Ketaqwaan
bukanlah hal yang bisa diklaim begitu saja, atau kita akui begitu saja, bukan
pula impian yang tak ada bukti dalam realita. Taqwa adalah hakekat yang
harus diterapkan, ditampakkan dampak dan pengaruhnya dalam setiap perbuatan. Tentu
saja setelah sebelumnya dikokohkan terlebih dahulu di dalam relung hati yang
paling dalam.Taqwa itu adalah sifat yang apabila telah bersemayam dalam diri
seorang hamba, maka akan memberikan celupan (sibghah) khusus baginya. Untuk
kemudian mendorongnya dalam melakukan ketaatan dan perbuatan baik lainnya,
mencegahnya dari keburukan dan maksiat, dan membawanya untuk menggapai pahala
dari sisi Allah. Lalu sudahkah saat ini kita semua menerapkan dalam hidup, bahwa taqwa kepada
Allah SWT tidaklah hanya saat di bulan Ramadhan, atau hanya saat di masjid, di
tempat pengajian, dan di majelis taklim saja.
Sangat
disayangkan tatkala sesorang kembali ke rumahnya masing masing, ke sawah, ke
kantor dan tempat usahanya masing masing, atau ke komunitasnya masing masing,
dia kembali dalam keterlenaan, yang seharusnya tetap menjadi orang yang
bertaqwa kepada Allah SWT. Untuk itu segera tanamkanlah sikap taqwa pada jiwa
kita, pada istri/suami kita, pada anak dan keturunan kita, pada profesi, pada
ucapan dan tindak tanduk kita. Lalu simaklah firman Allah SWT di bawah ini yang mengarahkan kepada kita semua
kepada pakaian kebesaran yang sepatutnya dipakai oleh setiap manusia, yaitu
pakaian taqwa.
Allah
SWT berfirman: “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian
untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian taqwa itulah
yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda tanda kekuasaan
Allah, mudah mudahan mereka selalu ingat. (surat Al A’raf (7) ayat 26).” Semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk
dalam golongan orang orang yang bertaqwa, senantiasa berbuat kebajikan, dan
selalu selalu berbusanakan atau berpakaian taqwa sepanjang hayat masih
dikandung badan. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.
Amien.
Di lain sisi, Allah SWT menciptakan manusia untuk
beribadah kepada-Nya, sebagaimana surat Adz Dzaariyat (51) ayat 56 berikut ini: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia,
kecuali untuk beribadah kepadaKu.” Lalu apa itu ibadah? Ibadah menurut
AlQuran adalah jalan lapang bagi manusia untuk memperoleh ketaqwaan. Lalu
apa yang dapat kita peroleh dari predikat taqwa itu? Berikut ini akan kami
kemukakan hasil dari ketaqwaan yang kesemuanya siap diberikan Allah SWT kepada
diri kita setelah diri kita mampu melalui jalan yang lapang (lurus), yaitu :
1.
Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 120 yang
kami kemukakan berikut ini: "Jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh,
Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan." maka
ketaqwaan merupakan salah satu bentuk perisai dan juga bentuk penjagaan bagi diri
dari segala tipu daya baik yang berasal dari jin maupun dari manusia.
2.
Berdasarkan surat Ath Thalaq (65) ayat 2 dan
3 yang kami kemukakan berikut ini: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki
dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” Ketaqwaan
merupakan salah satu jalan untuk memperoleh solusi kehidupan dan rezeki yang
tidak terduga-duga.
3.
Berdasarkan surat Al Ahzab (32) ayat 70 dan
71 yang kami kemukakan berikut ini: "Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya
Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa
menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang
agung." Ketaqwaan merupakan
media atau alat bantu bagi diri kita untuk mensucikan diri dari semua
kekurangan dan aib serta dosa dosa.
4.
Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 76 yang
kami kemukakan berikut ini: “Sebenarnya barangsiapa menepati janji dan
bertakwa, maka sungguh, Allah mencintai orang orang yang bertakwa.” Ketaqwaan
merupakan jalan untuk dicintai oleh Allah SWT. Ketika seseorang mencintai orang
lain, dia akan berusaha keras untuk menyenangkan orang yang dicintai dan tidak
pernah menyakitinya. Lalu, ketika Allah mencintai seseorang, tentu kita dapat
menyimpulkan sendiri apa yang akan Allah lakukan kepada yang dicintainya.
Bisakah kita membayangkannya!
5.
Berdasarkan surat Al Maaidah (5) ayat 27 yang
kami kemukakan berikut ini: "Dia (Habil) berkata,
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa." Ketaqwaan
merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan manusia.
6.
Berdasarkan surat Al Hujuraat (9) ayat 13
yang kami kemukakan berikut ini: "Sungguh, yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah MahaMengetahui
dan Mahateliti”. Ketaqwaan merupakan adalah salah satu kendaraan atau
sarana bagi diri kita untuk menuju kemuliaan di sisi Allah SWT.
7.
Berdasarkan surat Al Anfal (8) ayat 29 yang
kami kemukakan berikut ini: "Wahai orang-orang yang beriman! Jika
kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan Memberikan furqan (kemampuan
membedakan antara yang hak dan bathil) kepadamu dan menghapus segala
kesalahanmu dan mengampuni (dosa dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar" Ketaqwaan merupakan media untuk
memperoleh bimbingan Allah SWT sehingga mampu membedakan antara yang hak dan
yang bathil; mana yang sesuai dengan kehendak Allah SWT dengan yang sesuai
dengan kehendak syaitan.
8.
Berdasarkan surat Maryam (19) ayat 72 yang kami
kemukakan berikut ini: "Kemudian Kami akan menyelamatkan
orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (neraka)
dalam keadaan berlutut."TKetaqwaan merupakan penyelamat dari
siksaan atau akan diselamatkan oleh Allah SWT.
9.
Berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 282
yang kami kemukakan berikut ini: "Dan bertakwalah kepada Allah, Allah
memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Ketaqwaan
merupakan pintu terbukanya ilmu pengetahuan melalui pengajaran yang berasal
dari Allah SWT.
10.
Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 186 yang
kami kemukakan berikut ini: "Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan." Ketaqwaan
akan mampu mendatangkan kebulatan tekad atau kekuatan dalam diri di dalam
menghadapi godaan dan gangguan serta ujian.
Sekarang
bertanyalah kepada diri kita sendiri, butuhkah kita dengan buah dari taqwa/ketaqwaan
yang kami kemukakan di atas ini? Jika kita memang membutuhkannya maka kita
harus berjuang dari waktu ke waktu untuk meraihnya dalam kehidupan ini karena
taqwa tidak akan mungkin datang dengan sendirinya kepada diri kita.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang
sekaligus khalifah-Nya di muka bumi yang membutuhkan taqwa dalam hidup dan
kehidupan ini, sekarang mari kita pelajari keterikan iman dengan taqwa, apakah
iman dan taqwa itu berdiri sendiri sendiri ataukah iman dengan taqwa saling
kait mengkait dan inilah jawabannya.
Pertama, Iman Adalah Syarat dan Taqwa adalah Tujuan. Berdasarkan surat Al Baqarah
(2) ayat 183 berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman! Diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” Pada prinsipnya iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah
tujuan atau buah dari keimanan adalah ketaqwaan total baik fisik, pikiran dan
hati. Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan
ibadah puasa hanya dapat dilaksanakan melalui wadah keimanan ini. Mengingat
bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga
demikian.
Oleh karena itu, melalui
wadah iman ini pulalah maka tujuan dari puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat
mudah direalisasikan. Iman dan taqwa laksana dua sisi mata uang yang sangat
sulit untuk dipisahkan dan bahkan kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan
kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali dengan
keimanan dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki nilai apa-apa bila tidak
sampai ke derajat ketaqwaan. Jika sekarang iman sudah dijadikan syarat
untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan oleh Allah SWT, berarti jika kita
berpuasa di bulan Ramadhan lalu tidak mencapai derajat ketaqwaan berarti ada
yang salah di dalam keimanan yang kita miliki atau ada yang salah saat
melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, yaitu terutama adanya ketidaksesuaian
antara persyaratan dengan tujuan akhir dari berpuasa.
Kedua, Iman dan Taqwa Adalah Sebuah Perpaduan
Keyakinan Dengan Perbuatan. Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah
kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam AlQuran. Oleh karena itu,
AlQuran dengan tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah
adalah orang-orang yang paling taqwa. Predikat kemuliaan ini sangat ditentukan
oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin
mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah.
Perpaduan antara iman dan
taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan
untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui
aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan
perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis
karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu,
maka kata ‘iman’ selalu digandeng dalam AlQuran dengan amal shaleh (amanu wa ‘amilu
alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.
Penggandengan kata ‘iman’
dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus
dilakukan untuk menjaga keeksisan (kemantapan) iman itu sendiri. Perlunya upaya
khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada
level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan
untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang
dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara
kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu ‘menjaga’. Dengan
demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah
supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang
ditawarkan AlQuran untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan
perbuatan-perbuatan baik.
Berikut ini akan kami kemukakan
beberapa bentuk penggandengan kata iman dan taqwa sebagai bentuk perpaduan
antara keyakinan dengan perbuatan, yang pada akhirnya menunjukkan kualitas dari
seorang yang beriman dan bertaqwa, yaitu:
a.
Berdasarkan
ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 278 berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang yang beriman.” Setiap orang yang beriman maka keimanannya
wajib ditunjukkan dengan bertaqwa kepada Allah dan sanggup meninggalkan sisa
riba (yang belum dipungut/diambil). Jika hal ini tidak dilakukan berarti ia
belum menunjukkan kualitas keimanannya apalagi ketaqwaannya.
b.
Berdasarkan
ketentuan surat Ali Imran (3) ayat 102 berikut ini: “Wahai orang orang beriman!
Bertakwalah kepada Allah sebenar
benarnya takwa kepadaNya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” Setiap orang
yang beriman wajib menunjukkan ketaqwaannya dengan sebenar benarnya taqwa dan
terus dibuktikan sampai akhir hayatnya. Ini berarti keimanan dan ketaqwaan
tidak bisa bersifat sewaktu waktu atau hanya saat tertentu saja, melainkan
harus konsisten dalam komitmen sepanjang hayat masih di kandung badan.
c.
Berdasarkan
ketentuan surat Al Maaidah (5) ayat 35 berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri
kepadaNya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalanNya, agar kamu beruntung.” Setiap orang yang beriman wajib
menunjukkan ketaqwaannya dengan terus menerus mendekatkan diri kepada Allah
serta selalu berjihad atau berjuang di jalan Allah SWT yang sesuai dengan minat
dan bakat masing masing yang pada akhirnya menjadikan orang yang beriman dan
bertaqwa adalah orang yang beruntung.
d.
Berdasarkan
ketentuan surat At Taubah (9) ayat 119 berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang orang yang benar.”
Setiap orang yang beriman wajib menunjukkan ketaqwaannya dengan selalu bersama
sama dengan orang orang yang benar (shaleh/shalehah) atau yang memiliki
pemahaman yang sama, yang memiliki tujuan yang sama, yang memiliki kefitrahan
yang sama.
e.
Berdasarkan
ketentuan surat Al Ahzab (33) ayat 70 berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman!
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.” Setiap
orang yang beriman wajib menunjukkan ketaqwaannya dengan selalu mengucapkan
perkataan yang benar lagi baik serta tidak memprovakasi orang lain.
f.
Berdasarkan
ketentuan surat Al Hadiid (57) ayat 28 berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman! Bertakwalah
kepada Allah dan berimanlah kepada RasulNya (Muhammad), niscaya Allah
memberikan rahmatNya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang
dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” Setiap orang yang beriman wajib menunjukkan
ketaqwaannya dengan beriman kepada RasulNya sehingga ia mampu menjadi cahaya
kebaikan bagi dirinya sendiri dan juga mampu memberikan kebaikan di tengah
tengah masyarakat sehingga tampillah apa yang dikemukakan sebagai kesalehan
diri yang tercermin dalam keshalehan sosial.
g.
Berdasarkan
ketentuan surat Al Hadiid (57) ayat 28 berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang
telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah.
Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” Setiap
orang yang beriman wajib menunjukkan ketaqwaannya dengan mampunya ia menghisab
dirinya sebelum dihisab oleh Allah SWT kelak sehingga ia selalu berbuat dan
bertindak untuk kepentingan akhiratnya tanpa melupakan kehidupan dunianya.
Berdasarkan apa apa yang kami
kemukakan di atas, terlihat dengan jelas bahwa perintah-perintah di atas
mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan
nilai taqwa. Ini berarti orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator
yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. AlQuran telah memberikan
bimbingan kepada orang-orang mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk
memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah melalui ibadah atau melalui
pelaksanaan diinul islam secara kaffah selama hayat masih di kandung badan.
Ketiga, Iman Adalah Akar dan Taqwa Adalah Batangnya. Ibarat sebuah pohon, iman
adalah akar dan taqwa adalah batangnya. Hanya melalui akar, sebuah batang bisa
tegak dan hanya melalu akar dan batang pohon maka tumbuh ranting dan lalu
terbentuk daun serra buahnya yang dapat berguna bagi kemaslahatan manusia dan
makhluk lainnya. Ranting boleh patah, dedaunan boleh berguguran, atau bahkan
batang pun boleh rusak, tetapi jika akarnya masih tetap kokoh/eksis, pohon
tersebut masih memiliki harapan dan kesempatan untuk tumbuh berkembang. Oleh
karena itu, iman dan taqwa adalah bekal hidup yang paling berharga dalam diri
seseorang yang beragama. Tanpanya (maksudnya tanpa iman dan taqwa)
hidup menjadi tidak bermakna dan penuh kegelisahan.
Allah SWT berfirman melalui
surat Ibrahim (14) ayat 24, 25, 26, 27 berikut ini: “Tidakkah kamu memerhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (kalimah thayyibah)
seperti pohon yang baik (thayyibah), akarnya kuat, dan cabangnya (menjulang) ke
langit. (Pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin
Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu
ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah
dicabut akar akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.
Allah meneguhkan (iman) orang orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
(dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang orang
yang zhalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” Begitu indah
kalimat/firman/kata kata Allah di atas ini yang mentamsilkan sedemikian jelas,
terang benderang perumpamaan bagi hambaNya yang beriman dan bertaqwa secara
utuh.
Indikator manusia yang
beriman dan bertaqwa digambarkan seperti pohon yang baik (thayyibah) yang
memiliki ciri: akarnya teguh/kuat yang menghujam ke bumi; cabangnya menjulang di
langit dan pohonnya memberikan buah sepanjang musim dengan seizin Tuhannya.
Allah SWT membuat perumpamaan perumpamaan itu bagi manusia agar setiap manusia
mudah mengingatnya, mudah memahaminya dan mudah pula mengamalkannya. Dan
ketahuilah bahwa keimanan dan ketaqwaan yang benar akan membuahkan kesuksesan
dan kehidupan dengan indikatornya antara lain, adalah:
1.
Ketenangan
bathin karena merasakan kehadiran Allah dalam setiap detak jantung dan denyut
nadi kehidupannya;
2.
Jiwanya
berani dan ingin terus maju karena membela kebenaran;
3.
Memiliki
pandangan hidup dan pekerjaan yang baik dan benar dalam dimensi dunia dan
akhirat;
4.
Mampu
mengendalikan hawa nafsu sehingga jiwanya menjadi jiwa muthmainnah;
5.
Tidak
mau mengeksplotasi orang apalagi menipu orang lain atau tidak mau menuntut yang
bukan haknya serta tidak menahan hak orang lain;
6.
umurnya
barakah dan bekerja cerdas;
7.
menjauhi
dosa besar;
8.
sabar
dan syukur dalam menjalani kehidupan.
Semoga kita mampu merasakan
buah dari iman dan taqwa, tidak hanya saat di dunia ini, namun juga saat di
akhirat nanti. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar