Agar diri kita tidak terjebak di dalam
pelanggaran atas perintah Allah SWT untuk melaksanakan puasa wajib di bulan
Ramadhan. Selanjutnya ketahuilah bahwa berpuasa di bulan yang penuh hikmah
(Ramadhan) memiliki beberapa keistimewaan sebagaimana akan kami kemukakan
berikut ini:
A.
PUASA TIDAKLAH SEBERAT APA YANG
DIBAYANGKAN.
Suatu
manfaat dan hikmah yang hakiki dari sesuatu yang kita laksanakan tidak datang
dengan tiba-tiba, atau tidak turun dari langit begitu saja kepada diri kita.
Hal ini dikarenakan manfaat dan hikmah merupakan hasil dari suatu proses, atau
disebut juga dengan output yang dihasilkan dari suatu input yang diproses
secara konsisten dari waktu ke waktu. Untuk itu jika kita ingin memperoleh dan
merasakan langsung manfaat dan hikmah dari puasa yang telah diperintahkan oleh
Allah SWT, maka kita harus terlebih dahulu memiliki ilmu tentang puasa, kita
harus pula mengerti tentang syarat yang dikehendaki oleh pemberi perintah
melaksanakan puasa, kita juga harus mengerti tentang bagaimana puasa harus
dilaksanakan (kita harus memiliki ilmu tentang syariat puasa) dan juga kita
harus paham betul apa maksud dan tujuan, apa makna yang hakiki yang ada di
balik perintah puasa. Jika kita mampu melakukan hal-hal di atas, insya Allah,
modal dasar untuk mendapatkan dan merasakan manfaat dan hikmah dari puasa telah
kita miliki
.
Allah SWT selaku pemberi
perintah puasa juga berkehendak agar yang diperintahkan untuk berpuasa dapat
memperoleh dan merasakan langsung manfaat dan hikmah yang hakiki yang ada
dibalik perintah puasa. Dan jika setelah berpuasa atau setelah hari raya idhul
fitri, kita tidak bisa memperoleh dan merasakan langsung manfaat dan hikmah
yang hakiki yang terdapat dibalik perintah puasa berarti perintah puasa yang diperintah oleh Allah SWT
tidak pernah salah (perintah puasanya tidak akan pernah salah), akan tetapi yang
diperintahkan puasalah yang memiliki masalah. Bagi non muslim, puasa di bulan
Ramadhan mungkin saja dianggap sebagai ibadah yang berat lagi melelahkan,
tetapi tidaklah demikian apa yang dialami oleh umat Islam atau orang yang
beriman. Karena setidaknya terdapat beberapa hikmah yang membuat puasa menjadi
lebih mudah dan menyenangkan bagi umat Islam. Adapun hikmah tersebut adalah:
1.
Adanya Peran Niat Dalam Berpuasa. Agar tujuan diperintahkannya puasa sesuai dengan kehendak
Allah SWT maka puasa harus dilandasi dengan niat yang penuh karena Allah
semata. Inilah yang harus dicapai secara mental, spiritual dan emosional.
Dengan ini kita tidak memaksudkannya sebagai niat yang dilakukan setiap akan
menjalankan puas. Ini adalah niat yang muncul dari hati dan jiwa. Ketika
seluruh bulan Ramadhan dijalani dengan penuh kesadaran maka rahmat Allah yang
besar akan dapat kita peroleh. Jika seorang beriman dapat menyesuaikan niatnya
dengan ridha Allah, mereka akan memperoleh keuntungan yang tak terhingga.
Mereka bahkan bisa memperolehnya ketika mereka tertidur, berbicara, makan,
minum sesuai dengan niatan dari perbuatan perbuatan tersebut.
Niat bisa membuat kaca
menjadi intan atau sebaliknya.
Dengan niat yang tulus seorang biasa bisa menjadi raja diantara para raja, namun
dengan niat yang tidak tulus orang tersebut hanya akan menjadi raja badut. Niat
adalah bentuk dari kekuatan tekad yang keluar dari hati nurani seseorang. Niat
adalah batu loncatan yang membedakan keutamaan dari yang tidak berkualitas;
niat adalah agama dan kepercayaan; sehingga niat adalah nilai orisinal dari
kemanusiaan, dan keuntungan niat adalah keuntungan yang sebenarnya dari
kepribadian seseorang.Beribadah dengan sungguh sungguh untuk meraih derajat
keimanan yang lebih tinggi tanpa niat yang ikhlas adalah kesiasiaan.
Seseorang seharusnya
mempertanyakan pertanyaan pertanyaan tersebut kepada dirinya sendiri sebelum
memutuskan sesuatu, untuk mengetahui hakikat keinginan tersebut, apakah ia
betul betul untuk kepentingan Allah? Apakah demi keridhaan Allah? Dan apakah
karena perintah Allah? Apabila seseorang tidak menyadari akan pertanyaan
pertanyaan ini didalam setiap usahanya, maka kemungkinan niatnya tersebut tidak
akan membawa hasil.
Hal yang sangat disesali
dalam kehidupan di akhirat kelak adalah hidup tanpa niat. Keinginan bisa
merubah seluruh aktifitas hidup menjadi ibadah adalah mustahil dan
menyianyiakan kesempatan hidup ini adalah kesalahan yang sangat besar. Ya, kita
akan sering mengatakan, “jika seandainya dulu…” nanti di alam
akhirat. Jika ini yang terjadi berarti kesempatan untuk merubah perbuatan biasa
menjadi ibadah telah lewat, kesempatan beramal di kehidupan yang fana untuk
kehidupan abadi telah hilang. Padahal pahala atau kebaikan itu hanya diberikan
pada saat tersenyum, menangis, tidur atau bahkan ketika sedang menunggu. Dan adanya
niat yang tulus dan ikhlas sangat membantu mengurangi beratnya ibadah puasa dan
juga untuk aktifitas aktifitas lainnya. Ketika seseorang berniat secara sungguh sungguh untuk
berpuasa, maka puasa menjadi sangat mudah baginya, berbuat kebaikan juga
menjadi mudah baginya, apalagi ketika melihat saudara seiman berpuasa
dan berbagi makanan sahur maupun berbuka puasa, sangat besar pengaruhnya bagi
peningkatan semangat kemasyarakatan. Inilah salah satu sisi kehebatan dari
ibadah puasa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.
2.
Adanya Kemampuan Tubuh Manusia Untuk
Menyesuaikan Diri Melalui Keimanan. Saat diri kita berpuasa, maka reaksi
tubuh manusia ternyata secara luar biasa dapat menyesuaikan diri. Dalam
beberapa hari saja berpuasa, tubuh telah mampu menyesuaikan diri dengan ritme
metabolisme yang baru, dan seseorang tidak lagi merasakan kelaparan di waktu
siang sebagaimana biasanya ketika tidak berpuasa. Sungguh luar biasa
tubuh (jasmani) manusia, ia bisa diatur sedemikian rupa oleh kekuatan yang
tersembunyi yaitu ruhani dengan keimanan yang melekat di dalamnya. Semakin
berkualitas kadar keimanan dalam ruhani manusia, maka semakin kuat pengaruh
ruhani ini kepada tubuh manusia. Sehingga saat tubuh di puasakan dalam kurun
waktu tertentu, ia mampu dipuasakan tanpa mengalami kerusakan, justru dengan
dipuasakannya tubuh (jasmani) manusia ia menjadi lebih sehat serta aktifitas
sehari hari tidak mengakibatkan produktifitas menjadi lebih rendah.
Lalu bagaimana jika ada
yang mengatakan bahwa berpuasa terlalu lama menyebabkan gangguan kesehatan atau
menurunnya kualitas kerja bahkan mengganggu pembangunan suatu negara?
Kekhawatiran tentang puasa yang mengakibatkan adanya pandangan negatif seperti
diatas tentang puasa dikarenakan orang tersebut tidak memahami apa yang
sesungguhnya terjadi pada saat orang melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Hal
ini dimungkinkan jika yang dilihat hanya dari sisi tidak diberikan makan, minum
dan berhubungan badan, dalam kurun waktu tertentu kepada tubuh (jasmani). Kekhawatiran
itu bisa saja terjadi. Namun, bagi orang yang beriman yang memahami bahwa yang
dipuasakan hanyalah tubuh (jasmani) semata sedangkan ruhani bukanlah obyek yang
dipuasakan maka fokus dari orang yang berpuasa hanyalah tertuju kepada ruhani
semata. Sehingga segala ibadah yang dilakukan baik wajib ataupun ibadah sunnah
hanya untuk kepentingan ruhani semata.
Adanya kondisi dan keadaan
yang meningkat pada ruhani, maka kekuatan yang berasal dari ruhani menjadi
kekuatan bagi jasmani saat dipuasakan sehingga puasa begitu mudah dilaksanakan.
Apalagi di bulan Ramadhan ada ketentuan khusus bagi kepentingan ruhani, yaitu
setiap ibadah sunnah statusnya ditingkatkan oleh Allah SWT menjadi ibadah
wajib, sedangkan ibadah wajib dilipatgandakan, yang kesemuanya pasti memberikan
dampak yang luar biasa bagi kualitas ruhani dengan keimanannya. Apabila ini
yang terjadi pada pribadi pribadi orang yang berpuasa, maka tidak ada alasan
menjadikan puasa sebagai penghalang dan penghambat untuk berprestasi bagi diri,
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Justru dengan adanya kekuatan yang
berasal dari meningkatnya kefitrahan ruhani di saat berpuasa seharusnya
dibuktikan dengan bermanfaat bagi kepentingan khalayak ramai.
Sekarang bagaimana dengan
tubuh (jasmani) yang tidak dipuasakan akibat dari kurangnya keimanan dalam diri
manusia? Kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri dengan puasa merupakan suatu
bentuk kecanggihan tubuh yang berasal dari Allah SWT. Dimana kecanggihan tubuh
ini baru akan bisa terlihat dan terasa jika tubuh (jasmani) ini tunduk patuh
kepada ruhani yang beriman, atau ruhani dengan keimanan yang ada di dalamnya
mampu mengendalikan tubuh (jasmani) untuk berpuasa. Adanya kondisi yang seperti
ini maka jasmani walaupun tidak diberi makan dan minum dalam kurun waktu
tertentu mampu dipuasakan sesuai dengan kehendak Allah.
Hal yang harus kita
perhatikan dengan baik dan benar adalah yang harus dipuasakan baik di bulan
Ramadhan ataupun di luar bulan Ramadhan hanyalah tubuh (jasmani) semata.
Sedangkan ruhani dengan keimanan yang ada di dalamnya harus bisa dipertahankan
atau bahkan ditingkatkan dengan tidak mempuasakannya melalui pelaksanaan ibadah
wajib ataupun ibadah sunnah yang meningkat dibandingkan dengan bulan bulan di
luar bulan Ramadhan. Hal ini dikarenakan dengan berkualitasnya keimanan dalam
ruhani maka keimanan inilah yang akan menjadi kekuatan bagi tubuh (jasmani)
melaksanakan puasa.
Puasa Ramadhan adalah
manifestasi ketaatan. Puasa membawa kepada kesediaan untuk selalu bersyukur
dari waktu ke waktu, yang merupakan inti dari setiap ibadah. Puasa juga untuk
memperkuat sisi ruhani untuk melawan kecenderungan jasmani. Jika kita umpamakan
tubuh kita sebagai sebuah kapal sedangkan akal, hati dan nafsu jasmaniah adalah
tangan tangan yang ingin mengendalikan kapal. Puasa adalah suatu yang dapat
mengurangi kekuatan jasmani dan menguatkan akal, serta hati untuk mengendalikan
kapal. Rasa lapar dalam puasa akan mampu menghentikan manusia secara jasmani
dari pengingkarannya akan Tuhan, dan menyadarkan nya atas kelemahannya, serta
menyadarkannya bahwa ia hanyalah hamba Tuhan. Kesadaran diri, atau rasa ke
Akuan adalah bagian dari amanah (trust) yang diberikan kepada manusia sebagai
khalifahNya di muka bumi.
3.
Adanya Pertolongan Allah SWT. Melaksanakan puasa di bulan Ramadhan merupakan bentuk
taatnya manusia atas perintah yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Allah
SWT sebagai pemberi perintah berpuasa di bulan Ramadhan tentu tidak akan lepas
tangan atas perintahNya. Allah SWT selaku pemberi perintah tentu memiliki
maksud dan tujuan kenapa perintah ini harus dilaksanakan. Allah SWT selaku
pemberi perintah pasti memiliki parameter di dalam menilai keberhasilan
perintah ini dilaksanakan.
Apalagi
perintah puasa memiliki karakteristik khusus sebagaimana hadits berikut ini: “Ibn Mas’ud ra, berkata; Nabi SAW bersabda:
Allah ta’ala berfirman: Semua amal ibadah anak Adam untuk dirinya sendiri,
kecuali puasa, maka itu untukKu,dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Dan bagi
orang yang puasa dua kali kesenangan gembira ketika berbuka puasa dan gembira
ketika menghadap kepada Tuhannya. Dan sesungguhnya bau mulut orang berpuasa
disisi Allah lebih dari harum dari misik (kesturi). (Hadits Qudsi Riwayat Ath
Thabrani, Ibn Annajjar dan Ibnu Asakir dari Abdullah bin Al Harits bin Naufal;
272:123) Jika ini adalah
kondisinya berarti Allah SWT pasti akan memberikan pertolongan kepada setiap
manusia yang mau melaksanakan perintahNya. Adanya pertolongan dari Allah membuat puasa menjadi mudah dan menyenangkan
walaupun harus berpuasa selama kurang lebih 20 jam (terutama di belahan bumi
yang saat berpuasa masuk dalam musim panas). Subhanallah. Begitu luar biasanya
ibadah puasa ini.
4.
Adanya Semangat Kemasyarakatan Untuk
Merekatkan Kesenjangan. Adanya semangat kemasyarakatan untuk
melaksanakan puasa di bulan Ramadhan secara langsung dan bersamaan akan
memberikan dampak positif bagi yang diperintahkan untuk berpuasa yaitu menjadi
motor penggerak atau tenaga pendorong bagi yang melaksanakan puasa sehingga
puasa yang dilaksanakannya bukanlah sesuatu yang memberatkan atau menjadi beban
saat melaksanakannya. Dilain sisi, saat diri kita tidak mau melaksanakan puasa
di bulan Ramadhan, maka pada saat bersamaan kita akan merasa terasingkan dengan
sendirinya dari kebanyakan orang. Dikarenakan posisi diri kita menjadi
minoritas di tengah mayoritas yang melaksanakan puasa. Dan jika tidak merasa
risih karena tidak berpuasa di bulan Ramadhan berarti ada komponen yang ada di
dalam diri kita bermasalah, dalam hal ini adalah keimanan, pendengaran,
penglihatan dan perasaan.
5.
Adanya Kebersamaan Sosial Maupun
Kultural. Akhir akhir ini, buka puasa Ramadhan
memperoleh fungsinya yang lain, yaitu sebagai sarana untuk meningkatkan
hubungan lintas agama dan dialog lintas budaya. Umat Islam yang hidup di
lingkungan masyarakat non Muslim banyak yang telah mengamalkan ajaran
Rasulullah untuk memberikan pelayanan kepada tetangganya dan berbagi makanan
dengan mereka. Dan melalui cara ini, berbuka puasa dalam bulan Ramadhan akan
membawa umat manusia di setiap kehidupan untuk tidak hanya sekedar menikmati
makan, namun juga persahabatan yang baru dan berharap akan diperolehnya dunia
baru yang lebih damai. Berpuasa di bulan Ramadhan dapat juga dikatakan sebagai
sebuah gerakan kebersamaan di dalam satu tujuan, yang dimulai dari adanya
keimanan untuk meraih ketaqwaan secara bersama sama sehingga terjadilah apa
yang dinamakan dengan energi kebersamaan. Adanya energi kebersamaan yang sangat
besar selama satu bulan akan memberikan kekuatan yang luar biasa bagi diri,
keluarga masyarakat, bangsa dan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar