Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 15 Maret 2024

PENAMPILAN ORANG YANG BERJIWA FUJUR (PART 2 of 2)


F.      MELALAIKAN SHALAT.

 

Salah satu ciri lain dari orang yang berjiwa fujur, yaitu suka melalaikan shalat, atau suka meninggalkan shalat tanpa alasan yang jelas, atau suka menjadikan shalat sebagai alasan bagi keterlambatan suatu aktivitas tertentu. Hal ini berdasarkan surat Maryam (19) ayat 59  berikut ini: “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (surat Maryam (19) ayat 59)”.

 

Kenapa shalat sampai ditinggalkan atau dilalaikan manusia? Orang yang telah mengikuti ahwa (hawa nafsu)  akan selalu merasa kurang waktu, atau akan merasa sibuk terus menurus sehingga dia merasa tidak mempunyai waktu untuk shalat. Akan tetapi ia mempunyai waktu untuk berbuat dusta, untuk menipu, untuk memperkaya diri, untuk memprovokasi, memfitnah, menyebarkan berita bohong, demi tujuan yang akan dicapainya.

 

Shalat adalah kesempatan bagi manusia untuk berkomunikasi kepada Allah SWT, shalat adalah saat yang tepat mengajukan permohonan, shalat adalah sarana bagi manusia untuk bertemu dengan Allah SWT, shalat adalah kesempatan bagi manusia untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT. Alangkah ruginya orang yang melalaikan shalat.

 

Dan jika sampai diri kita melalaikan shalat atau bahkan meninggalkan shalat berarti diri kita sudah merasa lebih hebat dibandingkan dengan Allah SWT dikarenakan diri kita sudah tidak membutuhkan bantuan dan pertolongan Allah SWT serta menyianyiakan kesempatan berharga yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada diri kita melalui shalat yaitu berkomunikasi dan mengajukan doa kepada Allah SWT.

 

Alangkah tidak tahu dirinya kita yang telah menjadi perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi jika tidak mau berkomunikasi, tidak mau melaporkan segala aktifitas yang dilaksanakannya padahal Allah SWT yang mengutus diri kita ke muka bumi dan Allah SWT pula yang memiliki langit dan bumi. Semoga kita semua tidak melakukan hal ini. Hasil akhir dari ini semua adalah Allah SWT lepas tangan terhadap apa yang terjadi pada diri kita.


Selain enam bentuk penampilan dari jiwa fujur yang telah kami kemukakan di atas, masih ada lagi bentuk bentuk penampilan orang yang berjiwa fujur. Berikut ini akan kami kemukakan bentuk bentuk penampilan manusia yang jiwanya masuk dalam kategori jiwa fujur, sehingga mereka sudah tidak sesuai lagi dengan kehendak Allah SWT, yaitu :

1.    Bentuk lain dari penampilan dari orang orang berjiwa fujur akibat dipengaruhi ahwa (hawa nafsu), adalah suka mendzalimi diri mereka sendiri. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 145 berikut ini: Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim. (surat Al Baqarah (2) ayat 145)”. .

 

Namun apa yang terjadi adalah sebaliknya dimana apa-apa yang telah diberikan oleh Allah SWT justru menjadi bumerang bagi manusia itu sendiri, justru tidak memberikan dampak positif bagi bagi manusia itu sendiri, dikarenakan manusia itu sendiri tidak mampu mempergunakan dan mendayagunakan apa apa yang telah diberikan oleh Allah SWT sesuai dengan kehendak Allah SWT yang pada akhirnya tidak mampu dipertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah SWT.

 

Janganlah sekali kali engkau berbuat dzalim meski sekecil apa pun! Satu kata yang tidak pantas pun bisa jadi telah menggerakkan Dzat yang menguasai alam ini, sehingga akan mengguyurkan bencana yang tidak terkira kepadamu. Oleh karena itu jadilah dirimu sebagai dirimu sendiri dan janganlah sekali kali menyakiti hati orang! Bisa jadi seorang yang engkau sakiti hatinya adalah seorang alim (waliyullah).

 

Selanjutnya jika kita termasuk orang yang telah tahu diri, sehat, normal, berilmu, dan telah mendapatkan petunjuk dan anugrah dari Allah SWT tentu kita tidak akan pernah sekalipun menjadikan kepentingan jasmani menjadi pengendali, atau pengguna dari Amanah dan Hubbul yang 7 untuk kepentingan jasmani semata, atau kepentingan duniawi semata. Padahal kita telah mengetahui bahwa diri kita yang sesungguhnya adalah ruh dan jika ini kondisinya berarti apa yang telah diberikan oleh Allah SWT dapat menjadikan diri kita makhluk yang terhormat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.

 

2.    Salah satu bentuk yang penampilan yang lain dari orang yang berjiwa fujur adalah sangat sulit dan susah untuk diatur. Maunya menang sendiri dan bandel, tidak disiplin, bebal, hanya mementingkan diri dan kelompoknya saja, selalu mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan umum, yang kesemuanya sangat dikehendaki oleh syaitan. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Furqaan (25) ayat 43 berikut ini: Terangkanlah kepadaku tentang orang  yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?”.

 

Timbulnya kondisi ini merupakan wujud dari nilai-nilai atau sifat-sifat alamiah yang menjadi sifat dari jasmani (insan) yang diperturutkan oleh manusia (ahwa) sehingga tampillah menjadi perilaku perilaku yang sulit di diatur yang mengakibatkan manusia  pulang kampung ke neraka.

 

Lain halnya jika nilai dan sifat alamiah ruh mampu dikendalikan dan  kelola oleh hati nurani maka akan menghasilkan manusia-manusia yang taat, mau dan mudah diatur, mau ditertibkan, tidak egois, mengedepankan kepentingan umum dibandingkan dengan kepentingan pribadi, dermawan, selalu berfikiran jernih dikarenakan sifat dasar dari ruh itu sendiri sudah berada di dalam koridor nilai nilai kebaikan yang mencermin kan bentuk penampilan di muka bumi. Hal yang harus kita perhatikan adalah sesuatu yang berasal dari Allah SWT tidak akan mengakibatkan keburukan atau mempunyai sifat jahat apalagi sampai membahayakan dan mencelakakan orang lain. Sadarilah hal ini, lalu jadilah khalifah yang dikehendaki oleh Allah SWT mulai saat ini juga.

 

3.   Orang orang yang berjiwa fujur akan berpenampilan suka mendustkan nabi nabi dan juga suka mendustakan ayat ayat Allah SWT yang telah diturunkan kepada Nabi yang diutusnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya: “Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. (surat Al Qamar (54) ayat 3)”.

 

Selanjutnya Allah SWT juga berfirman: Mereka mendustakan mu’jizat-mu’jizat Kami semuanya, lalu Kami azab mereka sebagai azab dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. (surat Al Qamar (54) ayat 42)”. Mereka melakukan tindakan mendustakan ayat dan nabi agar tujuan yang di-inginkannya segera tercapai, termasuk kalau perlu dengan cara mendustakan ayat-ayat Allah SWT, sepanjang ia dapat meraih tujuan atau dapat mempertahankan kedudukannya, atau dapat memperjuangkan kepentingan diri dan kelompoknya saja.

 

Jika manusia sudah berani mendustakan ayat-ayat Allah SWT, atau berani mendustakan kalam Allah SWT dan Nabi-Nya maka orang seperti ini pasti lebih berani mendustakan ketentuan-ketentuan umum yang dibuat oleh manusia, berani pula mengakali hukum-hukum positif  yang berlaku  di masyarakat. Jika berdusta, mendustakan ayat-ayat Allah SWT sudah kita laksanakan maka apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang paling disukai oleh syaitan, yang paling dikehendaki syaitan, yang paling dimuliakan oleh syaitan serta paling dibenci oleh Allah SWT. Sekarang pilihan ada di tangan diri kita sendiri mau yang disukai dan yang dicintai oleh syaitan, atau yang disukai oleh Allah SWT. Selamat memilih.

 

4.    Salah satu bentuk penampilan dari orang orang yang berjiwa fujur adalah suka berlebih-lebihan, atau pemboros, atau suka melakukan kegiatan mubazir tetapi pelit untuk berbagi kepada sesama. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Maaidah (5) ayat 77 berikut ini: “Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”.

 

Jika sampai diri kita suka berlebih-lebihan atau senang menjadi pemboros atau suka melakukan kegiatan mubazir yang dibarengi  pelit untuk berbagi maka kondisi ini merupakan hal yang paling disukai, yang paling dikehendaki oleh syaitan sang laknattullah. Untuk itu bersiap-siaplah menjadi tetangga yang baik bagi syaitan di neraka kelak.

 

Saat seseorang tidak bisa mengendalikan kemarahannya, saat itulah syaitan telah menguasainya. Seseorang yang telah masuk ke dalam frekuensi marah, maka ia tidaklah berbeda dengan orang gila. Ia tidak mungkin lagi dapat sadar diri, sehingga perbuatannya digerakkan oleh emosi. Dalam keadaan seperti inilah ia akan merugikan baik diri dan juga orang lain. Karena saat seseorang tidak kuat mengendalikan amarahnya, berarti ia telah hanyut oleh banjir yang membuat lupa dari Allah SWT. Maka saat engkau mulai marah, bersabar, berlindunglah kepada Allah SWT. Ucapkanlah “hasbunallahu wa ni’mal wakil’. Yang berarti engkau menjadikan Allah SWT sebagai wakil terhadap apa yang sedang engkau hadapi. Karena Dialah sebaik baiknya wakil.

 

5.   Salah satu bentuk lainnya dari penampilan orang yang berjiwa fujur adalah suka memutarbalikkan fakta, atau akan melakukan cara apapun jika ingin mencapai sebuah tujuan yang dikehendakinya. Adapun cara yang favorit dipergunakan oleh orang yang telah memperturutkan ahwa (hawa nafsu) adalah melalui menipu, memutar balikkan fakta, menyebarkan berita bohong maupun mengintimidasi orang-orang yang lemah. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Muhammad (47) ayat 14 berikut ini: Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang  buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya? Salah satu bentuk lainnya dari penampilan orang yang berjiwa fujur adalah suka memutarbalikkan fakta, atau akan melakukan cara apapun jika ingin mencapai sebuah tujuan yang dikehendakinya. Adapun cara yang favorit dipergunakan oleh orang yang telah memperturutkan ahwa (hawa nafsu) adalah melalui menipu, memutar balikkan fakta, menyebarkan berita bohong maupun mengintimidasi orang-orang yang lemah.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi berarti diri kita adalah perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi. Jika ini adalah kondisinya maka sudah sepatutnya dan sepantasnya kita harus memiliki prinsip untuk mencapai sesuatu yang kebaikan yaitu harus dimulai dari niat yang baik serta cara yang baik untuk mencapainya. Untuk itu jika kita ingin sukses, apakah itu promosi jabatan atau sukses di dalam berbisnis, tidak ada cara lain kecuali melakukannya dengan niat yang tulus dan dengan cara yang baik pula.

 

Pilihan menjadi baik atau memperoleh kebaikan dan pilihan menjadi buruk atau memperoleh ketidakberhasilan atau keterpurukan ada di tangan kita sendiri. Yang pasti Allah SWT tidak membutuhkan kebaikan atau keberhasilan dari diri kita, akan tetapi Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban atas  penggunaan Amanah yang 7 dan Hubbul. Hal ini dikarenakan kita tidak akan bisa memperoleh Kebaikan dan Keberhasilan tanpa Amanah yang 7 dan Hubbul yang telah  Allah SWT berikan, untuk itu pergunakan keduanya dengan cara-cara yang dikehendaki Allah SWT.

 

6.  Orang yang berjiwa fujur yang sangat dikehendaki oleh syaitan memiliki perilaku suka melupakan adanya Tuhan dalam hidupnya, seolah olah apa yang diperoleh dalam kehidupannya di dapat karena kemampuannya sendiri. Tidak ada peran Allah SWT dalam kehidupannya. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Kahfi (18) ayat 28, 29 berikut ini: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya  di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.

 

Hal ini dimungkinkan sebab jalan yang ditempuh oleh manusia tersebut adalah jalan yang berada di dalam koridor nilai-nilai keburukan atau kejahatan yang dikehendaki oleh syaitan melalui koridor memandang baik perbuatan buruknya tersebut. Sedangkan Allah SWT berada dan akan menyertai manusia yang selalu berjalan di dalam koridor nilai nilai kebaikan. Adanya kondisi ini berarti jalan yang memenuhi kriteria nilai-nilai keburukan adalah jalan yang berlawanan dengan jalan yang memenuhi kriteria nilai-nilai kebaikan.

 

Apabila kita mengambil jalan yang berada di dalam koridor nilai-nilai keburukan akibat dari Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 yang dikuasai oleh jasmani maka itulah jalan yang menjauhkan diri kita kepada Allah SWT sehingga membuat diri kita lupa kepada Allah SWT. Akan tetapi jika kita mengambil jalan yang memenuhi kriteria nilai-nilai kebaikan maka itulah jalan yang mendekatkan diri kita kepada lindungan, pemeliharaan, serta pengawasan Allah SWT. Pilihan selanjutnya ada di tangan kita masing-masing.

 

7.     Salah satu bentuk penampilan dari orang yang berjiwa fujur akibat dari selalu memperturutkan ahwa (hawa nafsu) paling suka membuat hukum seenaknya saja, tanpa mengindahkan orang lain. Hal ini berdasarkan surat Al An’aam (6) ayat 150 berikut ini: “Katakanlah: “Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu) haramkan ini.” Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka”.

 

Membuat  hukum, aturan, ketentuan yang seenaknya saja tanpa memperdulikan kepentingan khalayak atau membuat ketentuan dan peraturan yang mementingkan diri sendiri serta kelompok tertentu saja, merupakan cermin dari keburukan manusia yang memperturutkan ahwa (hawa nafsu) akibat dari Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 yang dikuasai oleh kepentingan jasmani. Apabila kita tidak mau jauh dan dijauhkan dari jalan Allah SWT maka pergunakanlah Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 di dalam koridor nilai-nilai kebaikan yang dibawa oleh sifat-sifat alamiah ruh/ruhani.

 

Disinilah letak nilai perjuangan seorang manusia yang sekaligus makhluk pilihan yaitu apakah akan memperturutkan ahwa (hawa nafsu), atau berdamai dengan ahwa (hawa nafsu), atau apakah mau melakukan jihad melawan dan mengalahkan ahwa (hawa nafsu). Jika anda diri kita ingin selalu sesuai dengan Kehendak Allah SWT pasti anda tahu, pilihan mana yang tepat bagi kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.

 

Selain daripada itu, ada bentuk penampilan dari orang orang yang berjiwa fujur, berdasarkan surat Al Jaatsiyah (45) ayat 18 berikut ini: kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.

 

Suka membuat buat syariat tanpa tuntunan dari Allah SWT akibat dari memperturutkan hawa nafsu dengan cara  menggadaikan kepentingan Amanah 7 dan Hubbul yang 7 kepada jasmani yang mengakibatkan hati nurani tidak dapat berfungsi normal sebagaimana mestinya. lahirnya orang tersebut akan berbuat dengan segala cara termasuk di dalamnya membuat ketentuan-ketentuan baru atau membuat dan membikin syariat baru tanpa tuntunan dari Allah SWT asalkan ia dapat meloloskan keinginannya ataupun mencapai tujuannya tersebut.

 

Sebagai makhluk terhormat, jika sampai diri kita memperturutkan ahwa (hawa nafsu) demi mengejar keinginan tertentu melalui cara-cara yang tidak terhormat, seperti membuat syariat-syariat baru atau membuat ketentuan untuk kepentingan sesaat, berarti diri kita memang sudah tidak layak lagi menyandang status terhormat.

 

Dan jika ini sudah terjadi atau kita sudah melakukannya berarti kita tidak akan pernah sampai ke tempat yang terhormat dengan cara yang terhormat, untuk bertemu dengan yang Maha Terhormat dalam suasana yang saling hormat menghormati, karena kita pulang kampungnya ke neraka jahannam.

 

Sebagai penutup, agar hidup yang kita jalani bermakna dan berhasil guna untuk hidup dan kehidupan diri sendiri dan juga bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Ada baiknya renungan di bawah ini kita pelajari dan kita amalkan.

 

1.  Hiduplah bagaikan pokok kayu yang tumbuh di tepi jalan dan banyak buahnya; dilempar orang dengan batu tetapi membalas dengan buah.

2.   Hiduplah bagai pokok kayu besar dengan akar keyakinan yang menghujam dalam, batang ibadah yang kokoh khusyu, daun zikir penyejuk hati, dan buah akhlak yang terpuji.

3.   Hiduplah  bagai  si rumput, menghadapi  kesulitan yang hampir mati tetapi tidak putus asa, mengharap curahan rahmat Allah SWT.

4.   Hiduplah bagai lebah, hinggap tak mematahkan ranting, makan yang baik-baik, sedang madunya berharga buat manusia.

5.  Hiduplah bagai semut, bekerja sama  tolong menolong, lebih-lebih untuk menghadapi masa yang sulit.

6.     Hiduplah bagai unta, pandai-pandai menyimpan perbekalan untuk perjalanan hidup.

7.     Janganlah hidup bagaikan anjing, setiap orang dicela dan diolok-olok tak tahu baik dan buruk.

8. Janganlah hidup bagai lalat, dimana-mana hanya banyak membawa malapetaka dan musibah.

9.     Janganlah hidup bagai babi, tampak rakus, dan apa-apa tak ada yang ditolak.

10.  Janganlah hidup bagai lintah, hidup menghisap jerih payah orang lain.

11.  Janganlah hidup bagai cendawan, selalu merusak tempat yang dihinggapinya.

 

Ya Allah, bimbing kami, tuntun kami, ridhai kami, agar jangan sampai jiwa fujur menjadi jiwa kami saat kami kembali kepada-Mu.

 

Jadikan jiwa kami jiwa yang muthmainnah, jiwa  yang mampu menghantarkan diri kami bertemu dengan Engkau Ya Allah di syurga.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar