatkan dan merasakan malam seribu bulan itu. Sebagai orang yang
membutuhkan puasa tentunya kita wajib berusaha untuk mendapatkan dan merasakan
apa yang dikehendaki oleh Allah SWT itu dengan bertanya kepada diri sendiri
sudahkah kita mampu memenuhi syarat ketentuan yang dikehendaki Allah SWT
sehingga kita mampu menjadi orang orang pilihan yang bisa mendapatkan dan
merasakan malam seribu bulan yang dirahasiakan Allah SWT itu. Jangan pernah menyerah
mendapatkan malam seribu bulan.
Katakan saat ini kita sedang melaksanakan ibadah puasa
di bulan Ramadhan, lalu apakah malam seribu bulan yang dirahasiakan oleh Allah
SWT bisa kita cari dengan melaksanakan ibadah di hari hari ganjil di sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan atau apakah malam seribu bulan itu diberikan oleh Allah SWT kepada diri kita
yang selalu berusaha konsisten memenuhi segala syarat dan ketentuan yang telah
ditentukan Allah SWT sehingga kita menjadi orang orang yang pantas menerima dan
merasakan malam seribu bulan? Jawaban dari pertanyaan tetap akan menjadi
rahasia Allah SWT. Diri kita hanya bisa berusaha dan berusaha dengan niat yang
ikhlas karena Allah SWT serta didasari dengan keimanan yang kuat karena apa
yang akan kita dapatkan dan rasakan dari malam seribu bulan itu adalah sesuatu
yang dirahasiakan oleh Allah SWT.
Untuk itu jadikan Rahasia Allah SWT ini menjadi
rahasia dan misteri yang harus kita pecahkan dengan selalu untuk mendapatkan
malam seribu bulan itu tanpa pernah merasa bosan untuk mendapatkannya. Hal
yang harus kita jadikan pedoman tentang malam seribu bulan adalah kita tidak
diperbolehkan mengaku ngaku (memberikan pengakuan secara sepihak) telah
mendapatkan dan merasakan malam seribu bulan itu apalagi sesumbar dengan
mengemukakan rasa dari malam seribu bulan itu. Kita bisa saja tidak mengetahui
telah mendapatkan dan merasakan malam seribu bulan padahal sesungguhnya kita
telah diberikan rahasia yang telah dirahasiakan oleh Allah SWT kepada kita.
Kita
bisa saja berada di saat malam seribu bulan itu terjadi tetapi pada saat
bersamaan kita tidak dalam posisi memohon untuk diberikan kesempatan
mendapatkan dan merasakan malam seribu bulan itu. Dan masih banyak lagi
kemungkinan yang terjadi pada malam seribu bulan itu karena memang malam seribu
bulan itu adalah rahasia Allah SWT dan selanjutnya kita harus bisa menguak
rahasia itu dengan menjadikannya sebagai sebuah tantangan bagi diri mulai detik
ini berusaha secara konsisten untuk mendapatkan dan merasakan malam seribu
bulan itu.
Saat
ini belum pernah terdengar atau belum pernah ada orang yang mampu memberikan testimoni
atau pernyataan bahwa ia telah mampu mendapatkan dan merasakan malam seribu
bulan. Hal ini dimungkinkan karena orang yang mendapatkan dan merasakan rasa
dari malam seribu bulan, mungkin saja tidak tahu bahwa ia telah mendapatkan dan
merasakan malam seribu bulan itu atau orang itu tidak mampu mengungkapkan rasa
dari malam seribu bulan itu karena memang tidak bisa diungkapkan apa yang
menjadi rahasia Allah SWT. Adanya kondisi ini kita tidak bisa bertanya kepada
seseorang seperti apa rasa dari malam seribu bulan itu terkecuali bertanya
kepada Allah SWT selaku pemegang rahasia malam seribu bulan itu.
Kita
harus terus berusaha untuk memperoleh dan merasakan rasa dari malam seribu
bulan itu karena malam seribu bulan itu bukanlah sesuatu yang mustahil kita
dapatkan sepanjang kita mau berusaha dan berusaha untuk mendapatkannya dengan
selalu meminta kepada Allah SWT dan memenuhi segala syarat dan ketentuan yang
dikehendaki Allah SWT. Allah SWT selaku pemegang rahasia dari malam seribu
bulan tentunya memiliki hak mutlak untuk menentukan siapa siapa saja yang
pantas mendapatkan dan merasakan malam seribu bulan itu. Sekarang semuanya
terpulang kepada diri kita mampukah kita menjadikan diri kita sendiri menjadi
orang orang yang terpilih sehingga pantas mendapatkan dan merasakan rasa dari
malam seribu bulan itu. Alangkah bahagianya, alangkah terharunya, alangkah dan
alangkah jika diri kita mampu dan
mendapatkan dan merasakan malam seribu bulan itu saat menjadi khalifah di muka
bumi ini dan mampu menjadikan rasa itu malam seribu bulan itu menjadi bekal di
akhirat kelak, amien.
Berikut
ini akan kami kemukakan takhayul-takhayul yang terjadi di masyarakat yang
berhubungan dengan malam seribu bulan. Hal ini penting kami kemukakan, agar
kita mawas diri saat melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Adapun yang dimaksud
takhayul takhayul dimaksud adalah:
1.
Pada malam turunnya malam seribu bulan ada
saat beberapa detik hingga satu menit dunia menjadi terang tetapi bukan dari
sinarnya matahari atau bulan. Angin pun berhenti yang menyebabkan pepohonan dan
dedaunan tidak bergerak, air laut dan sungai dan juga danau serta air dimana
pun berhenti mengalir dan beku. Hanya beberapa detik hingga satu menit saatnya.
Bilamana engkau mengetahui saat yang ajaib itu, berdoalah kepada Allah SWT,
nanti akan dikabulkan meskipun apa saja yang diminta.
2.
Pada malam sepuluh akhir dari Ramadhan
terutama pada tanggal ganjil, hendaklah begadang semalam suntuk dan harus di
luar, di halaman atau ruang terbuka yang beratapkan langit. Jangan mengantuk
dan tidur, sebab nanti bila ada saat ajaib engkau akan tahu. Orang yang menyaksikan
saat ajaib itulah yang akan mendapatkan malam seribu bulan. Insha Allah engkau
akan beruntung, menjadi hartawan dan kekayaan berlimpah.
3.
Kemudian orangpun memasang lampu lampu di
sumur, di pojok pojok rumah, di wc dan tempat tempat air yang mengalir. Bahkan
ada pada sebagian daerah tertentu yang memanfaatkannya dengan bermain judi.
Itulah
kepercayaan kepercayaan yang bersifat tahayul yang berhubungan dengan malam
seribu bulan yang terjadi masyarakat.
Memang
ada hadits yang menceritakan adanya tanda tanda turunnya malam seribu bulan,
seperti bulan bersinar lembut, paginya matahari tampak putih bersih bagaikan
sinar perak dan siangnya sinar matahari tersebut tidak menyengat meskipun
terik. Namun tanda tanda itu sering samar. Jumhur ulama berpendapat bahwa malam
seribu bulan itu tidak mesti tampak tanda-tandanya secara fisik, atau terlihat
dengan mata telanjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar