Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 30 April 2024

HIKMAH BERIMAN KEPADA ALLAH SWT (PART 2 of 5)

 

B.   DILINDUNGI DARI GANGGUAN SYAITAN.

 

Syaitan adalah salah satu makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT sebelum Nabi Adam a.s diciptakan. Syaitan sebelum Nabi Adam as, diciptakan juga merupakan malaikat (abdi dalam) Allah SWT seperti halnya iblis dan jin yang selalu melakukan tasbih dan tahmid kepada Allah SWT. Syaitan pada dasarnya sama dengan iblis, akan tetapi yang membedakan mereka adalah perilakunya masing-masing. Selanjutnya untuk memudahkan pengertian tentang syaitan, berikut ini akan kami kemukakan sebuah ilustrasi, yaitu: Di dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat tindakan manusia yang mengambil barang milik orang lain.

 

Seorang dikatakan sebagai seorang pencopet jika ia mengambil barang milik orang lain melalui keahliannya mempergunakan jari merogoh kantung ataupun tas orang lain tanpa melalui kekerasan. Lain halnya dengan perampok atau begal, dia melakukan tindakan mengambil barang orang lain melalui cara-cara kekerasan dan kalau perlu mencelakakan orang yang dirampoknya. Maling juga melakukan tindakan yang sama akan tetapi cara yang dilakukannya melalui mencongkel jendela ataupun pintu rumah disaat penghuni lengah ataupun di saat terlelap tidur. Copet, begal, perampok, maling semuanya adalah pelaku kriminal akan tetapi yang membedakan adalah tata cara mengambil barang milik orang lain.

 

Demikian pula dengan syaitan dan iblis, keduanya adalah makhluk ghaib yang sama-sama diciptakan oleh Allah SWT dan yang membedakan keduanya adalah cara dan tindakan yang dilakukan oleh mereka. Iblis dinamakan demikian dikarenakan kenekatannya yang berani menantang perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam a.s. Sedangkan syaitan dinamakan demikian dikarenakan perbuatannya yang selalu membisiki atau selalu merayu manusia dalam rangka menjerumuskan manusia ke lembah kenistaan. Sekarang Iblis beserta anak dan keturunannya yang telah diusir dari syurga telah memiliki kewenangan yang tidak dapat kita ganggu gugat lagi apalagi kita batalkan oleh sebab apapun juga, yaitu iblis beserta keturunannya diperbolehkan untuk mengganggu dan menggoda keimanan dari setiap manusia sampai hari kiamat. Iblis diperbolehkan mencari pengikut. Iblis diperbolehkan mencari teman yang akan dibawa ke kampung kesengsaraan dan kebinasaan dan juga iblis beserta anak keturunannya telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai musuh utama manusia.

 

Selanjutnya iblis yang telah mengantongi izin dari Allah SWT dapat dipastikan akan melaksanakan kewenangan yang dimilikinya. Iblis sebagai makhluk yang ghaib yang juga merupakan musuh utama bagi manusia, pasti akan menjatuhkan harkat dan martabat manusia atau iblis pasti akan menjadikan manusia sebagai pengikutnya atau dapat dipastikan iblis tidak akan menolong manusia sedikitpun. Iblis sebagai makhluk yang tidak dapat dilihat oleh manusia, tentunya iblis tidak akan berhasil melaksanakan kewenangan yang dimilikinya jika ia melaksanakannya dengan memakai konsep seperti di saat membangkang perintah Allah SWT. Iblis akan gagal melaksanakan apa yang diinginkannya jika tetap mempertahankan kenekatannya di dalam menjerumuskan manusia sebab apa yang dilakukan oleh iblis tidak akan terlihat oleh manusia, atau tidak akan menjadikan manusia takut kepada iblis. Ingat di waktu iblis membangkang perintah Allah SWT kejadiannya masih di syurga dimana pada saat itu antara Allah SWT dengan Iblis dapat berkomunikasi dengan langsung dan mungkin saja iblis masih bisa melihat langsung Allah SWT. Sedangkan pada saat di dunia iblis dapat melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat iblis dan keduanya tidak dapat berkomunikasi secara langsung.

 

Adanya perbedaan tempat dan saat terjadinya peristiwa pembangkangan iblis terhadap perintah Allah SWT dengan dimulainya permusuhan abadi antara manusia dengan iblis, disinilah syaitan mulai berperan aktif menggantikan posisi iblis untuk mengganggu dan menggoda keimanan manusia. Untuk itu syaitan melakukan cara dan pendekatan yang berbeda dengan apa yang Iblis lakukan kepada Allah SWT. Syaitan menjerumuskan manusia melalui cara-cara yang halus yaitu melalui bisikan-bisikan, melalui rayuan-rayuan sehingga manusia tanpa sadar melakukan tindakan yang mencelakakan dirinya atau menjerumuskan dirinya sendiri ke lembah dosa.

 

Syaitan melakukan serangan kepada manusia melalui 4 (empat) penjuru mata angin (depan, belakang, kanan, kiri), melalui harta, melalui anak, melalui jabatan, melalui suami atau istri, melalui makanan dan minuman, melalui aliran darah, melalui pendidikan, melalui perilaku, melalui kedudukan, melalui pangkat, melalui apapun juga sepanjang dapat dimasuki dan dapat dipengaruhi baik langsung maupun tidak langsung. Banyaknya jalan, methode, cara yang dapat dilakukan oleh syaitan untuk menjerumuskan manusia ke dalam lembah kenistaan, maka syaitanpun  mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Dan untuk menambah wawasan tentang perilaku dan perbuatan syaitan yang menunjukkan bahwa syaitan sangat siap untuk menggoda dan merayu setiap manusia melalui jalur spesialisasi.

 

Berikut ini akan kami kemukakan tentang anak dan keturunan syaitan saat ini sudah ada bersama diri kita, sebagaimana dikemukakan oleh Umar bin Khaththab ra, di dalam sebuah riwayat, beliau menerangkan bahwa anak keturunan  syaitan itu ada sembilan, yaitu:

 

1.    Zalitun adalah syaitan yang bertugas menggoda penghuni pasar dalam transaksi jual beli dengan menyuruh untuk melakukan kedustaan, penipuan, memuji-muji barang dagangan, mencurangi timbangan (takaran) dan bersumpah palsu.

2.    Watsin adalah syaitan yang bertugas menggoda manusia yang tertimpa musibah agar tidak bersabar sehingga yang bersangkutan berteriak histeris, menampar-nampar pipi dan sebagainya.

3.   A’wan adalah syaitan yang bertugas menggoda para penguasa untuk bertindak zhalim.

4.  Haffal adalah syaitan yang bertugas membujuk dan menggoda orang untuk meneguk minuman keras.

5.    Murrah  adalah  syaitan  yang  bertugas  menggoda orang agar asyik bermain seruling atau alat musik berikut nyanyiannya.

6.       Laqus adalah syaitan yang bertugas menggoda orang untuk menyembah api.

7.       Masuth adalah syaitan yang bertugas menyebarkan berita-berita dusta lewat lisan manusia sehingga tidak bisa diketemukan berita yang sebenarnya.

8. Dasim adalah syaitan yang berada dalam rumah, jika seseorang tidak mengucapkan salam sewaktu memasuki rumahnya dan tidak pernah  menyebut nama Allah SWT di dalamnya, maka syaitan tersebut akan menimbulkan perselisihan sehingga  akan terjadi thalaq, khulu’, dan pemukulan (kekerasan dalam rumah tangga). Singkatnya syaitan ini selalu ingin menciptakan ketidakharmonisan di dalam rumah tangga.

9.   Walhan  adalah  syaitan  yang bertugas menggoda dan mengacaukan manusia dalam berwudhu’, shalat dan dalam ibadah-ibadah lain. 

 

Syaitan diciptakan oleh Allah SWT bukanlah tanpa maksud dan tujuan tertentu. Syaitan diciptakan tentunya sudah ada di dalam kebesaran dan kekuatan serta kehebatan ilmu Allah SWT sehingga keberadaan syaitan sudah di dalam rencana Allah SWT. Adanya kondisi ini dapat dikatakan keberadaan syaitan sudah ada di dalam penguasaan dan pengawasan Allah SWT sehingga hanya Allah SWT sajalah yang paling mengerti, hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu, hanya Allah SWT sajalah yang paling ahli tentang syaitan. Jika ini keadaannya berarti hanya kepada Allah SWT sajalah kita meminta pertolongan untuk mengalahkan syaitan.

 

Syaitan sejak diusir oleh Allah SWT dari syurga sampai dengan hari kiamat kelak, hanya memiliki satu pekerjaan tetap yaitu menjerumuskan manusia menuju jalan yang sesat melalui bujukan, rayuan, gangguan serta tipu daya. Dan jika syaitan itu  lihai serta profesional di dalam menjalankan aksinya serta tidak mudah untuk mengatakan kalah, hal ini memang sudah sewajarnya terjadi serta memang hal ini sudah direstui oleh Allah SWT. Bisakah diri kita terhindar dari segala bujukan, tipu daya, hasutan, iming-iming, gangguan, yang berasal dari syaitan? Setiap manusia, siapapun orangnya, apapun kedudukannya, apapun jabatannya, apakah laki-laki, apakah perempuan, apakah tua, apakah muda, apakah kaya, apakah miskin, tanpa terkecuali termasuk di dalamnya diri kita, semuanya dapat dipastikan akan diganggu, akan digoda, akan digelincirkan ke jalan yang sesat, oleh syaitan sanglaknatullah. Adanya kondisi seperti ini maka tidak ada jalan lain bagi diri kita untuk memiliki ilmu tentang syaitan sebagai modal dasar bagi diri kita untuk menghadapi, untuk mengalahkan syaitan sebagai musuh utama diri kita.

 

Dalam sebuah peperangan, bagaimana kita akan dapat mengalahkan musuh, jika kita tidak tahu tentang musuh yang akan kita hadapi. Adanya ilmu tentang syaitan maka kita akan mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh syaitan di dalam mengalahkan dan mempengaruhi musuh-musuhnya sehingga kita tahu dan mengerti cara untuk mengalahkan syaitan.Dan jika ini adalah kondisi dasar di dalam menghadapi musuh, berarti mulai saat ini kita harus memiliki Ilmu tentang musuh abadi diri kita, yaitu ilmu tentang syaitan sang laknatullah, jika kita ingin menjadi pemenang dan menjadikan syaitan sebagai pecundang.

 

Timbul pertanyaan kepada siapakah kita harus belajar tentang syaitan? Seperti kita ketahui bersama keberadaan syaitan tidak terlepas dari adanya kehendak, kemampuan dan ilmu yang dimiliki Allah SWT secara bersamaan. Jika ini adalah kondisi dasar dari keberadaan syaitan  berarti hanya Allah SWTlah Yang Maha Ahli, Yang Maha Tahu, Yang Maha Mengerti tentang keberadaan syaiatn termasuk di dalamnya tentang kekuatan dan kelemahan syaitan. Adanya kondisi seperti ini berarti hanya kepada Allah SWT sajalah kita mempelajari tentang keberadaan syaitan. Sehingga hanya Allah SWT sajalah yang mampu mengalahkan dan menghancurkan syaitan dan juga hanya kepada Allah SWT sajalah kita berlindung dari gangguan syaitan.

 

Selain dari pada itu setelah kita tahu, mengerti dan juga memiliki ilmu tentang syaitan, jangan pernah jadikan syaitan sebagai teman saat menjadi abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi. Jangan pernah pula menjadikan syaitan sebagai komandan, sebagai penasehat, sebagai pimpinan saat diri kita melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifah di muka bumi. Sekarang sudahkah kita memiliki ilmu tentang syaitan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT? Semoga kita sudah memiliki ilmu tentang syaitan kita bermusuhan dengan syaitan

 

Timbul pertanyaan, bisakah kita mengalahkan gangguan, rayuan daan juga godaan yang dilancarkan oleh syaitan seorang diri tanpa bantuan siapapun, dimana jumlah syaitan yang kita hadapi sudah melebihi dari jumlah manusia? Sepanjang hayat masih di kandung badan, maka sepanjang itu pula syaitan akan mengganggu, dan menggoda diri kita, sehingga kita tidak akan mungkin bisa menghindar dari gangguan dan godaan syaitan. Untuk itu jika kita berkeinginan untuk mengalahkan gangguan dan godaan syaitan maka harus kepada Allah SWT saja kita meminta bantuan dan pertolongan.  Dan jika sekarang kita meminta bantuan, dan pertolongan serta perlindungan kepada Allah SWT untuk mengalahkan syaitan memang sudah seharusnya kita berbuat seperti itu karena Allah SWT lah Dzat Yang Maha Pelindung.

 

Syaitan adalah musuh yang nyata bagi diri kita. Sebagai musuh maka syaitan  pasti berusaha untuk menjatuhkan diri kita. Syaitan pasti berusaha untuk menjelek-jelekkan diri kita. Syaitan pasti berusaha memprovokasi diri kita serta syaitan pasti berusaha supaya diri kita mau mengikuti jejak dan langkahnya sehingga syaitan akan berupaya terus dan terus untuk menjadikan diri kita sebagai pengikutnya. Sekarang jika diri kita ingin selamat ataupun ingin menang dari musuh, maka kita harus mengetahui atau kita harus memiliki ilmu tentang musuh. Adanya ilmu tentang musuh maka kita akan mengetahui pola berfikir musuh atau kita harus mengetahui pola bertindak dari musuh. Adanya informasi ini akan memudahkan diri kita melakukan tindakan balasan, tindakan preventif, yang akan mengakibatkan musuh kita tidak dapat berkutik atau tidak dapat berbuat macam-macam kepada diri kita. Kondisi inilah yang akan kita hadapi sewaktu menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi. Agar diri kita dapat terhindar dari pengaruh, bujukan, rayuan, tipu daya syaitan, apa yang harus kita lakukan? 

 

Allah SWT telah menerangkan bahwa syaitan tidak memiliki kemampuan, apapun, atau syaitan tidak akan bisa mengganggu dan menggoda orang yang beriman kepada Allah SWT dan juga kepada orang yang bertawakkal kepada Allah SWT sebagaimana termaktub dalam surat An Nahl (16) ayat 99-100 berikut ini: “Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaanNya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaanNya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.”  Berdasarkan ayat ini  berarti iman yang dibarengi tawakkal  kepada Allah SWT merupakan senjata ampuh untuk menjadikan syaitan sebagai pecundang dan menjadikan diri kita sebagai pemenang atau yang mengakibatkan syaitan tidak mampu menjalankan aksinya untuk menggoda, untuk merayu, untuk menipu  diri kita  ke jalan yang sesat. Sebagai abd’ (hamba)Nya yang sekaligus khalifahNya di muka bumi, kami berharap jangan sampai diri kita termasuk orang-orang yang ingin terhindar dari gangguan syaitan namun mempergunakan methode dan jalan yang paling disukai oleh syaitan, atau jangan sampai diri kita bermaksud terhindar dari gangguan syaitan namun jalannya justru yang  paling dibenci oleh Allah SWT.

 

Selain daripada itu, masih ada hal lainnya yang harus kita perhatikan yaitu jarak antara kemahaan dan kebesaran Allah SWT kepada diri kita lebih dekat atau bahkan diri kita sudah tidak bisa dipisahkan dengan kebesaran dan kemahaan Allah SWT dibandingkan posisi diri kita kepada syaitan. Adanya kondisi ini berarti antara diri kita dengan syaitan masih memiliki jarak sedangkan kepada Allah SWT sudah tidak berjarak sepanjang diri kita tidak melepaskan diri dari Allah SWT. Selanjutnya jika posisi Allah SWT lebih dekat kepada diri kita, kenapa harus kepada syaitan kita melapor, kenapa harus kepada syaitan kita berlindung, kenapa kepada syaitan kita mengadu, kenapa harus syaitan yang kita jadikan konsultan, padahal Allah SWT sudah bersama diri kita? Mudah-mudahan diri kita mampu mengatasi syaitan baik dalam wujud aslinya maupun yang sudah berubah wujud menjadi manusia, atau manusia itu sendiri yang telah berubah wujud menjadi syaitan, melalui bantuan dan pertolongan Allah SWT yang pada akhirnya dapat menghantarkan diri kita menjadi pemenang dan syaitan menjadi pecundang.

HIKMAH BERIMAN KEPADA ALLAH SWT (PART 1 of 5)

 

Sebagaimana telah kita imani bahwa Allah SWT adalah pencipta dan juga pemilik dari langit dan bumi beserta isinya. Allah SWT juga pencipta dan juga pemilik dari konsep penghambaan dan kekhalifahan yang ada di muka bumi ini. Sehingga segala ketentuan, segala hukum, segala undang-undang yang berlaku di langit dan di bumi serta yang berlaku pada konsep penghambaan dan kekhalifahan yang ada di muka bumi adalah ketentuan, hukum, undang-undang Allah SWT. Lalu siapakah diri kita saat ini? Diri kita saat ini kita bukanlah siapa-siapa, kita ada karena diadakan Allah SWT sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi untuk menjalankan segala perintah dan larangan dari Allah SWT.

 

Lalu sedang apakah kita di langit dan di bumi Allah SWT ini? Jika saat ini kita masih hidup berarti sedang terjadi tarik menarik kepentingan antara jasmani sang pembawa nilai nilai keburukan dengan ruh sang pembawa nilai nilai kebaikan. Jika jasmani yang menang maka jiwa kita masuk dalam kategori jiwa fujur, sedangkan jika ruh yang menang maka jiwa kita masuk dalam kategori jiwa taqwa.

 

Selanjutnya punya apakah kita di langit dan di bumi Allah SWT ini? Di langit dan di bumi Allah SWT ini saat ini kita menumpang, saat ini kita sedang menjadi tamu dan kita ini juga miskin, kita ini tidak memiliki apa-apa, kita ini hina. Dan jika ini adalah kondisi dasar diri kita di langit dan di bumi Allah SWT, lalu sebagai orang yang menumpang, atau sebagai tamu di langit dan di bumi, apa yang harus kita lakukan? Jika kita ingin diberi predikat sebagai orang yang menumpang yang tahu diri, atau mau menjadi tamu yang tahu diri, yang tahu adab dan sopan santun di langit dan di bumi yang tidak pernah kita ciptakan, maka kita harus menghormati Allah SWT selaku tuan rumah, sehingga ridai oleh ALLAH SWT? ibalik hukum, dibalik undang-u

kita tidak bisa seenaknya saja di langit dan di bumi Allah SWT. Kita harus mentaati dan juga harus melaksanakan segala ketentuan, segala hukum dan segala undang-undang yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

 

Saat ini diri kita sudah ada di langit dan di bumi Allah SWT dalam rangka menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, lalu yang manakah diri kita, apakah yang tahu diri, apakah yang mau menghormati Allah SWT, apakah yang mau mematuhi ketentuan, hukum dan undang-undang Allah SWT atau apakah yang tidak tahu diri, sudahlah menumpang lalu Allah SWT kita lawan? Hal yang harus kita ketahui adalah pilihan yang kita pilih tentu ada konsekuensinya. Jika kita mau menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang mampu menyenangkan hati tuan rumah berarti kita akan memperoleh sesuatu yang menyenangkan dari tuan rumah.

 

Namun jika kita ingin menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya yang tidak tahu diri, berarti bersiap-siaplah menerima ancaman, atau resiko yang harus kita tanggung saat hidup di muka bumi ini dan juga di akhirat kelak. Allah SWT selaku pencipta dan juga pemilik dari konsep penghambaan dan konsep kekhalifahan di muka bumi, tidak akan pernah menyianyiakan segala upaya diri kita di dalam melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya di muka bumi sehingga Allah SWT akan memberikan hikmah bagi setiap orang yang mampu beriman kepadaNya.

 

Hal yang pertama yang siap diberikan oleh Allah SWT adalah syurga sebagai kampung kebahagiaan. Lalu seperti apakah kondisi dari kampung kebahagiaan itu? Imam Al Ghazali” dalam bukunya “Bahagia Senantiasa: Kimia Ruhani Untuk Kebahagiaan Abadi” telah mengemukakan sebagaimana berikut ini: “Allah SWT berfirman, “Wahai manusia, bagaimana engkau mencintai dunia yang fana dan kehidupan yang sementara, padahal bagi mereka yang taat ada syurga? Mereka bisa masuk dari pintunya yang berjumlah delapan. Pada setiap syurga ada tujuh puluh ribu taman. Pada setiap taman ada tujuh puluh ribu istana yaqut. Pada setiap istana terdapat tujuh puluh ribu tempat tinggal dari zamrud. Pada setiap tempat tinggal ada tujuh puluh ribu rumah dari emas merah. Pada setiap rumah ada tujuh puluh ribu balai dari perak putih. Pada setiap balai ada tujuh puluh ribu meja makan. Di atas meja makan terdapat tujuh puluh ribu piring permata. Pada setiap piring terdapat tujuh puluh ribu aneka makanan. Di sekitar masing masing balai terdapat tujuh puluh ribu ranjang dari emas merah. Di atas setiap ranjang terdapat tujuh puluh ribu selimut dari sutera dan permadani. Di sekitar ranjang ada tujuh puluh ribu sungai dari air kehidupan, susu, madu, dan khamar. Di tengah tengah sungai terdapat tujuh puluh ribu aneka buah.

 

Pada setiap rumah terdapat tujuh puluh ribu kemah dari pohon kayu kecil, Di atas setiap ranjang ada bidadari bidadari yang di hadapannya ada tujuh puluh ribu pelayan muda bagaikan kuningnya telur yang tersimpan. Di atas setiap istana ada tujuh puluh ribu kubah. Pada setiap kubah ada tujuh puluh ribu hadiah dari Tuhan yang tak pernah dilihat oleh mata, tak pernah di dengar oleh telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati manusia. “dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,  laksana mutiara yang tersimpan baik. sebagai Balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (surat Al Waaqiah (56) ayat 20, 21, 22, 23, 24). Mereka tidak mati dan tidak pernah tua. Mereka tidak sedih, tidak puasa, tidak shalat, tidak sakit, tidak pernah kencing, serta tidak pernah buang air besar. mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya” (surat Al Hijr (15) ayat 48). Siapa yang menginginkannya, mengingat kemurahan-Ku, bertetangga dengan-Ku, serta nikmat-Ku, maka mendekatlah kepada-Ku secara tulus seraya meremehkan dunia dan merasa cukup dengan yang sedikit.” Setelah membaca dan merenungi kondisi dan keadaan syurga yang kami kemukakan diatas, bertanyalah kepada diri sendiri, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk memperoleh tiket masuknya saat kita hidup di dunia ini.

 

Selain syurga, masih ada hikmah lainnya yang juga siap diberikan oleh Allah SWT kepada umat-Nya, yaitu: 

 

AADANYA  KEBERPIHAKAN  ALLAH SWT KEPADA ORANG YANG BERIMAN (MUKMIN)

 

Adanya keberpihakan Allah SWT kepada orang beriman (mukmin) menunjukkan bahwa Allah SWT berkehendak kepada diri kita agar diri kita mampu melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi yang sekaligus menjadi makhluk yang terhormat, sehingga mampu pulang ke tempat yang terhormat dengan cara yang terhormat untuk bertemu dengan Dzat Yang Maha Terhormat, dalam suasana yang saling hormat menghormati. Dan selanjutnya untuk mempertegas keberpihakan Allah SWT kepada orang beriman (mukmin) berikut ini akan kami kemukakan bentuk-bentuk dari keberpihakan Allah SWT kepada orang mukmin yang terdapat di dalam AlQuran maupun yang ada di dalam hadits, yaitu:

 

1. Adanya Keberpihakan Allah SWT kepada orang Beriman (Mukmin) Berdasarkan AlQuran. Berikut ini akan kami kemukakan 8 (delapan) bentuk dari keberpihakan Allah SWT kepada setiap orang mukmin yang ada di muka bumi ini tanpa terkecuali, yang kesemuanya sudah dikemukakan oleh Allah SWT di dalam AlQuran, yaitu:

 

a. Dilindungi dari penipuan dan pengkhianatan. Allah SWT akan selalu memberikan perlindungan kepada setiap orang mukmin dari segala bentuk penipuan, dari segala bentuk pengkhianatan serta orang mukmin akan selalu dibimbing oleh Allah SWT untuk selalu condong di dalam perdamaian, sebagaimana dikemukakan dalam surat  Al Anfaal (8) ayat 61-62 berikut ini: “dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin.”

 

b.   Allah SWT menjadi wali atau pelindung. Allah SWT akan menjadi wali atau pelindung bagi setiap orang yang mukmin, atau Allah SWT akan menjadi pelindung dan penjaga bagi setiap orang beriman dan beramal shaleh, tanpa terkecuali. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 68 berikut ini: “Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.

 

c.  Hatinya diteguhkan dengan Iman dan diberikan ketenangan. Allah SWT menurunkan ketenangan bathin kepada setiap orang mukmin serta hatinya diteguhkan, atau ditambahkan keimanan yang ada di dalam diri. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Fath (48) ayat 4 berikut ini: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,

 

[1394] Yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi ialah penolong yang dijadikan Allah untuk orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin taufan dan sebagainya,

 

Sedangkan bagi orang kafir, atau bagi orang yang tiak mau beriman, akan ditanamkan dalam hati mereka yaitu sifat kesombongan jahiliyah, sehingga hidup yang dijalaninya tidak pernah merasakan adanya kedamaian. Sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa[1404] dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (surat Al Fath (48) ayat 26)

 

[1404] Kalimat takwa ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.

 

d.    Diselamatkan  dari  anak  durhaka. Allah SWT akan menyelamatkan diri kita dari anak durhaka, atau anak yang tidak mau berbakti kepada diri kita selaku orang tua, sepanjang diri kita masuk dalam kategori orang mukmin, sebagaimana dikemukakan dalam  surat Al Kahfi (18) ayat 80-81berikut ini: dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).” Adanya kondisi di atas ini, menunjukkan kepada diri kita jika kita mampu menjadi orang mukmin maka modal awal untuk mencipatakan keluarga sakinah sudah kita miliki.

 

e.   Dikurniai, disucikan  dan  diajar  oleh Allah SWT. Allah SWT akan memberikan karunianya kepada diri kita, sepanjang diri kita beriman dan beramal shaleh, yang dilanjutkan Allah SWT juga akan membersihkan jiwa kita serta mengajarkan diri kita Al kitab dan Al hikmah. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 164) berikut ini: “sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

 

f.  Ditinggikan derajatnya. Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang beriman dan beramal shaleh serta memberikan rezeki dan nikmat yang mulia, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Anfaal (8) ayat 4 berikut ini: Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

 

g.     Dibantu  oleh  tentara Allah SWT. Allah SWT  akan  menolong  orang beriman dan beramal shaleh melalui bala tentara-Nya yang tidak dapat kita lihat dengan mata sehingga memudahkan diri kita melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi, sebagaimana dikemukakan dalam surat At Taubah (9) ayat 26 berikut ini: “kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.”

 

h.   Disayang Allah SWT. Allah SWT akan memberikan kasih sayang-Nya kepada setiap orang yang beriman dan beramal shaleh, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Ahzab (33) ayat 43 berikut ini: “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.

 

Itulah delapan bentuk dari keberpihakan Allah SWT kepada orang mukmin, termasuk keberpihakan kepada diri kita, sepanjang diri kita masuk kriteria sebagai orang mukmin, yang kesemuanya telah dikemukakan oleh Allah SWT di dalam  AlQuran, yang tidak lain adalah Kalam Allah SWT itu sendiri. Selanjutnya sudahkah kita merasa haqqul yaqin dengan keberpihakan Allah SWT yang telah kami kemukakan di atas ini? Semua terpulang kepada diri kita masing-masing untuk menyikapi dengan baik hal-hal yang telah dikemukakan oleh Allah SWT.

 

2. Adanya Keberpihakan Allah SWT kepada orang yang beriman (mukmin) Berdasarkan ketentuan Hadits. Berikut ini akan kami kemukakan bentuk-bentuk dari keberpihakan Allah SWT kepada setiap orang mukmin yang ada di muka bumi ini, yang terdapat di dalam hadits, yaitu:

 

a.   Allah SWT menunjukkan sikap-Nya kepada orang yang beriman yang mau mendekat kepada-Nya. Apa maksudnya? Jika diri kita mendekat kepada Allah SWT sejengkal, maka Allah SWT mendekati diri kita sehasta dan jika kita  mendekat kepada Allah SWT sehasta, maka Allah SWT mendekat  kepada kita sedepa, dan jika diri kita datang kepada Allah SWT  berjalan, maka Allah SWT mendekat kepada diri kita secara berlari. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: Anas dan Abuhurairah ra, keduanya berkata: Nabi SAW bersaba: Allah ta’ala berfirman: Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta. Aku mendekat padanya sedepa, dan jika ia dating kepada-Ku berjalan. Aku akan datang kepadanya berlari (Hadits Qudsi Riwayat Bukhari, Athabarani meriwayatkan dari Salman ra, 272:12)

 

b.   Salah satu bentuk keberpihakan Allah SWT kepada manusia adalah dengan memberikan penilaian lebih tinggi kepada kebaikan yang kita perbuat dibandingkan dengan keburukan, atau kejahatan yang kita buat, sebagaimana hadits berikut ini: Abuhurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Apabila hamba-Ku merencanakan melakukan suatu amal kebajikan, kemudian tidak jadi dilakukannya, maka tetap Aku mencatat baginya suatu kebajikan, tetapi bila ia melaksanakannya, maka tetap Aku mencatat amalnya itu sepuluh kebajikan sampai berganda tujuh ratus. Dan apabila ia merencanakan untuk melakukan suatu kejahatan lalu tidak jadi dilaksanakannya, maka tidaklah Aku catat baginya, tetapi ia tetap melaksanakannya Aku catat baginya sebagai kejahatan. (Hadits Qudsi Riwayat  Bukhari dan Muslim, Attirmidzi dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah ra, 272:21). Hal ini terlihat dari besaran catatan amal yang diperbuat oleh diri kita, jika kita berbuat kebaikan, maka Allah SWT memberikan pahala sepuluh kebajikan sampai dengan tujuh ratus kebajikan. Sedangkan apabila diri kita berbuat kejahatan hanya dicatat satu kejahatan. Tidak cukup dengan itu semua, Allah SWT juga memberikan penilaian kebajikan walaupun kebaikan masih dalam niat untuk dilaksanakan, sedangkan niat kejahatan baru dinilai jika kejahatan itu telah dilakukan.

 

c. Allah SWT akan selalu menyertai diri kita sepanjang diri kita mempersangkakan Allah SWT bersama diri kita dan Allah SWT akan selalu menyertai diri kita jika diri kita selalu berdoa kepada Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Hai hamba-Ku, Aku berada menurut pikiranmu tentang diri-Ku dan Aku menyertaimu bila engkau berdoa kepada-Ku. (Hadits Qudsi Riwayat Al Hakiem, 272:118).”

 

d.   Allah SWT akan memberikan pengampunan kepada diri kita walaupun dosa yang kita perbuat tidak dapat ditampung oleh seluruh wadah yang ada di muka bumi, sepanjang diri kita tidak menyekutukan Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: “Abu Dardaa ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Andaikan hamba-Ku menghadap Aku dengan dosa-dosa sepenuh wadah-wadah yang ada di bumi, namun ia tidak bersyirik menyekutukan sesuatu kepada-Ku, akan kuhadapinya dengan pengampunan sepenuh wadah-wadah itu. (Hadits Qudsi Riwayat Aththabarani, 272:127).”

 

e.   Allah SWT  menyatakan  perang  kepada  siapapun  juga  yang telah menghina Wali Allah SWT, atau yang menghina Kekasih Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: “Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Siapa yang menghina wali-Ku (kekasih-Ku) berarti menyatakan perang kepada-Ku. Dan Aku tidak ragu dalam segala perbuatan-Ku seperti raga-Ku untuk mencabut ruh hamba-Ku yang mukmin. Ia tidak suka mati dan AKu tidak suka menganggunya, tetapi tidak boleh tidak ia harus mati. (Hadits Qudsi Riwayat Bukhari, 272:138)

 

f.      Allah SWT akan selalu mengingat diri kita sepanjang diri kita mau mengingat Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, apabila engkau ingat kepada-Ku di dalam keadaan menyendiri akan Ku-ingat kepadamu demikian pula dan bila engkau ingat kepada-Ku di dalam himpunan orang banyak Aku akan ingat kepadamu  di dalam suatu himpunan yang lebih baik dari himpunan itu. (Hadits Qudsi Riwayat Asysyairazi, 272:175)

 

g.   Allah SWT akan memberikan pengampunan kepada anak dan keturunan Nabi Adam as, sepanjang mereka meminta ampun kepada Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: “Abu Said ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Berkata Iblis kepada Tuhannya: Demi keagungan dan kebesaran-Mu, akan aku sesatkan selalu anak-anak Adam selama ruh dikandung badan mereka. Lalu Allah berfirman kepadanya: Demi keagungan dan kebesaran-Ku akan Aku ampuni mereka selama mereka beristighfar minta ampun pada-Ku. (Hadits Qudsi Riwayat  Abu Nua’im, 272:261)

  

Berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan di atas baik yang ada di dalam AlQuran dan juga hadits, menunjukkan kepada diri kita semua bahwa setiap manusia yang masuk kriteria orang mukmin sudah diberikan modal dasar yang begitu hebat oleh Allah SWT dalam rangka memudahkan dan melancarkan serta mensukseskan diri kita di dalam melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi yang sekaligus makhluk yang terhornat.

 

Sekarang apa yang terjadi setelah diri kita hidup di muka bumi,  atau apa yang terjadi setelah di dalam diri kita terjadi pertarungan antara jasmani dengan ruh, apakah sesuai dengan keberpihakan Allah SWT ataukah sesuai dengan kehendak syaitan? Berikut ini akan kami kemukakan kondisi dan keadaan yang sering terjadi pada saat ini, yaitu :

 

a.  Kita malah memperturutkan ahwa (hawa nafsu) yang didukung oleh syaitan sehingga jiwa kita menjadi jiwa fujur, padahal aslinya jiwa kita adalah jiwa taqwa.

b.    Kita malah menjadi pecundang, sedangkan syaitan malah menjadi pemenang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi ini.

c.      Kita malah mau diajak oleh syaitan untuk pulang kampung ke neraka Jahannam, padahal kampung asli diri kita adalah syurga.

d.  Kita malah menjadikan diri sendiri sebagai orang yang merugi karena selalu mengkotori jiwa kita sendiri (menjadikan jiwa kita masuk dalam kategori jiwa fujur), padahal aslinya jiwa kita adalah jiwa yang bersih (masuk dalam kelompok jiwa taqwa).

e.    Kita malah  bertuhankan  kepada  selain Allah SWT  dan  tidak mau mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT, padahal kita telah melaksanakan syahadat dengan mengatakan bahwa “Tiada Tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW itu utusan Allah SWT”.

f.      Kita malah menjadikan diri sendiri terhormat dihadapan syaitan sanglaknatullah, ketimbang menjadi makhluk yang terhormat dihadapan Allah Dzat Yang Maha Terhormat.

g.  Kita malah lebih suka membeli tiket masuk ke neraka Jahannam ketimbang membeli tiket masuk ke syurga. Padahal tiket masuk ke syurga lebih murah dibandingkan dengan tiket masuk ke neraka.

h.   Kita hanya mampu menjadikan diri ini hanya sebagai penonton, hanya sebagai pengagum, hanya sebagai komentator atas kebesaran dan kemahaan Allah SWT. Padahal kebesaran dan kemahaan dari Allah SWT bukan untuk ditonton, bukan untuk dikagumi, apalagi untuk dikomentari, tetapi untuk kita rasakan secara langsung melalui kenikmatan bertuhankan Allah SWT melalui iman yang kita miliki.

i.   Kita lebih suka membuat jarak dengan Allah SWT karena kita salah persepsi, karena kita salah meyakini keberadaan Allah SWT, padahal Allah SWT sendiri sudah tidak berjarak lagi dengan diri kita.

j.      Kita hanya mampu melaksanakan perintah Allah SWT sebatas ritual dan rutinitas belaka, namun kita tidak mampu memperoleh apa yang terdapat dibalik makna hakiki dari setiap perintah yang telah diperintahkan Allah SWT.

k.   Kita lebih suka mendapatkan pahala, atau sibuk mengejar pahala dibandingkan merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT. Sehingga yang ada pada diri kita sibuk dengan tata cara melakukan ibadah, namun lupa akan hakekat dari ibadah yang tidak melanggar syariat yang berlaku.

 

Jika syaitan pulang kampung ke api, karena kampung halamannya memang disana, sehingga hal ini tidak menjadi persoalan bagi syaitan untuk pulang kampung ke neraka Jahannam, karena api akan kembali ke api. Akan tetapi justru kita yang kampung aslinya adalah syurga justru mau dihasut, mau diajak untuk pulang kampung oleh syaitan ke neraka Jahannam dengan menukar syurga dengan neraka.

 

Jadi siapakah yang bodoh, jadi siapakah yang tidak tahu diri, jadi siapakah yang lebih hebat, manusiakah ataukah syaitankah, yang pintar membodohi diri kita, yang pintar mengakali diri kita, sehingga kita mau dengan sukarela menjual tiket masuk ke syurga untuk membeli tiket masuk ke neraka Jahannam saat hidup di dunia ini? Untuk itu jangan pernah sekalipun untuk menyalahkan, apalagi menyudutkan Allah SWT yang telah begitu memihak kepada diri kita. Namun karena kebodohan, karena ketidakpercayaan, karena ketidakyakinan diri kita sendiri kepada Allah SWT, maka syaitan sanglaknatullah mampu menggoda, mampu merayu diri kita sehingga kita menjadi tetangga syaitan di neraka Jahannam.

Minggu, 28 April 2024

PENGHANCUR KEIMANAN KEPADA ALLAH SWT (PART 5 of 5)


G.    PENGARUH BURUK DARI YANG HARAM.

 

Setiap manusia sudah diperintahkan dan juga sudah diingatkan oleh Allah SWT untuk selalu  selalu memperhatikan apa-apa yang akan dikonsumsinya, baik makanan dan juga minuman. Hal ini dikarenakan apa-apa yang dikonsumsinya akan dapat mempengaruhi kualitas jasmani (maksudnya kemampuan fisik seseorang), kemampuan ahwa (hawa nafsu) seseorang, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas ruh seseorang. Lalu seperti apakah ketentuan Allah SWT tentang makanan dan minuman yang akan kita konsumsi? Berikut ini akan kami kemukakan 3 (tiga) buah ayat AlQuran dan sebuah hadits yang mengatur tentang syarat syarat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman, sebagaimana akan kami kemukakan berikut ini:

 

Pertama, ada pada ketentuan surat Abasa (80) ayat 24 berikut ini: “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.”

 

Kedua, ada pada ketentun surat Al Maaidah (5) ayat 3 sebagaimana kami kemukakan berikut ini: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

 

[394] Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145.

[395] Maksudnya Ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.

[396] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. Setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.

[397] Yang dimaksud dengan hari Ialah: masa, Yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w.

[398] Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika terpaksa.

 

Ketiga, ada pada ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 168 sebagaimana berikut ini:Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Dan yang Keempat, berdasarkan ketentuan hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Berkata Iblis: Ya Tuhan: Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan rezkinya, maka manakah rizkiku? Allah berfirman: Rizkimu adalah makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya. (Hadits Qudsi Riwayat  Abussyekh, 272:259)

 

Berdasarkan ketentuan AlQuran dan hadits yang kami kemukakan di atas, setiap makanan dan minuman yang kita konsumsi wajib memenuhi ketentuan halal lagi baik (thayyib) yang sesuai dengan ketentuan ilmu kesehatan dan ilmu gizi serta wajib dibacakan Basmallah dan Doa sebelum mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut. Dan jika sampai kita tidak membaca Basmallah saat makan ataupun minum maka berlakulah ketentuan hadits di atas kepada diri kita, yaitu kita memberi makan iblis (syaitan) melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi, yang pada akhirnya iblis (syaitan) memiliki tempat tinggal di dalam tubuh diri kita, yang akhirnya memudahkan iblis (syaitan) melaksanakan aksinya kepada diri kita.

 

Halal dan haram adalah ketentuan Allah SWT yang mana kedudukan halal dengan haram tidak akan mungkin disamakan oleh Allah SWT. Halal akan menghantarkan diri kita kepada kebaikan sedangkan haram akan menghantarkan diri kita kepada keburukan. Adanya kondisi ini berarti diri kitalah yang akan menjadikan ketentuan atau ketetapan tentang halal dan tentang haram berlaku pada kehidupan ini. Setelah itu tergantung kita sendiri yang menentukan sikap, apakah mau menenuhi ketentuan halal atau mau menenuhi ketentuan haram.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak bisa hanya membatasi pengertian halal dan haram hanya sebatas berhubungan erat dengan makanan dan minuman yang akan kita konsumsi semata. Pengertian halal dan haram harus pula mencakup bagaimana cara memperoleh makanan dan minuman yang akan kita konsumsi, bagaimana cara mengkonsumsi makanan dan minuman yang sesuai dengan kehendak Allah SWT, serta termasuk di dalamnya jenis pekerjaan yang kita lakukan untuk memperoleh penghasilan, harus pula dikaitkan dengan ketentuan halal dan haram. Selanjutnya mari kita hubungkan antara jasmani dan ruh diri kita dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi. Jasmani  asalnya dari alam maka jasmani akan dipengaruhi oleh sifat-sifat alam yang mencerminkan nilai-nilai keburukan sedangkan ruh asalnya dari Allah SWT maka ruh akan dipengaruhi dan menjadikan Nilai-Nilai Ilahiah sebagai sifat dasarnya. Jika ini adalah kondisi dasar dari sifat alamiah jasmani dan sifat alamiah Ruhani, maka dapat dikatakan bahwa antara jasmani dan ruh  mempunyai sifat yang saling bertolak belakang.

 

Sekarang apa jadinya jika jasmani yang sejak awal sudah memiliki sifat alamiah yang mencerminkan nilai-nilai keburukan, lalu kita berikan makanan dan minuman yang haram lagi buruk (khabits) sewaktu pembentukannya di dalam rahim (maksudnya sperma dan sel telur yang dipertemukan dalam rahim asalnya dari sesuatu haram), atau kita berikan makanan dan minuman  yang haram pada saat kita merawatnya, lalu adakah dampak bagi jasmani dan ruh diri kita? Jika makanan dan minuman yang haram menjadi cikal bakal jasmani diri kita, berarti kekuatan nilai-nilai keburukan yang secara sunnatullah sudah berlaku bagi jasmani menjadi lebih kuat lagi serta dengan adanya hal ini memudahkan syaitan melaksanakan aksinya kepada diri kita karena di dalam diri kita sudah ada bangunan untuk tempat tinggal syaitan.

 

Dan selanjutnya jika perawatan jasmani juga dilakukan dengan makanan dan minuman yang haram maka kualitas nilai-nilai keburukan yang sudah ada di dalam diri kita yang secara sunnatullah dibawa oleh jasmani, akan semakin parah, atau akan menjadi bertambah kuat nilai-nilai keburukannya. Dan jika ini yang terjadi pada diri kita maka tarikan ahwa (hawa nafsu)  untuk menguasai dan mengendalikan ruh menjadi lebih kuat dan kencang, sehingga nilai-nilai Ilahiah yang dibawa oleh ruh dicoba digantikan dengan nilai-nilai keburukan yang di bawa oleh jasmani, yang pada akhirnya menjadikan jiwa kita dimasukkan ke dalam kategori jiwa fujur.

 

Sekali lagi kami ingatkan, sesuatu yang haram tetaplah haram sehingga sesuatu haram tidak akan pernah bisa mendatangkan kebaikan bagi diri, bagi keluarga dan anak keturunan. Untuk itu, mulai saat ini jangan pernah sekalipun kita memberikan, kita menafkahi keluarga kita dengan sesuatu yang haram, karena akibat yang ditimbulkan dari yang haram bukan hanya akan menimpa diri kita, akan tetapi juga akan menimpa pula anak keturunan kita sendiri. Dan jika sekarang kita berharap untuk memperoleh keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, jangan pernah bermimpi memiliki hal tersebut, jika kita memberikan, menafkahkan  kepada anak, istri dan keluarga kita dari yang haram. 

 

Selain 7(tujuh) penghancur keimanan kepada Allah SWT yang telah kami kemukakan di atas, masih ada beberapa penghancur iman kepada Allah SWT yang lainnya, yang juga harus kita waspadai sewaktu melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga adalah khalifahNya di muka bumi, sebagaimana akan kami kemukakan berikut ini:

 

1.  Jangan  pernah menjadikan  sesuatu  antara  diri kita dengan Allah sebagai perantara, yaitu dengan memohon atau berdoa kepada sesuatu tersebut dan meminta syafaatnya, serta menyandarkan diri kepadanya.

 

2. Orang yang tidak mengkafirkan kaum musyrikin, atau ragu-ragu terhadap kekafiran mereka, atau membenarkan agama mereka.

 

3.  Jangan  pernah  meyakini  akan adanya petunjuk yang lebih sempurna selain petunjuk Allah SWT dan NabiNya atau meyakini adanya keputusan hukum yang lebih baik dari pada keputusan Allah SWT dan NabiNya seperti lebih mendahulukan hukum (undang-undang) manusia dari pada hukum yang termaktub dalam AlQuran dan hadits.

 

4. Jangan  pernah  membenci  sesuatu dari syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW sekalipun masih mengerjakannya. Hal ini berdasarkan firmanNya berikut ini: “Yang demikian itu karena mereka membenci apa (Al-Qur’an) yang diturunkan Allah, maka Allah menghapus segala amal mereka.” (surat Muhammad (47) ayat  9).

 

5.  Jangan mengolok-olok agama Islam, atau jangan pula mengolok-olok tentang pahala dan siksa, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman.” (surat At-Taubah (9) ayat 65-66)

 

6.  Sihir, di antaranya adalah sihir untuk memisahkan pasangan suami istri atau pengasihan (pelet), dan tidak mengingkari (rela) terhadap sihir, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 102 berikut ini: “…….Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, ‘Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.”

 

7.   Jangan menolong dan membantu kaum musyrikin (Yahudi dan Nasrani) untuk melawan kaum muslimin, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setiamu,  mereka satu sama lain saling melindungi, Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang zalim.” (surat Al Ma`idah (5) ayat 51)

 

8.     Jangan pernah sekalipun untuk meyakini bahwa seorang muslim boleh-boleh saja keluar dari Islam dan tidak mengikuti syariat Nabi Muhammad, sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (surat Ali Imran (3) ayat  85).

 

9.   Jangan pernah berpaling dari agama Allah dengan tidak mau mempelajari dan tidak pula mau mengamalkannya, sebagaimana dikemukakan dalam surat As Sajdah (32) ayat 22 berikut ini: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling darinya? Sungguh, Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa.” 

 

10. Kita tidak  diperkenankan  oleh Allah SWT untuk  bersikap   takabur, angkuh, merasa diri hebat yang lain lemah, atau merasa diri paling suci orang lain kotor. Sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Luqman (31) ayat 18 berikut ini: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” dan juga berdasarkan surat An Najm (53) ayat 32 sebagaimana berikut ini: “(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” Hal yang harus kita perhatikan adalah sebagai abd’ (hamba) dan juga sebagai khalifah, kita tidak bisa menjadi pemain yang merangkap sebagai wasit di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi.

 

Pemain tetaplah pemain, sebab penilai dan penentu hasil akhir dari abd’ (hamba) dan kekhalifahan di muka bumi bukanlah diri kita melainkan  Allah SWT. Adanya kondisi ini kita tidak pantas menilai diri sendiri suci sedangkan orang lain kotor, kita tidak berhak mengatakan orang lain kafir kita saja yang beriman, kita tidak berhak menentukan kita saja yang benar lalu orang lain salah, kita tidak berhak menilai diri kita saja yang berhak atas syurganya Allah SWT yang lain tidak. Dan jika sampai diri kita berani melakukan hal ini berarti kita memang tidak tahu diri, sudahlah menumpang di langit dan di bumi Allah SWT lalu Allah SWT kita lawan.

 

11.  Kita tidak diperkenankan  untuk  melakukan  perbuatan  zina, selingkuh, lesbian, homoseks, oleh sebab apapun juga, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Israa’ (17) ayat 32 berikut ini: “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”

 

12.  Kita tidak diperkenankan untuk melakukan perbuatan sihir, tenung, nujum, pelet, guna-guna dan juga tidak diperkenankan menjadi tukang sihir, tukang tenung, tukang nujum, tukang pelet dan guna-guna, sebagaimana dikemukakan dalam surat Thaahaa (20) ayat 69 berikut ini: dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".

 

13.  Kita tidak diperbolehkan untuk berperilaku zhalim, kejam,  bersikap aniaya, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al An’am (6) ayat 21 berikut ini: dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.”

 

14. Kita tidak  diperbolehkan  untuk  ghadap (pemarah),  emosional,  berperilaku Temperamental, karena hal ini akan dapat mempengaruhi kualitas iman kita kepada Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Anbiyaa (21) ayat 87 berikut ini: “dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap[967]: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim."

 

[967] Yang dimaksud dengan Keadaan yang sangat gelap ialah didalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.

 

15. Kita tidak diperkenankan untuk memperturutkan sifat-sifat jasmani (insan) seperti bakhil, pelit, kikir, mementingkan diri sendiri, hal ini dikarenakan jika sampai diri kita melakukan itu semua berarti kita telah memperturutkan dan mempertuhankan ahwa (hawa nafsu), yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas iman kepada Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 180 berikut ini: “sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

16. Kita tidak diperkenankan untuk berbuat riya, ujub, sum'ah, bangga diri, bangga kelompok, karena akan dapat mengotori dan menurunkan kualitas iman kita kepada Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat An Nisaa’ (4) ayat 38 berikut ini: “dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya[297] kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, Maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.

 

[297] Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang.

 

17. Putus asa  merupakan  salah  satu racun yang paling hebat untuk menurunkan kualitas iman  kepada Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat Yusuf (12) ayat 87 berikut ini: “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

 

18.  Sifat pemalas (kasal) tidak boleh dipelihara di dalam diri karena dengan adanya sifat ini akan menjadikan diri kita statis, malas untuk berbuat sesuatu padahal dengan berbuat sesuatu itulah Iman dan Yakin kepada Allah SWT dapat terpelihara dan terjaga dari waktu ke waktu, sebagaimana dikemukakan dalam surat Ar Ra’d (13) ayat 11 berikut ini: “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

 

[767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.

[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

 

Inilah beberapa sebab yang dapat mengeluarkan seseorang dari keimanan kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, hendaklah seorang muslim berhati-hati dan tidak menjadikan hal-hal ini sebagai gurauan dan bahan candaan. Sebab, bencana yang ditimbulkannya sangatlah besar pada hari perhitungan (hisab) nanti. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari perkara-perkara yang menjadikan Allah murka serta mendatangkan siksa-Nya. Kita mohon kepada Allah agar memberikan petunjuk kepada kita untuk bisa melakukan apa yang Allah ridhai dan menunjuki kita serta kaum muslimin semuanya jalan yang lurus, karena sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Mahadekat.

 

Sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, jangan pernah berharap jika kita melakukan perbuatan dosa dan amal kejahatan yang sesuai dengan kehendak syaitan sanglaknatullah, maka hasilnya adalah pahala atau amal kebaikan yang sesuai Nilai-Nilai Kebaikan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Selain daripada itu jangan pernah pula bermimpi jika kita melakukan perbuatan dosa yang sesuai dengan kehendak syaitan sanglaknatullah menjadi perbuatan yang sesuai dengan Nilai-Nilai Ilahiah. Perbuatan dosa tetap perbuatan dosa karena perbuatan dosa akan memberikan dampak dan konsekuensi keburukan bagi diri, keluarga, anak dan keturunan, lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga perbuatan dosa tidak akan mungkin dapat menghantarkan kita ke syurga sebab pendosa kampung halamannya adalah neraka Jahannam.

 

Lalu mungkinkah kita menanggung dosa dari apa yang tidak kita perbuat, atau menanggung dosa orang lain? Jika kita berbuat dosa maka kita sendirilah yang akan memikul dosa yang kita lakukan. Dosa orang lain tidak akan menjadi beban dosa kita sepanjang perbuatan kita tidak ada sangkut pautnya dengan orang tersebut. Namun apabila perbuatan kita menyebabkan orang lain celaka atau menjadi berdosa, dimana orang tersebut tidak rela maka perbuatan dosanya tidak dilimpahkan kepada kita namun amal baik yang masih tersisa menjadi taruhannya, atau amal baik yang masih tersisa akan diserahkan kepada orang tersebut oleh Allah SWT saat hari berhisab. Untuk itu, jangan pernah melakukan hal-hal yang telah kami kemukakan di atas, jauhkan dan hindarkan apa yang telah dilarang Allah SWT maka iman kepada Allah SWT dapat terpelihara di dalam diri sehingga kita akan selalu berada di dalam kehendak Allah SWT sehingga mampu menghantarkan diri kita menuju kepada Allah SWT.

 

Selanjutnya tolong perhatikan dengan seksama hal-hal yang akan kami kemukakan di bawah ini, yaitu :

 

1. Orang yang beramal baik tidak akan pernah disamakan dengan orang yang beramal jahat oleh Allah SWT. Amal dan dosa bukan untuk orang lain, tetapi untuk kita diri sendiri sehingga kita tidak akan pernah menanggung dosa orang lain.

 

2.  Haram tidak akan mungkin sama dengan halal. Haram tetaplah haram, sehingga yang haram tidak akan mungkin dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat halal atau menghasilkan kebaikan.

 

3.    Syurga dan Neraka sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai tempat kembalinya manusia. Adanya kondisi ini berarti saat ini akan ada calon penghuni neraka dan calon penghuni syurga di dunia ini. Sehingga saat ini sampai dengan hari kiamat kelak ada hak hidup bagi calon penghuni neraka dan ada hak hidup bagi calon penghuni syurga serta ada hak bagi syaitan untuk mengganggu dan menggoda manusia sampai hari kiamat kelak.

 

4.  Jangan pernah menganggap remeh setan sebab setan banyak memiliki peran saat mengganggu dan menggoda diri kita yaitu setan bisa menjadi supporter, setan bisa menjadi provokator, setan bisa menjadi pemain dan setan bisa juga menjadi wasit dan ingat hanya bersama dengan Allah SWT sajalah, hanya dengan pertolongan Allah SWT sajalah, kita dapat mengalahkan setan yang jumlahnya sudah melebihi jumlah manusia.

 

5.   Sepanjang  diri  kita  berada  di dalam kehendak Allah SWT, atau sepanjang kita mau melaksanakan dan menjadikan Diinul Islam sebagai Agama yang haq, atau mau menjadikan syurga sebagai tempat kembali diri kita maka sepanjang itu pula kita akan diganggu dan digoda oleh Syaitan.

 

Sekarang semuanya terserah kepada diri kita, apakah mau mempertahankan iman kepada Alllah SWT ataukah tidak, yang jelas diri kitalah yang sangat membutuhkan iman kepada Allah SWT sedangkan Allah SWT tidak butuh apapun dengan diri kita. Untuk itu jangan pernah sia-siakan waktu yang masih tersisa saat ini, karena hanya pada sisa waktu itulah kita memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri agar selalu sesuai dengan kehendak Allah SWT, terkecuali kita mampu menggagalkan atau berani mengalahkan Malaikat Izrail saat melaksanakan tugasnya memisahkan ruh dengan jasmani diri kita. 


Selain daripada itu perlu kita ketahui bersama bahwa di langit dan di bumi yang diciptakan oleh  Allah SWT, tidak berlaku ketentuan waktu bisa diputar balik, tidak akan pernah ada toko yang khusus memperjualbelikan dosa dan juga pahala serta tidak akan pernah ada pula peribahasa, menyesal adanya di muka, sehingga jika kita berdosa maka kitalah yang akan menanggung segala akibat dari dosa yang pernah kita lakukan dan ingat hanya saat hidup di muka bumi inilah kita memiliki kesempatan langsung untuk  meminta ampun kepada Allah SWT.