B. MENGAPA
HARUS ADA PUASA DI BULAN RAMADHAN!
Berikut
ini akan kami kemukakan salah satu alasan dari banyak alasan mengapa harus ada
puasa di bulan Ramadhan. Seorang koresponden BBC di Darfur, sebuah kota di
Sudan yang sering kali dalam kondisi yang sangat menyedihkan karena dilanda
perang saudara dan kelaparan yang berkepanjangan, melaporkan: “Diantara bau
busuk dan lalat lalat, anak anak tergeletak. Pandangan mereka kosong
menerawang. Kulit mereka mengkerut, mengendor akibat kelaparan yang parah,
sementara sang ibu duduk disampingnya tak berdaya.
Mereka
menghadapi kelaparan yang dengan kejam membunuhnya berlahan-lahan. Kelaparan
bisa dan sebenarnya telah diramalkan secara tepat, karena ia tidak terjadi
begitu saja. Namun melalui proses berbulan bulan dan bertahun tahun, dari mulai
sekedar kekurangan makanan sampai dengan keadaan darurat. Kelaparan terus
berlangsung padahal kita terus memproduksi makanan yang sebenarnya cukup untuk
orang di planet ini. Tapi kenapa? Jawaban atas pertanyaan ini sangat mudah, di
dunia yang makmur ini tidak dapat menghayati makna di balik rasa lapar.
Seseorang yang kelebihan berat badan jangan diharapkan mampu menghayati apa itu
kekurangan air minum. Mereka tidak bisa menghayatinya karena kebanyakan orang
yang hidup dalam kemakmuran tidak pernah mengalami kelaparan.
Dan
badai yang sewaktu waktu menimpa suatu negara, memang meninggalkan orang orang
yang luka luka dan kekurangan makanan, dan itu mungkin bisa memberikan
pengalaman tentang apa itu kelaparan. Namun karena bantuan dengan cepat datang
dan diberikan kepada para korban, maka kekurangan makan itu hanya sangat
sementara, dan oleh karenanya sama sekali tidak seimbang jika dibandingkan
dengan kelaparan yang berkepanjangan yang diderita oleh banyak penduduk di
Afrika terutama di Sudan atau Somalia.
Orang yang berpuasa
secara rutin akan lebih mampu menghayati dan memahami hal hal tersebut. Inilah
salah satu hikmah yang tidak ternilai dari diwajibkannya puasa oleh Allah SWT. Allah menghendaki umat manusia
memiliki simpati yang lebih besar terhadap penderitaan yang diderita oleh orang
lain sehingga puasa bukanlah untuk merasakan laparnya orang miskin yang
kelaparan. Ibadah puasa yang dilaksanakan hanya untuk mendapatkan ridha Allah,
sesungguhya tak menimbulkan keuntungan material bagi orang yang beriman yang
menjalankannya.
Namun selain hikmah sosial
yang banyak dirasakan sebagaimana di atas, puasa juga mengandung hikmah
spiritual maupun kesehatan yang boleh dikatakan sebagai pahala yang diberikan
di muka (cash value) yang dikaruniakan Allah kepada diri kita selagi masih di
dunia. Puasa mampu menghidupkan tenaga laten di dalam tubuh dan kita menjadi
makin memahami masalah kemanusiaan di dunia. Kita ikut merasakan kemalangan
yang diderita oleh saudara kita di seluruh dunia yang sedang tertimpa
kekurangan kebutuhan dasar dan kita termotivasi untuk mengulurkan
tangan/bantuan kepada mereka.
Kesulitan, cobaan, dan
penderitaan serta ujian dan juga bencana dapat menjadikan dosa dosa manusia
diampuni, dapat juga memperingatkan manusia untuk menjauhi perbuatan dosa serta
menghindari godaan syaitan, dan godaan pemuasan diri sendiri, serta membuka
jalan untuk lebih bersyukur. Musibah, cobaan, dan penderitaan akan mampu
mendorong manusia untuk lebih memperhatikan dan membantu fakir miskin. Manusia
yang tidak pernah menderita, tidak pernah mengerti keadaan orang orang yang
kelaparan, kesusahan, kesakitan, dan menderita karena suatu musibah.
Semoga semua musibah, bencana tersebut membantu merekatkan kesenjangan sosial
yang terjadi melalui ibadah puasa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.
Kemampuan seekor burung
untuk menukik dan menyambar makanannya menandakan kemampuan burung meloloskan
diri dari bahaya dan juga untuk mempertahankan hidupnya. Walaupun hujan, aliran
listrik, atau api kadang kadang membahayakan manusia, tetapi tidak ada yang
benar benar sangat membahayakan. Berpuasa mungkin menyulitkan, tetapi berpuasa
memberikan energi, kebugaran dan daya tahan bagi tubuh manusia. Untuk itu
lihatlah anak anak yang diimunisasi dengan cara memberikan sakit untuk
kekebalannya. Senam juga bukanlah aktivitas yang mudah, namun ia penting bagi
kesehatan dan kekuatan tubuh manusia.
Hal yang samapun terjadi
pada jiwa manusia, ia berkembang melalui beribadah dan bertafakkur sebagaimana
juga ia mengalami cobaan, penderitaan, bahkan kekecewaan dalam hidup. Hal
tersebut menjadikan manusia kelak memperoleh syurga, Allah memberikan pahala
bagi setiap manusia yang berkorban sekecil apapun. Cobaan dan penderitaan membuat
manusia mendapatkan derajat spiritual yang lebih tinggi, dan akan mendapatkan
anugerah yang berlimpah di alam keabadian nanti. Itulah mengapa para
Nabi selalu diberikan cobaan dan penderitaan yang paling memilukan.
Bulan Ramadhan adalah
saat yang tepat untuk meningkatkan kekhusyu’an ibadah dan ketaatan kepada Allah
SWT, serta bulan untuk meningkatkan pemahaman tentang AlQuran dan
mempedomaninya. Ramadhan juga momentum untuk meningkatkan syukur, shadaqah,
meningkatkan pengendalian diri dan perilaku yang baik, serta saat yang tepat
untuk melatih diri menjadi manusia yang lebih baik secara spiritual, dan
meningkatkan hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk yang memiliki komposisi lengkap
yaitu jiwa dan raga atau jasmani dan ruhani yang disebut juga dengan makhluk
dwidimensi. Manusia dapat hidup harmonis seiring sejalan, tetapi di lain waktu
kadang kadang terjadi pertentangan satu sama lain. Apabila manusia terus
mengikuti keinginannya, dan tidak mengendalikan kekuatannya, maka dia akan
menjadi makhluk yang melampaui batas. Tetapi apabila manusia mampu
mengendalikan keinginannya, menempatkan keinginan hatinya dalam batas batas
yang sesuai, dan bersikap sewajarnya, maka dia akan mendapatkan kemuliaan di
dunia dan juga kemuliaan di akhirat nanti.
Dibandingkan
dengan abad sebelumnya, manusia zaman sekarang lebih mapan dan menikmati
kenyamanan dan kemapanannya. Tetapi mereka masih terjebak dalam keserakahan,
kegilaan, ketagihan, keinginan dan khayalan lebih dari seharusnya. Semakin
mereka terjerumus ke dalam nafsu hewaninya, maka semakin terperangkaplah mereka
dalam nasfunya. Semakin banyak mereka minum, mereka semakin merasa haus.
Semakin banyak mereka makan, mereka semakin merasa lapar. Semakin mereka
terperangkap dalam lingkungan syaitan untuk memenuhi ketamakannya dan
menggadaikan ruhaninya kepada syaitan maka semakin terpuruklah derajat mereka
ke dalam kehinaan.
Mengorbankan
kesenangan, keinginan nafsu adalah sama nilainya dengan membangun manusia
seutuhnya, selayaknya akar yang diperlukan untuk mendukung pohon, maka sebuah
pohon yang tumbuh kuat pasti ditopang oleh akarnya yang kuat pula. Manusia pun
tumbuh menuju kesempurnaan untuk meraih kebebasan dari pengekangan dirinya
sendiri sehingga dapat hidup untuk dan bersama sesamanya.
C.
KEGIATAN, SIKAP DAN PANDANGAN YANG
DIHARUSKAN SELAMA BULAN RAMADHAN.
Berikut
ini akan kami kemukakan tiga kegiatan dan sikap atau pandangan spiritual yang
bisa kita lakukan selama di bulan Ramadhan, yaitu:
1.
Mawas Diri. Mawas
diri berarti pengenalan atau pencarian, atau penemuan jati diri seseorang dan
kedalam spiritualnya, serta latihan kemampuan spiritual dan intelektual untuk
memperoleh nilai nilai kemanusiaannya
untuk membangun nurani, membantu, dan memelihara dirinya. Ini adalah proses bagaimana
seseorang membedakan baik dan buruk, amal dan dosa, dan bagaimana menjaga hati
nurani. Lebih jauh lagi mawas diri adalah memberikan waktu kepada kita untuk
mengevaluasi apa yang terjadi serta merencanakan sesuatu untuk masa depan.
Bertafakur
adalah kesempatan bagi kita untuk menyadari kesalahan kesalahan masa lalu dan
menyadari Allah selalu mengawasi setiap langkah yang kita jalani, ini berarti
pula kesadaran tanpa henti untuk selalu memperbaharui diri dalam jiwa
seseorang. Kondisi tersebut adalah untuk mencapai hubungan yang harmonis dengan
Allah, dimana hubungan ini tergantung kepada kemampuan seseorang dalam
menjalani kehidupan spiritualnya dan waspada terhadap keinginan keinginan yang
berlebihan dalam jiwanya. Kesuksesan hidup berarti dapat memelihara hubungan
yang langgeng dengan alam sebagaimana dia mempertahankan jiwa raganya.
2.
Berdzikir (Reflection). Berdzikir adalah langkah penting untuk
menyadari apa yang sedang terjadi di sekitar kita dan menyimpulkan daripadanya.
Berdzikir adalah kunci emas untuk membuka pintu pengalaman, suatu tanah
persemaian bagi pohon kebenaran, dan merupakan titik awal bagi terbukanya mata
hati. Karena itu, wakil manusia yang paling agung, yang paling utama dalam
berdzikir, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tiada satu amalan ibadah pun yang nilainya
menyamai berdzikir. Maka berdzikirlah tentang karunia Allah dan hasil
perbuatanNya, namun jangan engkau mencoba untuk memikirkan akan dzatNya, karena
engkau tidak akan pernah bisa melakukannya.” Hadits tersebut
menggambarkan pahala/kebaikan dari berdzikir, manusia yang paling mulia, Nabi
Muhammad SAW, menentukan, serta mengingatkan batas batas pemikiran dan
kemampuan kita.
3.
Bersyukur. Bersyukur
yang sesungguhnya berada di dalam hati seseorang akan tercermin dalam sikap dan
tingkah lakunya bahwa semua berasal dari Allah dan memengaruhi kehidupan sehari
harinya. Allah SWT berfirman: Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa
yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya
kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah). (surat Ibrahim (14) ayat 34). Seseorang
dapat bersyukur kepada Allah secara lisan atau melalui ibadahnya jika ia merasa
yakin untuk mengakui dengan sungguh sungguh bahwa seluruh hidupnya,
keberadaannya, dirinya, penampilan phisiknya, seluruh kemampuannya, dan seluruh
prestasinya adalah semuanya karena Allah.
4.
Efek/pengaruh/hasil dari Taqwa. Sebagaimana telah kita pahami bersama perintah puasa yang
tertuang di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 183 bukanlah perintah kosong tanpa
diiringi dengan adanya maksud dan tujuan yang jelas. Perintah puasa yang telah
diperintahkan Allah SWT adalah perintah yang memiliki maksud dan tujuan yang
jelas dan pasti dan tujuannya pun bukan untuk kepentingan yang memerintahkan
melainkan untuk yang mampu melaksanakan perintah. Dan masih berdasarkan
ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 183 dikemukakan yang wajib melaksanakan
puasa adalah hanyalah orang orang yang beriman dikarenakan hanya orang
berimanlah yang dapat dipastikan mampu melaksanakan puasa yang sesuai dengan
kehendak Allah SWT.
Ibadah puasa yang telah
ditetapkan berlaku oleh Allah SWT memiliki apa yang dinamakan dengan Ketentuan,
Kekuatan, dan Ukuran yang kesemuanya merupakan bentuk kemudahan dari Allah SWT
kepada orang orang yang mau berpuasa. Dari sisi ketentuan, ibadah puasa
hanya diwajibkan bagi orang orang yang beriman dan hanya dilakukan saat bulan
Ramadhan semata. Diluar bulan Ramadhan, jika kita berkehendak berpuasa,
puasanya dimasukkan dalam kategori puasa sunnah. Dari sisi kekuatan, ibadah
puasa hanya berlaku kepada orang orang yang sehat ruhani dan jasmaninya.
Sedangkan bagi orang yang sakit atau dalam perjalanan tidak diwajibkan untuk
berpuasa namun diwajibkan untuk menggantinya diluar bulan Ramadhan. Sedangkan
diri sisi ukuran, hasil dari ibadah puasa yang telah diperintahkan oleh Allah
SWT adalah harus menjadikan diri manusia menjadi orang orang yang bertakwa atau
takwa adalah parameter/ukuran yang dipergunakan Allah untuk menilai
keberhasilan orang orang yang berpuasa di dalam koridor pelaksanaan Diinul
Islam yang kaffah.
Sebagai orang yang beriman
yang telah diperintahkan oleh Allah SWT berpuasa di bulan Ramadhan, berarti
predikat “takwa, fitrah, selalu bersyukur dan sehat” adalah sesuatu yang harus
kita raih dan dapatkan dari ibadah yang kita laksanakan. Dan jika kita berpuasa
tetapi tidak memperoleh apa yang dinamakan dengan predikat “takwa, fitrah,
sehat dan bersyukur” berarti ibadah puasa yang kita laksanakan tidak memiliki
tujuan yang pasti atau ada sesuatu yang salah di dalam pelaksanaan ibadah puasa
karena keluar dari konsep yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar