Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 07 Maret 2024

PUASA YANG DIKEHENDAKI ALLAH SWT (PART 4 OF 4)

 

F.      TIDAK MENGABAIKAN SUNNAH SUNNAH PUASA.

     Agar puasa yang kita laksanakan selama bulan Ramadhan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT, kita tidak diperkenankan atau kita tidak boleh mengabaikan sunnah sunnah yang berlaku saat bulan di Ramadhan. Sunnah sunnah yang ada di bulan harus kita jaga, kita laksanakan dengan baik dan benar agar kesempurnaan ibadah puasa di bulan Ramadhan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Berikut ini akan kami kemukakan sunnah sunnah yang berlaku di saat bulan Ramadhan, yaitu:

 

1.       Bersegera Berbuka Puasa. Berdasarkan hadits yang kami kemukakan di bawah ini dikemukakan bahwa Allah SWT selaku pemberi perintah melaksanakan puasa sangat menyayangi hambaNya yang paling bersegera berbuka puasa setelah adzan magrib tiba. Allah SWT sangat tidak suka kepada hambaNya yang menunda nunda berbuka puasa. Jika ini yang terjadi berarti kita telah menghilangkan kesempatan untuk memperoleh kebaikan dari aktivitas berbuka puasa, sebagaimana hadits berikut ini:

 

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya yang paling Ku sayangi dari hamba Ku ialah yang paling segera berbuka”. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi dari Abu Hurairah ra)

 

Rasulullah SAW bersabda:“Senantiasa manusia dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa.” (Hadits Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

 

Hal yang terpenting dari bersegera untuk berbuka puasa adalah salah satu kesenangan yang sudah dipersiapakan oleh Allah SWT kepada orang yang melaksanakan puasa dapat kita rasakan yaitu merasakan nikmatnya berbuka puasa (merasakan kebahagiaan saat berbuka puasa) walaupun hanya dengan seteguk air putih. Rasulullah SAW membiasakan berbuka terlebih dahulu kemudian baru mendirikan shalat Maghrib, walaupun hanya seteguk air saja. Sebaiknya setelah sampai saatnya berbuka puasa, makanlah makan kecil, seperti buah kurma atau yang lainnya, minum air, dan kemudian mendirikan shalat Maghrib. Setelah itu barulah melanjutkan berbuka puasa.

 

Adanya fasilitas yang siap diberikan Allah SWT kepada diri kita saat melaksanakan ibadah puasa, apakah akan kita sia siakan berlalu begitu saja sehingga kita menunda nunda untuk berbuka puasa. Apalagi sebelum diri kita merasakan kegembiraan saat berbuka puasa kita mulai dengan memanjatkan doa berbuka puasa kepada Allah SWT maka lengkaplah sudah kebahagiaan dan kegembiraan saat berbuka puasa. Sebagaimana hadits berikut ini: Ibn Mas’uud ra, berkata: Nabi Saw bersabda: Allah ta’ala berfirman: Semua amal ibadah anak Adam untuk dirinya sendiri, kecuali puasa, maka itu untuk Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Dan bagi orang yang puasa dua kali kesenangan gembira ketika berbuka puasa dan gembira ketika menghadap kepada Tuhannya. Dan sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa disisi Allah lebih harum dari misik (kesturi) (Hadits Qudsi Riwayat Ath Thabarani, Ibn Annajjar dan Ibnu Asakir dari Abdullah bin Alharits bin Naufal; 272:123).

 

Dan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi yang membutuhkan puasa tentunya kita pernah atau bahkan sering merasakan kebahagiaan berbuka puasa, lalu cobalah kita tidak berpuasa tanpa rukshah (alasan yang sesuai dengan syariat) apa yang kita rasakan? Ada sebuah perasaan yang tidak enak di dalam hati atau timbul rasa tidak nyaman dalam diri sehingga rasa berdosa karena tidak puasa menghantui diri kita. Jadi tidak salah jika Allah SWT menyatakan adanya kebahagiaan saat berbuka puasa.

 

2.       Berdoa Dikala Berbuka Puasa. Doa Rasulullah SAW di kala berbuka puasa, menurut riwayat Adh Daraquthni dari Ibnu Abbas ra, adalah: “Allahumma Laka Shumnaa Wa’ala Rizqika Aftharnaa Fataqabbal Minna Innaka Antas Sami’ul Aliim . Artinya : “Wahai Tuhanku, untuk Engkau aku berpuasa dan dengan rezeki Engkau kami berbuka. Maka terimalah dari kami, Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Atau dengan lafal atau ucapan: Allahumma Laka Shumtu Wa’ala Rizqika Afthartu, Subhaanaka Wabihamdika, Allahumma Taqabbal Minni Innaka Antas Sami’ul Alim. Artinya: “Wahai Tuhanku, untuk Engkau aku berpuasa, dan dengan rezeki Engkau aku berbuka, aku mengakui kesucian Engkau (dan dengan kodrrat Engkau aku dapat mensucikan) dan memuji Engkau. Wahai Tuhanku, terimalah dariku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Atau berdoa seperti doa Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Adh Daraquthni dari Ibnu Umar, yakni: “Allahumma Dzahabadh Dhomaa u, Wantallatil ‘Uruuqu, Watshabatal Ajru Insya Allah.” Artinya: “Wahai Tuhanku, telah hilang haus dan telah basah segala urat dan mudah mudahan pahala tetap jika Allah menghendakinya”.

 

3.       Makan Sahur Dengan Niat Untuk Menambah Kekuatan Berpuasa. Berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut ini:  Rasulullah SAW bersabda: “Makan sahurlah kamu, sesungguhnya makan sahur itu suatu berkah (yakni menguatkan badan dan menahan lapar karena puasa.” (Hadits Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim, dari Anas ra,)

 

Rasulullah SAW bersabda: Bersahur itu adalah suatu keberkahan. Maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun dengan hanya meneguk air seteguk, karena Allah dan para Malaikat bershalawat (mendoakan kesejahteraan) atas orang orang yang bersahur (makan sahur)”. (Hadits Riwayat Ahmad dari Abu Sa’id). Selain daripada itu, Rasulullah SAW juga bersabda: “Hendaknya engkau mencari pertolongan (sebagai bantuan) dengan makan sahur, atas puasa pada siang hari. (Hadits Riwayat Ibnu Majah).

 

Makan sahur di malam hari itu adalah pertolongan agar kita tidak merasa berat berpuasa di siang hari nanti. Semoga kita mampu melaksanakan makan sahur yang sesuai dengan anjuran dari Nabi Muhammad SAW sehingga puasa yang kita laksanakan sesuai dengan kehendak Allah SWT serta memberikan hasil yang sesuai dengan kehendak Allah SWT pula.

 

4.       Mengakhirkan Makan Sahur. Berdasarkan 3 (tiga) buah hadits yang kami kemukakan berikut ini: Dari Anas, ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Makan sahurlah kamu, sesungguhnya makan sahur itu suatu berkah (yakni untuk menguatkan badan dan menahan lapar karena puasa.” (Hadits Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim)

 

Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Hendaknya engkau mencari pertolongan (sebagai bantuan) dengan makan sahur, atas puasa pada siang hari. (Hadits Riwayat Ibnu Majjah)

 

Dari Abu Said ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Bersahur itu adalah suatu keberkatan. Maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya meneguk air seteguk, karena Allah dan para Malaikat bershalawat (mendoakan kesejahteraan) atas orang yang bersahur (makan sahur). (Hadits Riwayat Ahmad).

 

Berdasarkan 3 (tiga) buah ketentuan hadits di atas ini, Allah SWT juga berkehendak kepada yang melaksanakan ibadah puasa untuk makan sahur, walaupun hanya dengan meneguk air seteguk saja. Adanya makan sahur yang kita lakukan saat melaksanakan puasa berarti kita memulai pelaksanaan ibadah puasa dengan suatu keberkahan dikarenakan Allah SWT dan para Malaikat bershalawat atau ikut mendoakan atas kesejahteraan bagi orang yang makan sahur sebelum melakasanakan ibadah puasa. Untuk jangan sia-siakan kesempatan ini, makan sahurlah sebelum berpuasa karena dengan makan sahur secara tidak langsung kita sudah mensinergikan diri kita dengan Allah SWT serta memulai sesuatu dengan sesuatu yang baik serta berharap mendapatkan hasil yang terbaik.

 

5.       Berdoa Ketika Berpuasa. Ketika kita sedang berpuasa, tentunya seluruh kegiatan baik lahir ataupun bathin akan terpengaruh oleh ibadah yang sedang kita laksanakan. Gerak dan diam kita, bicara dan senda gurau kita, semuanya akan terpengaruh oleh puasa kita. Dan itulah tandanya bahwa di dalam melaksanakan ibadah puasa, benar benar dapat kita hayati sepenuh lahir dan bathin kita. Bahkan puasa yang sedang kita laksanakan itu dapat membentuk karakter kita, mengubah durhaka menjadi taubat, maksiat menjadi taat kepada Allah SWT, dan sikap urakan menjadi tenang, dari bengal dan nakal menjadi orang yang terpuji bertanggung jawab dan seterusnya.

 

Di dalam keadaan diri kita berserah diri kepada Allah SWT lahir dan bathin dengan penuh harap dan kekhusyukan itulah kita sertai dengan berdoa kepada Allah SWT agar ibadah yang sedang kita tunaikan ini sesuai dengan kehendak Allah SWT, apa yang kita lakukan di ridhaiNya serta selamat dalam hidup di dunia dan akhirat. Doa kepada Allah SWT yang penuh harap dan cemas di kala kita menunaikan ibadah puasa Ramadhan itu adalah merupakan suatu ibadah tersendiri yang ada hubungannya dengan ibadah puasa Ramadhan.

 

Dan doa itu sebenarnya adalah suatu ibadah yang teramat penting, apalagi kita sedang berpuasa dan akan menjadi amalan yang utama, sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, berkata, bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Tiga orang yang tidak ditolak doa mereka: (1) orang yang sedang berpuasa hingga berbuka; (2) Imam (pemimpin) yang adil; dan (3) orang yang teraniaya. Allah mengangkat doanya ke atas awan, membuka pintu pintu langit untuk itu, serta Allah berfirman, yang artinya “Demi kebesaranKu, pasti Aku akan menolong engkau walaupun setelah berlalu suatu masa. (Hadits Riwayat Ahmad). Berdoa adalah hakekat dan bentuk manifestai dari beribadah. Di dalam berdoa, seorang hamba mengakui kekuasaan dan kebesaran Allah SWT serta mengakui kelemahan serta kehinaan dan kejahatannya kepada Allah  SWT. Saat tengah malam di kala semua hamba tertidur pulas, antara adzan dan iqamah, di waktu sedang sujud, di akhir malam, di kala khatib duduk di antara dua kutbah, ketika akan berbuka, semua waktu waktu tersebut disunahkan untuk berdoa.  

 

Di dalam berpuasa sebulan penuh, seseorang hendaknya mempunyai harapan yang baik dan bagus dalam doanya kepada Allah SWT, terutama ampunanNya. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Berdoa salah seorang dari kamu akan dikabulkan Allah selama orang tersebut tidak tergesa gesa mengeluh, “ Ah, aku telah berdoa kepada Allah tetapi Allah tidak mengabulkan doaku.” (hadits riwayat Bukhari Muslim). Di dalam berpuasa yang diliputi suasana doa, tidaklah bibir kita harus setiap saat berkomat kamit membaca doa, tetapi cukup berdoa dan harapan kita penuh kepada Allah SWT, dengan wajah dan pekerti yang mencerminkan kesenduannya orang yang prihatin.

 

6.       Shalat Tarawih atau Qiyamu Ramadhan. Tarawih artinya istirahat. Shalat tarawih juga dinamakan dengan Qiyamu Ramadhan, Qiyamu Lail. Juga dinamakan Tahajjud, yang artinya terjaga, yakni kebalikan dari tidur. Dinamakan shalat tarawih, karena dahulu Rasulullah SAW dan kaum muslimin pada mula mula berkumpul untuk menjalankan shalat tersebut, para beliau beliau itu beristirahan terlebih dahulu setiap mereka selesai empat rakaat.

 

Dan nama tarawih itu sendiri tidak ada atau tidak dikenal pada zaman Nabi Muhammad SAW dahulu, karena pada waktu itu hanya disebut dengan Qiyamu Ramadhan bagi shalat Qiyamul Lail yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW pada bulan Ramadhan itu. Shalat Tarawih adalah suatu syiar Islam yang nyata, hukumnya sunnah muakkadah, bagi laki laki dan perempuan, sah dikerjakan sendiri sendiri (munfarid) baik di rumah atau di mushalla atau di masjid, dan lebih baik dikerjakan secara berjamaah. Adapun waktunya  shalat Tarawih adalah setelah selesai mendirikan shalat Isya dan waktunya berakhir setelah terbit fajar, yakni habisnya waktu sahur, dan sebelum shalat Witir.

 

7.       Banyak Beramal Sedekah dan Menolong Fakir Miskin. Sedekah kepada fakir miskin atau orang yang membutuhkan pertolongan dan amal kebajikan lainnya, baik amal sosial kemasyarakatan maupun untuk kepentingan dakwah Islamiyah merupakan amalan Ramadhan yang penting. Menyantuni anak yatim, fakir miskin, kepada madrasah, masjid masjid, kepentingan dakwah Islam juga merupakan amal yang ada rangkaiannya dengan ibadah puasa Ramadhan. Adanya ketentuan dari 2 (dua) buah hadits yang kami kemukakan berikt ini:

 

“Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan sifat kedermawanannya itu lebih menonjol ketika bulan Ramadhan, dikala Jibril datang untuk bertadarus AlQuran, maka Rasulullah ketika Ramadhan itu lebih bermurah hati daripada melebihi angin bertiup perumpamaannya, yang tidak dimintakan kepadanya sesuatu (di bulan Ramadhan) melainkan diberikannya.” (Hadits Riwayat Bukhari Muslim, dari Ibnu Abbas ra,)

 

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa memberi makan untuk berbuka bagi orang yang puasa, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala orang puasa itu, tanpa mengurangi pahalanya orang yang berpuasa tersebut”.(Hadits Riwayat Ath Thirmidzi).

 

Berdasarkan hadits ini di dapat sebuah kesimpulan bahwa puasa dan amal sedekah sangat erat hubungannya, bahkan antara keduanya menjadi satu dalam satu tujuan.

 

8.       Tadarus dan Mempelajari AlQuran. Melakukan aktifitas tadarus AlQuran bukanlah sekedar membaca dan membetulkan bacaan AlQuran yang kita baca. Melakukan aktivitas tadarus AlQuran di bulan Ramadhan tidak bisa hanya sampai level membaca AlQuran semata, melainkan harus sampai kepada mempelajari AlQuran  lalu memahami arti dan maksud isi dan kandungan AlQuran, lalu berusaha mengamalkan atas apa apa yang kita pelajari dan pahami dan jika memungkinkan lanjutkan dengan menyebarluaskan AlQuran ke tengah tengah masyarakat.

 

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Puasa dan AlQuran memberi syafaat (pertolongan) kepada para hamba di hari kiamat. Pada hari itu puasa berkata: Wahai Allah, aku telah menghalanginya dari makan dan minum dan melampiaskan syahwatnya di siang hari, maka izinkanlah aku memberikan pertolongan kepadanya (orang yang berpuasa itu). Saat itu pun AlQuran berkata: Oh Allah, aku juga telah menghalanginya dari tidur malam hari (karena dia asyik bertadarus tentang diriku), maka izinkanlah aku memberikan pertolongan kepadanya. Maka akhirnya Allah menerima permohonan puasa dan AlQuran dan orang tersebut Menerima pertolongan dari puasa dan AlQuran, maka diapun masuk syurga. (Hadits Riwayat Ibnu Abid Dunya dan Al Hakim, dari Abdullah bin Umar).

 

Hal yang harus kita perhatikan adalah bahwa cara bertadarus ada bermacam macam, seperti mendatangi tempat tempat khusus yang tadarusnya setelah jamaah shalat tarawih selesai berisi pengajian AlQuran yang tidak hanya membaca AlQuran semata, atau kita juga bisa mempelajari Tafsir AlQuran sebagai bentuk bertadarus AlQuran.

 

9.       I’tikaf Dalam Masjid. I’tikaf ialah berdiam sesaat atau lebih di dalam masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT (bertaqarrub) baik di siang atau malam hari. Dalam beri’tikaf itu hendaknya bertafakkur ayau berdzikir atau membaca AlQuran, memohon taufik, hidayah, keselamatan serta ampunan Allah SWT. Hukum I’tikaf adalah sunnah, kecuali bagi orang yang bernadzar maka ia wajib melaksanakan nadzarnya. Sedangkan rukunnya I’tikaf adalah niat I’tikaf dan berdiam diri dalam masjid. Meskipun I’tikaf itu sama halnya dengan bertafakkur, tetapi tidak boleh dilaksanakan di tempat selain masjid, seperti mushalla, di rumah sendiri, di villa, atau di makam atau di dalam gua gua.

 

Adapun syarat I’tikaf ialah orang Islam, telah baligh, suci dari hadas besar seperti dari janabah, haid dan nifas. Meskipun kesunnahan I’tikaf itu di segala waktu, tetapi di dalam bulan Ramadhan mempunyai nilai tersendiri, karena antara puasa dengan I’tikaf ada kaitannya. Makanya I’tikaf di bulan Ramadhan mempunyai nilai yang sangat tinggi. Terutama waktunya yang diamalkan oleh Rasulullah SAW dahulu ialah 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan.

 

Selain sembilan hal yang telah kami kemukakan di atas, masih ada satu hal yang harus kita perhatikan saat menjelang berakhirnya ibadah puasa wajib di bulan Ramadhan yaitu tentang Zakat Fitrah dan Shalat Idhul Fitri. Zakat fitrah merupakan salah satu dari jenis zakat yang wajib dikeluarkan setiap individu merdeka dan mampu serta sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan. Zakat sendiri telah menjadi salah satu bagian dari rukun Islam yang ke-4. Oleh karena itu, diwajibkan kita sebagai umat muslim untuk selalu membayar zakat terutama zakat fitrah. Adapun pengertian dari zakat fitrah adalah zakat yang berguna untuk membersihkan diri (untuk menjaga kefitrahan diri)  dan juga sebagai pelengkap dari ibadah puasa di bulan Ramadhan sehingga tanpa zakat fitrah yang kira tunaikan puasa di bulan Ramadhan kita tidak terlengkapi (sempurna).

 

Sebagaimana hadits berikut ini: “Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka darah dan harta  mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah Subhanahu wata’ala.” (Hadits Riwayat. Bukhari no. 25; Muslim no. 22)

 

Adapun syarat-syarat wajib zakat fitrah yaitu sebagai berikut:

 

1.       Beragama Islam dan Merdeka;

2.       Menemui dua waktu yaitu diantara bulan Ramadhan dan Syawal walaupun hanya sesaat;

3.       Mempunyai harta yang lebih dari pada kebutuhannya sehari-hari untuk dirinya dan orang-orang di bawah tanggungan pada hari raya dan malamnya.

 

Persyaratan di atas ini merupakan syarat-syarat untuk orang yang wajib zakat fitrah. Dan ada juga syarat tidak wajib zakat fitrah yaitu:

1.       Orang yang meninggal sebelum terbenam matahari pada akhir Ramadhan;

2.       Anak yang lahir selepas terbenam matahari pada akhir Ramadhan;

3.       Orang yang baru memeluk agama Islam sesudah matahari terbenam pada akhir Ramadhan;

4.       Tanggungan istri yang baru saja dinikahi selepas matahari terbenam pada akhir Ramadhan.

 

Adapun ketentuan dari Zakat Fitrah yang harus kita tunaikan sebelum Hari Raya Idhul Fitri adalah :

 

1.       Besarnya Zakat fitrah adalah 2.5 kg, boleh dibayarkan sesuai dengan harga dari makanan pokok tersebut, sebagaimana hadits berikut ini: Ibnu Umar ra, berkata: Rasulullah telah mewajibkan Zakat Fitrah pada bulan Ramadhan sebanyak satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum kepada hamba sahaya maupun orang orang yang merdeka, laki laki atau perempuan, besar maupun kecil dari umat Islam.” (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim). Adapun zakat fitrah disesuaikan dengan makanan pokok kita dan masyarakat Indonesia pada umumnya yaitu adalah beras sebanyak 3,5 liter atau 2,5 kg beras.

 

2.       Orang yang wajib membayar Zakat fitrah adalah semua muslim tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, bayi, anak-anak dan dewasa, kaya atau miskin (yang mempunyai makanan pokok lebih dari sehari)

 

3.       Waktu mengeluarkan atau menunaikan Zakat fitrah : (1) Waktu wajib membayar zakat fitrah yaitu ditandai dengan tenggelamnya matahari diakhir bulan Ramadhan atau (2) Diperbolehkan mendahului atau mempercepat pembayaran zakat fitrah  dari waktu wajib tersebut.

 

Ibnu Abbas, ra, berkata: “Rasulullah SAW telah mewajibkan ditunaikannya zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan dari perkataan buruk selama ia berpuasa; disamping zakat fitrah adalah dapat memberi makanan kepada orang orang miskin, karena itu, siapa yang menunaikannya sebelum shalat Ied, maka itulah zakat yang diterima. Sementara siapa yang menunaikannya setelah shalat Ied, maka zakat itu seperti bagian dari sedekah biasa”.

 

Berikut ini akan kami uraikan waktu zakat yang tepat untuk mengeluarkan zakat fitrah.

 

a.        Waktu Harus: bermula dari awal bulan Ramadhan sampai akhir bulan Ramadhan.

b.       Waktu Wajib: setelah matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan.

c.        Waktu Afdhal: setelah melaksanakan solat subuh pada hari akhir Ramadhan sampai sebelum mengerjakan shalat Idul Fitri.

d.       Waktu Makruh: melaksanakan shalat Idul Fitri sehingga sebelum terbenam matahari.

 

Semoga kita mampu menunaikan zakat fitrah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan jangan sampai karena kelalaian lalu kita terlambat atau gagal menunaikan zakat fitrah mengakibatkan puasa Ramadhan kita tercoreng menjadi tidak sempurna. Setelah selesai menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan, masih ada satu lagi sunnah yang harus kita laksanakan yaitu mendirikan shalat Idhul Fitri secara berjamaah baik di tanah lapang ataupun di masjid masjid yang dilanjutkan dengan saling maaf memaafkan di antara sesama manusia. Alangkah indahnya ibadah ini.  

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar