D. RENUNGAN SETELAH RAMADHAN BERLALU.
Berikut
ini akan kami kemukakan hal-hal yang harus kita ketahui, yang harus kita
pahami, yang harus kita renungkan, dan juga harus kita laksanakan setelah bulan
Ramadhan berlalu, yaitu :
1. Ramadhan telah berlalu berarti ketentuan
ibadah sunnah yang dinilai menjadi ibadah wajib, sedangkan ibadah wajib yang
dilipatgandakan pahalanya, menjadi tidak berlaku lagi. Adanya kondisi ini bukan
berarti setelah Ramadhan berlalu kita tidak melakukan lagi ibadah wajib dan
ibadah sunnah lagi, justru kita harus tetap mempertahankan ke dua ibadah tadi
semaksimal mungkin, sehingga ibadah sunnah yang kita lakukan seperti Shalat
Sunnah, Puasa Sunnah, mampu menjadi penyempurna, mampu menjadi penyeimbang,
mampu menjadi penambah nilai, bagi ibadah-ibadah wajib yang kita laksanakan
setelah bulan Ramadhan berlalu.
2. Puasa
Ramadhan yang telah berlalu bukanlah puasa untuk merasakan susahnya kaum
dhuafa, akan tetapi puasa Ramadhan yang kita laksanakan harus berguna bagi kaum
dhuafa. Adanya kondisi ini setelah puasa Ramadhan berlalu, kita harus terus
berguna bagi kaum dhuafa, karena kaum dhuafa harus hidup sepanjang tahun, atau
jangan sampai setelah Ramadhan berlalu kita kembali kenyang lalu kaum dhuafa
kembali lapar kerena tidak ada lagi pembagian zakat, tidak ada pembagian
shadaqah dan jariah.
3. Saat
bulan Ramadhan yang berpuasa adalah jasmani, dengan dipuasakannya jasmani
berarti kita berusaha mengalahkan atau menghilangkan sifat-sifat Alamiah
Jasmani yang sesuai dengan Nilai-Nilai Keburukan, untuk diganti dengan
sifat-sifat Alamiah Ruhani yang sesuai dengan Nilai-Nilai Keburukan, melalui
Ruhani yang tidak pernah sedetikpun dipuasakan saat kita melaksanakan Puasa
Ramadhan. Sekarang untuk mempertahankan kondisi ini maka setelah bulan Ramadhan
berlalu kita tidak boleh sedetikpun
mempuasakan Ruhani oleh sebab apapun juga.
Ruhani harus tetap tidak
boleh dipuasakan, walaupun Jasmani sudah tidak berpuasa lagi. Ruhani harus
tetap diberi makan sekenyang-kenyangnya melalui Tadarus, melalui Dzikir,
melalui Infaq, melalui Shadaqah, melalui Tadabbur Al-Qur;an, melalui Shalat
sunnah Rawatib, melalui shalat Dhuha, melalui shalat Tahajud dan lain
sebagainya yang tentunya harus sesuai dengan Syariat yang berlaku sepanjang
Ruhani itu sendiri belum berpisah dengan Jasmani.
4. Bulan
Ramadhan telah berlalu bukan berarti jasmani yang sebulan penuh dipuasakan lalu
setelah Ramadhan berlalu menjadi bebas lagi. Jasmani harus tetap kita kontrol
melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi yang sesuai dengan syariat
berlaku. Jika hal ini mampu kita lakukan setelah puasa Ramadhan, akan
menjadikan sifat-sifat alamiah jasmani (insan) yang sesuai dengan Nilai-Nilai
Keburukan (ahwa/hawa nafsu)) yang dibawa oleh jasmani yang sudah dilemahkan
saat berpuasa Ramadhan, menjadi berkurang kekuatannya, menjadi lemah
kekuatannya, karena jasmani diberi
makanan dan minuman yang sesuai dengan kehendak Allah SWT, yaitu yang memenuhi
kriteria halal lagi baik (tayyib), dibacakan basmalah, serta membaca doa
sebelum makan dan minum.
5. Bulan
Ramadhan berlalu bukan berarti jasmani yang telah memperoleh manfaat positif
dari berpuasa, atau puasa yang mampu menjadi penyembuh, atau puasa yang mampu
memberikan kesehatan bagi Jasmani lalu setelah Ramadhan berlalu Jasmani bisa
seenaknya saja dibiarkan sakit kembali dengan tidak melakukan pola hidup sehat?
Sepanjang Ruhani belum berpisah dengan Jasmani maka sepanjang itu pula baik
Jasmani maupun Ruhani harus kita rawat, tidak hanya saat bulan Ramadhan saja,
karena jika keduanya sehat akan memudahkan kita melaksanakan tugas sebagai
Khalifah di muka bumi ini.
6. Puasa
Ramadhan berlalu bukan berarti turunnya kualitas sifat-sifat alamiah Jasmani
(insan) atau turunnya kualiatas dan pengaruh nilai-nilai keburukan (ahwa/hawa
nafsu) yang dibawa oleh jasmani dibiarkan terpendam dalam diri. Akan tetapi
perubahan penurunan kualitas dan pengaruh nilai-nilai keburukan yang terjadi
pada diri kita, harus bisa dibuktikan
setelah Ramadhan berlalu yang tercermin dalam perbuatan kita sehari-hari, atau
setelah Ramadhan berlalu merupakan saat bagi diri kita membuktikan hasil dari
manfaat yang hakiki yang telah kita peroleh dari puasa Ramadhan.
Contohnya, jika sebelum berpuasa kita masih
pelit (bakhil) maka setelah berpuasa kita menjadi lebih dermawan. Jika sebelum
berpuasa kita selalu tergesa-gesa maka setelah berpuasa kita menjadi orang yang
sabar. Jika sebelum berpuasa kita sering berbuat korupsi, kolusi dan nepotisme
serta melakukan pornoaksi dan pornografi, setelah puasa kita tidak mau lagi
melakukan hal-hal tersebut selamanya. Jika sebelum puasa kita tidak bisa
menghargai orang lain, setelah puasa Ramadhan kita bisa toleran kepada sesama.
Demikian seterusnya terjadi, sampai kita bertemu kembali dengan Ramadhan tahun
berikutnya. Jika hal ini tidak bisa kita lakukan, memang kitalah yang memiliki
masalah dengan perintah puasa, karena perintah puasa sampai kapanpun tidak akan
pernah salah.
7. Puasa
Ramadhan berlalu bukan berarti perkataan Nabi Muhammad SAW yang menyatakan
“banyak orang yang berpuasa, tetapi yang didapatkan hanyalah haus dan lapar
serta menahan syahwat semata” menjadi tidak berlaku lagi setelah Ramadhan
berlalu. Ketentuan ini masih tetap berlaku, namun bukan untuk perintah
melaksanakan Puasa, akan tetapi untuk perintah-perintah Allah SWT yang lainnya
seperti perintah mendirikan Shalat, perintah menunaikan Zakat, perintah untuk
pergi Haji dan lain sebagainya, sebagaimana 4(empat) buah hadits berikut ini:
“Nabi SAW bersabda: Akan datang satu masa atas manusia, dimana mereka
shalat padahal sebenarnya mereka tidak shalat. (Hadits Riwayat Ahmad)
Banyak
orang yang mendirikan Shalat, sementara ia hanya mendapatkan rasa lelah dan
payah. (Hadits
Riwayat Abu Dawud)
Akan
datang pada suatu masa, orang yang mengerjakan Shalat tetapi mereka belum
merasakan Shalat. (Hadits
Riwayat Ahmad)
Kececeran
yang pertama akan kamu alami dari agamamu ialah amanat, dan kececeran yang
terakhir ialah Shalat. Dan sesungguhnya (akan terjadi) orang yang melakukan
Shalat sedang mereka tidak berakhlak. (Hadits
Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Untuk itu, kita harus bisa melaksanakan
seluruh apa yang diperintahkan oleh Allah SWT tidak hanya berkualitas saat di
bulan Ramadhan saja, melainkan juga di luar bulan Ramadhan kita harus tetap
melaksanakan itu semua dengan cara berkualitas, yang tentunya harus sesuai
dengan kehendak Allah SWT.
8. Ramadhan
berlalu bukan berarti Ruhani yang sudah dimenangkan oleh Allah SWT untuk mengalahkan Jasmani melalui Ibadah
Sunnah yang dinilai wajib, serta melalui Ibadah wajib yang dilipatgandakan
pahalanya, lalu kita biarkan kembali karena kita melalaikan ibadah sunnah dan
ibadah wajib serta melakukan kembali perbuatan-perbuatan yang paling
dikehendaki oleh Syaitan sang laknatullah setelah Ramadhan berlalu? Ruhani yang
sudah menang, harus tetap kita jaga kemenangannya dengan tetap melakukan
perbuatan-perbuatan yang paling dikehendaki oleh Allah SWT, Sebaliknya jika
kita masih pelit, masih mementingkan diri sendiri, masih selalu tergesa, masih
menyakiti orang lain, masih korupsi, masih kolusi, masih nepotisme, masih suka
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, masih suka narkoba, masih suka menjadi teroris,
masih suka menipu, berarti kita harus segera introspeksi diri karena kita masih
memiliki masalah dengan perintah puasa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar