Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Sabtu, 09 Maret 2024

DIMENSI PUASA DAN KEMBALI FITRAH (PART 4 of 5)


F.  MANUSIA ADALAH PENCARI KEBENARAN, KETENTRAMAN DAN KEBAHAGIAAN.

 

Hidup tentram dan bahagia itu hanya dapat dicapai dengan hidup dalam kebenaran. Untuk itu cobalah kita hidup dalam kesalahan, dapat dipastikan hidup kita jauh dari ketentraman apalagi bahagia. Ingat, bahagia itu sumbernya adalah tentram. Nabi Muhammmad SAW menyatakan: “Kesalahan pasti membuat hatimu tidak tenteram” dan kenyataannya memang demikian. Akan tetapi, banyak manusia berbeda pendapat mengenai kebenaran, sehingga timbullah berbagai aliran filsafat, kemudian ajaran filsafat tersebut dijadikan pegangan hidup atau idiologi, lalu dipengang dengan erat dan mengaku dialah yang benar yang lain salah. Akibatnya terjadilah pertentangan dan krisis dalam kehidupan manusia. Adanya kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia dengan kemampuannya saja tidak akan dapat menemukan kebenaran itu. Kebenaran itu haruslah tunggal.

 

Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 147 berikut ini: “Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali kali engkau (Muhammad) termasuk orang orang yang ragu.” serta berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 60 berikut ini: “Kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau (Muhammad) termasuk orang orang yang ragu.” Kebenaran yang tunggal hanya berasal dari Allah SWT. Hal ini dikarenakan kebenaran yang datangnya dari Allah SWT selain sebagai Sunnatullah, ia juga merupakan hokum Diinullah.  Dengan demikian, jika manusia benar benar ingin hidup dalam kebenaran, maka ia harus mengikatkan dirinya kepada hukum, ketentuan, yang berasal dari Allah SWT semata.

 

Kegelisahan adalah azab dunia, yang paling hebat” ini yang dikemukakan oleh Maz Skeller. Tidak seorangpun dari manusia yang ingin memperoleh azab yang seperti itu. Dengan demikian pada hakekatnya manusia mengingingkan ketentraman. Di lain sisi, kegelisahan merupakan salah satu gangguan paling utama bagi umat manusia. Adanya gangguan kegelisahan akan berakibat kepada kesehatan mental seseorang, yang pada akhirnya terganggu pula perasaan, pikiran, kecerdasan, kelakuan/perilaku serta kesehatan badan seseorang.

 

Salah satu penyebab terjadinya kegelisahan dikarenakan manusia tidak memiliki pegangan hidup yang mengakibatkan ruhani tidak diberi makan (tidak terawat dengan baik) melalui pelaksanaan diinul Islam secara kaffah dan juga dikarenakan manusia berpaling dari peringatan Allah dan lupa di dalam mengingat Allah yang berakibat memperturut ahwa sehingga menjadi kawan syaitan. Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (surat Tha haa (20) ayat 124); dan Allah SWT juga berfirman melalui surat Ar Rad (13) ayat 28 berikut ini: “(yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram..” Adanya kondisi yang telah kami kemukakan di atas, sangat jelas bahwa untuk menjaga ketentraman jiwa maka manusia harus selalu mengingatkan dirinya kepada ketentuan Allah SWT lalu melaksanakannya dengan ikhlas.

 

Di lain sisi, tidak seorangpun dari manusia ingin hidup susah lagi sengsara. Semua manusia ini hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Selain dari pada itu, banyak orang salah sangka, dia menyangka kebahagiaan itu dapat dicapai dengan harta, pangkat, jabatan, mampu keliling dunia, rumah yang besar. Karena itu dicarinyalah harta itu sebanyak banyaknya, pangkat dan jabatan setinggi tingginya dan seterusnya. Akan tetapi setelah semua itu diperolehnya, apa yang terjadi adalah kesengsaraan. Hal ini dikarenakan kebahagiaan itu bukanlah urusan materi belaka. Kehagiaan seseorang tidak bisa diukur dengan besarnya materi yang dimiliki seseorang.

 

Allah SWT berfirman: “Dan diantara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka. (surat Al Baqarah (2) ayat 201).” Bahagia adalah urusan ruhani, sedangkan ruhani adalah urusan Allah. Karena itu jika memang manusia ingin hidup berbahagia, maka ia harus bertanya kepada Allah tentang apa arti bahagia itu. Alhamdulillah, Allah SWT telah menjawabnya dan inilah jawaban Allah SWT tentang arti dari bahagia itu, yaitu :

 

1.       Berdasarkan surat Al Maidah (5) ayat 16 berikut ini:  “Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaanNya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izinNya dan menunjukkan jalan yang lurus.” Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT dalam kerangka untuk membahagiakan manusia.

2.       Tolak ukur dari kebahagiaan adalah sejauh mana kita mengenal Allah, mengenal diri sendiri, dan mengenal alam semesta ini secara baik dan benar. (pelajari kembali surat Al Alaq (96) ayat 1 sampai 5 dan surat Al Fatihah (1) ayat 1 sampai 7).

3.       Untuk mencapai kebahagian hidup dan kehidupan, maka jalan yang ditempuh tidak bisa kita yang menentukan, melainkan Allah SWT yang menentukan. Jalan itu adalah beriman dan beramal shaleh (pelajari kembali surat Ar Rad (13)  ayat 29 ) serta melalui jalan mentaati Allah dan RasulNya. (pelajari kembali surat Al Ahzab (33) ayat 71).

4.       Bersungguh sungguh dan Istiqamah di dalam melaksanakan keimanan dan amal shaleh serta di dalam mentaatai Allah dan RasulNya. Allah SWT berfirman: “Maka tetaplah engkau (Muhammad) di jalan yang benar, sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat terhadap apa yang kamu kerjakan. (surat Hud (11) ayat 112).”

 

Disinilah letak perjuangannya, disinilah letak dari inti permainannya, apabila manusia ingin tenteram dan bahagia dalam hidup dan kehidupannya, maka ia harus mengikatkan diri dengan sekuat kuatnya kepada hukum dan ketetapan Allah yang berlaku lalu melaksanakannya dengan ikhlas semata karena Allah SWT.

 

 

G.    MANUSIA HARUS BERTANGGUNGJAWAB KEPADA ALLAH SWT.

 

Setiap manusia, siapapun orangnya, apapun kedudukannya, kaya miskin, tua muda, semuanya akan dimintakan pertanggungjawabannya oleh Allah SWT atas apa apa yang telah diberikan oleh Allah SWT, atas apa apa yang telah kita lakukan, atas apa apa yang telah kita lakukan saat menjadi khalifah di muka bumi dan inilah fitrah manusia.

 

Lalu apa apa sajakah yang akan diminta pertanggungjawabannya kelak dihadapan Allah SWT? Berikut ini akan kami kemukakan, yaitu:

 

1.       Berdasarkan ketentuan dalam surat At Takatsur  ayat 8 berikut ini: “Kemudian kamu benar benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).” semua kenikmatan yang telah kita terima akan diminta pertanggungjawabannya kelak dihadapan Allah SWT di hari berhisab.

 

2.       Berdasarkan ketentuan dalam surat An Nahl (16) ayat 93 berikut ini: “Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Tetapi kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” Allah SWT akan meminta pertanggung jawaban kita tentang hal hal yang pernah kita lakukan atau kerjakan saat hidup di muka bumi ini.

 

3.       Berdasarkan ketentuan dalam surat An Nahl (16) ayat 56 berikut ini: “Dan mereka menyediakan sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka, untuk berhala berhala yang mereka tidak mengetahui (kekuasaannua). Demi Allah, kamu pasti akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada adakan.” semua yang kita ada adakan, seperti ide, gagasan, ilmu, teknologi, hasutan, pengajaran, selama kita hidup di dunia akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak.

 

4.       Berdasarkan ketentuan dalam surat Al Isra’ (17) ayat 34 berikut ini: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai dia dewasa, dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.”  semua janji janji yang telah diikrarkan baik kepada manusia ataupun kepada Allah SWT, terutama tentang janji setia kepada Allah SWT saat masih di dalam rahim seorang ibu, akan diminta pertanggungjawabannya.

 

Untuk mempertanggungjawabkan atas apa apa yang telah kami kemukakan di atas, Allah SWT akan mengadakan  pengadilan dalam kerangka meminta laporan pertanggungjawaban dari seluruh makhluk yang telah diciptakanNya, terutama jin dan manusia. Berikut ini akan kami kemukakan proses pengadilan dan proses laporan pertanggungjawaban yang akan dilaksanakan oleh Allah SWT kepada jin dan manusia. 

 

H.    BERMUSUHAN DENGAN SYAITAN DAN KITA MENJADI PEMENANGNYA.

 

Berdasarkan surat Al A’raaf (7) ayat 22 yang kami kemukakan di bawah ini, Allah SWT berfirman:Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun syurga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku telah mengatakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (surat Al A’raaf (7) ayat 22). kembali fitrah berarti kita harus bermusuhan dengan syaitan sampai dengan kapanpun juga dan inilah fitrah dari manusia yang harus kita ketahui dan pahami.

 

Adanya kondisi fitrah yang seperti ini maka jangan pernah sekalipun menjadikan syaitan yang sudah ditetapkan sebagai musuh, justru kita rubah posisinya menjadi kawan bagi diri kita, menjadi pahlawan bagi diri kita, menjadi atasan bagi diri kita, menjadi pemimpin bagi diri kita, menjadi konsultan bagi diri kita, atau menjadi guru bagi diri kita, dalam hidup dan kehidupan yang kita jalani saat ini. Alangkah bodohnya diri kita jika ketetapan Allah SWT yang menjadikan syaitan sebagai musuh kita rubah menjadi hal hal yang kami kemukakan di atas, karena resikonya sangat berat.

 

Memiliki ilmu tentang syaitan merupakan salah satu jalan yang paling dikehendaki oleh Allah SWT jika kita ingin mengalahkan syaitan. Syaitan sebagai musuh bukanlah musuh yang mudah dikalahkan, syaitan tidak akan pernah putus asa di dalam mengganggu dan menggoda musuhnya agar musuhnya kalah. Sebagai musuh daari syaitan maka sudah seharusnya kita meniru langkah langkah syaitan terutama dari sisi kegigihannya dalam menggoda dan menggangu diri kita.

 

Jika sikap syaitan sudah seperti ini kepada diri kita maka tidak ada jalan lain bagi diri kita yang ingin menang melawan syaitan  maka kita harus gigih pula untuk mengalahkannya. Jangan pernah merasa kalah kepada syaitan, kita harus terus berjuang untuk memenangkan pertarungan ini sebab tidak ada tujuan perang yang hakiki kecuali kemenangan, sebagaimana dikemukakan oleh Sun Tzu dalam bukunya The Art Of War, yaitu: Perencanaan yang baik akan memberi lebih banyak peluang untuk menang, sementara semakin buruk perencanaan, semakin sedikit peluang untuk menang. Jadi bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki rencana? (Sun Tzu)

 

Sebagai pelaksana dari ketetapan untuk bermusuhan dengan syaitan,  tidak ada jalan lain kecuali harus melaksanakan ketetapan ini dengan sebaik baiknya. Untuk itu kita harus segera mempersiapkan rencana yang baik agar menjadi pemenang dan juga harus mengetahui pula apa posisi syaitan yang lainnya di dalam kerangka rencana besar kekhalifahan di muka bumi ini. Syaitan diciptakan oleh Allah SWT bukan hanya sebatas musuh bagi umat manusia. Syaitan juga dijadikan Allah SWT sebagai sarana atau alat bantu untuk menseleksi secara adil siapa yang berhak untuk masuk ke Syurga dan siapa yang berhak masuk Neraka.

 

Adanya syaitan dalam rencana besar kekhalifahan di muka bumi maka lahirlah apa yang disebut menang masuk syurga dan juga kalah masuk neraka yang keduanya hanya berlaku bagi umat manusia. Serta dengan adanya syaitan akan melahirkan adanya nilai dari sebuah kemenangan dan juga nilai dari sebuah kekalahan. Nilai inilah yang akan menghantarkan kita di tingkat berapa kita berada di Syurga dan juga di tingkat berapa kita berada di Neraka. Untuk itu jangan pernah merubah ketetapan Allah SWT yang berlaku kepada diri kita yaitu tetap jadikan syaitan sebagai musuh karena hanya dengan adanya permusuhan ini akan diketahui kualitas kefitrahan seseorang.

 

Ingat, Syaitan asalnya dari api dan jika api kembali ke neraka jahannam bukanlah sesuatu yang istimewa karena kampung halaman dari api adalah neraka. Yang menjadi persoalan adalah kita yang sudah dikehendaki oleh Allah SWT sebagai pemenang justru pulang kampungnya ke neraka akibat kalah melawan syaitan, padahal kampung halaman asli diri kita adalah syurga. Jadi siapakah yang pintar sekarang, manusia ataukah syaitan?

 

Ayo segera pelihara dan jaga serta rawatlah kefitrahan yang telah ditetapkan berlaku oleh Allah SWT kepada diri kita karena hasil akhir daripada kefitrahan bukan untuk kepentingan Allah SWT melainkan untuk kepentingan diri kita sendiri. Allah SWT tidak butuh dengan kefitrahan diri kita melainkan kita lah yang sangat membutuhkan kefitrahan, terkecuali kita mau difitrahkan oleh Allah SWT lewat jalur khusus yang bernama neraka jahannam sebelum dipindahkan ke Syurga.

 

“Kemenangan adalah tujuan utama dari perang.” (Sun Tzu). Inilah makna fitrah yang harus kita pahami dengan benar bahwa kembali fitrah harus menjadikan diri kita pemenang melawan syaitan, bukan menjadi pecundang yang menjadikan syaitan sebagai pemenang. Jika kita adalah pemenang di dalam permusuhan abadi dengan syaitan berarti kita telah kembali fitrah. Agar kemenangan terus menjadi milik kita maka kita harus memiliki ilmu tentang musuh dengan sebaik baiknya. Syaitan selaku musuh tidak akan mungkin bisa kita kalahkan jika kita tidak tahu apa kelemahannya dan apa kekuatannya. Ingat, untuk mengalahkan musuh secara mudah harus melalui kelemahannya, bukan melalui kekuatannya. Ayo segera belajar dalam kerangka memiliki ilmu tentang syaitan agar kefitrahan kepada syaitan tetap terjaga dari waktu ke waktu, yaitu bermusuhan lalu menang melawan syaitan. 

 

I.        SELALU MEMPERHATIKAN KONSEP HALAL LAGI BAIK .

 

Orang yang telah menjadikan jiwanya fitrah, atau orang yang telah mampu menjadikan jiwanya jiwa Muthmainnah yang sesuai dengan kehendak Allah SWT adalah orang yang mampu melaksanakan ketentuan Allah SWT yang tertuang di dalam surat Abasa (80) ayat 24 berikut ini: Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.”  yaitu mampu memperhatikan dengan seksama apa-apa yang akan dimakannya, apa-apa yang akan dikonsumsinya, termasuk apa-apa yang akan dikonsumsi oleh istrinya/suaminya, dan juga apa yang akan dikonsumsi oleh anak dan keturunannya.

 

Orang yang telah fitrah, orang yang kembali fitrah atau orang yang jiwanya jiwa Muthmainnah mampu memenuhi ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 168 berikut ini: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”  dan surat An Nahl (16) ayat 114 berikut ini: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” yang mengatur syarat dan ketentuan tentang makanan dan minuman yang akan dikonsumsi. Seperti apakah syarat dan ketentuan dimaksud? Kita diwajibkan, kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk selalu mengkonsumsi makanan dan minuman yang memenuhi kriteria halal lagi baik (maksudnya halal lagi sesuai dengan ilmu gizi dan kesehatan).

 

Selain ketentuan di atas, masih ada ketentuan lain yang harus kita perhatikan sebelum makan dan minum, yaitu berdasarkan Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, berikut ini:  Ibnu Abbas  r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Berkata Iblis: Ya Tuhan; Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan rezekinya, maka manakah rezekiku. Allah berfirman: Rezekimu adalah makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya. (Hadits Qudsi Riwayat Abussyekh; 272-259). Kita wajib membaca Basmallah sebelum mengkonsumsi segala sesuatu, baik makanan atau minuman. Dan juga kita juga diwajibkan untuk membaca doa sebelum makan dan minum. Hal ini dikarenakan melalui doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT, semoga Allah SWT memberikan berkah dan karunia serta dihindarkannya diri kita dari mudharat yang terdapat di dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi. konsumsi makanan dan minumanrdoa seperti yang kami kemukakan di atas. di bawah ini harus sudah mampu kita laksana

 

Sebagai khalifah di muka bumi ada satu hal penting lainnya yang harus kita perhatikan dengan seksama, yaitu ketentuan Halal lagi Baik dari makanan dan minuman yang akan kita konsumsi bukanlah ketentuan yang berdiri sendiri. Akan tetapi ketentuan ini juga sangat berkaitan erat atau tidak bisa dilepaskan dengan  cara memperoleh makanan dan minuman yang akan kita konsumsi, atau ketentuan Halal lagi Baik sangat berhubungan erat dengan cara memperoleh penghasilan, atau sangat berhubungan erat dengan pekerjaan yang kita lakukan untuk mendapatkan makanan dan minuman. Sebagai kepala keluarga, sebagai suami yang baik, sebagai istri yang baik, ada baiknya kita memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 

1.       Kita tidak bisa sembarangan bekerja. Kita harus memperhatikan apa yang kita kerjakan apakah sudah memenuhi Syariat yang berlaku ataukah melanggar Syariat, karena hasil dari pekerjaan itu akan kita konsumsi bersama istri, suami dan anak keturunan.

2.       Kita tidak bisa sembarangan memperoleh penghasilan, atau uang. Kita harus memperhatikan dengan pasti dari manakah asalnya penghasilan atau uang tersebut, apakah halal, apakah haram, apakah melanggar ketentuan undang-undang yang berlaku, karena halal dan haram tidak bisa dicampur adukkan. Halal dan Haram adalah sesuatu yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri.

3.       Kita tidak bisa sembarangan di dalam mendapatkan makanan dan minuman. Kita harus jeli dan tahu persis bagaimana makanan dan minuman itu kita peroleh, apakah dibeli dengan uang yang halal, apakah di dalam dengan cara mencuri, karena apa yang kita lakukan dapat berdampak negatif kepada apa yang akan kita konsumsi.

4.       Untuk mendapatkan keluarga Sakinah Maawaddah Waarahmah, anak dan keturunan yang shaleh dan shalehah tidak akan mungkin bisa kita wujudkan, jika penghasilan, jika pekerjaan, jika makanan dan minuman yang kita konsumsi berasal dari yang haram lagi buruk (syaiat).

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi kita harus paham dan mengerti benar bahwa Haram dan Halal tidak akan mungkin sama kedudukannya dihadapan Allah SWT. Halal dan Haram sampai dengan hari kiamat akan tetap berbeda. Halal akan membawa kepada kebaikan sedangkan Haram akan membawa kepada keburukan. Jika ini adalah kondisi dasar dari ketentuan Halal dan Haram yang berlaku di muka bumi ini, maka mulai saat ini kita tidak bisa begitu saja makan dan minum, kita bisa begitu saja bekerja, kita tidak bisa begitu saja memperoleh penghasilan, kita tidak bisa begitu saja memperoleh makanan dan minuman, terkecuali jika kita ingin pulang kampung ke Neraka Jahannam bersama Syaitan sang laknatullah. 

 

Sekarang pernahkah kita semua membayangkan jika jasmani yang secara sunnatullah sudah memiliki sifat-sifat yang mencerminkan nilai-nilai keburukan, atau disebut dengan ahwa (hawa nafsu), lalu kondisi ini ditambah dengan sewaktu kita merawat dan memeliharanya, atau menjadikan regenerasi kekhalifahan di muka bumi dimana sumbernya atau makanan dan minuman yang kita konsumsi bersifat haram lagi buruk (syaiat)? Apabila makanan dan minuman yang kita konsumsi memenuhi konsep haram lagi buruk (syaiat) maka hal-hal sebagai berikut akan terjadi, yaitu :

 

1.       Sifat-sifat alamiah Jasmani yang mencerminkan nilai-nilai keburukan akan lebih sempurna keburukan-keburukannya.

2.       Nilai-nilai keburukan yang terdapat di dalam jasmani menjadi lebih kental, atau bahkan menjadi bertambah dengan adanya konsep haram lagi buruk (syaiat).

3.       Adanya makanan dan minuman yang haram lagi buruk (syaiat) maka ahwa (hawa nafsu) akan memperoleh tambahan bahan bakar sehingga kemampuan ahwa (hawa nafsu) untuk mengendalikan dan untuk mempengaruhi ruhani menjadi bertambah kuat.   

 

Jika sampai diri kita selalu memberikan makanan dan minuman kepada jasmani berupa makanan dan minuman yang masuk dalam kategori haram lagi buruk (syaiat) berarti kita telah memberikan kesempatan bagi syaitan untuk membangun rumahnya, membangun istananya di dalamnya jasmani diri kita, yang pada akhirnya akan memudahkan syaitan untuk melaksanakan aksinya mengganggu, dan mengoda diri kita serta menjauhkan diri kita kepada jalan yang lurus dan juga menggagalkan diri kita memperoleh anak dan keturunan yang shaleh dan shalehah.

 

Setiap manusia pasti terdiri dari jasmani dan ruhani, lalu apakah hanya jasmani saja yang membutuhkan makanan dan minuman untuk merawatnya, sehingga ruhani tidak perlu di rawat dan dipelihara? Selama diri kita masih terdiri dari jasmani dan ruhani maka keduanya harus dirawat dan dijaga kesehatannya. Dan jika kita berpedoman kepada asal usul dari jasmani dan ruhani maka makanan dan minuman untuk merawat dan menjaga jasmani dan ruhani pasti berbeda.

 

Sekarang makanan dan minuman apakah yang paling dibutuhkan oleh ruhani? Ruhani yang asalnya dari Allah SWT maka dapat dipastikan ruhani memerlukan kedekatan dengan Allah SWT. Untuk dapat mendekatkan ruhani dengan Allah SWT, maka makanan dan minuman ruhani adalah ibadah seperti melaksanakan Diinul Islam secara kaffah, mempelajari dan mengamalkan AlQuran, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa wajib dan sunnah, pergi haji dan umroh, infaq, shadaqah zariah serta dzikrullah. Adanya perbedaan makanan dan minuman antara jasmani dan ruhani maka kita harus pandai-pandai menyeimbangkan pemberian makanan dan minuman baik kepada jasmani dan ruhani. Untuk itulah kita tidak bisa hanya condong kepada jasmani semata dengan melalaikan kebutuhan ruhani, karena ruhani juga membutuhkan jasmani yang sehat. Demikian pula sebaliknya kita tidak bisa hanya condong kepada ruhani semata dengan melalaikan kesehatan jasmani, karena hidup adalah saat bersatunya jasmani dengan ruhani.

 

Untuk itu kita tidak bisa hanya mementingkan makanan ruhani saja dengan mengabaikan kepentingan jasmani sebab baik ruhani maupun jasmani harus tetap kita pelihara dan harus kita rawat sesuai dengan kondisinya masing-masing, yaitu ruhani melalui Diinul Islam (maksudnya konsep ilahiah yang diciptakan oleh Allah SWT untuk kepentingan kekhalifahan di muka bumi), sedangkan jasmani melalui ilmu kesehatan dan juga ilmu gizi. Selamat menikmati ruhani fitrah dan jasmani sehat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar