Agar
diri kita mampu mempertahankan kebaikan yang sudah terbiasa kita laksanakan,
jadikanlah diri kita menjadi orang-orang yang hebat karena orang hebat adalah:
1.
Orang yang mampu meninggalkan dunia sebelum
ia meninggal dunia;
2.
Dia bersedekah sampai kaya bukan kaya dahulu
baru bersedekah;
3.
Dia berdakwah sampai alim bukan sudah alim
baru berdakwah;
4.
Dia datang ke masjid sampai tua bukan tua
baru ke masjid, dan:
5.
Dia beramal sampai ikhlas bukan ikhlas dahulu
baru beramal.
Lalu
balaslah kejahatan dengan kebaikan serta balas pula kebajikan dengan kebajikan. Jika
kejahatan dibalas kejahatan maka itu adalah dendam. Jika kebaikan dibalas
kebaikan itu adalah perkara biasa.
Jika
kebaikan dibalas kejahatan itu adalah kedzaliman. Dan jika kejahatan dibalas
kebaikan itu mulia dan terpuji. Dan jangan lupa, berilah
kepada musuhmu maaf, kepada penantangmu toleransi, kepada sahabatmu hatimu,
kepada istrimu cinta dan kasih sayang, kepada anakmu suri tauladan yang baik,
kepada ayahmu rasa hormat, kepada ibumu perilaku yang membuat ibumu bangga
terhadapmu dan kepada dirimu kehormatan serta kepada semua orang amal kebaikan.
Tapi
sayang seribu sayang, kunci hidup tenang lagi beruntung ini gagal kita pahami,
yang kita lihat dan pahami dari mereka yang sudah dapatkan segalanya itu
hanyalah kulit luarnya saja, bahwa kita harus dapatkan keberhasilan pada bidang
keuangan, karir, usaha/bisnis, keluarga terlebih dahulu baru bisa mendapatkan kebahagiaan
dan ketenangan sejati. Bukan disitu pointnya. Karena point yang utama adalah
pada pesan mereka bahwa, kebahagian dan ketenangan yang sejati seharusnya didapatkan
di awal perjalanan meraih kesuksesan hidup, bukan hanya di akhir saja. Dan bila
saat ini anda masih merasakan hal-hal sebagai berikut :
1.
Merasa hidup Anda jauh dari ideal dan kondisi
yang diimpikan;
2.
Tidak bersemangat dan kurang bergairah dalam
menjalani hidup;
3.
Segala sesuatu terasa hampa dan tak bermakna,
apa yang dilakukan sekedar rutinitas;
4.
Bingung dengan tujuan hidup Anda dan
sepertinya tidak ada hal yang menarik untuk dilakukan;
5.
Meyimpan kemarahan yang mendalam, sakit hati
dan dendam terhadap sesorang atau suatu peristiwa;
6.
Tidak memahami orang-orang di sekeliling
Anda, atau sebaliknya, merasa orang-orang disekeliling Anda tidak memahami
Anda;
7.
Memiliki Trauma atau Fobia yang menghambat;
8.
Tidak percaya diri dalam hal-hal tertentu,
bergaul, berbicara di depan umum, mendekati lawan jenis, dan lain lain;
9.
Menyimpan perasaan bersalah atau merasa
dipersalahkan;
10.
Cemas dan mengkhawatirkan apa yang akan
terjadi besok;
11.
Merasa selalu gagal dan mengalami hal-hal
yang tidak diinginkan;
12.
Sulit mengontrol emosi dan mengelola amarah;
13.
Sulit mengambil keputusan dan/atau selalu
ragu dan berbagai macam mental block, permasalahan emosi dan pikiran lain.
Jika
apa yang kami kemukakan di atas ini lebih dominan ada di dalam diri ini berarti
kita sudah mulai punya hambatan dalam meraih ketenangan dan ketentraman yang
sejati yaitu jiwa muthmainah. Dan itu juga sebuah pertanda bahwa kita masih mempunyai
hambatan dalam meraih dan merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT.
Kondisi ini harus dihilangkan terlebih dahulu, barulah ketenangan dan
ketentraman serta kelapangan hati bisa kita raih dan rasakan.
Dan
agar jiwa kita selalu sesuai dengan kehendak Allah SWT dari waktu ke waktu. Ada
baiknya hal hal yang akan kami kemukakan di bawah ini dijadikan rambu-rambu,
atau pengingat agar kita tidak salah jalan sehingga bisa memudahkan diri kita
memiliki jiwa yang muthmainnah, atau mampu mempertahankan jiwa muthmainnah yang
sudah mulai ada (tumbuh) di dalam diri kita, yaitu:
1. Kerusakan
jiwa manusia bisa terjadi karena adanya 2 (dua) faktor jika ditinjau dari sisi pekerjaannya,
yaitu: banyak manusia sibuk atau lebih mendahulukan mengerjakan perkara perkara
sunnah dengan menyianyiakan perkara perkara yang bersifat wajib serta lebih
banyak mengerjakan amaliah lahir tanpa disertai amaliah bathin/ruh/jiwa,
sehingga yang ada hanyalah gugurnya kewajiban.
2. Manusia Lupa Akan Dirinya Sendiri. Semakin
banyak kita mengingat Allah, semakin banyak karunia yang akan kita terima,
disamping makrifatullah dan kasihNya, juga keagungan dan kebahagiaan dunia dan
akhirat. Sementara jika kita lalai mengingatNya, kita akan menjadi korban
penderitaan dan kemalangan. Manusia yang lalai mengingat Allah juga melupakan
dirinya sendiri.
Ia tidak memenuhi hak dirinya, tidak mencapai
kebahagiaan dalam iman dan perbuatan. Allah SWT berfirman: “dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang
fasik. (surat Al Hasyr (59) ayat 19)”.
Orang orang yang semacam itu, lupa mencari bagian untuk
dirinya sendiri di akhirat nanti dikarenakan hanya mementingkan kehidupan
dunia.
3. Sikap Munafik Masih Terpelihara Dalam
Diri. Dosa hati yang terbesar sekaligus penyakit jiwa terparah
tak lain adalah kemunafikan. Kemunafikan memisahkan manusia dari kemanusiannya
tanpa ampun. Orang yang munafik dianggap bagian dari syaitan. Bahkan di dunia
ini, ia dipandang Allah sebagai makhluk paling hina dan di akhirat nanti akan
menempati neraka terbawah. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang munafik
itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu
sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (surat An
Nisaa’ (4) ayat 145)”. Jadi, hukuman terhadap orang orang munafik akan
lebih berat dibandingkan terhadap orang kafir. Karena sesungguhnya kemunafikan
adalah jenis kekafiran yang paling buruk.
Demi meraih keuntungan duniawi, orang
munafik menabiri (menutupi) kekafirannya dengan tirai kesalehan. Dari luar,
ucapan dan perbuatannya tampak shaleh. Padahal hatinya tidak demikian. Sebagai
contoh, ketika mengucapkan dua kalimat syahadat, secara lisan mengakui AlQuran
dan hari perhitungan. Namun tidak ada iman dalam hatinya, melainkan
pengingkaran terhadap apa yang ia lisankan.
Orang orang semacam ini melakukan
perbuatan baik dengan penuh semangat untuk mendapatkan kepopuleran di tengah
tengah masyarakat. Mereka shalat, berhaji, bersedekah agar orang orang
menganggap mereka baik, mulia dan memuji, serta percaya kepada mereka.
Disamping kekafiran, orang orang munafik
juga menderita penyakit suka berdusta, menipu, dan melecehkan keimanan. Mereka
berdusta kepada Allah, Rasul dan orang orang beriman. Mereka merasa tenteram
dengan menipu dan menjadikan kebenaran sebagai olok olok. Namun sebenarnya tak
ada yang mereka dustai selain diri mereka sendiri. Mereka menipu diri sendiri
dan menjadi diri mereka bahan olok olok.
Kemunafikan adalah jalan syaitan,
sedangkan kebenaran dan iman adalah jalan manusia. Manusia bisa menjalankan
kehidupannya secara manusiawi. Ia juga bisa mencapai derajat sangat agung di
akhirat dan akan selamanya bergembira dan berbahagia.
Tetapi betapa besarnya kesalahan yang bisa dilakukan manusia apabila ia berdiri
di persimpangan jalan, kemudian ia mengambil keputusan yang salah serta
meninggalkan jalan yang indah. Di lain pihak, ia menempuh jalan syaitan dan
konsekuensinya harus menanggung berbagai kesulitan tak terperi yang menantinya
di jalan itu. Bahkan kematian pun tak membuatnya terlepas dari rantai dan
jeratan api, sementara malaikat yang murka mengancamnya.
4. Tanda
sehatnya hati manusia adalah apabila ia merasa pasti dan positif tentang
kebenaran suatu fakta dan kekeliruan suatu dusta, dan ia dalam keadaan
mengetahui dan yakin. Sedangkan tanda penyakit hati sehubungan dengan pemahaman
kebenaran dan kepalsuan adalah terdapatnya kecemasan dan keraguan tentang
kebenaran suatu fakta dan penolakan suatu kepalsuan. Sesungguhnya hati yang
kosong dari pengetahuan akan kebenaran dan cahaya ilmu dan kepercayaan tak
pantas disebut deengan hati manusia. Hati semacam itu dimiliki oleh orang yang
tidak mengenal kehidupan yang suci, dan kehidupannya rendah seperti hewan.
Keraguan mirip dengan kebutaan. Orang
buta senantiasa ragu akan segala hal di sekelilingnya karena ia tidak bisa
melihat. Jika sesuatu terbukti benar karena hikmah, kesadaran, dan argument
rasional, tetapi orang itu tetap ragu, maka tentulah mata hatinya telah buta.
Ia jauh dari anugerah kemampuan untuk merenung.
Akal dan syariat, serta tingginya
tanggung jawab mewajibkan kita untuk berusaha sembuh dari penyakit ragu.Al
Qur’an surat At Taubah (9) ayat 125 dengan tegas menyatakan: “dan
Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, Maka dengan surat
itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan
mereka mati dalam Keadaan kafir.
Padahal bagi orang yang beriman, tanda
tanda (ayat ayat tersebut) meningkatkan cahaya pengetahuan akan Tuhan ke dalam
kesadaran yang kuat dan sehat, juga menambah wawasan dan tingkat perenungan.
Ayat ini menunjukkan bahwa kebahagiaan
tercurah ke hati hati semacam itu, yang semakin menambah kemampuan pikiran dan
pemahaman. Semua orang tahu bahwa hujan adalah anugerah Allah. Tetapi hujan
yang menumbuhkan mawar mawar merah di taman, juga menumbuhkan ilalang di
beberapa tempat. Hilangkan keraguan saat ini juga.
5. Ketahuilah
bahwa ada tiga hal yang dapat meningkatkan kemuliaan: (1) memaafkan kesalahan orang
lain dan menghapus bekas bekasnya; (2) memberi sesuatu kepada orang yang tidak
pernah memberinya sesuatu; (3) menyambung silaturahmi dengan orang yang memutus
hubungan silaturahmi dengan dia.
Dan ketahui pula bahwa unsur unsur keimanan
juga tiga, yaitu (1) tidak mengakui adanya tuhan selain Allah; (2) tidak berwali selain
kepada Allah dan; (3) tidak berhukum
selain kepada hukum Allah.
Selain daripada itu, ketahui juga bukti-bukti
keyakinan yang kokoh ada tiga, yaitu: (1) selalu mempertimbangkan dan mendahulukan
keridhaan Allah dalam segala hal; (2) Mengembalikan segala urusan dan keputusan
kepada Allah dan RasulNya; (3) Hanya memohon pertolongan kepada Allah dalam
segala situasi dan kondisi.
6. Ketentraman,
kedamaian, kepuasan dan ketenangan jiwa yang dirasakan oleh orang orang yang
berbahagia itu akan selalu dianugerahkan kepada yang mendekap mesra keimanan
dalam dadanya. Bahkan dengan ketenangan dan sakinah itu imannya akan makin
bertambadah dan makin kokoh.
7. Barangsiapa
meninggalkan perkataan yang berlebihan, maka ia akan diberi hikmah; Barangsiapa
meninggalkan penglihatan yang berlebihan, maka ia akan diberi ketenangan hati;
Barangsiapa meninggalkan makan berlebihan, maka ia akan diberi kenikmatan dalam
beribadah;
Barangsiapa
meninggalkan ketawa yang berlebihan, maka ia akan diberi kewibawaan;
Barangsiapa meninggalkan cinta dunia, maka ia akan diberi rasa cinta akhirat;
dan Barangsiapa meninggalkan koreksi jelek dalam menyifati Allah, maka ia akan
dibebaskan dari sifat munafiq (maksudnya dalam beri’tikad ia akan terbebaskan
dari kemunafikan).
8. Barangsiapa
sering bergaul dengan delapan golongan, maka Allah akan menambahkan delapan hal
terhadapnya, yaitu :
a.
Barangsiapa bergaul dengan orang-orang kaya,
maka Allah akan menambahkan rasa cinta dunia terhadapnya;
b.
Barangsiapa
sering bergaul dengan orang fakir, maka Allah akan menambahkan rasa
syukur dan ridha atas pemberian Allah terhadapnya;
c.
Barangsiapa sering bergaul dengan raja, maka
Allah akan menambahkan kerasnya hati dan kesombongan terhadapnya;
d.
Barangsiapa sering bergaul dengan para
wanita, maka Allah akan menambahkan kebodohan dan syahwat terhadapnya;
e.
Barangsiapa sering bergaul dengan anak kecil,
maka terhadapnya Allah akan menambahkan kesenangan dalam bermain-main;
f.
Barangsiapa sering bergaul dengan orang orang
fasik, maka Allah akan menambahkan terhadapnya sifat berani melakukan dosa dan
menunda nunda taubat;
g.
Barangsiapa sering bergaul dengan orang orang
shaleh, maka kesenangannya dalam ketaatan ditambah Allah;
h.
Barangsiapa sering bergaul dengan ulama, maka
ilmu dan amalnya akan ditambah oleh Allah.
9. Ketaqwaan
seseorang itu dapat diketahui dengan tiga cara, yaitu:
a.
Bagaimana caranya ia mengambil;
b.
Bagaimana caranya ia mencegah;
c.
Bagaimana caranya ia berbicara.
Dan
seharusnya orang muslim itu menjadi orang yang menasehati dan orang yang welas
asih terhadap orang-orang muslim lainnya, karena hal tersebut dari tanda-tanda
kebahagiaan.
10. Saat
ditimpa kesempitan, sejatinya selalu ada saja alasan untuk kita tetap
bersyukur. Nikmat Allah itu banyak namun sering dianggap tidak ada hanya karena
sedikit ujian kesulitan yang kita hadapi.
11. Kegelisahan
memang ada dalam setiap manusia, namun ia takkan bisa mempengaruhi kehidupan
orang yang berserah kepada-Nya karena sejatinya mereka telah mendapatkan
penawarnya.
12. Kekecewaan
yang kita alami dalam hidup karena kita selalu mencari yang sempurna.
Kesempurnaan telah ditetapkan bukan milik kita, tetapi kita diberi kekuatan
untuk mendekat kepada Dzat Yang Maha Sempurna. Jika demikian mendekatlah kepada-Nya.
13.
Saat musibah menimpa, ia tidak hilang
dengan keluhan, ia tak berlalu dengan umpatan. Bentangkan kesabaran, perkuat
kepasrahan lalu teruskan kehidupan karena dibalik musibah masih ada secercah
harapan.
14.
Kebahagiaan adalah saat kita menyikapi
lalu dengan syukur dan istighfar. Syukur karena Allah masih memberi kesempatan
agar kita dapat lebih baik lagi. Istighfar karena sadar bahwa masa lalu kita
tidak steril dari kesalahan. Masa lalu ibarat spion perlu kita lihat namun jangan
lupa tujuan di depan.
15. Hidup
sederhana itu indah, juga pangkal menjadi kaya dan bahagia. Karena orang yang
memilih hidup sederhan tahu dimana dia harus hemat dan di mana tidak perlu
hemat. Jika hidup terlalu hemat secara membabi buta, akan membuat orang jadi
kikir. Dan orang kikir tidak akan menjadi kaya dan bahagia.
16. Waspadalah
terhadap hawa nafsumu (ahwa) karena tidak ada bencana yang menimpamu kecuali
karena adanya dorongan nafsu itu, dan janganlah kamu berdamai dengannya. Dan penderitaan
hidup berawal dari banyaknya nafsu keinginan, maka orang yang banyak nafsu
keinginan, hidupnya tidak bisa tenang dan bahagia, tubuhnya pun sering kali
ikut tidak sehat.
Orang seperti ini cenderung cepat
meninggal, karena hidupnya selalu tegang, otaknya tak pernah berhenti berfikir
untuk mendapatkan keinginannya, tenaganya terforsir, hatinya tidak tentram,
akibatnya tubuhnya melemah, mudah dihinggapi penyakit.
17. Usaha
memelihara kesehatan phisik perlu diimbangi dengan memelihara kesejahteraan
ruh. Salah satunya dengan menjalani hidup sederhana dan selalu bersyukur.
Sederhana tidak berarti miskin, tetapi tahu batas, tidak berlebihan dan tidak
menuruti nafsu keserakahan.
Sebagai contoh, manusia jelas memerlukan
uang untuk hidup. Tetapi uang dan harta yang berlebihan belum tentu baik untuk
membina kehidupan spiritual (ruhani) kita. Jika tidak hati hati dan mawas diri,
kita bisa jatuh dalam kesombongan dan gampang tergoda untuk melakukan tindakan
yang bertentangan dengan hati nurani dan melanggar hukum. Dan tidak ada sesuatu
yang patut di penjara dalam waktu yang lama kecuali lidah.Orang yang lebih
jahat daripada penggunjing (pengumpat) dan penyebar fitnah ialah orang yang
senang mendengarkan omongan mereka.
18. Diantara
akhlak atau sifat yang harus dimiliki seorang dai dan juga diri manusia pada
umumnya ialah “jujur, ikhlas, arif,
sabar, lemah lembut, pemaaf, kasih sayang, rendah hati, tepat janji,
cerdas, berani, mengutamakan orang lain, berkemauan kuat, disiplin waktu,
konsisten dengan Islam, perbuatan sesuai dengan ucapan, zuhud, wara’,
istiqamah, peka, moderat (tidak ekstrim) dan memulai dakwahnya dengan yang
terpenting (prinsip)”. Alhasil, dia berdakwah seperti dakwahnya Rasulullah SAW.
19. Orang
yang mendatangkan bencana besar bagi bangsanya ialah orang yang tidak pernah
menyebar benih pertanian, menyusun bata pembangunan, menenun tekstil, atau
mendidik dan mengajar tetapi orang yang menjadikan politik sebagai mata
pencaharian.
Semoga
dengan adanya rambu rambu peringatan yang kami kemukakan di atas ini, mampu
memudahkan diri kita menuju jiwa yang muthmainnah, bukan menuju jiwa yang fujur
seperti yang akan kami bahas di bab selanjutnya. Maha Besar Allah SWT semoga
Allah SWT membimbing kita menuju jiwa muthmainnah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar