Sekarang, sudahkah kita
mengenal Allah SWT! Sudahkah kita mengenal diri kita yang sesungguhnya adalah
ruh! Sudahkah kita mengetahui bahwa manusia termasuk diri kita adalah makhluk
dwifungsi yang tidak lain adalah abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di
muka bumi. Lalu sudahkah pula kita tahu bahwa kita adalah makhluk dwidimensi,
yang terdiri dari ruh dan jasmani. Sudahkah kita tahu jika jiwa manusia bisa
dibedakan menjadi dua, yaitu adanya jiwa fujur (jiwa sesat) yang terdiri dari
jiwa hewani, jiwa amarah dan jiwa mushawwillah dan adanya jiwa taqwa, yang
terdiri dari jiwa lawwamah dan jiwa muthmainnah.
Untuk dapat mengenal Allah, kita harus mengenal
diri.
Mengenal Allah itu tidak sulit, yang sulit itu
adalah mengenal diri.
Apa yang kami kemukakan di
atas, terutama mengenal Allah dan mengenal diri, sangatlah mudah dikemukakan,
namun sangat sulit untuk diungkapkan. Kita tidak bisa sembarangan untuk bisa
memiliki ilmunya. Jika salah maka salah pula pengertian dan pemahamannya.
Memiliki ilmu tentang Allah SWT dan juga ilmu tentang diri kita yang
sesungguhnya adalah ruh wajib hukumnya dan sangat penting bagi kepentingan diri
kita saat hidup di dunia maupun di akhirat kelak.
“Ali bin Thalib ra”,
pernah mengemukakan tentang betapa pentingnya diri kita mengenal diri
sebagaimana kami kemukakan berikut ini:
1. Mengenal
diri adalah ilmu yang paling berguna.
2. Aku
heran dengan orang yang mencari barangnya yang hilang padahal (di saat yang
sama) ia kehilangan dirinya namun ia tidak (berupaya) mencarinya.
3. Aku
heran dengan orang yang tidak mengenali dirinya bagaimana ia akan dapat
mengenal Tuhannya?.
4. Puncak
makrifat adalah pengenalan seseorang atas dirinya.
5. Prestasi
terbesar (bagi seseorang) adalah manakala ia berjaya dalam mengenal dirinya.
6. Setiap
kali bertambah pengetahuan seseorang, maka akan bertambah pula perhatiannya
kepada dirinya dan ia akan mengerahkan segenap upayanya untuk mengasah dan
memperbaikinya.
Jangan sampai di usia kita yang
telah berada di persimpangan jalan, yaitu saat sudah berada antara waktu
maghrib dengan waktu isya (kematian), kita masih sibuk mencari Allah, sibuk menemukan
Allah dikarenakan tidak tahu tentang Allah. Ditambah kita belum tahu diri
akibat tidak memiliki ilmu tentang jati diri sendiri yang sesungguhnya ditambah
pula kita belum tahu aturan main dan
juga belum tahu tujuan akhir. Lengkap sudah, apa apa yang dikehendaki oleh
syaitan kepada diri kita.
Penyesalan tidak memiliki
ilmu tentang Allah, tidak memiliki ilmu tentang diri sendiri, tidak memiliki
ilmu tentang jiwa manusia yang terdiri dari
jiwa fujur dan jiwa taqwa bukanlah sesuatu yang disesalkan. Melainkan
buah dari perjalanan hidup yang abai, lalai, malas tidak mau belajar terhadap
hal ini di saat usia muda.
Alangkah indahnya hidup dan
kehidupan ini, apalagi saat berada di persimpangan jalan, jika kita sudah mengetahui,
sudah memahami, sudah menghayati dan sudah pula mengenal Allah SWT dan mengenal
diri yang paling hakiki (memiliki jiwa muthmainnah) lalu tinggal meraih dan merasakan
nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT yang tercermin dalam perilaku kehidupan
yang bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat luas, atau menampilkan
kesalehan diri yang tercermin dalam kesalehan sosial.
Agar diri kita termotivasi
untuk segera belajar dan memiliki ilmu terutama tentang mengenal Allah SWT dan
mengenal diri sendiri yang dilanjutkan dengan mengetahui akan menjadi seperti
apa diri ini kelak, apakah yang berjiwa taqwa ataukah yang berjiwa fujur.
Konsekuensi dari kita tidak mengenal Allah SWT dan tidak mengenal diri akan
sangat mempengaruhi proses kematian yang akan kita hadapi kelak.
Bagi orang yang berjiwa taqwa
akan menghantarkan dirinya ke husnul khatimah, sedangkan bagi orang yang
berjiwa fujur (berjiwa sesat) akan menghantarkan dirinya ke suul khatimah.
Sedangkan kita tahu bahwa kematian itu adalah sesuatu yang pasti sehingga
segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan matang jauh sebelum kematian itu
tiba.
Lalu apa pentingnya kita
mempelajari dan memahami serta memiliki ilmu tentang diri sendiri? Banyak
manfaat yang melekat jika kita memiliki ilmu tentang diri sendiri. Berikut ini
akan kami kemukakan manfaat yang akan kita peroleh dari mengenal diri sendiri,
terutama jati diri kita yang sesungguhnya adalah ruh. Sekali lagi kami ingatkan
bahwa jati diri kita yang sesungguhnya bukanlah jasmani melainkan ruh yang asalnya
dari Nur Allah SWT.
Dan inilah yang dikemukakan
oleh “Allamah Thahathabai dan Mirza
Mahdi Isfahani, dalam bukunya “Wilayah
dan Shalat : Perantara ke Pendekatan Ilahi”, penerbit Citra, Jakarta, 2016,
tentang manfaat dari mengenal diri, yaitu:
a. Seorang
yang cerdas adalah yang mengenal dirinya dan melakukan segala sesuatu dengan
ketutulusan.
b. Orang
yang banyak tahu (arif) adalah dia yang mengenal dirinya, dan membebaskan dan
menghindarkan dari apapun yang akan menjauhkannya dari Allah SWT selaku Rabb
dan diri kita hanyalah hamba-Nya.
c. Kebodohan
terbesar adalah orang yang tidak mengenal dirinya.
d. Kearifan
terbesar adalah orang yang mengenal dirinya.
e. Orang
orang yang paling kenal diri mereka, lebih memiliki rasa takut terhadap Tuhan
mereka.
f. Intelektualitas
terbaik adalah pengenalan seseorang terhadap dirinya sendiri. Jadi, siapapun
yang mengenal dirinya maka ia adalah orang yang paling berilmu, sedangkan orang
yang tidak mengenal dirinya, akan jatuh tersesat.
g. Aku
heran kepada orang yang bisa kehilangan sesuatu (miliknya) maka ia (langsung)
mencarinya, sementara kehilangn dirinya, ia tidak mencarinya.
h. Aku
heran kepada orang yang tidak mengenal dirinya, bagaimana bisa ia mengenal
Tuhannya.
i. Tujuan
dari pengetahuan bagi seseorang (berilmu) ialah untuk mengenal jati dirinya.
j. Bagaimana
orang yang tidak mengenal orang lain itu bisa mengenal dirinya sendiri.
k. Cukuplah
dikatakan berilmu seseorang ketika mengenal dirinya dan cukuplah dikatakan
bodoh seseorang ketika tidak mengenal dirinya.
l. Orang
yang mengenal dirinya tidak akan menjadi materialistis.
m. Orang
yang mengenal dirinya akan berjuang dengannya.
n. Orang
yang tidak mengenal dirinya akan melalaikannya.
o. Orang
yang mengenal dirinya niscaya mengenal Tuhannya.
p. Orang
yang mengenal dirinya akan mulia kedudukannya dan orang yang tidak mengenal
dirinya akan lebih tidak mengenal orang lain.
q. Orang
yang mengenal dirinya akan lebih mengenal orang lain.
r. Orang
yang mengenal dirinya berarti telah mencapai tujuan tertinggi dari setiap ilmu
dan pengetahuan.
s. Orang
yang tidak mengenal dirinya niscaya akan menjauh dari jalan keselamatan dan ia
akan jatuh ke dalam penyimpangan dan kebodohan.
t. Pengenalan
diri merupakan bentuk pengenalan yang bermanfaat.
u. Orang
orang yang meraih pengenalan diri, akan meraih kemenangan terbesar.
v. Jangan
sampai tidak mengenal dirimu, karena orang yang tidak mengenal dirinya, ia
tidak akan mengenali segala sesuatu.
Secara keseluruhan,
pengenalan diri, tahu diri adalah jalan terbaik dan yang terdekat menuju
kesempurnaan, dan ini tidak perlu diragukan lagi.Bagaimanapun, inilah metode
dalam menapaki jalan keselamatan dan kesempurnaan yang tidak lain adalah
cerminan dari jiwa taqwa yang tidak lain jiwa muthmainnah ini sendiri.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang
sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, apa yang anda pikirkan setelah membaca,
lalu merenungi tentang pentingnya mengenal diri. Lalu sudah sampai di posisi
manakah kita mengenal diri? Apakah hanya sebatas jasmani dan ruh semata? Jika
kita hanya tahu sebatas itu, maka sebatas itu pula kita tahu diri. Padahal ilmu
tentang jasmani dan ruh sangatlah luas cakupannya dikarenakan banyak hal yang
menyertai keduanya.
Ingat, adanya jasmani dan ruh pada diri kita, baru
menghantarkan diri kita sebagai manusia biasa. Akan tetapi untuk menjadikan
diri kita sukses menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka
bumi yang sesuai dengan kehendak Allah SWT, yang mampu pulang kampung ke
syurga, tidak cukup hanya mengandalkan serta bermodalkan jasmani dan ruh semata.
Allah SWT menciptakan manusia
yang kemudian dijadikan-Nya menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus
khalifah-Nya di muka bumi bukan sekedar untuk menciptakan manusia yang terdiri
dari jasmani dan ruh semata dan bukan pula untuk melanjutkan adanya regenerasi manusia
yang ada di muka bumi. Adanya konsep abd’ (hamba) yang sekaligus khalifah di
muka bumi merupakan cara dan metode yang
dipergunakan Allah SWT agar kemahaan dan kebesaran Allah SWT dimiliki-Nya aktif
dan juga terlihat dengan nyata di dalam di alam semesta ini termasuk di dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Untuk itulah manusia dijadikan sebagai hamba-Nya
yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi yang diciptakan oleh Allah SWT.
Lalu sebagai apakah manusia
itu di muka bumi? Jawaban dari pertanyaan ini ada 3 (tiga) tingkatan, yaitu:
1. Arti secara tersurat, setiap manusia adalah ciptaan
(makhluk) dan Allah SWT adalah penciptanya (khaliq); Pencipta ada terlebih
dahulu barulah ciptaan ada serta ciptaan tidak bisa melepaskan diri dari
penciptanya.
2. Arti secara tersirat, setiap manusia adalah abd’(hamba)-Nya
yang sekaligus khalifah atau perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi
sehingga setiap manusia terikat dengan konsep dwifungsi.
3. Arti secara tersembunyi, setiap manusaia secara
tersembunyi tidak lain adalah (a) Bentuk penampilan Allah SWT di muka bumi; (b)
Gambaran dari sifat dan asma-Nya; (c) Bayangan Allah SWT di muka bumi
(khalifah); (d) Pemandangan bagi penampilan keindahan Allah SWT; (e) Eksistensi
Allah SWT bagi tersingkapnya hijab Allah SWT; (f) Gudang perbendaharaan Allah
SWT.
Sudahkah kita tahu tentang
hal ini? Sudahkah kita memahaminya? Sudahkah kita mewujud kannya dengan
menjadikan diri kita sebagai bentuk penampilan Allah SWT di muka bumi? Jika
belum, kapan lagi mewujudkannya apalagi kesempatan untuk merealisasikannya
hanya ada di sisa usia yang tersedia, yang tidak pernah kita ketahui berapa
lamanya. Tidakkah hal ini menjadi semangat untuk mendorong kita untuk berubah
menjadi lebih baik lagi.
Allah SWT selaku pemilik
waktu tidak pernah memaksa kita untuk berubah menjadi lebih baik, namun apabila
kesempatan yang telah diberikan oleh Allah SWT tidak bisa kita manfaatkan maka
kesempatan ini diambil alih oleh syaitan melalui jalur malas, melalui jalur
pesimis, melalui jalur emang udah nasib sehingga kita berada di luar kehendak
Allah STW. Jika sudah begini, terimalah hasil akhir tanpa ada keluhan lagi
apalagi penyesalan.
Agar diri kita bisa mudah
memahami tentang hakekat diri sendiri dan juga mengetahui dengan pasti apa yang
disebut dengan jiwa muthmainnah selaku jiwa yang tenang nan lapang lagi
tenteram. Untuk itu mari kita perhatikan
dan pelajari serta memahami apa apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada
umat manusia sebagai wujud tanggung jawab Allah SWT untuk mensukseskan rencana
besar kekhalifahan di muka bumi serta untuk memudahkan kita menjadi khalifah sampai
level terbaik yaitu level dalam arti yang tersembunyi.
Untuk itu ketahuilah bahwa Allah
SWT tidak hanya memberikan jasmani dan ruh kepada setiap manusia, namun juga
memberikan hal hal sebagai berikut kepada setiap umat manusia, yaitu:
1.
Setiap manusia diberikan modal dasar yang
berasal dari sifat Ma’ani Allah SWT (seperti sifat qudrat, sifat iradat, sifat kalam, sifat hayat, sifat ilmu, sifat
sami’, sifat bashir) atau
yang kami istilahkan dengan Amanah yang 7, yang kesemuanya bukan barang
gratisan yang bisa seenaknya dipergunakan. Amanah yang 7 akan dimintakan
pertanggung jawaban oleh Allah SWT di hari kiamat kelak.
2.
Setiap ruh telah disibghah atau telah disifati
dengan sifat sifat ilahiah yang berasal dari
Nama Nama Allah SWT yang indah lagi baik yang mencerminkan nilai nilai
kebaikan (Nass) Sedangkan jasmani memiliki sifat sifat alamiah yang
mencerminkan nilai nilai keburukan (Insan) sehingga pada saat keduanya bersatu
terjadilah apa yang dinamakan dengan tarik menarik kepentingan ruh dengan
kepentingan jasmani saat kita hidup di dunia.
Adanya pertarungan antara
jasmani dengan ruh di dalam diri manusia yang berakibat akan timbulnya apa yang
dinamakan dengan kondisi jiwa manusia, dimana jiwa manusia dapat digolongkan
menjadi 2(dua) yaitu: jiwa Fujur (yang
terdiri dari jiwa hewani, jiwa amarah,
jiwa mushawwilah) dan jiwa Taqwa (yang terdiri dari jiwa lawwamah dan jiwa muth-mainnah).
3.
Setiap manusia telah diberikan hati nurani,
tempat diletakkanya af’idah (perasaan), kehendak (iradat), akal, keimanan,
ketenangan, kenyamanan, pemahaman.
4. Setiap manusia telah
diberikan hubbul (keinginan)
yang tidak lain motor penggerak untuk berbuat dan bertindak seperti Hubbul Syahwat (ingin berhubungan dengan lawan
jenis), Hubbul Hurriyah (ingin
bebas), Hubbul Istitlaq (ingin
tahu), Hubbul Jam’i (ingin
berkumpul), Hubbul Maal (ingin
harta), Hubbul Maadah (ingin
dipuji) dan Hubbul Riasah
(ingin jadi pemimpin), yang kesemuanya akan dimintakan pertanggungjawabannya
kelak oleh Allah SWT.
5. Setiap diri manusia ada
syaitan yang selalu menyertainya termasuk juga kepada Nabi dan Rasul juga
disertai oleh syaitan. Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al
Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang
menjadi teman yang selalu menyertainya. (surat Az Zukhruf (43) ayat 36)
6. Setiap manusia juga disertai
malaikat pencatat atau malaikat pengawas yang bertugas mencatat segala
aktifitas manusia dari waktu ke waktu. Allah SWT berfirman: “Dan datanglah
tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat, penggiring dan seorang
malaikat penyaksi.Yang menyertai dia berkata (pula): “Ya Tuhan kami, aku tidak
menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh”.(surat Qaaf (50) ayat 21-27)
7. Setiap manusia berdasarkan
ketentuan surat Al Anbiyaa (21) ayat 34 berikut ini: “Kami tidak menjadikan hidup abadi
bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka Jikalau kamu mati, Apakah
mereka akan kekal? (surat Al Anbiyaa’ (21) ayat 34)”. tidak ada yang
hidup kekal atau abadi selamanya. Setiap manusia pasti akan mengalami
kematian.
8. Setiap manusia berdasarkan
ketentuan surat Al Mu’minuun (23) ayat 33 berikut ini: dan berkatalah pemuka-pemuka yang
kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak)
dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini
tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, Dia Makan dari apa yang kamu makan,
dan meminum dari apa yang kamu minum”. tanpa terkecuali dapat
dipastikan memerlukan makanan dan minuman untuk kepentingan jasmani atau
phisiknya. Tanpa adanya asupan makanan dan minuman bagi kepentingan jasmani,
maka phisik atau jasmani manusia akan menjadi lemah dan tidak mempunyai tenaga
saat menjadi khalifah di muka bumi.
9. Setiap manusia tanpa
terkecuali, dalam hal ini diwakili oleh ruh-nya, berdasarkan surat Al A’raf (7)
ayat 172 berikut ini: dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(surat Al A’raaf (7)
ayat 172)”. sudah mengakui bertuhankan kepada Allah SWT dan juga telah mengetahui adanya
hari kiamat.
Itulah
9 (sembilan) hal yang menyertai keberadaan ruh dan jasmani setiap manusia
sehingga ruh dan jasmani telah memiliki perangkat yang lengkap untuk
melaksanakan tugasnya sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di
muka bumi. Selain dari pada itu, Allah SWT juga telah mempersiapkan adanya
konsep ilahiah untuk kepentingan rencana besar kekhalifahan di muka bumi, yaitu
adanya Diinul Islam sebagai satu satunya konsep ilahiah yang berlaku di muka
bumi ini.
Allah
SWT berfirman: “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah
berselisih orang orang yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka
memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar
terhadap ayat ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungannya. (surat
Ali Imran (3) ayat 19)”. yang kemudian dipertegas dengan surat Ar Rum
(30) ayat 30 berikut ini: “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah
disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. (surat Ar Rum (30) ayat 30).”
Dimana
konsep ilahiah ini harus dilaksanakan secara kaffah atau menyeluruh dalam satu
kesatuan, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara
keseluruhan (kaffah), dan janganlah kamu ikuti langkah langkah syaitan.
Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. (surat Al Baqarah (2) ayat 208)”. Berdasarkan uraian yang kami
kemukakan di atas, terlihat dengan jelas bahwa Allah SWT sangat cermat dan
teliti lagi sempurna di dalam mempersiapkan kekhalifahan yang ada di muka bumi
ini, yang menunjukkan Allah SWT tidak berkehendak kepada manusia yang
dijadikannya abd’ (hamba) dan khalifah sampai gagal dalam melaksanakan
tugasnya.
Allah SWT selaku pencipta dan
pemilik dari rencana besar konsep dwifungsi di muka bumi, tentunya akan
melakukan penilaian atas setiap abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya,
mana yang pantas masuk neraka dan mana yang pantas masuk syurga. Agar penilaian
ini bersifat obyektif dan transfaran lagi “fair play” maka Allah SWT telah
memiliki parameter tersendiri guna menilai secara individual atas diri diri
manusia yang telah diutusnya ke muka bumi.
Allah SWT selaku pencipta dan
pemilik kekhalifahan yang pasti tidak akan pernah menilai manusia termasuk
kepada diri kita berdasarkan suku, ras, bahasa, warna kulit, status sosial,
tingkat pendidikan, kedudukan, pangkat, jabatan, penampilan, keturunan, apalagi
berdasarkan kekayaan. Allah SWT akan melakukan penilaiaan melalui parameter
ketaqwaan, dimana ketaqwaan ini bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan
keimanan, keyakinan serta bentuk- bentuk kejiwaan seseorang, apakah jiwa fujur
apakah jiwa taqwa yang pada akhirnya menunjukkan kualitas dari masing masing
manusia.Apakah sesuai dengan kehendak Allah SWT ataukah sesuai dengan kehendak
syaitan sang laknatullah.
Inilah konsep dasar dari rencana
besar dwifungsi di muka bumi, lalu sudahkah kita memiliki ilmu dan pemahaman
yang sesuai dengan kehendak Allah SWT terutama tentang diri kita sendiri yang
salah satunya adalah bentuk penampilan Allah SWT di muka bumi? Semoga
kita termasuk orang yang lebih banyak belajar mengenai diri sendiri, daripada
menilai orang lain sehingga kita tahu diri dan tahu aturan serta tahu tujuan
akhir serta mampu memiliki sikap seperti kami kemukakan di atas.
Sebagai abd’ (hamba) yang sekaligus khalifah-Nya di muka
bumi, yang memiliki kepentingan hidup dan kehidupan di muka bumi ini yang
sesuai dengan kehendak Allah, dan yang sedang berusaha menjadikan jiwanya jiwa
muthmainnah, serta yang hendak pulang kampung ke syurga. Untuk itu ada baiknya
jika kita bisa melaksanakan prinsip hidup di bawah ini.
Jalanilah
hidupmu dengan penuh prasangka baik.
Jalanilah
hidupmu dengan jiwa yang lapang.
Dengan
hati yang ikhlas, maka jiwamu akan terasa lapang.
Dengan hati yang ikhlas, maka kau akan
bahagia dunia dan akhirat.
Agar proses mengenal diri sendiri
tidak hanya sekedar basi-basi dihadapan Allah SWT atau hanya ala kadarnya
mengenal diri. Untuk itu ada baiknya kita melakukan hal hal sebagai berikut
sebagai upaya untuk menjadikan diri kita sesuai dengan kehendak Allah SWT,
yaitu:
a.
Hargai
diri sendiri sambil melihat cermin lalu bertanyalah kepada diri sendiri masih
sesuaikah diri kita dengan konsep Allah;
b.
Berhentilah
untuk menilai setiap tindakan yang kita lakukan;
c.
Jangan
minder karena penilaian orang lain karena kita tidak bertanggungjawab kepadanya;
d.
Berhentilah
mencari kesalahan diri sendiri;
e.
Lupakan
kenangan buruk masa lalu dan jadikan
kenangan itu sesuatu yang hanya kita lihat melalui kaca spion lalu fokuslah ke
masa depan;
f.
Jangan
mencoba untuk mengubah diri sendiri dengan cara cara kita sendiri;
g.
Menghargai
ketrampilan dan bakat kita lalu berbuatlah kebaikan;
h.
Lakukan
hal hal yang kita sukai dan jangan lupa buatlah Allah SWT selalu tersenyum
lebar kepada diri kita, atau buatlah diri kita menjadi kebanggaan Allah SWT
lalu kita mampu menemukan dan bertemu Allah SWT dalam diri kita masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar