F. MELALAIKAN SHALAT.
Salah satu ciri lain dari orang yang berjiwa
fujur, yaitu suka
melalaikan shalat, atau suka meninggalkan shalat tanpa alasan yang jelas, atau
suka menjadikan shalat sebagai alasan bagi keterlambatan suatu aktivitas
tertentu. Hal ini berdasarkan surat Maryam (19) ayat 59 berikut ini: “Maka
datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (surat
Maryam (19) ayat 59)”.
Kenapa shalat sampai ditinggalkan atau
dilalaikan manusia? Orang yang telah mengikuti ahwa (hawa nafsu) akan selalu merasa kurang waktu, atau akan
merasa sibuk terus menurus sehingga dia merasa tidak mempunyai waktu untuk shalat.
Akan tetapi ia mempunyai waktu untuk berbuat dusta, untuk menipu, untuk
memperkaya diri, untuk memprovokasi, memfitnah, menyebarkan berita bohong, demi
tujuan yang akan dicapainya.
Shalat adalah kesempatan bagi manusia untuk berkomunikasi kepada Allah
SWT, shalat adalah saat yang tepat mengajukan permohonan, shalat adalah sarana
bagi manusia untuk bertemu dengan Allah SWT, shalat adalah kesempatan bagi
manusia untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT. Alangkah ruginya orang
yang melalaikan shalat.
Dan jika sampai diri
kita melalaikan shalat atau bahkan meninggalkan shalat berarti diri kita sudah
merasa lebih hebat dibandingkan dengan Allah SWT dikarenakan diri kita sudah
tidak membutuhkan bantuan dan pertolongan Allah SWT serta menyianyiakan
kesempatan berharga yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada diri kita
melalui shalat yaitu berkomunikasi dan mengajukan doa kepada Allah SWT.
Alangkah tidak tahu
dirinya kita yang telah menjadi perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi jika
tidak mau berkomunikasi, tidak mau melaporkan segala aktifitas yang
dilaksanakannya padahal Allah SWT yang mengutus diri kita ke muka bumi dan Allah
SWT pula yang memiliki langit dan bumi. Semoga kita semua tidak melakukan hal
ini. Hasil akhir dari ini semua adalah Allah SWT lepas tangan terhadap apa yang
terjadi pada diri kita.
Selain enam bentuk penampilan dari jiwa fujur yang telah kami kemukakan di atas, masih ada lagi bentuk bentuk penampilan orang yang berjiwa fujur. Berikut ini akan kami kemukakan bentuk bentuk penampilan manusia yang jiwanya masuk dalam kategori jiwa fujur, sehingga mereka sudah tidak sesuai lagi dengan kehendak Allah SWT, yaitu :
1. Bentuk lain dari penampilan dari orang orang
berjiwa fujur akibat dipengaruhi ahwa (hawa nafsu), adalah suka mendzalimi diri
mereka sendiri. Hal ini berdasarkan ketentuan
surat Al Baqarah (2) ayat 145 berikut ini: “Dan
sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak
akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan
sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain.
Sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu,
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim. (surat
Al Baqarah (2) ayat 145)”. .
Namun apa yang terjadi adalah sebaliknya dimana apa-apa
yang telah diberikan oleh Allah SWT justru menjadi bumerang bagi manusia itu
sendiri, justru tidak memberikan dampak positif bagi bagi manusia itu sendiri,
dikarenakan manusia itu sendiri tidak mampu mempergunakan dan mendayagunakan
apa apa yang telah diberikan oleh Allah SWT sesuai dengan kehendak Allah SWT
yang pada akhirnya tidak mampu dipertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah SWT.
Janganlah
sekali kali engkau berbuat dzalim meski sekecil apa pun! Satu kata yang tidak
pantas pun bisa jadi telah menggerakkan Dzat yang menguasai alam ini, sehingga
akan mengguyurkan bencana yang tidak terkira kepadamu. Oleh karena itu jadilah
dirimu sebagai dirimu sendiri dan janganlah sekali kali menyakiti hati orang! Bisa
jadi seorang yang engkau sakiti hatinya adalah seorang alim (waliyullah).
Selanjutnya
jika kita termasuk orang yang telah tahu diri, sehat, normal, berilmu, dan
telah mendapatkan petunjuk dan anugrah dari Allah SWT tentu kita tidak akan
pernah sekalipun menjadikan kepentingan jasmani menjadi pengendali, atau
pengguna dari Amanah dan Hubbul yang 7 untuk kepentingan jasmani semata, atau
kepentingan duniawi semata. Padahal kita telah mengetahui bahwa diri kita yang
sesungguhnya adalah ruh dan jika ini kondisinya berarti apa yang telah
diberikan oleh Allah SWT dapat menjadikan diri kita makhluk yang terhormat yang
sesuai dengan kehendak Allah SWT.
2. Salah satu bentuk
yang penampilan yang lain dari orang yang berjiwa fujur adalah sangat sulit dan
susah untuk diatur. Maunya menang sendiri dan bandel, tidak
disiplin, bebal, hanya mementingkan diri dan kelompoknya saja, selalu
mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan umum, yang kesemuanya
sangat dikehendaki oleh syaitan. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Furqaan
(25) ayat 43 berikut ini: Terangkanlah
kepadaku tentang orang yang menjadikan
hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara
atasnya?”.
Timbulnya
kondisi ini merupakan wujud dari nilai-nilai atau sifat-sifat alamiah yang
menjadi sifat dari jasmani (insan) yang diperturutkan oleh manusia (ahwa)
sehingga tampillah menjadi perilaku perilaku yang sulit di diatur yang
mengakibatkan manusia pulang kampung ke
neraka.
Lain
halnya jika nilai
dan sifat alamiah ruh mampu dikendalikan dan kelola oleh hati nurani maka akan menghasilkan
manusia-manusia yang taat, mau dan mudah diatur, mau ditertibkan, tidak egois,
mengedepankan kepentingan umum dibandingkan dengan kepentingan pribadi,
dermawan, selalu berfikiran jernih dikarenakan sifat dasar dari ruh itu sendiri
sudah berada di dalam koridor nilai nilai kebaikan yang mencermin kan bentuk
penampilan di muka bumi. Hal yang harus kita perhatikan adalah sesuatu
yang berasal dari Allah SWT tidak akan mengakibatkan keburukan atau mempunyai
sifat jahat apalagi sampai membahayakan dan mencelakakan orang lain. Sadarilah
hal ini, lalu jadilah khalifah yang dikehendaki oleh Allah SWT mulai saat ini
juga.
3. Orang orang yang berjiwa fujur akan
berpenampilan suka mendustkan nabi nabi dan juga suka mendustakan ayat ayat
Allah SWT yang telah diturunkan kepada Nabi yang diutusnya. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam firman-Nya: “Dan mereka
mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan
telah ada ketetapannya. (surat Al Qamar (54) ayat 3)”.
Selanjutnya Allah SWT juga berfirman: “Mereka
mendustakan mu’jizat-mu’jizat Kami semuanya, lalu Kami azab mereka sebagai azab
dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. (surat Al Qamar (54) ayat 42)”. Mereka
melakukan tindakan mendustakan ayat dan nabi agar tujuan
yang di-inginkannya segera tercapai, termasuk kalau perlu dengan cara
mendustakan ayat-ayat Allah SWT, sepanjang ia dapat meraih tujuan atau dapat
mempertahankan kedudukannya, atau dapat memperjuangkan kepentingan diri dan
kelompoknya saja.
Jika
manusia sudah berani mendustakan ayat-ayat Allah SWT, atau berani mendustakan
kalam Allah SWT dan Nabi-Nya maka orang seperti ini pasti lebih berani
mendustakan ketentuan-ketentuan umum yang dibuat oleh manusia, berani pula mengakali
hukum-hukum positif yang berlaku di masyarakat. Jika berdusta, mendustakan
ayat-ayat Allah SWT sudah kita laksanakan maka apa yang kita lakukan adalah
sesuatu yang paling disukai oleh syaitan, yang paling dikehendaki syaitan, yang
paling dimuliakan oleh syaitan serta paling dibenci oleh Allah SWT. Sekarang
pilihan ada di tangan diri kita sendiri mau yang disukai dan yang dicintai oleh
syaitan, atau yang disukai oleh Allah SWT. Selamat memilih.
4. Salah satu bentuk
penampilan dari orang orang yang berjiwa fujur adalah suka berlebih-lebihan, atau pemboros, atau
suka melakukan kegiatan mubazir tetapi pelit untuk berbagi kepada sesama. Hal
ini berdasarkan ketentuan surat Al Maaidah (5) ayat 77 berikut ini: “Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu
berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya
(sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia),
dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”.
Jika
sampai diri kita suka berlebih-lebihan atau senang menjadi pemboros atau suka
melakukan kegiatan mubazir yang dibarengi
pelit untuk berbagi maka kondisi ini merupakan hal yang paling disukai,
yang paling dikehendaki oleh syaitan sang laknattullah. Untuk itu
bersiap-siaplah menjadi tetangga yang baik bagi syaitan di neraka kelak.
Saat
seseorang tidak bisa mengendalikan kemarahannya, saat itulah syaitan telah
menguasainya. Seseorang yang telah masuk ke dalam frekuensi marah, maka ia
tidaklah berbeda dengan orang gila. Ia tidak mungkin lagi dapat sadar diri,
sehingga perbuatannya digerakkan oleh emosi. Dalam keadaan seperti inilah ia
akan merugikan baik diri dan juga orang lain. Karena saat seseorang tidak kuat
mengendalikan amarahnya, berarti ia telah hanyut oleh banjir yang membuat lupa
dari Allah SWT. Maka saat engkau mulai marah, bersabar, berlindunglah kepada
Allah SWT. Ucapkanlah “hasbunallahu wa ni’mal wakil’. Yang
berarti engkau menjadikan Allah SWT sebagai wakil terhadap apa yang sedang
engkau hadapi. Karena Dialah sebaik baiknya wakil.
5. Salah satu bentuk
lainnya dari penampilan orang yang berjiwa fujur adalah suka
memutarbalikkan fakta, atau akan melakukan cara apapun jika ingin mencapai
sebuah tujuan yang dikehendakinya. Adapun cara yang favorit dipergunakan oleh
orang yang telah memperturutkan ahwa (hawa nafsu) adalah melalui menipu,
memutar balikkan fakta, menyebarkan berita bohong maupun mengintimidasi
orang-orang yang lemah. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Muhammad (47) ayat
14 berikut ini: Maka apakah
orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan
orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya? Salah satu bentuk lainnya dari penampilan orang
yang berjiwa fujur adalah suka memutarbalikkan fakta, atau akan
melakukan cara apapun jika ingin mencapai sebuah tujuan yang dikehendakinya.
Adapun cara yang favorit dipergunakan oleh orang yang telah memperturutkan ahwa
(hawa nafsu) adalah melalui menipu, memutar balikkan fakta, menyebarkan berita
bohong maupun mengintimidasi orang-orang yang lemah.
Sebagai
abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi berarti diri kita
adalah perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi. Jika ini adalah kondisinya
maka sudah sepatutnya dan sepantasnya kita harus memiliki prinsip untuk
mencapai sesuatu yang kebaikan yaitu harus dimulai dari niat yang baik serta
cara yang baik untuk mencapainya. Untuk itu jika kita ingin sukses, apakah itu
promosi jabatan atau sukses di dalam berbisnis, tidak ada cara lain kecuali
melakukannya dengan niat yang tulus dan dengan cara yang baik pula.
Pilihan
menjadi baik atau memperoleh kebaikan dan pilihan menjadi buruk atau memperoleh
ketidakberhasilan atau keterpurukan ada di tangan kita sendiri. Yang pasti Allah
SWT tidak membutuhkan kebaikan atau keberhasilan dari diri kita, akan tetapi Allah
SWT akan meminta pertanggungjawaban atas
penggunaan Amanah yang 7 dan Hubbul. Hal ini dikarenakan
kita tidak akan bisa memperoleh Kebaikan dan Keberhasilan tanpa Amanah yang 7
dan Hubbul yang telah Allah SWT berikan,
untuk itu pergunakan keduanya dengan cara-cara yang dikehendaki Allah SWT.
6. Orang yang
berjiwa fujur yang sangat dikehendaki oleh syaitan memiliki perilaku suka
melupakan adanya Tuhan dalam hidupnya, seolah olah apa yang diperoleh dalam
kehidupannya di dapat karena kemampuannya sendiri. Tidak ada peran Allah SWT
dalam kehidupannya. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Kahfi (18)
ayat 28, 29 berikut ini: “Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.Dan katakanlah: “Kebenaran
itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya
Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi
minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah
minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.
Hal ini dimungkinkan sebab jalan yang
ditempuh oleh manusia tersebut adalah jalan yang berada di dalam koridor
nilai-nilai keburukan atau kejahatan yang dikehendaki oleh syaitan melalui
koridor memandang baik perbuatan buruknya tersebut. Sedangkan Allah SWT berada
dan akan menyertai manusia yang selalu berjalan di dalam koridor nilai nilai
kebaikan. Adanya kondisi ini berarti
jalan yang memenuhi kriteria nilai-nilai keburukan adalah jalan yang berlawanan
dengan jalan yang memenuhi kriteria nilai-nilai kebaikan.
Apabila kita
mengambil jalan yang berada di dalam koridor nilai-nilai keburukan akibat dari
Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 yang dikuasai oleh jasmani maka itulah jalan
yang menjauhkan diri kita kepada Allah SWT sehingga membuat diri kita lupa
kepada Allah SWT. Akan tetapi jika kita mengambil jalan yang memenuhi kriteria nilai-nilai
kebaikan maka itulah jalan yang mendekatkan diri kita kepada lindungan, pemeliharaan,
serta pengawasan Allah SWT. Pilihan selanjutnya ada di tangan kita
masing-masing.
7. Salah satu bentuk penampilan dari orang yang
berjiwa fujur akibat dari selalu memperturutkan ahwa (hawa nafsu) paling suka
membuat hukum seenaknya saja, tanpa mengindahkan orang lain. Hal ini
berdasarkan surat Al An’aam (6) ayat 150 berikut ini: “Katakanlah: “Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang
dapat mempersaksikan bahwanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu)
haramkan ini.” Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula)
menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman
kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka”.
Membuat
hukum, aturan, ketentuan yang seenaknya saja tanpa memperdulikan
kepentingan khalayak atau membuat ketentuan dan peraturan yang mementingkan
diri sendiri serta kelompok tertentu saja, merupakan cermin dari keburukan
manusia yang memperturutkan ahwa (hawa nafsu) akibat dari Amanah yang 7 dan
Hubbul yang 7 yang dikuasai oleh kepentingan jasmani. Apabila kita tidak mau
jauh dan dijauhkan dari jalan Allah SWT maka pergunakanlah Amanah yang 7 dan
Hubbul yang 7 di dalam koridor nilai-nilai kebaikan yang dibawa oleh
sifat-sifat alamiah ruh/ruhani.
Disinilah letak nilai perjuangan seorang
manusia yang sekaligus makhluk pilihan yaitu apakah akan memperturutkan ahwa
(hawa nafsu), atau berdamai dengan ahwa (hawa nafsu), atau apakah mau melakukan
jihad melawan dan mengalahkan ahwa (hawa nafsu). Jika anda diri kita ingin
selalu sesuai dengan Kehendak Allah SWT pasti anda tahu, pilihan mana yang
tepat bagi kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.
Selain daripada itu, ada bentuk penampilan
dari orang orang yang berjiwa fujur, berdasarkan surat Al Jaatsiyah (45) ayat
18 berikut ini: kemudian
Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama
itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui”.
Suka membuat buat
syariat tanpa tuntunan dari Allah SWT akibat dari memperturutkan hawa nafsu
dengan cara menggadaikan kepentingan Amanah
7 dan Hubbul yang 7 kepada jasmani yang mengakibatkan hati nurani tidak dapat
berfungsi normal sebagaimana mestinya. lahirnya orang tersebut akan berbuat
dengan segala cara termasuk di dalamnya membuat ketentuan-ketentuan baru atau
membuat dan membikin syariat baru tanpa tuntunan dari Allah SWT asalkan ia
dapat meloloskan keinginannya ataupun mencapai tujuannya tersebut.
Sebagai makhluk terhormat, jika sampai diri
kita memperturutkan ahwa (hawa nafsu) demi mengejar keinginan tertentu melalui
cara-cara yang tidak terhormat, seperti membuat syariat-syariat baru atau
membuat ketentuan untuk kepentingan sesaat, berarti diri kita memang sudah
tidak layak lagi menyandang status terhormat.
Dan jika ini sudah terjadi atau kita sudah
melakukannya berarti kita tidak akan pernah sampai ke tempat yang terhormat
dengan cara yang terhormat, untuk bertemu dengan yang Maha Terhormat dalam
suasana yang saling hormat menghormati, karena kita pulang kampungnya ke neraka
jahannam.
Sebagai
penutup, agar hidup yang kita jalani bermakna dan berhasil guna untuk hidup dan
kehidupan diri sendiri dan juga bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Ada baiknya renungan di bawah ini kita pelajari dan kita amalkan.
1. Hiduplah
bagaikan pokok kayu yang tumbuh di tepi jalan dan banyak buahnya; dilempar
orang dengan batu tetapi membalas dengan buah.
2. Hiduplah
bagai pokok kayu besar dengan akar keyakinan yang menghujam dalam, batang
ibadah yang kokoh khusyu, daun zikir penyejuk hati, dan buah akhlak yang
terpuji.
3. Hiduplah bagai si rumput, menghadapi kesulitan yang hampir mati tetapi tidak putus asa,
mengharap curahan rahmat Allah SWT.
4. Hiduplah
bagai lebah, hinggap tak mematahkan ranting, makan yang baik-baik, sedang
madunya berharga buat manusia.
5. Hiduplah
bagai semut, bekerja sama tolong menolong, lebih-lebih untuk menghadapi masa
yang sulit.
6. Hiduplah
bagai unta, pandai-pandai menyimpan perbekalan untuk perjalanan hidup.
7. Janganlah
hidup bagaikan anjing, setiap orang dicela dan diolok-olok tak tahu baik dan
buruk.
8. Janganlah
hidup bagai lalat, dimana-mana hanya banyak membawa malapetaka dan musibah.
9. Janganlah
hidup bagai babi, tampak rakus, dan apa-apa tak ada yang ditolak.
10. Janganlah
hidup bagai lintah, hidup menghisap jerih payah orang lain.
11. Janganlah
hidup bagai cendawan, selalu merusak tempat yang dihinggapinya.
Ya
Allah, bimbing kami, tuntun kami, ridhai kami, agar jangan sampai jiwa fujur
menjadi jiwa kami saat kami kembali kepada-Mu.
Jadikan
jiwa kami jiwa yang muthmainnah, jiwa
yang mampu menghantarkan diri kami bertemu dengan Engkau Ya Allah di syurga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar