G. OBATKU PUASA.
Dr Lord Stodart dalam
bukunya “The New World of Islam” menyebutkan Muhammad adalah pembangun ruhani
yang hebat, seorang ahli strategi, pemimpin umat, politikus ulung, ekonom serta
seorang yang sosial democrat, beliau menolak segala pujian yang diberikan atas
diri pribadinya. Sedangkan Thomas Carlyle dalam buku “Hero is a Prophet”
mengumakan, “umat Islam yang telah menerima pimpinan bimbingan Nabi Muhammad
SAW kemudian berhasil mendirikan pemerintahan di Spanyol yang sangat
mengagumkan di abad pertengahan, sedangkan bangsa Eropa kala itu masih diliputi
kebodohan”.
Prof Vaswani dalam bukunya
“The Law Quartely” mengatakan: “Dengan wahyu Allah Yang Maha Pemurah, agama
Islam menjadi suluh kemajuan di Afrika, China, Asia, Eropa, Persia, dan
Hidustan, sedang Eropa masih tidur nyenyak, kemudian umat Islam membangkitkan
dan memberi bimbingan bagi mereka”. Sedangkan dalam New Internationale
Encyclopaedie disebut “Dunia sekarang harus banyak berterima kasih kepada Islam
sebab merekalah yang mempelopori kepandaian dunia.”
Umat Islam telah membangun
gedung gedung yang mengagumkan dunia seperti Taj Mahal dan Al Hambra yang
kondang. Mereka itulah yang mula-mula menemukan ilmu Aljabar, Ilmu Hitung,
Kimia dan obat obatan. Mereka yang pertama kalinya mendirikan universitas di
Baghdad, sehingga rombongan daru luar negeri, utamanya dari Eropa datang kesana
untuk menjadi murid umat Islam.
Dalam Encyclopedia
Britanica juga menyebutkan, “Islam telah lebih dahulu mengarang bermacam macam
buku yang kemudian dikutif orang seantero jagad hingga sekarang. Di Cairo
mereka telah mendirikan perpustakaan yang kondang di dunia, sedangkan di masa
itu London sebagai tempat yang kotor dan jelek serta jalan jalannya berbau
busuk, padahal orang Islam mendirikan Cordova yang terkenal lantaran keindahan
gedung gedung dan kebun kebunnya yang menawan. Dr. Kernkamf menulis; Orang
Islam menjadi dokter yang pandai dan ahli ilmu pengetahuan. Mereka itulah yang
pertama kali mengarang angka satu sampai sepuluh yang digunakan hingga
sekarang. Mereka sudah berhasil membuat dan meracik obat obatan, menciptakan
penerangan (lampu) di jalan, mendirikan masjid dan istana yang indah, bercocok
tanam, sedangkan orang Eropa pada waktu mendapat beras dari orang Islam.
Demikianlah hasil karya
yang diperoleh dari kecakapan otak lahir dan kecerdasan otak bathin (hati
ruhani yang fitrah) yang dimiliki oleh umat Islam di zaman Rasulullah dan
Khulafaurrasyidin serta ahli falsafah dengan melakukan puasa yang dilandasi
keimanan yang diikat dengan niat yang ikhlas. Cobalah kita simak dan teliti
biografi orang orang besar dan kalangan intelektual yang jenius, tentu akan
diketahui bahwa dalam hidupnya senantiasa berpuasa. Inilah rahasia puasa yang
sanggup mencetak manusia menjadi intelek dan berkeprimanusiaan yang tinggi dan
berkepribadian menuju kebahagiaan lahir dan bathin yang sangat besar sekali
manfaatnya kepada sesama makhluk hidup, masyarakat, bangsa dan negara.
Seorang ahli kesehatan
berkata: Pencernaan itu adalah pusat penyakit dan berpantang itu adalah obat’.
Ada yang berpendapat bahwa susunan kata tersebut adalah hadits Nabi sehingga
sementara ulamapun berpendapat demikian, sebenarnya bukan sabda Nabi, melainkan
pitutur seorang shalih pada zaman dahulu. Imam Zarkasyi berkata, ucapan itu
tidak bersumber daripada pada sabda Nabi, melainkan ucapan seorang tabib.
Peribaha latin menyebutkan: Plenus Venter non student it benter yang
artinya: perut yang penuh makanan sukar
belajar. Dan itulah sebabnya Napoleon Bonaparte mengatakan “Obatku
adalah Puasa”. Inilah ungkapan yang jujur yang dikemukakan oleh seorang
Napoleon Bonaparte, yang tentunya tidak main main saat hal ini diungkapkannya.
Berbagai
penelitian telah mengungkap adanya makna yang hakiki dari puasa ditinjau dari perspektif medis modern
bagi kepentingan Jasmani. Dalam penelitian ilmiah, tidak ditemukan efek
merugikan dari ibadah puasa di bulan Ramadhan pada jantung, paru, hati, ginjal,
mata, profil endokrin, hematologi dan fungsi neuropsikiatri. Penelitian meta
analisis atau penelitian terhadap berbagai Abstrak Terkait ini diperoleh dari
Medline dan jurnal lokal di negara-negara Islam 1960-2009. Seratus tiga belas
artikel yang memenuhi kriteria untuk pemilihan kertas dikaji secara mendalam
untuk mengidentifikasi rincian bahan terkait.
Hasilnya,
terdapat manfaat luar biasa dan tidak disangka sebelumnya oleh para ilmuwan
tentang adanya manfaat yang hakiki dari puasa Ramadhan bagi kesehatan manusia.
Meskipun puasa Ramadhan aman untuk semua orang sehat dan beberapa kondisi sakit
tertentu, namun dalam keadaan penyakit tertentu seseorang harus berkonsultasi
dengan dokter dan mengikuti rekomendasi ilmiah, sebagaimana firmanNya berikut
ini: “(yaitu)
dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi
orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar
fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan
hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (surat Al Baqarah (2) ayat
184)
[114]
Maksudnya memberi Makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari.
Bulan Ramadhan
adalah bulan yang paling dinanti oleh umat muslim. Saat itu, dianggap sebagai
bulan yang penuh berkah dan rahmah. Semua umat muslim yang sehat dan sudah akil
baligh diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh. Meskipun untuk sebagian orang
ibadah puasa cukup berat, tetapi terdapat keistimewaan untuk mendapatkan hikmah
dari Allah SWT berupa kebahagiaan, pahala berlipat, dan bahkan kesehatan
jasmani, sebagaimana hadits berikut ini: “Abu Darda ra, berkata: Nabi Saw bersabda: Allah
ta’ala berfirman: Allah SWT telah mewahyukan kepada orang orang Bani Israil,
bahwa barang siapa berpuasa karena
mengharap ridha Ku, niscaya Aku karuniai kesehatan badan dan pahala yang
banyak. (Hadits Qudsi Riwayat Abu Syeikh, Ad Dailami dan Ar Rafi’i; 272:234)
Allah SWT
selaku pemberi perintah dan juga pemilik dan pencipta alam semesta ini telah
berjanji akan memberikan berkah kepada orang yang berpuasa. Seperti ditegaskan dalam
sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu’aim: "Berpuasalah
maka kamu akan sehat." Dengan berpuasa, akan diperoleh manfaat
secara biopsikososial berupa sehat jasmani, rohani dan sosial. Rahasia
kesehatan yang dijanjikan dalam berpuasa inilah yang menjadi daya tarik ilmuwan
untuk meneliti berbagai aspek kesehatan puasa secara psikobiologis, imunopatofisilogis
dan biomolekular.
Para pakar
nutrisi dunia mendefinisikan puasa atau kelaparan (starvasi) sebagai pantangan
mengkonsumsi nutrisi baik secara total atau sebagian dalam jangka panjang atau
jangka pendek. Sedangkan konsep puasa dalam Islam secara substansial adalah
menahan diri tidak makan, minum dan berhubungan suami istri mulai terbit fajar
hingga terbenam matahari dengan disertai niat sehingga puasa memiliki perbedaan
dibandingkan starvasi biasa. Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah selama
Jasmani dipuasakan dalam kurun waktu tertentu, maka pada saat yang bersamaan ruh/ruhani
sebagai jati diri manusia yang sesungguhnya jangan pula turut dipuasakan. Ruh/ruhani
harus diberi makan dengan ibadah wajib dan sunnah sebanyak banyaknya. Apalagi
ada ketentuan yang khusus berlaku bagi ruh/ruhani yaitu ibadah sunnah menjadi
ibadah wajib dan ibadah wajib dilipatgandakan oleh Allah SWT dimana fasilitas
ini khusus untuk ruh/ruhani diri kita.
Pasifnya jasmani
karena dipuasakan dalam kurun waktu tertentu, berarti dalam kurun waktu
tertentu pula kita mengistirahatkan aktivitas pencernaan yang ada di dalam
Jasmani sehingga terjadilah apa yang dinamakan dengan regenerasi sel sel tubuh
yang rusak dengan yang baru. Dimana hal ini hanya bisa terjadi jika jasmani
diistirahatkan dalam kurun waktu tertentu. Di lain sisi pada saat yang
bersamaan terjadilah apa yang dinamakan dengan naiknya kualitas Ruh/Ruhani
karena diberi kesempatan yang luas untuk beribadah kepada Allah SWT sehingga
terjadilah sinergi langsung antara ruh/ruhani dengan Allah SWT yang
mengakibatkan terjadinya pancaran kekuatan Nur Ilahi dari ruh/ruhani kepada jasmani
yang sedang dipuasakan. Kemampuan radiasi Nur Ilahi yang berasal dari ruh/ruhani
inilah yang sangat membantu bagi kesehatan jasmani.
Adanya kondisi
ini akan menunjukkan kepada diri kita bahwa sehatnya ruh/ruhani akan membantu
dan menolong jasmani yang sakit atau mengalami gangguan sehingga menjadi sehat
kembali. Sedangkan apabila jasmani sehat tidak akan serta merta menjadikan ruh/ruhani
menjadi sehat. Apa yang kami kemukakan tidak akan pernah terjadi jika kita
tidak mau melaksanakan puasa yang sesuai dengan kehendak Allah SWT dan yang
juga harus kita perhatikan saat berpuasa adalah segala makanan dan minuman yang
kita konsumsi harus memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku, yaitu menenuhi
ketentuan yang berlaku seperti yang kami kemukakan berikut ini: “Maka
hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (surat Abasa (80) ayat 24). Allah
SWT berfirman: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (surat Al Baqarah (2)
ayat 168)
Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi Saw
bersabda: Allah ta’ala berfirman: Berkata Iblis, Ya Tuhan, semua makhluk Mu
telah engkau tentukan rezekinya, maka manakah rezeki ku. Allah berfirman:
Rezekimu adalah makanan yang tidak disebut nama Ku padanya”. (Hadits Qudsi
Riwayat Abussyeikh, 272:259)
Jika sampai
pada saat berpuasa di bulan Ramadhan, justru makanan dan minuman yang kita
konsumsi terkontaminasi dengan penghasilan dari yang haram atau makanan dan
minuman yang kita konsumsi masuk dalam kategori haram berarti kita sendirilah
yang membatalkan atau yang menggagalkan fasilitas dari Allah SWT berupa
keberkahan bagi diri kita akibat ulah kita sendiri.
Berbagai kajian ilmiah
melalui penelitian medis telah menunjukkan bahwa ternyata puasa sebulan penuh
saat bulan Ramadhan bermanfaat sangat luar biasa bagi tubuh manusia. Sebaliknya
banyak penelitian menunjukkan bahwa puasa berbeda dengan starvasi biasa, secara
umum tidak akan mengganggu tubuh manusia. Dalam mencermati temuan ilmiah
tersebut akan lebih diyakini bahwa berkah kesehatan yang dijanjikan dalam
berpuasa ternyata bukan sekedar teori dan opini. Manfaat puasa bagi
kesehatan sebagian telah terbukti secara ilmiah. Wajar saja, bahwa puasa adalah
saat yang paling dinantikan oleh kaum muslim karena memang terbukti secara
ilmiah menjanjikan berkah dan kesehatan bagi ruh dan juga jasmani. Dan untuk
menambah pengetahuan kita tentang ibadah puasa yang berhubungan dengan
kesehatan jasmani, berikut ini akan kami kemukakan beberapa hikmah puasa yang
lainnya yang berhubungan dengan kesehatan jasmani, yaitu :
1. Mengurangi
makan dapat menerbitkan kesucian hati dan pikiran seseorang. Sedangkan banyak
makan dan kekenyangan menimbulkan keadaan yang serupa dengan keadaan orang
mabuk, berupa reaksi indera yang menurun, kekuatannya menyerap pemahaman
melemah, yang karena itu mengakibatkan buta hati. Rasa lapar dalam puasa dapat
menjadikan pikiran tajam (peka), memberikan kemudahan memahami realitas dan
terjaga dengan kesadaran sehingga hati siap menerima makrifat. “Barangsiapa
yang perutnya menahan lapar (berpuasa), pikirannya akan sanggup menaiki tangga
tangga tinggi (hakekat) sehingga refleksi dan perenungannya menjadi lebih
kuat”.
2. Mengurangi
makan akan dapat menimbulkan kerendahahatian, kemurahhatian dan pematangan diri
dari setiap hal yang menjauhkan dari Allah SWT. Seorang yang berpuasa bisa
terbebas dari efek buruk pelanggaran batas dan penyembahan keliru terhadap
Allah SWT seperti arogansi, egoism dan kesombonga. Melalui rasa lapar, orang
akan mampu membebaskan diri dari berbagai malapeteka kemanusian (penindasan,
egoism dan kesombongan), sekaligus akan dapat menyiapkan dirinya untuk rendah
hati, taat, dan tunduk dihadapan Allah SWT.
3. Mengurangi
makan akan menurunkan intensitas gairah sensual dan motivasi motivasi lain yang
mengajak manusia kepada dosa dan penyimpangan. Seperti kita maklumi, dari
sebagian besar dosa dan pelanggaran batas agama yang dilakukan seseorang
merupakan akibat dari perbincangan yang penuh nafsu dan motivasi motivasi
sensual lainnya. Oleh sebab itu, dengan merasakan lapar dalam berpuasa itu kita
akan mampu mengendalikan hasrat hasrat sensual, dan bisa membebaskan diri dari
keterjebakan pada banyak situasi yang membahayakan.
4. Mengurangi
makan akan mengurangi tidur. Kita mengetahui, banyak tidur merupakan salah satu
faktor utama dalam penyianyiaan waktu. Banyak tidur akan mengurangi kesempatan
dan jumlah akurat umur sebagai sarana yang membantu manusia memenuhi urusan
urusan akhirat. Dengan berpuasa kita bisa mengurangi tidur, sehingga memberikan
kesempatan pada kita untuk mampu berjaga pada malam hari, pada saat segala
rahmat dan karunia diturunkan dari langit, saat saat yang memberikan kesempatan
dan membantu setiap manusia untuk beribadah dan berdoa guna membantu setiap
manusia untuk beribadah dan berdoa guna
menapaki tangga ilahiah menuju kedudukan spiritual yang sangat terpuji (maqamam
mahmudan).
5.
Pengaruh
lain dari mengurangi makan adalah kesenangan beribadah karena orang yang biasa
mengurangi makan akan mempunyai banyak waktu. Berlawanan dengan orang yang
gemar makan, waktunya pasti dihabiskan untuk menyusun rencana rencana pembelian
makanan, memasak, jamuan makan, dan bersantai santai. Waktu yang lain
dihabiskan untuk perawatan medis karena dalam banyak kasus, penyakit yang
diidap manusia disebabkan oleh mengonsumsi banyak makanan. Karena itu, ia
(orang yang berpuasa) akan lebih mudah menggunakan semua waktu yang tersedia
itu untuk beribadah. Dengan kata lain, ia terbebas dari kesibukan menata
makanan lezat dan pengobatan, sehingga memiliki banyak waktu luang dan
kesempatan yang tenang dan nyaman dalam melakukan ibadah.
6. Pengaruh
yang lain lagi dari mengurangi makan adalah pada kemampuan seseorang secara
financial, yakni dapat mengalokasikan dana untuk bersedekah, berziarah,
menyemarakkan kebaikan dan pelaksanaan amala amal ibadah lain yang memerlukan
biaya. Dengan mengurangi makan berarti ia akan terhindar dari pemborosan biaya
menyediakan jenis jenis makanan yang tidak perlu atau untuk pengobatan. Ia pun
bisa memanfaatkan kelebihan finansialnya untuk ibadah ibadah yang disebutkan di
atas, sebagaimana nasehat dari Ibn Qayyim Al Jawjiyah berikut ini: “Aturan
utama pengobatan tubuh ada tiga, yaitu: Menjaga kesehatan, melindungi diri dari
hal yang menyebabkan sakit, dan mengosongkan diri dari segala macam materi yang
merusak”. (Ibn Qayyim Al Jauziyah)
Selain ke enam hal yang
telah kami kemukakan di atas, masih ada hikmah lain yang terdapat di balik
perintah melaksanakan puasa yang berhubungan dengan kesehatan jasmani, yaitu:
a. Selama
berpuasa, tubuh sangat bergantung pada lemak lemak yang tersimpan dalam organ
tubuh dan yang berhenti selama masa puasa hanyalah proses pencernaan makanan,
bukan proses penutrisian tubuh.
b.
Puasa
dapat melatih tubuh untuk menggunakan lemak lemak yang tersimpan dalam tubuh
secara ekonomis sampai pada tingkatan yang sangat signifikan.
c. Puasa
sama sekali tidak memiliki efek samping terhadap organ organ inti tubuh,
sehingga serendah apapun penurunan berat badan yang dialami mamupun perubahan
kondisi tubuh pada orang orang yang menderita sakit otak, paru paru dan hati (lever)
tetap berjalan secara normal, kecuali pada kasus kasus penyakit yang menyerang
organ organnya, misalnya sakit paru paru.
d. Ketika tidak melakukan proses
pencernaan, tubuh menggunakan waktu yang biasanya dikhususkan untuk proses
pencernaan makanan untuk menjalan fungsi pembersihan dan sterilisasi tubuh
secara total.
e. Selama
puasa, jaringan jaringan tubuh mengalami proses konsumsi dan pelepasan energy
dalam kadar yang mencerminkan urgensi jaringan jaringan ini.
f. Ada
tiga manfaat puasa bagi kesehatan jantung: (1) puasa melawan tekanan tekanan
yang selalu mendera jantung; (2) puasa memberikan kesempatan bagi jantung untuk
istirahat; (3) puasa dapat menseterilkan darah. Dengan demikian puasa
memberikan kesempatan bagi jantung untuk mengkonsumsi darah bersih.
g. Jantung
kita berdenyut 80 kali/menit atau dengan 115.200 kali per 24 Jam. Pada hari
hari pertama puasa memang terjadi penurunan jumlah denyutan jantung hingga
mencapai kurang dari 60 kali/menit, namun selanjutnya jantung berdenyut secara
stabil pada angka 60 kali/menit sepanjang hari selama puasa.
h. Penurunan jumlah detak jantung ini
menghemat 28.800 detak per 24 jam. Ini berarti jantung dapat beristirahat dan
menghemat seperempat paruh waktu kerja yang ditempuhnya pada hari hari biasa di
luar puasa.
i. Puasa
memberikan kesempatan kepada lambung untuk meremajakan diri dan mengembalikan
kinerjanya.
j. Proses
pemulihan luka dan hilangnya sejumlah radang di organ tubuh berjalan lebih
cepat dan maksimal selama masa puasa.
Selain dari pada itu
menurut penelitian Dr Isham Al Uryan di Mesir terhadap orang yang berpuasa,
baik laki dan perempuan, dengan usia yang bervariasi menunjukkan bahwa puasa
dapat membantu kesehatan lahir bathin mereka. Berdasarkan pendapat para dokter
yang di muat di sejumlah surat kabar dan majalah terkait dengan bulan Ramadhan,
Muhammad Ibrahim Salim (2007: 104 sampai 105) menyimpulkan bahwa puasa sangat
bermanfaat untuk mengatasi beberapa penyakit antara lain:
a. Obesitas
dan perut buncit, kedua penyakit ini biasa diderita oleh orang orang yang gemar
makan, pemalas dan terbiasa hidup mewah.
b.
Penyakit
encok/senggal atau disebut juga asam urat.
c.
Arteriosklerosis
(pengerasan pembuluh darah)
d. Penyakit penyakit hati (liver),
kandung kemih akibat peradangan dan batu empedu.
e. Radang
ginjal akut dan kencing batu.
f. Penyakit
jantung kronis yang menyertai obesitas dan tekanan darah tinggi (hipertensi)
g. Penyakit
gangguan pencernaan yang disertai dengan asam lambung pada zat zat albuminous
dan zat pati (amylum).
h. Penyakit gula (diabetes), sebelum
ditemukannya insulin, penyakit ini hanya disembuhkan dengan puasa dan diet.
i.
Penyakit
penyakit otonom maupun turunan yang dikenal oleh para dokter.
Sekarang kita sudah
mengetahui begitu banyak hikmah dari puasa yang berhubungan dengan kesehatan
jasmani bagi yang mau melaksanakan puasa. Hal yang harus kita pahami dengan
baik dan benar adalah adanya kesehatan jasmani yang kita peroleh melalui ibadah
puasa bukanlah tujuan yang paling hakiki dari perintah melaksanakan puasa yang
telah diperintahkan oleh Allah SWT.
Selanjutnya untuk lebih mempertegas dimensi puasa dengan kesehatan jasmani (tubuh) berikut ini akan kami kemukakan manfaat puasa yang diteliti oleh Prof Yoshinori Ohsumi sang peraih nobel bidang kedokteran 2016 sebagaimana berikut ini: Peraih Nobel tahun ini menemukan dan menjelaskan mekanisme yang mendasari autophagy, sebuah proses mendasar untuk mendegradasi dan mendaur ulang komponen seluler.
Kata autophagy berasal dari kata Yunani auto- yang berarti “diri” dan phagein yang berarti “makan” . Jadi, autophagy berarti “makan sendiri”. Konsep ini muncul pada tahun 1960-an, ketika para peneliti pertama kali mengamati bahwa sel dapat menghancurkan isinya sendiri dengan membungkusnya dalam membran, membentuk vesikel seperti karung yang diangkut ke kompartemen daur ulang, yang disebut lisosom , untuk didegradasi. Kesulitan dalam mempelajari fenomena ini berarti bahwa hanya sedikit yang diketahui sampai, dalam serangkaian percobaan brilian di awal tahun 1990-an, Yoshinori Ohsumi menggunakan ragi roti untuk mengidentifikasi gen-gen yang penting untuk autophagy. Dia kemudian menjelaskan mekanisme yang mendasari autophagy pada ragi dan menunjukkan bahwa mesin canggih serupa juga digunakan dalam sel kita.
Penemuan Ohsumi membawa paradigma baru dalam pemahaman kita tentang bagaimana sel mendaur ulang isinya. Penemuannya membuka jalan untuk memahami pentingnya autophagy dalam banyak proses fisiologis, seperti adaptasi terhadap kelaparan atau respons terhadap infeksi. Mutasi pada gen autophagy dapat menyebabkan penyakit, dan proses autophagic terlibat dalam beberapa kondisi termasuk kanker dan penyakit neurologis.
Degradasi – fungsi sentral dalam semua sel hidup.
Pada pertengahan tahun 1950-an para ilmuwan mengamati kompartemen seluler khusus baru, yang disebut organel, yang mengandung enzim yang mencerna protein, karbohidrat, dan lipid. Kompartemen khusus ini disebut sebagai “ lisosom ” dan berfungsi sebagai tempat kerja untuk degradasi konstituen seluler. Ilmuwan Belgia Christian de Duve dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1974 atas penemuan lisosom. Pengamatan baru pada tahun 1960-an menunjukkan bahwa sejumlah besar kandungan seluler, dan bahkan seluruh organel, terkadang dapat ditemukan di dalam lisosom. Oleh karena itu, sel tersebut tampaknya memiliki strategi untuk mengirimkan muatan besar ke lisosom. Analisis biokimia dan mikroskopis lebih lanjut mengungkapkan jenis vesikel baru yang mengangkut muatan seluler ke lisosom untuk degradasi (Gambar 1). Christian de Duve, ilmuwan di balik penemuan lisosom, menciptakan istilah autophagy, “makan sendiri”, untuk menggambarkan proses ini. Vesikel baru diberi nama autofagosom .

Gambar 1: Sel kita memiliki
kompartemen khusus yang berbeda. Lisosom merupakan salah satu kompartemen
tersebut dan mengandung enzim untuk pencernaan isi sel. Jenis vesikel baru
yang disebut autofagosom diamati di dalam sel. Ketika autofagosom
terbentuk, ia menelan isi seluler, seperti protein dan organel yang rusak. Akhirnya,
ia menyatu dengan lisosom, di mana isinya terdegradasi menjadi unsur-unsur yang
lebih kecil. Proses ini memberi sel nutrisi dan bahan pembangun untuk
pembaharuan.
Selama tahun 1970-an dan
1980-an para peneliti fokus pada penjelasan sistem lain yang digunakan untuk
mendegradasi protein, yaitu “proteasome”. Dalam bidang penelitian ini
Aaron Ciechanover, Avram Hershko dan Irwin Rose dianugerahi Hadiah Nobel Kimia
tahun 2004 untuk “penemuan degradasi protein yang dimediasi
ubiquitin”. Proteasome secara efisien mendegradasi protein satu per satu,
namun mekanisme ini tidak menjelaskan bagaimana sel menyingkirkan kompleks
protein yang lebih besar dan organel yang rusak. Mungkinkah proses
autophagy menjadi jawabannya dan, jika ya, bagaimana mekanismenya?
Eksperimen yang inovatif
Yoshinori Ohsumi telah aktif
di berbagai bidang penelitian, namun setelah memulai laboratoriumnya sendiri
pada tahun 1988, ia memfokuskan upayanya pada degradasi protein dalam
vakuola , sebuah organel yang berhubungan dengan lisosom dalam sel
manusia. Sel ragi relatif mudah dipelajari dan oleh karena itu sering
digunakan sebagai model sel manusia. Mereka sangat berguna untuk
mengidentifikasi gen yang penting dalam jalur seluler yang kompleks. Namun
Ohsumi menghadapi tantangan besar; sel ragi berukuran kecil dan struktur
dalamnya tidak mudah dibedakan di bawah mikroskop sehingga dia tidak yakin
apakah autophagy ada pada organisme ini. Ohsumi beralasan jika ia dapat
mengganggu proses degradasi di vakuola saat proses autophagy aktif, maka autophagosom
akan terakumulasi di dalam vakuola dan terlihat di bawah mikroskop.
Oleh karena itu, dia
membiakkan ragi yang bermutasi yang kekurangan enzim degradasi vakuolar dan
secara bersamaan merangsang autophagy dengan membuat sel
kelaparan. Hasilnya sungguh menakjubkan! Dalam beberapa jam, vakuola
terisi dengan vesikel kecil yang belum terdegradasi (Gambar 2). Vesikel
tersebut merupakan autofagosom dan percobaan Ohsumi membuktikan bahwa
autofagasi ada dalam sel ragi. Namun yang lebih penting lagi, dia kini memiliki
metode untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi gen-gen kunci yang terlibat
dalam proses ini. Ini merupakan terobosan besar dan Ohsumi mempublikasikan
hasilnya pada tahun 1992.

Gambar 2: Pada ragi (panel
kiri) terdapat kompartemen besar yang disebut vakuola yang berhubungan dengan
lisosom pada sel mamalia. Ohsumi menghasilkan ragi yang kekurangan enzim
degradasi vakuolar. Ketika sel-sel ragi ini kekurangan, autofagosom dengan
cepat terakumulasi dalam vakuola (panel tengah). Eksperimennya menunjukkan
bahwa autophagy ada pada ragi. Sebagai langkah selanjutnya, Ohsumi
mempelajari ribuan mutan ragi (panel kanan) dan mengidentifikasi 15 gen yang
penting untuk autophagy.
Gen autophagy ditemukan
Ohsumi sekarang memanfaatkan
strain ragi hasil rekayasa di mana autofagosom terakumulasi selama
kelaparan. Akumulasi ini seharusnya tidak terjadi jika gen yang penting
untuk autophagy dinonaktifkan. Ohsumi memaparkan sel-sel ragi pada bahan
kimia yang secara acak menyebabkan mutasi pada banyak gen, dan kemudian dia
menginduksi autophagy. Strateginya berhasil! Dalam waktu satu tahun
setelah penemuan autophagy pada ragi, Ohsumi telah mengidentifikasi gen pertama
yang penting untuk autophagy. Dalam rangkaian penelitian elegan
berikutnya, protein yang dikodekan oleh gen-gen ini dikarakterisasi secara
fungsional. Hasilnya menunjukkan bahwa autophagy dikendalikan oleh
rangkaian protein dan kompleks protein, masing-masing mengatur tahap inisiasi
dan pembentukan autophagosome yang berbeda (Gambar 3).

Gambar 3: Ohsumi mempelajari
fungsi protein yang dikodekan oleh gen autophagy utama. Dia menggambarkan
bagaimana sinyal stres memulai autophagy dan mekanisme dimana protein dan
kompleks protein mendorong tahapan pembentukan autophagosome yang berbeda.
Autophagy – mekanisme penting
dalam sel kita
Setelah identifikasi mesin
autophagy dalam ragi, masih ada pertanyaan kunci. Apakah ada mekanisme
yang sesuai untuk mengendalikan proses ini pada organisme lain? Segera
menjadi jelas bahwa mekanisme yang hampir sama terjadi di sel kita
sendiri. Alat penelitian yang diperlukan untuk menyelidiki pentingnya
autophagy pada manusia kini telah tersedia.
Berkat Ohsumi dan orang lain
yang mengikuti jejaknya, kita sekarang tahu bahwa autophagy mengontrol fungsi
fisiologis penting di mana komponen seluler perlu didegradasi dan didaur
ulang. Autophagy dapat dengan cepat menyediakan bahan bakar untuk energi
dan bahan penyusun pembaruan komponen seluler, dan oleh karena itu penting
untuk respons seluler terhadap kelaparan dan jenis stres lainnya. Setelah
infeksi, autophagy dapat menghilangkan bakteri dan virus yang menyerang
intraseluler. Autophagy berkontribusi pada perkembangan embrio dan
diferensiasi sel. Sel juga menggunakan autophagy untuk menghilangkan
protein dan organel yang rusak, sebuah mekanisme kontrol kualitas yang sangat
penting untuk melawan konsekuensi negatif penuaan.
Autophagy yang terganggu
telah dikaitkan dengan penyakit Parkinson, diabetes tipe 2, dan kelainan lain
yang muncul pada lansia. Mutasi pada gen autophagy dapat menyebabkan
penyakit genetik. Gangguan pada mesin autophagic juga dikaitkan dengan
kanker. Penelitian intensif kini sedang berlangsung untuk mengembangkan
obat yang dapat menargetkan autophagy pada berbagai penyakit.
Autophagy telah dikenal
selama lebih dari 50 tahun tetapi kepentingan mendasarnya dalam fisiologi dan
kedokteran baru diketahui setelah penelitian perubahan paradigma oleh Yoshinori
Ohsumi pada tahun 1990-an. Atas penemuannya, ia dianugerahi Hadiah Nobel
tahun ini di bidang fisiologi atau kedokteran.
Karena umat Islam akan
memasuki bulan puasa Ramadhan, ini bisa menjadi kesempatan yang baik untuk
meningkatkan autophagy dalam tubuh mereka. Selama puasa, orang Islam menahan
diri dari makanan, minuman, dan perilaku buruk dari terbit fajar hingga
terbenam matahari. Namun, cara berpuasa yang benar juga penting untuk
memastikan bahwa autophagy teraktivasi secara efektif dalam tubuh.
Beberapa cara untuk berpuasa
dengan metode autophagy antara lain:
1.
Tidak
makan atau minum selama periode berpuasa yang telah ditentukan
2. Menghindari
makanan dan minuman manis atau berkalori tinggi, termasuk minuman bersoda dan
jus buah
3. Meningkatkan
asupan makanan yang mengandung serat dan protein, seperti sayuran, buah-buahan,
dan kacang-kacangan
4. Menerapkan
pola makan intermittent fasting atau puasa bergilir, di mana seseorang mengatur
jendela makan dalam satu atau dua periode dalam sehari
5. Dalam puasa Ramadhan, saat berbuka dan sahur, sebaiknya mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, menghindari makanan cepat saji atau makanan yang terlalu berlemak, dan memperbanyak konsumsi makanan yang tinggi serat seperti buah dan sayuran.
Melakukan puasa dengan benar dan sehat dapat membantu meningkatkan autophagy dalam tubuh, yang berkontribusi pada kesehatan dan keseimbangan sel-sel dalam tubuh. Hal ini dapat membantu mencegah dan mengurangi risiko penyakit seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Dalam hal ini, puasa bukan hanya merupakan praktik keagamaan, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan yang signifikan bagi tubuh.
Sekali lagi kami tegaskan bahwa sehatnya jasmani melalui ibadah puasa bukanlah tujuan akhir kita melaksanakan ibadah puasa sehingga bukan berarti karena puasa mampu menyehatkan jasmani lalu menjadikan diri kita melaksanakan ibadah puasa Ramadhan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Allah SWT selaku pemberi perintah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan telah menunjukkan kepada diri kita bahwa tujuan berpuasa adalah untuk menjadikan diri kita menjadi orang yang bertaqwa, kembali fitrah, menjadi orang yang bersyukur yang kemudian tercermin dalam budi pekerti. Sedangkan sehatnya jasmani merupakan bonus bagi orang yang mau melaksanakan ibadah puasa yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Sekarang terpulang kepada diri kita sendiri, maukah kita berpuasa ataukah tidak dan jika tidak berarti kita telah mendzalimi diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar