Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 11 Maret 2024

DIMENSI PUASA DAN HASIL KEFITRAHAN RUHANI (PART 2 of 2)

C.     PUASA DAN DAYA NALAR YANG TINGGI.

 

Ibadah puasa pada dasarnya adalah penapis dan penyaring, yang selanjutnya menentukan kadar ketaqwaan seseorang. Puasa dapat membentuk watak yang kukuh tegar dalam segala keadaan dan waktu, tidak mudah terpedaya oleh terpaan dan godaan, lantaran menghujam di  relung hati iman yang mapan. Bahkan yang lebih hebat lagi, membersihkan ruhani dan nalar pikir dari segala macam kesulitan serta mampu mengangkat derajat kemanusian.

 

Manusia hidup bergantung dari udara, makanan, tanah dan alam jagad raya sekitarnya. Faktor tersebut memberikan pengaruh kuat bagi hidup dan kehidupannya menuju obyek yang material. Hal ini bisa diraih dengan ilmu pengetahuan. Sedang ilmu itu sendiri tidak bisa diraih/dimiliki tanpa melalui adanya kecerdasan otak dan kecakapan nalar pikir. Fungsi otak sebagai pusat syaraf, merupakan jaringan sel sel yang sangat halus, rumit dan kompleks. Setiap kemajuan yang diperoleh adalah melalui penalaran akal sehat serta penelaahan pikiran yang kritis. Sebagai khalifah di muka bumi, kita perlu mencermati dan meneliti gerak dan daya pikir otaknya, agar setiap langkah dan tindakannya dituntun oleh pikiran yang sehat dan jernih.

 

Lantaran otak menjadi pusat urat syaraf yang tersusun dari kumpulan ‘sel sel’ yang berbilliun jumlahnya.  Fungsi syaraf menjadi perantara yang menerima kesan pesan perangsang yang datang dari luar tubuh, langsung disampaikan kepada otak. Ilmu psikologi dan anatomi menyebutkan bahwa otak besar itulah yang mengatur dan mengendalikan langkah dan perbuatan manusia. Sebab setiap sesuatu yang terjadi di luar tubuh, mustahil dapat diketahui dan disadari sebelum peristiwa itu disampaikan oleh urat syaraf kepada otak besar.

 

Banyak pakar mengemukakan, puasa dapat mengobati berbagai penyakit seperti diabetes, maag, gangguan usus, gangguan pencernaan, sakit jantung, kegemukan, paru paru, lemah badan, atau tekanan darah tinggi. Tapi banyak pula orang beranggapan bahwa puasa penyebab menurunnya prestasi kerja, berkurangnya konsentrasi dan melemahnya tenaga. Padahal kita meyakini, justru berpuasa salah satu cara menuju sehat sebagaimana dikemu-kakan oleh WHO Expert Committee yang mengartikan sehat ialah suatu kondisi dimana terdapat keseimbangan yang optimal baik fisik, psikis maupun sosial.

 

Jadi sehat itu tidak hanya sekedar bebas dari penyakit lahiriyah, kelemahan dan cacat. Tetapi sehat adalah keseimbangan dan keserasian jasmani dan ruhani, duniawi dan ukhrowi antara fisik dan psikis. Keseimbangan merupakan prinsip dasar dari ajaran Islam. Agama Islam adalah agama yang sederhana, mudah, ilmiah, kompleks dan universal. Ia memberikan tuntunan kepada umatnya untuk hidup sederhana tapi bersahaja, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al A’raaf (7) ayat 31 berikut ini: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

 

[534] Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.

[535] Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

 

Dikemukakan bahwa prinsip keseimbangan termaktub di dalamnya. Jika sampai manusia kelewat tebal jasadnya/gemuk/berat badannya berlebih atau hanya mementingkan jasmani semata, maka kekuatan ruh/ruhaninya akan melemah atau sifat sifat jasmaniahnya mampu mengalahkan sifat ruhaniahnya sehingga menjadikan jiwanya jiwa fujur.

 

“Makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang”. “Kejarlah duniamu, seolah kau hidup terus dan kejarlah akhiratmu seolah olah kau akan mati esok hari”. Prinsip keseimbangan hanya dapat dilakukan dengan latihan dan kebiasaan sehari hari. Dan kiranya puasa di bulan Ramadhan adalah saat yang tepat untuk pemusatan latihan agar jiwa mempunyai disiplin yang kuat, mental yang terbina secara mapan dan ruh/ruhani yang selalu terjaga kefitrahannya.

 

Sewaktu perut kita kenyang, banyak darah tersalur untuk melakukan proses pencernaan makanan dan selagi berpuasa, ketika perut kosong, volume darah ke bagian pencernaan dapat dikurangi (berkurang) dan dapat dipakai untuk keperluan lain, terutama untuk melayani kebutuhan otak. Zat zat makanan yang telah tersaring bersih lalu oleh jantung disebarluaskan ke seluruh tubuh dan di saat itulah seluruh sel sel dalam tubuh menerima asupan makanan. Itulah sebabnya, meski manusia memerlukan makanan harus disesuaikan dengan kemampuan tubuhnya, gizi yang memadai, sehingga kerja sel tersebut berjalan lancar, demikian pula dengan kemampuan otak menjadi selaras serasi seimbang.

 

Namun, apabila perut manusia selalu dipenuhi makanan berlebih, maka sel sel tadi tidak akan kebanjiran zat makanan, yang berakibat urat syaraf menjadi lembab, kerja otak terhambat dan mundur. Sebaliknya kalau kita memberikan waktu sesaat bagi perut dan lambung untuk membersihkan bermacam macam kotoran yang setahun penuh bermukim di dalamnya, maka kerja otak kita bertambah giat dan cepat sehingga menimbulkan daya yang sanggup memecahkan berbagai persoalan tanpa rasa letih. Cara berfikir yang energik ini akan menghasilkan buah berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Dengan berpuasa kita juga dapat mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan kemungkinan masuknya kuman kuman ke dalam lambung.

 

Para ahli di bidang kesehatan juga mengakui bahwa perut adalah sumber asal muasal dari timbulnya penyakit. “Perut adalah sumber penyakit dan pemeliharaannya merupakan obat yang paling utama”.Orang yang terlalu kenyang, mudah diserang rasa kantuk, malas, letih dan konsentrasi, kemampuan pikir menjadi kurang. Karena itu Rasullah SAW memberikan peringatan kepada umatnya, “Ilmu dan akal tidak akan mungkin ada bersama lambung yang penuh dengan makanan “. Nabi Muhammad SAW juga bersabda: “Perut semisal kolam air dalam badan manusia dan pembuluh pergi kesana untuk diisi. Kalau perut itu sehat maka kesehatan yang dibawa kembali oleh pembuluh pembuluh itu. Tapi sebaliknya kalau perut itu sakit, penyakitlah yang dibawanya”. 

 

Otak adalah salah satu titik sentral di dalam organ tubuh manusia yang dipergunakan untuk berfikir, belajar, dan bekerja. Ini berarti bahwa selama lambung kosong, atau sewaktu lambung berhenti beraktifitas sejenak dari kerja keras selama setahun, cara berfikir kita lebih cemerlang. Untuk itu jadikan puasa yang kita laksanakan sebagai puasa yang lengkap, untuk fisik, untuk psikis dan untuk kejiwaan. Melatih ketenangan bathin, menumbuhkan akal pikiran yang sehat, mengendurkan ketegangan, stress, mensirnakan iri, dengki, hasut dan perbuatan tercela lainnya.

 

D.    PUASA MAMPU MERUBAH NALAR PIKIR KE ALAM ILAHIAH.

 

Bukan suatu yang kebetulan jika banyak karya karya yang bermutu tinggi justru lahir pada saat bulan Ramadhan. Hal ini dikarenakan dengan berpuasa, sebenarnya tidak akan melemahkan fisik seseorang atau menyebabkan kekurangan gizi, sebab tubuh manusia adalah hasil cipta dan rekayasa langsung dari Allah SWT yang tentunya berteknologi tinggi yang tidak tertandingi. Tubuh manusia mampu bertahan beberapa hari tanpa makan dan minum, sebab hidrat arang, lemak atau protein merupakan persedian yang bisa bertahan cukup lama. Hasil dari ini semua adalah puasa itu menghidupkan pikiran dan penglihatan mata bathin/hati ruhani. Ingat,“Apabila perutmu penuh sesak dengan makanan, tidurlah pikiranmu, luluhlah hikmah dan berhentilah anggotamu dari beribadah kepada Allah SWT dan hilanglah kebersihan hati, dan sebenarnya kehalusan pengertian yang dengan kedunyalah diperoleh kelezatan dan berkasnya dzikir pada jiwa”.

 

Memang sesuatu yang dihasilkan kecerdasan otak, secara empirik belumlah dikatakan yang benar atau murni, sebelum dilengkapi keberhasilan hati ruhani yang tercermin dalam budi pekerti. Kecakapan otak hanya sebatas obyek yang nyata, yang bisa diraba dan disaksikan oleh pancaindera lahir yang riil, logis dan positif. Hasil penalaran pancaindera lahiriyah semata mata akan menimbulkan bermacam macam aliran serba benda, seperti  rasionalisme, pragamatisme, materialisme dan sebagainya. Bahkan masih juga berlanjut, penyelidikannya mengenai keEsaan Tuhan hanya berdasarkan pada olah pikir lahiriyah semata, lalu menumbuhkan kepercayaan adanya Tuhan yang berbentuk, berupa, berukuran atau berwujud. Bahkan jika pengamatannya itu diteruskan tiada menemukan Tuhan, niscaya ia akan mengatakan Tuhan itu tidak ada (Atheis).

 

Sementara itu, jika beranggapan hasil pemikiran yang didasarkan hanya pada akal saja, logika dan bukti, pastilah tidak akan bebas dari pengaruh nafsu. Dr Fritz Khant dalam bukunya:’der Mensh Gezund und Krank’ mengemukakan bahwa pangkal otak itu pusatnya nafsu, sedangkan fungsi nafsu umumnya saling bergetar dengan iblis/syaitan yang menjelmakan tindakan jahat dan buruk. Jadi, manakala cara berfikir cuma didasarkan  atas kecakapan tubuh lahiriyah tanpa memperoleh daya dukung dari hati ruhani yang fitrah, maka akan mewujudkan hasil yang salah/menyimpang.

 

Hal ini disebabkan hakekatnya ia akan mengingkari peristiwa yang tidak dapat ditimbang, diukur, yang tidak mampu disaksikan oleh pancaindera, meski bukti buktinya selalu berkembang dan nyata. Dan kalau dikaji lebih dalam lagi, pastilah gerakan pikirannya bertumpu pada pengaruh keinginan mementingkan diri sendiri, angkara murka, serakah, bahkan nafsu kanibalisme dan semacamnya. Akibatnya ia tidak bakal memiliki cita cita untuk berkiprah membagun bagi kesejahteraan umat, tapi kiat hidupnya hanya untuk kepentingan sendiri, mencari keuntungan sebanyak mungkin bagi kemewahan hidup. Umat atau bangsa yang demikian akan mudah sekali diperalat atau diperbudak bangsa lain yang memiliki kecerdasan olah pikir yang lebih memadai. Sisi lain yang unggul tentu mereka mampu menggunakan akalnya yang ditopang kebersihan ruhaninya atau budi pekertinya. Budi bermakna kecakapan ruhaniyah dan pekerti adalah hasil kecerdasan otak.

 

Tapak tapak perjalanan latihan spiritual dengan semangat jihad hanya untuk keridhaan Allah SWT yang akan menghasilkan kecerdasan otak, dan kecakapan nalar pikir, membuahkan wujud kebenaran hakiki, lantaran kebersihan ruh/ruhaninya yang dipanjatkan ke alam ilahiah. Setiap sesuatu yang dibenarkan oleh akal belum tentu dibenarkan oleh “Rabb’ dan setiap yang disalahkan oleh akal belum tentu pula salah dalam pandangan “Al Khaliq” karena itu pula titik tumpu kita, segala kejadian fenomena alam pastilah dikendalikan oleh sunnatullah, yang termaktub dalam surat Al Jaatsiyah (45) ayat 13 berikut ini: “dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (surat Al Jaatsiyah (45) ayat 13)

 

Berdasarkan ayat ini, seluruh jagad raya dan isinya ditundukkan oleh Al Khaliq bagi umat manusia dengan sains yang diterapkan, dengan teknologi, yang akan diberikan kepada mereka yang mau melibatkan akalnya dan menggunakan nalar pikirannya. Oleh karena itu Latihan spiritual yang maha akbar di bulan Ramadhan, merupakan cara terbaik mengutamakan kemapanan ibadah, berlomba dalam kebajikan dan berjuang melawan ahwa. Akan terasa mumpuni, mengangkat harkat dan martabat secara dua sisi yaitu akal dan budi serta menjernihkan jiwa ruhani.

 

Selain daripada itu, dengan berpuasa dapat menentukan kelebihan derajat manusia dibandingkan dengan hewan terutama otak dan budi pekertinya. Akan tetapi ada juga manusia yang bersifat seperti hewan yang tujuannya hanya makan dan memuaskan hawa nafsunya belaka dan jika ini terjadi maka tidak mungkin mereka akan mencapai kemajuan mental spiritual, ketaqwaan dan jiwa yang fitrah.

 

Lihatlah sejarah bangsa bangsa, sebagaimana bangsa Babilonia, Mecedonia dan bangsa lain yang mampu meraup kemajuan lantaran mereka banyak mengurangi makan dan minum, meski dengan gizi yang seimbang. Mahatma Gandhi dengan puasanya menjadi senjata ampuh untuk mengusir penjajah. Kemajuan suatu bangsa yang hanya didasarkan atas ilmu pengetahuan dan teknologi semata, tetapi menyangkal bahwa pendidikan ruh/ruhani atau budi pekerti adalah mampu menjurus kea rah kebenaran hakiki dan kejujuran, maka rasa cinta terhadap sesama ataupun makhluk di luar manusia dianggapnya tidak menguntungkan, keadilan hanya terdapat pada golongan yang lebih kuat dan berkuasa, penghargaan dan penghormatan hanya terdapat pada manusia yang bergelar akademik, setumpuk harta kekayaan, kedudukan dan yang menyandang pangkat tertentu.

 

Dari situ pulalah tercermin kemuliaan dan pujian yang nisbi hanya ditujukan kepada yang berwenang, sebab dianggapnya paling terhormat. Walau cara berpikirnya hanya dituntut oleh rumus rumus kaku yang diperoleh dari akal dan kecakapan alat pancaindera lahir yang memuja obyek kebendaan atau kesenangan lahiriyah. Sedangkan budi pekerti dipandang kurang sesuai dengan intelektualnya, bahkan tidak selaras dengan tuntunan rumus patokan dan bayangan tiga dimensi atau tidak pas dengan logika ilmu pengetahuan. Paham yang bertalian dengan ilmu pengetahuan di luar alam benda, metafisika, intuisi, inspirasi ataupun ragam transenden yang tidak bertepi, dianggapnya hanya suatu impian yang mustahil. Bahkan dikatakan sebagai tahayul, nonsen, sulap, tidak terangkum oleh akal sehingga dipercayainya hanya buah pikiran otak lahiriyah semata sehingga makhluk hidup yang bertebaran di jagad raya disangkalnya.

 

E.      PUASA MAMPU TAKLUKKAN SINAR IBLIS/SYAITAN.

 

Seperti telah kita ketahui bersama bahwa ahwa/hawa nafsu itu mengandung ajakan yang dapat disamakan dengan instink hewan, seperti lapar, menghindarkan diri atau mencari perlindungan, rakus, tamak, berkelahi, berperang dan semacamnya. Semua nafsu tersebut seperti berbentuk api yang abstrak yang mengandung ajakan berupa keinginan yang berkobar untuk menyampaikan maksudnya, tak ubahnya bagaikan api yang berkobar untuk menjilat apa saja yang berada di sekitarnya. Api yang sangat abstrak ini hanya mempunyai hubungan saling menggetar (resonansi) dengan makhluk yang tersusun dari api yang abstrak dalam hal ini ialah iblis dan syaitan. “dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas”. (surat Al Hijr (15) ayat 27). Untuk menggambarkan api yang sangat panas (narishsamum) kita bisa melihat melalui api untuk las, dimana api yang terdapat di ujung las terlihat berwarna merah, akan tetapi api yang ada di pangkal las warnanya tidak terlihat namun panasnya sangat luar biasa dan dari api jenis inilah jin/syaitan diciptakan oleh Allah SWT.

 

Iblis dan syaitan menurut kejadiannya berasal dari electron hidup berwujud dari daya daya elektro magnetic yang memiliki gelombang lebih pendek dari gelombang arus listrik teknik bolak balik, lebih pendek dari telegraf tanpa kawat, lebih pendek dari gelombang radio dan sinar cahaya dan bahkan lebih pendek dari sinar ultra violet. Oleh karenanya, siapa yang tidak dapat mengendalikan ahwa (hawa nafsunya) akan menjadi korban sinar iblis/syaitan, sehingga pikirannya selalu dikendalikan iblis/syaitan yang selalu mengajak berbuat buruk dan jahat sesuai dengan ide yang dimiliki oleh iblis/syaitan. Maka untuk mencegah agar nafsu nafsu tidak bertindak leluasa di dalam tubuh manusia, maka harus senantiasa diusahakan suatu alat yang ampuh. Untuk menaklukkannya ialah dengan daya daya yang mempunyai gelombang yang bisa mengalahkan iblis/syaitan yaitu sinar Allah SWT (Nurullah/Nur Ilahi).

 

Nur Ilahi hanya dapat diperoleh dengan bermacam syarat beribadah, salah satunya melalui ibadah puasa. Sehinga secara otomatis Nur Ilahi yang berada di dalam diri manusia mampu memanjat/menyatu ke alam Ilahiah. Hal ini dikarenakan Nur Ilahi adalah gelombang yang paling pendek dari semua gelombang sehingga mampu menembus alam semesta, mampu menembus segala keadaan, termasuk ke dalam hati/kalbu manusia. Nur Ilahi yang menembus ke dalam hati/kalbu manusia sanggup menghancur leburkan gelombang iblis dan syaitan yang bersarang dalam diri manusia. Lalu Nur Ilahi ini akan diserap oleh akal dan hati manusia yang pada akhirnya akan menimbulkan pikiran/daya nalar yang disebabkan daya daya dalam otak dan hati telah beresonansi dengan alam ilahiah.

 

Hati yang berisi Nur Ilahi akan sanggup mencegah segala kegiatan ahwa (hawa nafsu) dan iblis dan syaitan sehingga pancaindera dan alat alat tubuh dapat dikendalikannya  dengan sempurna. Contohnya, mata dapat dicegah dari pandangan yang membawa pengaruh buruk, telinga dapat dicegah dari mendengarkan kata kata yang memberikan pengaruh buruk/menimbulkan amarah. Lisan dapat pula menahan kata kata buruk, menfitnah dan kata kata yang tidak sedap, kotor, menyakitkan hati orang, dan segala macam tindakan, tingkah laku dan gerak gerik yang menjurus kepada kejahatan dapat kita hindari.

 

Jelaslah bahwa melaksanakan ibadah puasa baik di bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan menurut ajaran Islam tidak hanya untuk menahan lapar dan haus serta syahwat semata, melainkan harus mampu menutup semua pintu pintu alat pancaindera agar tidak kemasukan daya daya iblis dan syaitan. Sabda Nabi SAW: “Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi puasanya tidak berarti kecuali hanya menahan lapar, haus dan syahwat saja”. Maksud hadits ini adalah orang yang berpuasa seperti ini tidak dapat mencegah perbuatannya dari pengaruh iblis dan syaitan, sehingga puasanya tidak memperoleh hikmah apa apa.

 

Jadi yang dimaksudkan dengan puasa bukan hanya sanggup menahan lapar, haus dan syahwat saja adalah saat ruh/ruhaninya harus mampu menghalau, mampu mengalahkan nafsu nafsu iblis/syaitan yang mengandung ajakan untuk berbuat jahat/kejahatan. Berkata umar Ibnul Khattab: “Perangilah nafsu nafsumu sebelum kamu memerangi musuh musuhmu” memerangi atau mengalahkan ahwa (hawa nafsu) pasti dapat ditundukkan dengan melakukan puasa lahiriyah dan puasa panca indera. Puasa lahiriyah yakni menahan makan, minum dan syahwat, sedangkan puasa panca indera ialah menutup alat pancaindera (mata, telinga, hidung) dan segala macam daya daya yang menimbulkan nafsu yang berkonotasi kepada perbuatan maksiat yang sesuai dengan kehendak iblis/syaitan.

 

F.      PUASA MAMPU MERUBAH DARI EGOIS MENJADI IKHLAS.

 

Penyakit egosentris, seringkali menggunakan golongan lain sebagai alat untuk mempengaruhi atau menguasai sesuatu yang merupakan obyek. Seperti halnya kaum buruh dan tani yang dijadikan alat agar menimbulkan pertentangan antara buruh dan majikan, yang mengakibatkan penutupan perusahaan/perkebunan, yang berujung pada pemutusan hubungan kerja dan terjadilah masalah pengangguran, yang berarti pula menambah kemelaratan dan penderitaan. Kegiatan nafsu yang demikian, sering dianut oleh faham kolonialis dan imperialis yang tidak jarang oleh kecerdasan otak lahir tanpa di dukung oleh otak bathin (hati nurani), maka dunia tidak akan lolos dari segala ancaman kesesatan, pertentangan dan kekacauan.

 

Allah SWT berfirman: “Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (surat Al Hajj (22) ayat 46). Ayat di atas menyinggung mereka yang tidak memperdulikan ruh/ruhani yang memiliki hati tempat diletakkannya akal, perasaan, ketentraman, tanpa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Hati selama ia dalam kondisi fitrah akan memiliki daya yang sangat luar biasa sehingga mampu merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT atau menuju alam ilahiah yang sangat menenangkan jiwa.Kemampuan hati ruhani hanya dapat memancarkan kemampuannya melalui tafakkur, meditasi dan perenungan yang hakiki.

 

Meditasi yang sedemikian ini hanya dapat dilakukan dengan tertib dan teratur, latihan yang sungguh, apalagi ditunjang seluruh alat pencernaan dapat beristirahat dengan sebaik baiknya manakala melakukan puasa di siang hari. Dengan melakukan puasa yang didasarkan oleh iman yang diikat dengan niat ikhlas, maka daya pikir meneriman pancaran daya yang dialirkan oleh hati ruhani sehingga terjadilah perpaduan yang harmonis antara otak yang semual menjadi setral sentral nafsu menjadi pikiran yang bersih dan murni yang disebut jiwa muthmainnah.

 

Menurut hukum kekekalan daya, tidak ada daya yang hilang lenyap tanpa berubah menjadi daya lain. Semisal, elekron yang kehilangan sifat sebagai electron akan berubah menjadi sinar atau gelombang aether. Daya yang dapat meruntuhkan electron menjadi aether dinamakan daya radio aktif.  Demikian juga dengan daya otak yang berpadu dengan hati ruhani, akan berubah menjadi daya lain yang disebut dengan akal budi/budi pekerti.  Adanya hal ini otak yang semula berada di bawah pengaruh ahwa (hawa nafsu) egosentris setelah perpaduan dengan hati itu berubah sifatnya menjadi suci yang selalu mengajak kepada kebaikan, etis dan berkeadilan. Nafsu egois berubah menjadi ikhlas.

 

Hasil bekerja otak yang berpadu dengan hati ruhani yang demikian akan menjadi pikiran yang murni dan asli yang mengandung rasa perikemanusiaan yang dalam. Dan hasil pemikiran yang demikian akan mampu menghasilkan teori teori baru, menciptakan pendapat baru yang bermanfaat bagi orang banyak, mengetahui sesuatu/menghasilkan sesuatu yang luar biasa karena adanya pancaran hati ruhani yang fitrah tanpa pengaruh ahwa dan syaitan. Dengan adanya uraian ini dapat disadari betapa berfaedahnya dan hikmah ibadah puasa bagi kecerdasan otak dan kecakapan berpikir. Sekiranya umat Islam zaman sekarang mampu melakukan ibadah puasanya benar benar mencontoh jejak puasa Nabi dan para sahabat, yang dengan hasil puasanya, mereka menjadi ahli pikir dan berhasil membina suatu negara yang demokratis yang belum pernah dicapai oleh bangsa bangsa sebelum mereka.

 

Maka, umat Islam di zaman sekarang ini sedikitnya setahun sekali dengan ibadah puasanya akan berhasil menjelmakan ahli ahli pikir yang infra dan supra intelectual, seniman yang jenius, sastrawan dan pujangga yang mampu membentuk pembaharuan di bidangnya masing masing dan merubah rona (wajah) dunia masyarakat jaman kini dalam segala bidang pembangunan material dan spiritual yang sesuai dengan kehendak Allah SWT atau yang dapat menghantarkan bangsa ini adil makmur rukun sejahtera sehingga umat Islam mampu berperan sebagai tenaga penggerak bagi kemaslahatan umat baik skala nasional maupun international .

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar