C. YANG BERLALU BIARLAH BERLALU.
Mengingat
ingat, mengenang dan meratapi kejadian kejadian tidak menyenangkan di masa lalu
merupakan sikap bodoh dan kurang waras. Sikap tersebut mematikan tekad & menghancurkan kehidupan yang sedang
dijalani. Bagi orang berakal, berkas masa lalu harus dilipat dan
dilupakan. Ia harus ditutup rapat dan diikat kuat tanpa perlu dimunculkan
kembali dalam ingatan. Ia telah berakhir dan berlalu.
Kesedihan
tidak akan bisa mengembalikannya. Kerisauan tidak akan bisa memperbaikinya.
Duka tidak akan bisa meluruskannya. Lara pun tidak bisa menghidupkannya. Sebab,
ia telah tiada. Dan janganlah kita hidup dalam bayang bayang masa lalu.
Selamatkan diri kita dari itu. Apakah kita ingin agar air sungai kembali ke
hulunya, matahari ke tempat terbitnya, bayi ke dalam perut ibunya, dan air mata
ke mata airnya?! Dengan terus mengenang, merisaukan dan meratapi masa
lalu berarti kita menempatkan diri pada kondisi dan posisi cemas dan risau yang
berkepanjangan.
Terpaku
pada lembaran masa lalu berari menyianyiakan masa kini, membuang buang potensi,
serta mengabaikan masa di hadapan mata. Setelah menyebutkan sejumlah umat
berikut perilakunya, Allah SWT kemudian berfirman, “itu adalah umat yang lalu;
baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan,
dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka
kerjakan.” (surat Al Baqarah (2) ayat 134). Persoalannya sudah selesai
dan sudah lewat. Tidak perlu memeriksa bangkai zaman dan mengembalikan roda
sejarah. Orang yang kembali ke masa lalu seperti orang yang menumbuk gandum yang
sudah menjadi tepung atau menggergaji serbuk bekas gergajian.
Bencana
yang menimpa kita adalah ketidakmampuan kita menghadapi masa kini dan
sibuk mengenang masa lalu. Kita lupakan
istana kita yang indah dan kita ratapi puing-puing yang sudah hancur. Andaikan
seluruh jin dan manusia berkumpul untuk mengembalikan sesuatu yang telah berlalu,
mereka tidak akan mampu karena memang mustahil terwujud. Manusia tidak melihat dan tidak
menoleh ke belakang. Angin berhembus ke depan. Air mengalir ke depan. Rombongan
berjalan ke depan. Karena itu, jangan melawan hukum kehidupan. Ingat,
perjuangan menuju syurga menuju ke depan, bukan ke belakang, melalui perjuangan yang kita tinggalkan di
belakang, melalui jejak jejak kebaikan yang kita tinggalkan.
Allah
menciptakan hamba agar mereka mengingatNya. Allah memberikan rezeki kepada
makhluk agar mereka bersyukur kepadaNya. Namun, banyak yang menyembah dan
bersyukur kepada selainNya. Sebab, kecenderungan untuk membangkang,
mengingkari, dan kufur terhadap nikmat demikian dominan dalam diri manusia.
Karena itu, jangan merasa aneh apabila mereka mengingkari kebaikan Anda,
menghilangkan jasa Anda, dan melupakan budi baik Anda. Bahkan, bisa jadi mereka
memusuhi serta menjadi dengki pada Anda lantaran Anda berbuat baik pada mereka.
Perhatikanlah
lembaran dunia yang nyata ini. Di dalamnya terdapat cerita tentang orang tua
yang telah mendidik, memberi makan, pakaian, minuman, dan pengajaran kepada
anaknya. Orang tua rela begadang sampai si anak tidur, rela lapar sampai si
anak kenyang, serta rela dirinya penat sampai si anak istirahat. Namun, ketika
beranjak dewasa dan kuat, si anak ibarat anjing galak terhadap orang tuanya. Ia
menghardik, memaki, durhaka, dan menjadi bencana.
Karena
itu, orang yang lembaran kebaikannya lenyap dihadapan mereka yang fitrahnya
rusak hendaknya bersikap tenang. Hendaknya ia merasa cukup dengan pahala di
sisi Tuhan. Nasihat ini tidak mengajak Anda untuk menanggalkan perbuatan mulia
dan menghentikan sikap berbuat baik kepada orang. Maksudnya, Anda harus siap
menerima sikap orang yang mengingkari kebaikan kita. Janganlah risau dengan
tingkah laku mereka.
Siapa
yang melakukan kebaikan balasannya tidak akan hilang. Perbuatan baik antara
Allah dan manusia tidak sirna. Kerjakanlah
kebaikan-kebaikan dengan mengharap ridha Allah. Dengan demikian, Anda telah
sukses dan berhasil; tak peduli orang lain menyepelekan dan mengingkarinya. Pujilah
Allah karena Anda telah berbuat baik, sementara ia berbuat buruk. Tangan di
atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dan kondisi ini tidak akan pernah
tertukar dihadapan Allah SWT.
D. BERBUAT BAIK KEPADA ORANG MEMBUAT HIDUP
MENJADI LAPANG, TENTERAM DAN BAHAGIA
Kemuliaan
menjadi namanya. Kebaikan menjadi perlambangnya. Kebajikan menjadi cita
rasanya. Pihak yang paling mendapat manfaat dari perbuatan membahagiakan orang
lain adalah pelakunya sendiri. Mereka segera dapat memetik buahnya dalam jiwa,
akhlak, dan pribadi mereka. Yaitu berupa kelapangan, ketenangan dan
ketentraman. Jika kita ditimpa kerisauan
dan kemurungan cobalah berbuat baik kepada orang lain, niscaya kita akan
mendapatkan kelapangan dan ketenangan.
Berilah
orang yang kesulitan, tolonglah orang yang teraniaya, selamatkan orang yang
menderita, berikan makan orang yang lapar, jenguklah orang sakit, dan bantulah
orang yang tertimpa musibah, kita pasti akan merasakan kebahagiaan. Berbuat
baik seperti minyak kesturi. Ia bermanfaat baik bagi yang membawanya, yang
menjualnya, maupun yang membelinya. Dampak psikologis dari perbuatan baik
merupakan obat berkah yang terdapat di apotik orang orang yang kalbu mereka
dihiasi oleh kebajikan dan kebaikan.
Allah
SWT berfirman: “Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang
harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari
keridhaan Tuhannya yang Maha tinggi. dan
kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan.” (surat Al Lail (92) ayat 19, 20,
21)”. Wahai yang sedang diserang mimpi buruk, kegalauan, dan ketakutan,
marilah menuju taman kebaikan dan sibukkan diri dengan memberi, menjamu,
menolong, dan melayani orang lain, pasti akan mengecap dan meraih kebahagiaan.
Siapa
yang melihat akhir suatu perkara di awal langkahnya, dengan mata hatinya, kelak
akan memperoleh hasil yang sangat baik dari perbuatannya dan akan selamat dari
akibat buruknya.
Barangsiapa
yang tidak waspada dan hanya menuruti perasaannya, ia akan menderita akibat
perbuatannya dan tidak akan mencapai kebahagiaan. Ia tak akan pernah merasakan
tenang, lapang dan tenteram dalam menjalani hidupnya.
E. ISI WAKTU LUANG DENGAN BEKERJA DAN
BERKARYA NYATA.
Para
penganggur biasanya senang bergosip, sebab pikiran mereka terpecah kemana mana.
Allah SWT berfirman: “mereka rela berada bersama orang-orang yang
tidak berperang, dan hati mereka telah dikunci mati Maka mereka tidak
mengetahui (kebahagiaan beriman dan berjihad). (surat At Taubah (9) ayat 87)”. Kondisi
paling berbahaya bagi pikiran pada saat pemiliknya menganggur tidak bekerja. Ia
ibarat mobil yang berjalan cepat tanpa ada pengemudi yang mengendalikannya.
Ketika
menganggur, bersiap siaplah untuk risau, resah, dan gelisah karena kekosongan
tersebut akan menghadirkan file file tentang masa lalu, masa kini dan masa
depan. Akhirnya Anda galau, karena itu, camkan pesanku: lakukan hal bermanfaat
daripada membiarkan waktu luang begitu saja. Sebab, ia merupakan bentuk
pembunuhan yang samar dan bunuh diri dengan tablet penenang. Berleha leha
adalah kelalaian dan waktu luang merupakan pencuri professional.
Sementara,
akalmu menjadi korban dari perang fantasi dan khayalan. Maka sekarang bangkitlah,
bacalah, bertasbihlah, belajarlah, tulislah, atur perpustakaan Anda, tata rumah
Anda, atau berikan bantuan kepada orang sehingga Anda bisa mengisi waktu luang.
Ingat, tabiat manusia seperti pepohonan : ada yang manis dan kecut, ada yang
panjang dan ytang pendek. Begitulah seharisnya diri Anda. Jika Anda seperti
pisang, jangan berubah menjadi apel. Pasalnya, Anda tampak indah dan bernilai
ketika menjadi pisang. Perbedaan warna kulit, bahasa, dan potensi kita
merupakan salah satu tanda kekuasaan Tuhan, karena itu, janganlah dilawan.
Saat
ini dunia sedang dilanda pandemi covid 19 yang mengharuskan kita memutus mata
rantai penyebaran melalui tindakan “social dan physical distancing” yang
diikuti dengan membatasi diri untuk tidak keluar rumah. Lalu ada yang mampu
menyelesaikan dan mempelajari AlQuran tidak sebatas bacaannya saja, melainkan
dengan terjemahnya sebanyak 30 juzz, atau mampu menulis ratusan kajian kajian
Islam lalu disampaikan ke khalayak melalui online, website, blog dan lain
sebagainya, atau mampu menghapalkan ratusan hadits hadits syahih bukhari dan
muslim, atau mampu bersedekah lewat online dan lain sebagainya.
Sebaliknya,
ada juga yang memanfaatkan waktu luang dengan menonton drama korea sekian puluh
seri serta menonton film puluhan atau bahkan ratusan judul, bermain game online
dari pagi ketemu pagi, ada yang sibuk membaca novel, ada juga yang sibuk
membaca instagram lalu mengomentari, memprovokasi serta mengintimidasai serta
mengkritik segala kesalahan pemerintah tanpa pernah memberikan solusi yang
terbaik bagi pemerintah. Padahal keduanya memiliki waktu luang yang sama, akan
tetapi hasil akhirnya sangat berbeda. Lalu yang manakah diri kita?
F. BERSAMA KESULITAN ADA KEMUDAHAN.
Wahai
manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada rasa segar, setelah
begadang ada tidur, setelah sakit ada sehat, yang tiada pasti akan sampai, yang
tersesat akan menemukan jalan, kesulitan akan hilang, dan kegelapan akan sirna.
Allah SWT berfirman:“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya
(orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya
berkata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan
mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari
sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka
rahasiakan dalam diri mereka”. (surat Al Maaidah (5) ayat 52)”.
Jika
Anda melihat padang pasir yang luas membentang, ketahulah bahwa sesudah itu
terdapat taman hijau yang rimbun. Jika Anda melihat tali yang demikian kuat,
ketahuilah bahwa pada suatu saat ia akan putus juga. Bersama air mata ada
senyuman. Bersama takut ada rasa aman. Bersama kekhawatiran ada ketenangan.
Orang yang diperbudak oleh kondisinya dan tertawan oleh gelapnya keadaan hanya
melihat masalah, kesulitan dan derita. Mereka hanya melihat dinding kamar dan
pintu rumah saja.
Padahal,
seharusnya mereka mau melihat apa di balik dinding dan memikirkan apa di balik
pagar. Karena itu, jangan resah karena keadaan tidak mungkin terus sama.
Sebaik baik ibadah adalah menantikan jalan keluar. Hari demi hari terus
berjalan. Waktu terus berputar, sementara yang ghaib tidak nampak dan Tuhan
yang Maha Bijaksana sibuk mengatur. Semoga sesudah itu Allah menghadirkan jalan
keluar. Bersama kesulitan ada kemudahan.
G. JANGAN HANCURKAN DIRI KARENA HAL YANG
SEPELE.
Banyak
orang resah lantaran sesuatu yang kecil dan sepele. Di mata orang pesimis, sesuatu
yang kecil tampak besar. Sebaliknya, hal yang besar tampak kecil dimata orang
besar. Perhatikan kondisi orang munafik, apa yang menjadi perhatian
mereka. Mereka berkata, “Jangan pergi berjuang dalam keadaan panas,” “Izinkan aku
untuk tidak ikut berjihad dan jangan uji aku,” “Rumah kami kosong,” “Kami
khawatir nasib buruk menimpa kami,” Yang
Allah dan RasulNya berikan kepada kami hanya janji kosong,” Demikian gambaran
jiwa yang sangat buruk.
Yang
menjadi perhatian mereka hanya persoalan perut, makan, tempat tinggal, dan
istana. Mata mereka tidak pernah tertuju kepada langit keteladanan. Mereka
tidak pernah melihat bintang kemuliaan. Perhatian dan pengetahuan mereka hanya
terbatas pada kendaraan, pakaian, sandal, dan makanan. Lihatlah kondisi
sebagian besar manusia.Sepanjang hari mereka risau karena perselisihan dengan
istri, anak, kerabat atau karena mendengar ungkapan makian atau sikap yang
sepele. Itulah bencana yang menimpa mereka. Bukan tujuan tujuan mulia yang
menyibukkan mereka. Mereka tidak memiliki perhatian agung untuk mengisi waktu
mereka.
Ada
pepatah yang berbunyi, “Jika air keluar dari wadahnya, maka wadah
tadi akan diisi dengan udara.” Karena itu, renungkan persoalan yang
menjadi perhatian Anda, apakah ia layak mendapat tempat sedemikian rupa. Sebab,
untuk itu Anda curahkan pikiran, tenaga, darah dan waktu Anda. Ini tentu saja
sebuah kerugian besar. Para psikolog berkata, “Berikan porsi yang logis untuk
segala hal.”
Secara
lebih tepat Allah SWT berfirman dalam AlQur’an yang menegaskan, “dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah
telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (surat Ath Thalaaq (65)
ayat 3) Berikan porsi dan kadar yang sesuai dengan segala hal. Jangan
sampai Anda berbuat dzalim dan berlebihan.
H. TERIMALAH JATAH YANG ALLAH BERIKAN UNTUK
ANDA, ANDA PASTI MENJADI ORANG PALING KAYA.
Anda
harus menerima bagian yang telah ditetapkan untuk Anda, entah terkait dengan
fisik, harta, anak, tempat tinggal, ataupun potensi dan bakat. Demikianlah
Allah SWT berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih
(melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku
dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang
bersyukur." (surat Al A’raaf (7) ayat 144). Sebagian besar ulama
terdahulu dan sebagian besar generasi pertama adalah orang orang miskin.
Mereka
tidak memiliki banyak harta, tidak memiliki rumah mewah, kendaraan dan pelayan.
Namun, mereka bisa membuat diri sendiri dan orang lain bahagia. Sebab, mereka
mempergunakan karunia yang Allah berikan jalan yang benar. Karena itu, usia,
waktu dam potensi mereka menjadi berkah. Sebaliknya, sebagian orang diberi
limpahan harta, anak, dan karunia, namun hal itu justru menjadi sebab
penderitaan dan kemalangan. Sebab, mereka telah menyimpang dari fitrah yang
lurus dan jalan yang benar.Ini menjadi bukti nyata bahwa dunia bukan segalanya.
Dan
jika Anda ingin bahagia, terimalah bentuk rupa Anda yang telah Allah gariskan;
terimalah posisi Anda di tengah keluarga dan masyarakat, suara Anda, kecerdasan
Anda, dan penghasilan Anda, serta terimalah meski kurang daripada apa yang Anda
dapatkan sekarang. Jadi, nilai Anda terletak pada potensi, ilmu, amal shaleh,
manfaat, dan akhlak Anda. Jangan bersedih atas ketampanan, kecantikan, harta,
dan keluarga yang hilang. Terimalah jatah yang telah Allah tetapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar