I. HADAPILAH
MUSUH-MUSUH KEBAIKAN HIDUP DENGAN BIJAKSANA.
Setiap
manusia, tanpa terkecuali, apapun agamanya, siapapun orangnya, termasuk di
dalamnya fir’aun, dapat dipastikan sangat menginginkan untuk memperoleh dan
mendapatkan kebaikan hidup di dunia, kebaikan hidup di akhirat serta
terpelihara dari siksa api neraka yang pada akhirnya masuk ke syurga. Inilah
harapan semua orang, pertanyaannya adalah apakah mungkin setiap orang bisa memperolehnya?
Jika kita hanya berpedoman pada ketentuan umum semata, maka kondisi ini bisa
terlaksana.
Akan
tetapi Allah SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat 201 berikut ini: dan
di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa
neraka. (surat Al Baqarah (2) ayat 201).” menyatakan bahwa untuk
memperoleh semuanya tidak bisa dengan ketentuan yang bersifat umum. Namun harus
dengan ketentuan yang bersifat khusus. Sehingga hanya orang orang yang
berkualifikasi khususlah yang bisa memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat serta terhindar dai siksa api neraka yang pada akhirnya masuk syurga.
Untuk
bisa menemukan siapa yang bisa memperoleh itu semua, sekarang mari kita
pelajari surat Al Baqarah (2) ayat 201 di atas ini secara lebih mendalam, lalu
apa yang kita dapatkan? Berdasarkan ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 201 di
atas maka akan kita dapatkan 3 (tiga) kemungkinan pencapaian seseorang, yaitu :
1. Seseorang yang hanya memperoleh kebaikan
hidup di dunia saja tanpa memperoleh kebaikan di akhirat kelak. Jika ini
kondisinya berarti kemungkinan ia memperoleh dan merasakan siksa api neraka
terbuka lebar dan pintu syurga tertutup baginya.
2. Seseorang yang tidak memperoleh kebaikan
hidup di dunia namun mampu memperoleh kebaikan hidup di akhirat kelak. Jika ini
kondisinya berarti kemungkinan ia merasakan siksa api neraka tertutup sehingga
ia mampu merasakan apa itu nikmatnya syurga.
3. Seseorang yang mampu memperoleh kebaikan hidup di dunia dan
mampu pula memperoleh kebaikan hidup di akhirat kelak. Jika ini kondisinya
berarti ia terbebas dari siksa api neraka dan mampu merasakan apa itu nikmatnya
syurga.
Adanya
tiga buah kemungkinan yang kami kemukakan di atas ini, ada di posisi manakah
diri kita saat ini? Kami berharap minimal posisi kita ada di kemungkinan nomor
2 untuk menuju kemungkinan nomor 3. Lalu apa yang menyebabkan diri kita berada
di kemungkinan nomor 1 sehingga hanya mampu memperoleh kebaikan di dunia
semata, tanpa memperoleh kebaikan di akhirat serta merasakan panasnya api
neraka? Banyak faktor yang menyebabkan seseorang hanya mampu sampai di
kemungkinan nomor satu, yaitu karena berjiwa fujur padahal segalanya telah ia
miliki, selain itu ia juga tidak mampu menghadapi musuh musuh kebahagiaan yang
dihadapi dengan bijaksana. Ia justru menghadapi musuh musuh kebahagiaan dengan
sembrono tanpa melibatkan hati.
Adapun
musuh-musuh kebahagiaan itu dapat kami kemukakan sebagai berikut:
1. Takut
Mati. Mati atau kematian adalah sebuah kepastian. Mati adalah
sunnatullah yang berlaku bagi semua orang. Mati bukanlah akhir dari perjalanan
hidup kita, melainkan salah satu tahapan yang harus dilalui oleh setiap manusia
di dalam mata rantai kehidupan manusia untuk menuju kepada Allah SWT. Ketakutan
akan kematian, merupakan musuh utama dari ketidakbahagiaan. Kematian bagi
pemuja kenikmatan duniawi dipandang sebagai akhir dari segalanya, kehancuran
dari kehidupannya.
Karena
itu ia takut menghadapi, risau, galau. Semakin tua semakin menderita dan
semakin tua semakin sakit semakin merana. Inilah dampak dari sikap hidup yang
serba mengandalkan akal dan meninggalkan agama. Agama mengajarkan bahwa
kematian adalah sebuah keniscayaan dan pintu masuk yang harus dilalui untuk
menuju syurga. Jadi jika kita termasuk berjiwa muthmainnah tentu mampu bersikap
bijaksana, penuh perhitungan serta memiliki persiapan yang matang untuk
menghadapi kematian.
2. Serakah
Karena Takut Miskin. Menurut Napoleon Hill, penyebab utama
ketidakbahagiaan, (dalam konteks masyarakat barat) adalah kemiskinan, bukan
kematian. Tokoh ini menemukan 6 (enam) ketakutan dasar manusia dengan kombinasi
tertentu yang sering menyerang orang secara bersamaan atau satu persatu, yaitu:
a.
Takut kepada kemiskinan;
b.
Takut kepada kritikan;
c.
Takut pada kesehatan yang buruk;
d.
Takut kehilangan cinta seseorang;
e.
Takut menjadi tua;
f.
Takut kepada kematian.
Rasa
takut terhadap kemiskinan paling merusak dari keenam ketakutan dasar di atas
dan paling sulit dikendalikan. Rasa takut pada kemiskinan tumbuh dari
kecenderungan manusia memangsa manusia lainnya secara ekonomis.
Bila
binatang dengan sesama binatang saling memangsa secara fisik, maka manusia
dengan manusia lainnya dengan kekuatan intuisi superior dan kapasitas berfikir
dan menggunakan akal sehat, tidak memangsa secara fisik tetapi memangsa mereka
secara financial. Penyebab utama dari ketakutan terhadap kemiskinan yang
menimbulkan keserakahan jiwa adalah disebabkan minimnya iman dan keyakinan
seseorang bahwa Allah itu Maha Kaya dan rezeki manusia itu sudah ditetapkan
Allah. Tugas manusia adalah bekerja yang terbaik untuk meraih ridha Allah
dengan melayani segenap makhlukNya.
3. Kekosongan
Jiwa. Jiwa yang kosong bisa menyebabkan pemiliknya merasa
terasing di tengan keramaian, kehilangan dan takut. Pernahkah anda merasakan
keterasingan dalam hidup ini. Pernah anda merasa semua orang menjauhi anda.
Itulah tanda dan pertanda jiwa anda sedang kosong. Situasi tersebut tentu saja
membuat anda gelisah, tidak bahagia, dan merasa tidak berguna. Selain daripada
itu adanya kekosongan jiwa memudahkan syaitan untuk melancarkan aksinya kepada
manusia.
Selain
3(tiga) hal yang telah kami kemukakan tentang musuh-musuh kebahagiaan, masih
ada beberapa musuh-musuh kebahagiaan yang harus kita hadapai sebagaimana
adanya, yaitu:
1.
Kemaksiatan mengantarkan kepada
ketidakbahagiaan;
2.
Hilangnya harapan;
3.
Tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat
dan lingkungan dengan baik;
4.
Tidak mampu mengikuti peradaban ataupun
perubahan teknologi;
5.
Perselisihan dan permusuhan yang sudah
mengakar;
6.
Pengetahuan agama yang tidak utuh dan
rendahnya kualitas kepemimpinan (umur yang barokah)
“Dunia
tercipta dalam kondisi keruh, tapi dari sana engkau menghendakinya bersih.”
Demikianlah kondisi dunia. Dunia disesaki berbagai kelezatan, banyak beban,
hidup sulit, cepat berubah, berhias kekotoran, dan kita pun senantiasa dalam
keadaan susah payah. Anak, istri, teman, sahabat, rumah dan pekerjaan, semuanya
mendatangkan kekeruhan dan kadangkala menyulitkan. Karena itu, padamkan hawa
panas keburukannya dengan hawa dingin kebaikannya agar kita selamat.
Allah
berkehendak dunia berupa gabungan dari dua hal yang berlawanan, dua jenis, dua
kelompok, dan dua pendapat. Yaitu baik dan buruk, saleh dan rusak, serta
gembira dan sedih. Kemudian, kebaikan, kesalehan, dan kegembiraan murni hanya
terdapat di syurga, sementara keburukan, kerusakan, dan kesedihan murni
semuanya terkumpul di neraka. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Dunia
terlaknat dan terlaknat pula apapun di dalamnya kecuali dzikir, serta orang
berilmu dan penuntut ilmu.”
Karena
itu, jalani kenyataan yang ada. Jangan melanglang buana ke alam khayalan dan
idealisme. Hadapilah dunia sebagaimana adanya, hadapi musuh musuh kebahagiaan
dengan bijaksana dan berinteraksilah dengannya dengan baik dan benar! Tidak ada
teman tanpa cacat dan tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia. Sebab, kesucian
dan kesempurnaan bukanlah karakter dan sifat dari kehidupan dunia.
J. BERJALANLAH DI MUKA BUMI, LALU
TEMUKANLAH ALLAH SWT.
Salah
satu hal yang bisa melapangkan hati dan melenyapkan kerisauan adalah berjalan
menyusuri sejumlah kampung dan negeri, berjalan di muka bumi yang luas, dan
melihat kitab alam yang terhampar guna menyaksikan pena kekuasaan Tuhan. Di
atas lembaran alam wujud tertulis tanda tanda keindahan-Nya agar Anda bisa
melihat taman taman yang indah dan kebun yang rimbun.
Berjalan
menyusuri bumi adalah wisata yang dianjurkan untuk mereka yang sedang galau
serta diselimuti gelapnya kamar sempit. Marilah melanglang buana agar kita
bahagia, gembira, berpikir dan merenung lalu mengambil hikmah yang luar biasa
agar diri kita sukses dalam kehidupan dunia dan akhirat kelak. Keluarlah dari
rumah, perhatikan alam sekitar di kanan kiri kita, naiklah ke atas pohon,
reguklah air yang jernih, dan dekatilah ranting pohon melati. Di sana jiwa kita
akan terasa lapang seperti burung yang berkicau yang terbang di angkasa kebahagiaan. Keluarlah dari rumah,
buanglah atau bukalah sesuatu yang selama ini menutupi mata kita.
Lalu,
berjalanlah di bumi Allah yang luas ini seraya berdzikir dan bertasbih kepada-Nya.
Menyendiri di kamar sempit tanpa melakukan aktivitas berguna merupakan jalan
menuju bunuh diri. Kamar kita bukan alam dan kita bukan bukan satu satunya
manusia. Dan agar manusia mau keluar dari rumah dan kamarnya masing masing, maka
Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk bepergian untuk menjelajahi
segala penjuru bumi ini, sebagaimana 8 (delapan) ayat yang akan kami kemukakan
di bawah ini:
1. Allah SWT memerintahkan kepada diri
kita untuk menjelajahi segala penjuru bumi dalam kerangka menikmati keindahan
ciptaanNya, dengan cara melihat langsung serta merasakan langsung ciptaanNya
yang bergitu indah dan mempersona. Allah SWT berfirman: “Dialah yang menjadikan bumi untuk
kamu yang mudah dijelajahi maka jelajahilah di segala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rezekiNya. Dan
hanya kepadaNyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”(surat Al Mulk (67)
ayat 15)”. Selanjutnya jika ciptaanNya saja sudah begitu luar biasa indah
dan mempersona maka dapat dipastikan yang menciptakan itu semua pasti sangat
luar biasa. Tidakkah kita menyadarinya!
2. Allah SWT memerintahkan kita mengadakan
perjalanan di muka bumi agar diri kita memperhatikan, merenungkan dan mengambil
pelajaran dari orang orang yang terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah SWT
dengan cara melihat secara langsung situs situs sejarah yang ada. Allah SWT
berfirman: “Maka apakah mereka tidak pernah mengadakan perjalanan di muka bumi
sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang orang yang sebelum
mereka. Allah telah membinasakan mereka, dan bagi orang orang kafir akan
menerima (nasib) yang serupa itu. (surat Muhammad (47) ayat 10)”. Ingat,
sejarah yang pernah terjadi tidak bisa berbohong, tinggal bagaimana kita
mengambil pelajaran dari sejarah sejarah masa lalu yang pernah terjadi lalu
bayangkan jika hal itu menimpa diri kita. Tidakkah kita mengambil pelajaran!
3. Allah SWT memerintahkan diri kita
keluar rumah dengan berpergian agar diri kita melihat bukti bukti secara
langsung bagaimana kesudahan dari orang orang yang mendustakan Nabi/Rasul yang
telah diutus Allah SWT kepada suatu kaum. Allah SWT berfirman: “Kami
tidak mengutus sebelummu (Muhammad), melainkan seorang laki laki yang Kami berikan
wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Tidakkah mereka bepergian di bumi
lalu melihat bagaimana kesudahan orang orang sebelum mereka (yang mendustakan
Rasul). Dan sungguh, negeri akhirat itu lebih baik bagu orang orang yang
bertaqwa. Tidakkah kamu mengerti? (surat Yusuf (12) ayat 109)”.
4. Allah SWT memerintahkan kita berjalan
ke segenap penjuru bumi untuk memperhatikan, mempelajari, mengambil pelajaran
atas sunnatullah yang berlaku di muka bumi ini serta mengambil pelajaran dari
umat terdahulu yang melanggar ketentuan sunnatullah tersebut. Allah SWT
berfirman: "Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena
itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang yang mendustakan (rasul rasul). (surat Ali Imran (3) ayat 137)”.
Sedangkan berdasarkan surat An-Naml (27) ayat 69 berikut ini:“Katakanlah
(Muhammad), “Berjalanlah kamu di bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang orang yang berdosa. (surat An Naml (27) ayat 69)”. Kita juga diperintahkan
untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari orang orang yang berdosa saat
berjalan, saat menjelajahi muka bumi ini.
5. Berdasarkan surat Luqman (31) ayat 31
berikut ini: “Tidakkah engkau memerhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di
laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkanNya kepadamu sebagian dari tanda
tanda (kebesaran)Nya bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur. (surat
Luqman (31) ayat 31)”. Kita diperintahkan untuk melihat langsung tanda
tanda dari kebesaran Allah SWT yang terdapat di alam semesta ini. Jika lautan
itu adalah tanda tanda kebesaran Allah SWT berarti Allah SWT pasti ada di balik
keberadaan tanda tanda kebesaranNya. Lalu yang harus kita jadikan pedoman
adalah tanda tanda kebesaran Allah SWT itu bukanlah Allah SWT melainkan bukti
nyata bahwa Allah SWT itu ada sehingga dengan adanya tanda tanda kebesaran
Allah SWT maka Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan tanda tanda kebesaran
itu.
Sekarang
jika tanda tanda kebesaran Allah SWT berupa lautan yang luas seperti Samudra
Hindia, Samudra Atlantik dan Samudra Pasific, sudah kita saksikan secara
langsung dengan mata telanjang, masihkah kita tidak mempercayai bahwa Allah SWT
adalah Dzat Yang Maha Pencipta? Lalu apa yang membuat kita menyangsikan
kemahaan dan kebesaran Allah SWT setelah melihat buktinya nyata ini?
6. Berdasarkan surah Ar-Rum (30) ayat 42
berikut ini: “Allah SWT berfirman: "Katakanlah (Muhammad), Bepergianlah di
bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang orang dahulu. Kebanyakan dari
mereka adalah orang orang yang mempersekutukan (Allah). (surat Ar Rum (30) ayat
42)”. Kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk bepergian untuk
menjelajahi muka bumi ini, salah satunya bertujuan untuk melihat secara
langsung sisa sisa peninggalan yang berasal dari generasi masa lalu yang
memiliki masalah dengan Allah SWT. Dan kita bisa pergi ke Mesir untuk melihat
secara langsung mumi Fir’aun yang ditenggelamkan di laut Merah, yang memang
diskenariokan oleh Allah SWT untuk menjadi pelajaran bagi umat yang datang
kemudian. Adanya mumi Fir’aun dengan piramidanya yang bisa kita saksikan secara
langsung hari ini, menunjukkan bahwa Allah SWT mengajarkan dan memerintahkan
kepada kita agar jangan berperilaku seperti Fir’aun, yang mayitnya (muminya)
diperlihatkan kepada khalayak umum dan betapa banyak orang yang sudah
melihatnya namun kesemuanya tidak pernah ada orang yang mendoakannya. Lain
halnya jika orang yang berziarah ke makam orang orang yang shaleh, maka semakin
banyak yang berdziarah, semakin banyak yang mendoakannya. Apakah kita tidak mau
mengambil pelajaran!
7. Berdasarkan surat Ar-Rum (30) ayat 9 berikut ini: “Dan
tidakkah mereka berpergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang orang
sebelum mereka (yang mendustakan Rasul)? Orang orang itu lebih kuat dari mereka
(sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkan. Dan telah
datang kepada mereka rasul rasul mereka
dengan membawa bukti bukti yang jelas. Maka Allah sama sekali tidak berlaku
zalim kepada mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka
sendiri. (surat Ar Rum (30) ayat 9)”. Allah SWT memerintahkan kita
untuk bepergian ke seantero bumi, bukan untuk pergi jalan jalan semata.
Melainkan melihat, memperhatikan dan mengambil pelajaran dari umat umat
terdahulu yang pernah mendustakan Nabi/Rasul. Berdasarkan informasi sejarah,
rumah tempat tinggal Abu Jahal, salah satu orang yang mendustakan Nabi Muhammad
SAW, dijadikan salah satu wc yang terdapat di Masjidil Haram. Bayangkan
bagaimana Allah SWT mempermalukan sampai dengan hari kiamat kelak kepada Abu
Jahal bahwa rumahnya dijadikan tempat pembuangan kotoran manusia yang datang
untuk melaksanakan ibadah haji dan umroh. Ini adalah salah satu bentuk
penghinaan yang telah dipertontonkan Allah SWT kepada manusia, lalu apakah hal
ini tidak cukup menyadarkan diri kita kita untuk tidak berbuat seperti halnya
Abu Jahal!.
8. Berdasarkan surat Al-An'am (6) ayat 11
berikut ini: “"Katakanlah (Muhammad), “Jelajahilah bumi, kemudian perhatikanlah
bagiamana kesudahan orang orang yang mendustakan itu. (surat Al An’am (6) ayat
11)”. Allah SWT memerintahkah kepada kita agar menjelajahi bumi yang
dilanjutkan dengan memperhatikan, mempelajari, menyimak, menjaga, merawat bumi
ini dan kemudian mengambil pelajaran dari umat umat sebelumnya yang mendustakan
nabi/rasul walaupun bukti nyata telah disampaikan kepada mereka semua.
Adanya
perintah Allah SWT untuk menjelahi muka bumi ini, bukanlah untuk sekedar jalan-
jalan semata. Akan tetapi harus bisa menjadikan keimanan dan ketaqwaan diri
kita meningkat secara nyata setelah merasakan dan melihat langsung bukti-bukti
sejarah yang memang sengaja Allah SWT jaga dari kehancurannya. Agar orang orang
yang datang di kemudian hari mampu mengambil hikmah dan pelajaran di balik itu
semua.
K. INGATKAN TERUS DIRIMU DENGAN SYURGA
SELUAS LANGIT DAN BUMI.
Orang
yang paling cerdas adalah orang yang beramal untuk akhiratnya karena akhirat
itu lebih baik dan lebih kekal. Sebaliknya, orang yang paling bodoh dan dungu
adalah orang orang yang memandang dunia sebagai tempat tinggal dan angan angan
terakhir mereka. Karenanya, mereka menjadi orang yang paling risau saat terkena
musibah dan paling menyesal saat mendapat ujian serta pulang kampung tidak
memiliki bekal apa apa selain penyesalan.
Andaikan
mereka mau melepas hijab, atau penutup yang menutupi hati dan kebodohan yang
membungkus mata dan telinga mereka, tentu mereka akan teringat dengan negeri
abadi berikut segala kenikmatan dan istananya. Tentu mereka akan mampu mendengar
dan memperhatikan firman Tuhan saat menggambarkannya. Sungguh ia merupakan
negeri yang layak mendapat perhatian dan upaya manusia.
Apakah
kita telah mengetahui gambaran tentang penduduk syurga bahwa mereka tidak
sakit, tidak bersedih, tidak mati, senantiasa muda, serta pakaian mereka tidak
pernah usang. Mereka berada dalam kamar kamar yang bagian luarnya terlihat dari
dalam dan bagian dalamnya terlihat dari luar. Di dalam syurga terdapat sesuatu
yang tidak pernah terlihat mata, tidak terdengar oleh telinga, serta tak
terlintas dalam hati manusia. Tidak ada yang sama dengan apa yang ada di dunia
kecuali nama nama orang. Sungguh kesenangan yang sempurna dan kegembiraan yang
tak terkira. Lalu, mengapa kita tidak mau berpikir dan merenungkan tentang
syurga yang kesemuanya itu dikhususkan untuk diri kita.
Allah
SWT berfirman: “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan
syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang orang
yang bertaqwa. (surat Ali Imran (3) ayat 133)”. Inilah yang dijanjikan
oleh Allah SWT kepada orang orang yang bertaqwa, termasuk di dalamnya kepada
diri kita, yaitu syurga yang luasnya
seluas langit dan bumi. Adanya janji Allah SWT tentang syurga seluas langit dan
bumi maka kita harus mengingatkan terus menerus kepada diri, keluarga, anak dan
keturunan, teman dan sahabat akan adanya syurga yang sangat luas, seluas langit
dan bumi yang akan dianugerahkannya kepada umat-Nya. Janji dan fasilitas yang
sudah dipersiapkan oleh Allah SWT itu hanyalah untuk orang yang bertaqwa yang
mampu berinfak baik di waktu lapang maupun sempit, yang mampu menahan amarahnya
dan mampu memaafkan kesalahan orang lain.
Agar
diri konsisten dalam kehidupan ini serta untuk menambah semangat menuju syurga yang telah
dijanjikan oleh Allah SWT kepada diri kita, ketahuilah seperti inilah kondisi syurga
yang dijanjikan Allah SWT itu: “Allah SWT berfirman, “Wahai manusia,
bagaimana engkau mencintai dunia yang fana dan kehidupan yang sementara,
padahal bagi mereka yang taat ada syurga? Mereka bisa masuk dari pintunya yang
berjumlah delapan. Pada setiap syurga ada tujuh puluh ribu taman. Pada setiap
taman ada tujuh puluh ribu istana yaqut. Pada setiap istana terdapat tujuh
puluh ribu tempat tinggal dari zamrud. Pada setiap tempat tinggal ada tujuh
puluh ribu rumah dari emas merah. Pada setiap rumah ada tujuh puluh ribu balai
dari perak putih. Pada setiap balai ada tujuh puluh ribu meja makan. Di atas
meja makan terdapat tujuh puluh ribu piring permata. Pada setiap piring
terdapat tujuh puluh ribu aneka makanan. Di sekitar masing masing balai
terdapat tujuh puluh ribu ranjang dari emas merah. Di atas setiap ranjang
terdapat tujuh puluh ribu selimut dari sutera dan permadani. Di sekitar ranjang
ada tujuh puluh ribu sungai dari air kehidupan, susu, madu, dan khamar. Di
tengah tengah sungai terdapat tujuh puluh ribu aneka buah. Pada setiap rumah
terdapat tujuh puluh ribu kemah dari pohon kayu kecil, Di atas setiap ranjang
ada bidadari bidadari yang di hadapannya ada tujuh puluh ribu pelayan muda
bagaikan kuningnya telur yang tersimpan. Di atas setiap istana ada tujuh puluh
ribu kubah. Pada setiap kubah ada tujuh puluh ribu hadiah dari Tuhan yang tak
pernah dilihat oleh mata, tak pernah di dengar oleh telinga, dan tak pernah
terlintas dalam hati manusia. “dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan
daging burung dari apa yang mereka inginkan. dan ada bidadari-bidadari bermata
jeli, laksana mutiara yang tersimpan
baik. sebagai Balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (surat Al Waaqiah
(56) ayat 20, 21, 22, 23, 24). Mereka tidak mati dan tidak pernah tua. Mereka
tidak sedih, tidak puasa, tidak shalat, tidak sakit, tidak pernah kencing,
serta tidak pernah buang air besar. “mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan
mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya” (surat Al Hijr (15) ayat
48). Siapa yang menginginkannya, mengingat kemurahan-Ku, bertetangga dengan-Ku,
serta nikmat-Ku, maka mendekatlah kepadaKu secara tulus seraya meremehkan dunia
dan merasa cukup dengan yang sedikit.” Begitu luar biasanya syurga
yang dijanjikan oleh Allah SWT kepada diri kita, lalu bisakah kita
membayangkannya jika bertempat tinggal disana kelak.
Untuk
itu ketahuilah wahai saudaraku! Saat diri kita sudah menempati syurga yang
sesuai dengan tingkatannya masing masih, ada satu episode yang paling luar
biasa, yang paling mengesankan, yang paling dinantikan, yang paling monumental,
yang hanya bisa diperoleh dan dirasakan oleh para ahli ahli syurga. Episode apakah
itu? Berdasarkan hadits berikut ini: “Dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin
Sinan ra, Rasulullah SAW bersabda, “Jika penghuni syurga telah masuk syurga,
Allah ta’ala berfirman: “Apakah kalian mau tambahan nikmat (dari kenikmatan syurga
yang telah kalian peroleh)? Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami?
Dan Engkau telah memasukkan kami ke dalam syurga dan menyelamatkan kami dari
neraka? Kemudian Allah singkap hijab (penutup wajahNya yang mulia), dan mereka
mengatakan, “Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang
wajah Allah Ta’ala.” (Hadits Riwayat Muslim)”.
Allah
SWT berkesempatan untuk membuka singkap hijabNya (penutup wajah-Nya yang mulia)
hanya kepada ahli ahli syurga yang sudah berada di dalam syurga. Lalu apa yang
terjadi? Ahli ahli menyatakan “Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami
cintai dari memandang wajah Allah SWT” Inilah peristiwa yang paling monumental yang
hanya bisa dinikmati oleh ahli ahli syurga yang sudah berada di dalam syurga,
semoga kita semua bisa melihat wajah Allah SWT kelak di syurga. Semoga melihat
wajah-Mu menjadi kenyataan.
Ya
Allah, seperti apakah wajah-Mu, Ya Allah,
aku ingin melihatnya kelak! Ya Allah, bisakah dan sanggupkah aku melihat-Mu
kelak. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa kebahagian melihatMu dan seperti
apa wajahMu dan yang pasti aku sangat berharap bisa melihat wajah-Mu secara
langsung. Ya Allah, ada rasa tak mungkin namun mungkin, ada rasa tak sanggup
namun sanggup, ada rasa percaya namun tak percaya, semuanya bercampur aduk
dalam diriku, membayangkan kesempatan melihat wajah-Mu serta membayangkan wajah-Mu
seperti apa. Bimbing aku, lindungi aku, masukkan aku terus di jalan yang lurus
agar aku kelak menjadi kebanggaan-Mu saat bertemu dengan-Mu. Akhirnya, hanya
dengan memohon kepada-Mu, perkenankan aku, istri/suamiku, kedua
orangtuaku/mertuaku, anak dan keturunanku, bisa melihat wajah-Mu. Ya Allah,
perkenankan doa dan harapanku ini. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar