Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 12 Maret 2024

MEMAHAMI ADANYA AHWA (HAWA NAFSU) SEBAGAI MUSUH DALAM SELIMUT (PART 2 of 3)


Sekarang mari kita pelajari apa yang dinamakan dengan musuh dalam selimut itu dan semoga hal ini mampu menghantarkan diri kita tahu diri.

 

A.     SIFAT SIFAT JASMANI MANUSIA.

 

Sekarang mari kita perhatikan diri kita. Saat diri kita masih hidup berarti kita sedang berhadapan langsung dengan dua buah lingkungan, yaitu lingkungan yang bercirikan nilai nilai keburukan (insan) yang berasal dari jasmani dan juga lingkungan yang bercirikan nilai nilai kebaikan (nass) yang berasal dari ruh. Lalu di posisi manakah diri kita saat ini, apakah yang sesuai dengan kehendak syaitan ataukah yang sesuai dengan kehendak Allah SWT!.

 

Untuk bisa menentukan dimana posisi kita saat ini, mari kita pelajari salah satu lingkungan yang melingkungi diri kita dalam hal ini adalah lingkungan yang berasal dari dalam jasmani diri kita sendiri yang bercirikan nilai nilai keburukan (insan), yaitu :

 

1.   Diciptakan Dengan Keadaan Lemah (Terbatas). Berdasarkan surat An Nisaa’ (4) ayat 28 berikut ini : Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” Dan berdasarkan surat Ar Ruum (30) ayat 54 di berikut ini: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” disebutkan bahwa salah satu sifat dari jasmani manusia adalah lemah atau bersifat lemah atau disebut juga dengan dhaif.

 

Adanya sifat lemah dalam jasmani menunjukkan bahwa jasmani memiliki keterbatasan sehingga jasmani tidak mampu selamanya kuat sehingga jasmani memiliki penurunan fungsi setelah mencapai titik optimalnya. Jika jasmani memiliki sifat lemah (dhaif) berarti perbuatan jasmani (ahwa yang ada pada diri kita) adalah melemahkan diri kita. Sedangkan kekuatan untuk melemahkan sangat tergantung dengan kemampuan sifat lemah mempengaruhi manusia. Adanya sifat lemah di dalam jasmani, ini menandakan kepada kita bahwa kemampuan jasmani manusia ada batasnya (terbatas).

 

Jika sifat jasmani adalah lemah atau mempunyai keterbatasan, sekarang bagaimana dengan sifat Allah SWT dan juga dengan sifat ruh yang juga berasal dari Allah SWT? Allah SWT tidak mempunyai sedikitpun sifat lemah dan juga kelemahan dan demikian pula dengan ruh. Ruh juga tidak mempunyai kelemahan sepanjang ruh dapat dijaga dan dirawat dengan baik dan benar atau tidak dijajah oleh jasmani.

 

Sekarang adakah sifat lemah di dalam diri kita? Sifat lemah pasti ada di dalam diri kita sebab diri kita sama-sama lemah dibandingkan alam karena keduanya ada karena ada yang mengadakan atau ada yang menciptakan. Pencipta pasti ada sebelum ciptaannya ada serta pencipta lebih kuat dan lebih mampu dari yang diciptakan. Ini berarti diri kita dan alam sama-sama diciptakan dalam kondisi lemah. Jika setiap jasmani telah memiliki sifat lemah lalu bagaimanakah ahwa dari sifat lemah ini mempengaruhi diri kita atau mempengaruh sifat ruh?

 

Jika sifat lemah mampu mempengaruhi atau mampu mengalahkan sifat ruh/ruhani maka manusia dibuat malas untuk beraktifitas, hanya berorientasi jangka pendek, rendah motivasi, selalu bersikap pesimis dan lain sebagainya yang akhirnya manusia berada di dalam koridor nilai-nilai keburukan atau  berada di dalam suatu keadaan yang paling dikehendaki oleh syaitan. Hal ini sangat bertentangan kehendak Allah SWT kepada diri kita yang selalu memerintahkan diri kita untuk selalu aktif berbuat kebaikan dimanapun dan kapanpun, beriorientasi jangka panjang (maksudnya tidak hanya untuk duniawi semata), selalu memiliki motivasi untuk maju dengan selalu bersikap optimis. Dan jika sampai diri kita mampu dipengaruhi oleh ahwa berarti kita sendirilah yang memberikan kesempatan bagi syaitan untuk melaksanakan aksinya kepada diri kita.

 

2.     Keluh Kesah dan Kikir (Bakhil). Berdasarkan surat Al Ma’aarij (70) ayat 19-20-21 berikut ini: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusuahan ia berkeluh kesah. Dan apabila dapat kebaikan ia amat kikir.” dikemukakan salah satu sifat jasmani manusia selalu berkeluh kesah dan selalu kikir (bakhil). Jika jasmani memiliki sifat berkeluh kesah dan selalu kikir (bakhil) berarti perbuatan jasmani (ahwa yang ada pada diri kita) adalah selalu merasa dirinya kekurangan sehingga memelitkan diri untuk tidak berbagi kepada orang yang membutuhkan. Pada akhirnya orang seperti ini hanya mementingkan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya saja.

 

Hal ini terlihat jika manusia ditimpa kesusahan ia selalu berkeluh kesah dan jika ia mendapat kebaikan selalu merasa kurang dan akan kikir untuk berbagi kepada sesama. Jika di dalam diri kita sudah ada sifat demikian, bagaimanakah kita harus bersikap sedangkan di lain sisi kita harus berbagi kepada fakir miskin atau wajib menunaikan hak Allah SWT melalui zakat, infaq, shadaqah. Kedua keadaan tersebut di atas akan ada selama ruhani dan jasmani masih bersatu maka tarik menarik keduanya akan terjadi. Jika Nilai-Nilai Ilahiah yang berasal dari ruh dapat mengalahkan sifat-sifat jasmani yang berasal dari alam maka kita akan menjadi dermawan dan jika sebaliknya yang terjadi maka kikir dan bakhil serta mementingkan diri sendiri yang terjadi.

 

Selanjutnya apa yang akan terjadi jika sifat keluh kesah dan kikir sampai mempengaruhi diri kita atau jika ahwa mempengaruhi diri kita melalui sifat keluh kesah dan kikir? Jika sifat ini mempengaruhi diri kita maka kita selalu merasa kekurangan sehingga tidak bisa menerima sesuatu secara ikhlas, selalu iri melihat orang lain sukses dan juga selalu mementingkan diri sendiri, susah untuk diajak berbagi untuk kepentingan bersama, demikian seterusnya yang kesemuanya berkesesuaian dengan kehendak syaitan. Kondisi ini sangat bertentangan dengan perintah Allah SWT kepada diri kita, seperti kita diharuskan ikhlas menerima sesuatu, mau berbagi, tidak mendahulukan kepentingan pribadi serta selalu bersyukur. Sekarang yang manakah perbuatan kita?

 

3.   Loba, Tamak Akan Harta. Berdasarkan surat Al Fajr (89) ayat 17-18-19-20 yang kami kemukakan berikut ini: Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil) dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” sifat jasmani adalah  loba, tamak atau rakus akan harta benda.

 

Jika jasmani memiliki sifat loba, tamak atau rakus akan harta benda berarti perbuatan jasmani (ahwa yang ada pada diri kita) adalah selalu merasa dirinya kekurangan sehingga semua ingin dimilikinya yang pada akhirnya ia berbuat tanpa memikirkan dari mana harta ataupun benda itu berasal, apakah halal ataupun haram semuanya dianggap sama rata. Lalu pernahkah anda merasakan sifat ini di dalam diri kita atau adakah sifat ini di dalam diri kita? Jika saat ini kita merasa memiliki sifat loba, tamak apakah akan kita pertahankan atau jika kita merasa tidak memiliki sifat loba, tamak apakah kita akan tetap mempertahankannya? Ingat, tangan di atas selalu lebih baik dari tangan di bawah.

 

Lalu, apa yang terjadi jika sifat loba, tamak, rakus akan harta sampai mempengaruhi diri manusia atau seperti apakah kondisi ahwa di dalam mempengaruhi diri kita melalui sifat loba, tamak?  Jika sampai perbuatan loba, tamak akan harta menjadi perbuatan kita maka ahwa dari itu semua membuat diri kita melakukan segala cara untuk mendapatkan sesuatu, halal dan haram bukanlah ukuran, melanggar hukum bukanlah masalah, yang penting apa yang diinginkan dapat tercapai. Selanjutnya kondisi inilah yang paling dikehendaki oleh syaitan sang laknatullah dan yang paling tidak disukai (dibenci) oleh Allah SWT.  

 

4.     Selalu Berburuk Sangka Dengan Allah SWT. Berdasarkan surat Al Fajr (89) ayat 15-16 berikut ini: Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakanNya dan diberiNya kesenangan, maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila TuhanNya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. sifat jasmani adalah selalu buruk sangka tidak hanya kepada manusia saja tetapi ia juga  berburuk sangka kepada Allah SWT. Jika ini adalah sifat jasmani berarti perbuatan dari sifat jasmani ini adalah memandang sesuatu hal dari sisi keburukan semata tanpa pernah mampu melihat dari sisi kebaikan/sisi positif sesuatu hal. Sehingga menjadikan seseorang menjadi orang yang pesimis. Dan saking pesimisnya ia berani untuk berburuk sangka kepada Allah SWT.

 

Sekarang pejamkan mata dan renungkan adakah sifat ini di dalam diri kita? Jika sifat itu ada di dalam diri kita, baikkah jika sifat negatif kita pelihara dan kita lestarikan? Sekarang apa yang terjadi jika sifat buruk sangka sampai mempengaruhi perbuatan manusia melalui ahwa? Jika sifat buruk sangka menyerang diri kita maka diri kita akan selalu berprasangka negatif kepada siapapun, merasa diri kita benar sehingga orang lain selalu salah, merasa orang lain ingin mencelakakan diri kita padahal orang tersebut ingin menolong diri kita. Dan jika sifat ini terus mengendap di dalam diri maka ketenangan bathin di dalam diri sirna dikarenakan prasangka-prasangka buruk selalu menghantui diri, padahal apa yang kita sangkakan belum tentu benar adanya.

 

5.     Selalu Bermaksiat Terus Menerus. Berdasarkan surat Al Qiyamah (75) ayat 5 berikut ini: Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.” sifat jasmani yang lainnya adalah selalu ingin berbuat maksiat terus menerus. Jika ini adalah sifat dari jasmani maka perbuatan dari sifat jasmani (ahwa) ini adalah tidak pernah mau bersyukur atas apa apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada diri kita yang ada hanyalah kurang dan kurang. Selain tidak mau bersyukur, juga tidak mau mengalah atau selalu mau menang sendiri seperti halnya hukum alam yang lemah selalu dikalahkan oleh yang kuat.

 

Selama di alam itu ada maka hukum alam akan tetap berlaku dan terus berlaku. Adanya hukum alam maka sifat alam juga akan ada di dalam jasmani manusia. Jika manusia melakukan tindakan berbuat zhalim kepada sesama atau selalu menganiaya yang lemah atau selalu berbuat maksiat dengan tidak mau bersyukur maka hukum alam yang telah berlaku dan juga  merupakan sunnatullah telah menjadi perbuatan diri kita.

 

Selanjutnya jika hal ini terjadi di dalam diri kita, bagaimana kita harus menyikapinya? Jika kita ingin selalu berada di dalam kehendak Allah SWT maka tidak ada jalan lain kecuali kita menolak atau meniadakan atau tidak menjadikan hukum alam tersebut berlaku bagi diri kita.Sekarang apa jadinya jika sampai sifat Jasmani yang selalu bermaksiat terus menerus sampai mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka kenyamanan, ketentraman, kerukunan hidup di dalam masyarakat hilang, yang ada perasaan untuk mengintimidasi orang lain, tingginya rasa permusuhan di antara sesama, serta hilangnya kepercayaan di tengah masyarakat. Adanya kondisi ini memudahkan syaitan memecah belah umat dan serta memudahkan syaitan menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.

 

6.     Selalu Minta Perlindungan Kepada Makhluk. Berdasarkan surat Al Jin (72) ayat 6 berikut ini: Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” dikemukakan bahwa sifat jasmani adalah yang kuat selalu menjadi komandan bagi yang lemah (perhatikan di dalam dunia hewan). Adanya kondisi ini menimbulkan yang lemah akan selalu meminta perlindungan atau akan selalu minta untuk dilindungi oleh yang kuat sehingga terjadilah adu kuat di antara mereka. Sekarang adakah kondisi yang terjadi di alam juga terjadi di dalam diri manusia?

 

Di dalam diri setiap manusia juga terjadi hal yang sama jika terjadi pertentangan ataupun di dalam keadaan tertentu yang mengakibatkan manusia terjepit. Untuk itu manusia biasanya akan selalu meminta perlindungan kepada makhluk tertentu yang dianggap mampu untuk melindunginya. Di lain sisi Allah SWT sudah menyatakan dengan tegas bahwa Allah SWT akan menjadi penolong dan pelindung bagi hamba-Nya yang beriman. Sekarang jika kita mengalami hal tersebut di atas kemanakah kita mencari perlindungan? Semuanya terpulang kepada diri kita sendiri.

 

Selanjutnya apa yang terjadi jika sifat jasmani yang selalu meminta perlindungan kepada makhluk sampai mempengaruhi diri kita melalui jalan ahwa?Jika ini yang terjadi maka akan ada manusia-manusia yang merasa dirinya jagoan, akan ada apa yang dinamakan jawara-jawara yang dapat dimintakan tolong baik untuk kebaikan maupun untuk keburukan. Adanya kondisi ini maka akan timbul di dalam masyarakat apa yang dinamakan rasa kebencian terhadap kelompok masyarakat tertentu, rasa mementingkan kelompok tertentu tumbuh di dalam masyarakat, stigma negatif kepada kelompok tertentu tumbuh subur, yang pada akhirnya akan menghancurkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

  

7.  Suka Membantah, Menantang dan Membangkang. Berdasarkan surat Al Nahl (16) ayat 4 berikut ini: Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” Dan juga berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 54 yang kami kemukakan berikut ini: Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam  Al Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” dikemukakan bahwa sifat jasmani suka membantah, suka menentang serta suka menjadi  pembangkang. Kenapa timbul sifat ini di dalam diri manusia, padahal sebelumnya manusia itu tidak mempunyai kemampuan apa-apa pada waktu dilahirkan?

 

Timbulnya sifat pembantah, penentang dan pembangkang di dalam diri setiap orang disebabkan di dalam diri manusia juga terdapat hawa panas yang berasal dari api. Sifat api atau hawa panas biasanya selalu ingin menang sendiri dan tidak mau tunduk kepada siapapun. Api atau hawa panas biasanya akan langsung keok atau tidak dapat berbuat apa-apa jika api bertemu dengan air. Sekarang perhatikan orang  pembangkang dan pembantah dia baru akan terdiam jika sudah tersudutkan atau setelah di “skak-mat” baru tidak dapat membantah lagi. Pernahkah anda merasakan hal tersebut di atas.

 

Sekarang apa jadinya jika sifat jasmani yang suka membantah, membangkang dan juga suka menantang sampai mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka akan di dalam diri dan juga masyarakat rasa untuk memberontak, rasa tidak puas serta merasa diri jagoan, merasa diri benar orang lain salah dan seterusnya yang pada akhirnya akan selalu berada di dalam kehendak Syaitan, tetapi tidak sesuai dengan kehendak Allah SWT. 

 

8.   Suka Ingkar. Berdasarkan surat Az Zukhruf  (43) ayat 15 berikut ini: Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian dari pada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap) rahmat Allah).” dikemukakan bahwa sifat jasmani suka ingkar atau tidak mau mengakui rahmat dan kebaikan yang berasal dari Allah SWT atau kufur terhadap nikmat Allah SWT. Sekarang pernahkah anda merasakan atau mengalami hal tersebut di atas? Setiap manusia pasti mengalami apa yang dinamakan dengan ingkar, merasa kufur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran diri akibat selalu mementingkan jasmani dibandingkan mementingkan ruhani (ruhani nomor sepatu, jasmani nomor satu).

 

Sekarang apa jadinya jika sifat jasmani yang suka ingkar atau suka kufur nikmat sampai mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka di dalam diri dan juga di dalam masyarakat, akan  timbul rasa tidak pernah puas dengan apa yang telah diperoleh, susah untuk bersyukur atau susah untuk mengakui kekalahan walaupun sudah menyatakan siap menang dan siap kalah. Hal ini sangat bertentangan dengan kehendak Allah SWT namun sesuai dengan kehendak syaitan. Sebagai khalifah di muka bumi yang baik, tentu kita tidak diperkenankan berbuat seperti apa yang kami kemukakan di atas, terkecuali diri kita merasa nyaman dengan kehendak syaitan.

 

9.    Suka Zhalim dan Tidak Mensyukuri Nikmat. Berdasarkan surat Ibrahim (14) ayat 34 berikut ini: Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni’mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni’mat Allah).” dikemukakan bahwa sifat jasmani suka bertindak zhalim serta sulit untuk bersyukur. Timbul pertanyaan, dari manakah asalnya sifat ini? Untuk itu lihatlah dan perhatikanlah dunia hewan, seekor  hewan buas ditolong oleh manusia apakah hewan tersebut berterima kasih kepada manusia yang telah menolongnya? Hewan buas setelah ditolong bukannya berterima kasih malah menyerang balik manusia yang telah menolongnya.

 

Jika sekarang di dalam diri manusia terjadi hal yang serupa, apakah ini berarti manusia mengambil contoh dari apa yang terjadi di alam? Jasmani yang berasal dari alam tentunya mempunyai nilai-nilai tertentu yang diturunkan dari alam (ingat, kita juga senang mengkonsumsi hewan). Timbul pertanyaan manusiakah yang mengambil contoh atas perilaku hewan ataukah hewan yang mengikuti perilaku manusia?

 

Sekarang apa jadinya jika sifat jasmani yang suka berbuat zhalim dan tidak suka bersyukur sampai mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka di dalam diri dan juga di dalam masyarakat maka akan terjadilah apa yang dinamakan yang kuat menindas yang lemah, yang berkuasa menindak yang membutuhkan sesuatu, aparatur yang seharusnya melayani justru ingin dilayani serta rendahnya tingkat kesadaran di dalam masyarakat untuk berbuat kebaikan. Jika sampai hal ini terjadi rusaklah tatanan hidup di masyarakat bangsa dan negara dan kondisi ini sangat dinantikan oleh syaitan namun sangat dibenci oleh Allah SWT.

 

10. Dalam Bahaya Ingat Allah SWT, Jika Selamat Lupa Untuk Bersyukur. Berdasarkan surat Al israa' (17) ayat 67 berikut ini: Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” dikemukakan bahwa sifat jasmani akan ingat kepada Allah SWT saat dalam bahaya atau dalam posisi susah, setelah selesai lupa kepada Allah SWT. Sifat jasmani yang seperti ini tidak ubahnya dengan sifat hewan buas, setelah ditolong menyerang balik penolongnya. Sekarang bagaimana dengan manusia dalam hidupan sehari-hari? Manusia juga sering lupa siapa yang menolongnya.

 

Lalu apa jadinya jika sifat jasmani yang ingat kepada Allah SWT hanya pada saat ada perlunya saja sampai mempengaruhi diri manusia? Jika ini yang terjadi maka di dalam diri dan juga di dalam masyarakat maka akan terjadi budaya pamrih, hilang rasa ikhlas di dalam bekerja dan berbuat sesuatu, tumbuh subur budaya udang di balik batu, tingkat produktifitas rendah karena kurang ikhlas di dalam bekerja dan berkarya. Kondisi sangat disukai oleh syaitan sang laknatullah namun sangat dibenci oleh Allah SWT dan semoga kita tidak termasuk orang-orang yang melakukan itu semua.

 

11.  Tergesa-gesa Tidak Sabaran dan Ingin Cepat. Adapun sifat lainnya yang ada di dalam diri manusia atau jasad adalah suka tergesa-gesa, tidak sabaran dan selalu ingin cepat selesai. Keinginan ini biasanya akan tercermin pada saat kita diharuskan untuk mengantri atau berbaris satu persatu untuk mengambil sesuatu atau pada waktu terjadi kemacetan lalu lintas. Allah SWT berfirman: dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (surat Al Isra’ (17) ayat 11).” Selanjutnya apa yang terjadi pada tubuh kita setelah kita melakukan hal tersebut diatas? Biasanya kita akan mengumpat, menggerutu dan seterusnya dan sebaliknya kita akan senang jika orang lain dibuat susah.

 

Adakah sifat tergesa-gesa dan tidak sabaran serta ingin cepat dalam diri kita? Sekarang bagaimana jika ahwa (hawa nafsu) yang berasal dari sifat tergesa-gesa atau tidak sabaran atau ingin cepat mempengaruhi sifat ruh atau mempengaruhi perbuatan manusia? Jika sifat jasmani yang seperti ini sampai mempengaruhi perbuatan manusia maka manusia tersebut tidak akan mau disuruh mengantri, selalu meminta perlakuan khusus jika harus mengantri, tidak mau diatur di dalam kepentingan bersama secara urutan, sehingga apa yang dilakukan harus ia dahulu yang dilayani, harus ia dahulu yang memperoleh sesuatu sedangkan secara urutan ia memperoleh belakangan. Jangan sampai diri kita melakukan hal seperti ini dan jika sampai kita laksanakan berarti diri telah dipengaruhi atau telah memperturutkan ahwa (hawa nafsu).

 

12.  Tidak Mau Mensyukuri Nikmat Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari hukum penjumlahan dan hukum perkalian merupakan hal yang sangat di-inginkan oleh manusia sedangkan hukum pengurangan dan pembagian merupakan hal yang sulit dilakukan. Jika ini yang terjadi dalam kehidupan diri kita berarti sifat jasmani yang dikemukakan di dalam surat Al Hajj (22) ayat 66 ada pada diri kita. “Dan dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari ni’mat.” yaitu tidak mau bersyukur atau tidak mau mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita atau kepada keluarga kita merupakan sesuatu yang susah dilakukan oleh manusia.

 

Hukum pembagian dan pengurangan adalah manusia sangat sulit untuk berbagi kepada sesama atau manusia paling tidak suka untuk mengurangi haknya kepada orang lain. Manusia lebih senang dan suka untuk selalu menambah dan mengalikan apa yang dimilikinya, dimana kondisi ini sangat bertentangan dengan hukum pembagian dan pengurangan. Sekarang yang manakah yang anda miliki apakah hukum pembagian dan pengurangan yang anda miliki ataukah hukum perkalian dan penjumlahan yang anda miliki?

 

13.  Ditimpa Bahaya Berdoa, Senang Kafir. Berdasarkan surat Asy Syuura (42) ayat 48 berikut ini: Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada ni’mat).” serta berdasarkan surat Yunus (10) ayat 12 yang kami kemukakan berikut ini: Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.”  Adapun sifat jasmani yang lainnya adalah jika ditimpa bahaya atau mengalami kekurangan atau dalam posisi terjepit, ia akan  akan selalu berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah SWT namun setelah doanya dikabulkan, ia lupa, ia lalai, merasa apa yang telah diperolehnya bukan atas bantuan Allah SWT.

 

Di dalam kehidupan, terutama di dalam kehidupan binatang, coba anda perhatikan pada waktu kita menolong seekor hewan buas yang terjepit, pada saat ditolong hewan tersebut menurut dan tidak menunjukkan gelagat yang tidak baik. Akan tetapi setelah semuanya berakhir maka hewan tersebut akan menyerang kita yang telah menyelamatkannya. Selanjutnya jika perbuatan yang kita lakukan seperti di atas ini, berarti apa yang kita lakukan sama dengan hewan yang telah kita tolong. Sekarang hewankah yang meniru kita atau kita kah yang meniru tingkah laku hewan?

 

14.  Selalu Dalam Kerugian. Berdasarkan surat Al ‘Ashr (103) ayat 1-2 yang kami kemukakan berikut ini: Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian.”  salah satu sifat jasmani yang lainnya adalah selalu menghambur-hamburkan waktu atau melalaikan waktu. Jika ini adalah sifat dari jasmani berarti perbuatan dari jasmani (ahwa) adalah menghabiskan waktu dengan cara cara yang tidak berguna atau menganggap waktulah yang menunggunya.

 

Manusia berpikir bahwa waktu adalah sesuatu yang dapat dikendalikannya atau bahkan dapat dibelinya sehingga pada saat waktu itu telah habis atau akan berakhir barulah manusia itu sadar dan berharap waktu akan kembali lagi. Di sinilah letaknya jika manusia dikatakan selalu berada di dalam kerugian. Kerugian yang terjadi akibat kelalaian di dalam memanfaatkan waktu atau tidak mampunya kita memanfaatkan saat bersatunya ruh dengan jasmani sehingga fungsi dari kekhalifahan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT kepada diri kita tidak dapat terlaksana dengan baik dan benar. 

 

Berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan tentang 14 (empat belas) sifat-sifat alamiah jasmani, yang di dalam AlQuran disebut dengan insan. Tidak ada satupun sifat-sifat alamiah jasmani (insan) yang sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang berasal dari nilai-nilai Ilahiah. termasuk juga perbuatan dari sifat insan itu sendiri yang dinamakan dengan ahwa. Sifat-sifat jasmani dan juga ahwa (hawa nafsu) kesemuanya mencerminkan nilai-nilai keburukan yang sangat dikehendaki oleh syaitan sang laknatullah. Lalu perlukah kita meratapi dan mempertanyakan kembali sifat-sifat jasmani?

 

Sifat jasmani yang telah kami sebutkan diatas merupakan sunnatullah yang harus berlaku di muka bumi ini sama seperti sifat garam yaitu asin dan mengasinkan atau sifat gula yaitu manis dan memaniskan. Kita semua tidak dapat merubah sifat gula maupun sifat garam, yang dapat kita lakukan adalah meramu atau mencampur sifat gula dan sifat garam menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan. Jika sekarang sifat-sifat jasmani sudah ada di dalam diri setiap manusia dapatkah sifat-sifat itu dirubah atau ditiadakan? Sifat-sifat jasmani tidak dapat dirubah dan ditiadakan, akan tetapi harus kita jadikan rambu-rambu atau larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar jika kita ingin selamat dan sukses menjadi khalifah di muka bumi sehingga mampu menghantarkan diri kita pulang kampung ke syurga. 

 

Jika saat ini kita masih hidup tentu kondisi ini sedang kita alami, tinggal bagaimana kita menyikapi hal ini yang sunnatullah sudah berlaku di alam semesta ini. Perjalanan masih panjang. Jangan berhenti belajar. Selanjutnya, setelah diri kita mengetahui tentang sifat sifat jasmani (insan) maka langkah berikutnya adalah kita harus mengetahui pula pola kerja dari sifat sifat jasmani, atau cara kerja ahwa (hawa nafsu) di dalam mempengaruhi diri manusia. Adanya pengetahuan tentang hal ini maka kita akan mengetahui cara mengatasi dan mengalahkan ahwa (hawa nafsu) secara bermartabat karena ahwa (hawa nafsu) tidak bisa dibunuh atau dihabisi total, atau tidak bisa dibuang habis dalam diri. Ahwa (hawa nafsu) akan tetap ada dalam diri manusia sepanjang jasmani dengan ruh belum dipisahkan melalui kematian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar