G. PENGARUH BURUK DARI
YANG HARAM.
Setiap manusia sudah diperintahkan dan juga sudah diingatkan oleh Allah
SWT untuk selalu selalu memperhatikan
apa-apa yang akan dikonsumsinya, baik makanan dan juga minuman. Hal ini
dikarenakan apa-apa yang dikonsumsinya akan dapat mempengaruhi kualitas jasmani
(maksudnya kemampuan fisik seseorang), kemampuan ahwa (hawa nafsu) seseorang,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas ruh seseorang. Lalu seperti apakah ketentuan Allah SWT
tentang makanan dan minuman yang akan kita konsumsi? Berikut ini akan kami
kemukakan 3 (tiga) buah ayat AlQuran dan sebuah hadits yang mengatur tentang
syarat syarat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman, sebagaimana akan kami
kemukakan berikut ini:
Pertama, ada pada ketentuan surat Abasa (80) ayat 24 berikut ini: “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.”
Kedua, ada pada
ketentun surat Al Maaidah (5) ayat 3 sebagaimana kami kemukakan berikut ini:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan
anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir telah
putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam
itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[394] Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145.
[395] Maksudnya Ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.
[396] Al Azlaam artinya: anak
panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang
belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan
atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai
bulu. Setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan,
sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan
disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta
supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti
Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan
tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak
ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.
[397] Yang dimaksud dengan
hari Ialah: masa, Yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad s.a.w.
[398] Maksudnya: dibolehkan
memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika terpaksa.
Ketiga, ada pada ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 168 sebagaimana
berikut ini: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Dan yang Keempat,
berdasarkan ketentuan hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Ibnu Abbas
ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Berkata Iblis: Ya
Tuhan: Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan rezkinya, maka manakah rizkiku?
Allah berfirman: Rizkimu adalah makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya. (Hadits Qudsi Riwayat Abussyekh, 272:259)
Berdasarkan ketentuan AlQuran dan hadits yang kami kemukakan di atas, setiap
makanan dan minuman yang kita konsumsi wajib memenuhi ketentuan halal lagi baik
(thayyib) yang sesuai dengan ketentuan ilmu kesehatan dan ilmu gizi serta wajib
dibacakan Basmallah dan Doa sebelum mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut.
Dan jika sampai kita tidak membaca Basmallah saat makan ataupun minum maka
berlakulah ketentuan hadits di atas kepada diri kita, yaitu kita memberi makan
iblis (syaitan) melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi, yang pada
akhirnya iblis (syaitan) memiliki tempat tinggal di dalam tubuh diri kita, yang
akhirnya memudahkan iblis (syaitan) melaksanakan aksinya kepada diri kita.
Halal dan haram adalah ketentuan Allah SWT yang mana kedudukan halal dengan
haram tidak akan mungkin disamakan oleh Allah SWT. Halal akan menghantarkan
diri kita kepada kebaikan sedangkan haram akan menghantarkan diri kita kepada keburukan.
Adanya kondisi ini berarti diri kitalah yang akan menjadikan ketentuan atau
ketetapan tentang halal dan tentang haram berlaku pada kehidupan ini. Setelah
itu tergantung kita sendiri yang menentukan sikap, apakah mau menenuhi
ketentuan halal atau mau menenuhi ketentuan haram.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak bisa hanya membatasi pengertian
halal dan haram hanya sebatas berhubungan erat dengan makanan dan minuman yang
akan kita konsumsi semata. Pengertian halal dan haram harus pula mencakup
bagaimana cara memperoleh makanan dan minuman yang akan kita konsumsi,
bagaimana cara mengkonsumsi makanan dan minuman yang sesuai dengan kehendak
Allah SWT, serta termasuk di dalamnya jenis pekerjaan yang kita lakukan untuk
memperoleh penghasilan, harus pula dikaitkan dengan ketentuan halal dan haram.
Selanjutnya mari kita hubungkan antara jasmani dan ruh diri kita dengan makanan
dan minuman yang kita konsumsi. Jasmani
asalnya dari alam maka jasmani akan dipengaruhi oleh sifat-sifat alam
yang mencerminkan nilai-nilai keburukan sedangkan ruh asalnya dari Allah SWT
maka ruh akan dipengaruhi dan menjadikan Nilai-Nilai Ilahiah sebagai sifat
dasarnya. Jika ini adalah kondisi dasar dari sifat alamiah jasmani dan sifat
alamiah Ruhani, maka dapat dikatakan bahwa antara jasmani dan ruh mempunyai sifat yang saling bertolak
belakang.
Sekarang apa jadinya jika jasmani yang sejak awal sudah memiliki sifat
alamiah yang mencerminkan nilai-nilai keburukan, lalu kita berikan makanan dan minuman
yang haram lagi buruk (khabits) sewaktu pembentukannya di dalam rahim
(maksudnya sperma dan sel telur yang dipertemukan dalam rahim asalnya dari
sesuatu haram), atau kita berikan makanan dan minuman yang haram pada saat kita merawatnya, lalu
adakah dampak bagi jasmani dan ruh diri kita? Jika makanan dan minuman yang
haram menjadi cikal bakal jasmani diri kita, berarti kekuatan nilai-nilai keburukan
yang secara sunnatullah sudah berlaku bagi jasmani menjadi lebih kuat lagi
serta dengan adanya hal ini memudahkan syaitan melaksanakan aksinya kepada diri
kita karena di dalam diri kita sudah ada bangunan untuk tempat tinggal syaitan.
Dan selanjutnya jika perawatan jasmani juga dilakukan dengan makanan dan
minuman yang haram maka kualitas nilai-nilai keburukan yang sudah ada di dalam
diri kita yang secara sunnatullah dibawa oleh jasmani, akan semakin parah, atau
akan menjadi bertambah kuat nilai-nilai keburukannya. Dan jika ini yang terjadi
pada diri kita maka tarikan ahwa (hawa nafsu)
untuk menguasai dan mengendalikan ruh menjadi lebih kuat dan kencang,
sehingga nilai-nilai Ilahiah yang dibawa oleh ruh dicoba digantikan dengan nilai-nilai
keburukan yang di bawa oleh jasmani, yang pada akhirnya menjadikan jiwa kita
dimasukkan ke dalam kategori jiwa fujur.
Sekali lagi kami ingatkan, sesuatu
yang haram tetaplah haram sehingga sesuatu haram tidak akan pernah bisa
mendatangkan kebaikan bagi diri, bagi keluarga dan anak keturunan. Untuk itu,
mulai saat ini jangan pernah sekalipun kita memberikan, kita menafkahi keluarga
kita dengan sesuatu yang haram, karena akibat yang ditimbulkan dari yang haram
bukan hanya akan menimpa diri kita, akan tetapi juga akan menimpa pula anak
keturunan kita sendiri. Dan jika sekarang kita berharap untuk memperoleh
keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, jangan pernah bermimpi memiliki hal
tersebut, jika kita memberikan, menafkahkan
kepada anak, istri dan keluarga kita dari yang haram.
Selain 7(tujuh)
penghancur keimanan kepada Allah SWT yang telah kami kemukakan di atas, masih
ada beberapa penghancur iman kepada Allah SWT yang lainnya, yang juga harus
kita waspadai sewaktu melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga
adalah khalifahNya di muka bumi, sebagaimana akan kami kemukakan berikut ini:
1. Jangan pernah menjadikan sesuatu antara diri kita dengan
Allah sebagai perantara, yaitu dengan memohon atau berdoa kepada sesuatu
tersebut dan meminta syafaatnya, serta menyandarkan diri kepadanya.
2. Orang yang tidak mengkafirkan kaum musyrikin, atau
ragu-ragu terhadap kekafiran mereka, atau membenarkan agama mereka.
3. Jangan pernah meyakini akan adanya petunjuk yang lebih
sempurna selain petunjuk Allah SWT dan NabiNya atau meyakini adanya keputusan
hukum yang lebih baik dari pada keputusan Allah SWT dan NabiNya seperti lebih
mendahulukan hukum (undang-undang) manusia dari pada hukum yang termaktub dalam
AlQuran dan hadits.
4. Jangan pernah membenci sesuatu dari syariat yang dibawa
oleh Rasulullah SAW sekalipun masih mengerjakannya. Hal ini
berdasarkan firmanNya berikut ini: “Yang demikian itu karena mereka membenci apa
(Al-Qur’an) yang diturunkan Allah, maka Allah menghapus segala amal
mereka.” (surat Muhammad (47) ayat
9).
5. Jangan mengolok-olok agama Islam, atau jangan pula mengolok-olok
tentang pahala dan siksa, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Mengapa
kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”
Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman.” (surat
At-Taubah (9) ayat 65-66)
6. Sihir, di antaranya adalah sihir untuk memisahkan
pasangan suami istri atau pengasihan (pelet), dan tidak mengingkari (rela)
terhadap sihir, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 102
berikut ini: “…….Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum
mengatakan, ‘Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah
kafir.”
7. Jangan menolong dan membantu kaum musyrikin (Yahudi dan
Nasrani) untuk melawan kaum muslimin, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Wahai
orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai
teman setiamu, mereka satu sama lain
saling melindungi, Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman
setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang yang zalim.” (surat Al Ma`idah (5) ayat 51)
8. Jangan pernah sekalipun untuk meyakini bahwa seorang
muslim boleh-boleh saja keluar dari Islam dan tidak mengikuti syariat Nabi
Muhammad, sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “Dan
barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat
dia termasuk orang yang rugi.” (surat Ali Imran (3) ayat 85).
9. Jangan pernah berpaling dari agama Allah dengan tidak mau
mempelajari dan tidak pula mau mengamalkannya, sebagaimana dikemukakan dalam
surat As Sajdah (32) ayat 22 berikut ini: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang
yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling
darinya? Sungguh, Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa.”
10. Kita tidak diperkenankan oleh Allah SWT untuk bersikap takabur, angkuh,
merasa diri hebat yang lain lemah, atau merasa diri paling suci orang lain
kotor. Sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Luqman (31) ayat 18
berikut ini: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” dan juga berdasarkan surat An
Najm (53) ayat 32 sebagaimana berikut ini: “(yaitu)
orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari
kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia
lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan
ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan
dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” Hal yang harus kita perhatikan adalah sebagai
abd’ (hamba) dan juga sebagai khalifah, kita tidak bisa menjadi pemain yang
merangkap sebagai wasit di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi.
Pemain tetaplah pemain, sebab penilai dan
penentu hasil akhir dari abd’ (hamba) dan kekhalifahan di muka bumi bukanlah
diri kita melainkan Allah SWT. Adanya kondisi ini kita tidak pantas menilai
diri sendiri suci sedangkan orang lain kotor, kita tidak berhak mengatakan
orang lain kafir kita saja yang beriman, kita tidak berhak menentukan kita saja
yang benar lalu orang lain salah, kita tidak berhak menilai diri kita saja yang
berhak atas syurganya Allah SWT yang lain tidak. Dan jika sampai diri kita
berani melakukan hal ini berarti kita memang tidak tahu diri, sudahlah
menumpang di langit dan di bumi Allah SWT lalu Allah SWT kita lawan.
11. Kita tidak diperkenankan untuk melakukan perbuatan zina, selingkuh,
lesbian, homoseks, oleh sebab apapun juga, sebagaimana dikemukakan dalam surat
Al Israa’ (17) ayat 32 berikut ini: “dan janganlah
kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
Dan suatu jalan yang buruk.”
12. Kita tidak diperkenankan untuk melakukan perbuatan sihir, tenung, nujum,
pelet, guna-guna dan juga tidak diperkenankan menjadi tukang sihir, tukang
tenung, tukang nujum, tukang pelet dan guna-guna, sebagaimana dikemukakan dalam
surat Thaahaa (20) ayat 69 berikut ini: “dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan
apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah
tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari
mana saja ia datang".
13. Kita tidak diperbolehkan untuk berperilaku zhalim, kejam, bersikap aniaya,
baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, sebagaimana dikemukakan
dalam surat Al An’am (6) ayat 21 berikut ini: “dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu
kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya
orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.”
14. Kita tidak diperbolehkan untuk ghadap (pemarah), emosional, berperilaku
Temperamental, karena hal ini akan dapat mempengaruhi kualitas iman kita kepada
Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Anbiyaa (21) ayat 87 berikut
ini: “dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia
pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan
mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat
gelap[967]: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau,
Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim."
[967] Yang dimaksud dengan
Keadaan yang sangat gelap ialah didalam perut ikan, di dalam laut dan di malam
hari.
15. Kita tidak diperkenankan untuk memperturutkan sifat-sifat jasmani (insan)
seperti bakhil, pelit, kikir, mementingkan diri sendiri, hal ini dikarenakan
jika sampai diri kita melakukan itu semua berarti kita telah memperturutkan dan
mempertuhankan ahwa (hawa nafsu), yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas
iman kepada Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat
180 berikut ini: “sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil
dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di
hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
16. Kita tidak diperkenankan untuk berbuat riya, ujub, sum'ah, bangga diri,
bangga kelompok, karena akan dapat mengotori dan menurunkan kualitas iman kita
kepada Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat An Nisaa’ (4) ayat 38
berikut ini: “dan (juga) orang-orang yang menafkahkan
harta-harta mereka karena riya[297] kepada manusia, dan orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil
syaitan itu menjadi temannya, Maka syaitan itu adalah teman yang
seburuk-buruknya.
[297] Riya ialah melakukan
sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang.
17. Putus asa merupakan salah satu racun yang paling hebat untuk menurunkan
kualitas iman kepada Allah SWT,
sebagaimana dikemukakan dalam surat Yusuf (12) ayat 87 berikut ini: “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
18. Sifat pemalas (kasal) tidak boleh dipelihara di dalam diri karena dengan
adanya sifat ini akan menjadikan diri kita statis, malas untuk berbuat sesuatu
padahal dengan berbuat sesuatu itulah Iman dan Yakin kepada Allah SWT dapat
terpelihara dan terjaga dari waktu ke waktu, sebagaimana dikemukakan dalam
surat Ar Ra’d (13) ayat 11 berikut ini: “bagi manusia
ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah
tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.”
[767] Bagi tiap-tiap manusia
ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula
beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam
ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat
Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan
merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran
mereka.
Inilah beberapa sebab yang dapat mengeluarkan
seseorang dari keimanan kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, hendaklah seorang
muslim berhati-hati dan tidak menjadikan hal-hal ini sebagai gurauan dan bahan
candaan. Sebab, bencana yang ditimbulkannya sangatlah besar pada hari
perhitungan (hisab) nanti. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari
perkara-perkara yang menjadikan Allah murka serta mendatangkan siksa-Nya. Kita
mohon kepada Allah agar memberikan petunjuk kepada kita untuk bisa melakukan
apa yang Allah ridhai dan menunjuki kita serta kaum muslimin semuanya jalan
yang lurus, karena sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Mahadekat.
Sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya yang
sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, jangan pernah berharap jika
kita melakukan perbuatan dosa dan amal kejahatan yang sesuai dengan kehendak
syaitan sanglaknatullah, maka hasilnya adalah pahala atau amal kebaikan yang
sesuai Nilai-Nilai Kebaikan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Selain daripada itu jangan pernah pula bermimpi jika kita melakukan
perbuatan dosa yang sesuai dengan kehendak syaitan sanglaknatullah menjadi
perbuatan yang sesuai dengan Nilai-Nilai Ilahiah. Perbuatan dosa tetap perbuatan dosa karena perbuatan dosa akan
memberikan dampak dan konsekuensi keburukan bagi diri, keluarga, anak dan
keturunan, lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga perbuatan dosa
tidak akan mungkin dapat menghantarkan kita ke syurga sebab pendosa kampung
halamannya adalah neraka Jahannam.
Lalu mungkinkah
kita menanggung dosa dari apa yang tidak kita perbuat, atau menanggung dosa
orang lain? Jika kita berbuat dosa maka
kita sendirilah yang akan memikul dosa yang kita lakukan. Dosa orang lain tidak
akan menjadi beban dosa kita sepanjang perbuatan kita tidak ada sangkut pautnya
dengan orang tersebut. Namun apabila perbuatan kita menyebabkan orang lain
celaka atau menjadi berdosa, dimana orang tersebut tidak rela maka perbuatan
dosanya tidak dilimpahkan kepada kita namun amal baik yang masih tersisa
menjadi taruhannya, atau amal baik yang masih tersisa akan diserahkan kepada
orang tersebut oleh Allah SWT saat hari berhisab. Untuk itu, jangan pernah
melakukan hal-hal yang telah kami kemukakan di atas, jauhkan dan hindarkan apa
yang telah dilarang Allah SWT maka iman kepada Allah SWT dapat terpelihara di
dalam diri sehingga kita akan selalu berada di dalam kehendak Allah SWT
sehingga mampu menghantarkan diri kita menuju kepada Allah SWT.
Selanjutnya tolong
perhatikan dengan seksama hal-hal yang akan kami kemukakan di bawah ini, yaitu
:
1. Orang yang beramal baik tidak akan pernah disamakan
dengan orang yang beramal jahat oleh Allah SWT. Amal dan dosa bukan untuk orang
lain, tetapi untuk kita diri sendiri sehingga kita tidak akan pernah menanggung
dosa orang lain.
2. Haram tidak akan mungkin sama dengan halal. Haram
tetaplah haram, sehingga yang haram tidak akan mungkin dapat menghasilkan
sesuatu yang bersifat halal atau menghasilkan kebaikan.
3. Syurga dan Neraka sudah ditetapkan oleh Allah SWT
sebagai tempat kembalinya manusia. Adanya kondisi ini berarti saat ini akan ada
calon penghuni neraka dan calon penghuni syurga di dunia ini. Sehingga saat ini
sampai dengan hari kiamat kelak ada hak hidup bagi calon penghuni neraka dan
ada hak hidup bagi calon penghuni syurga serta ada hak bagi syaitan untuk
mengganggu dan menggoda manusia sampai hari kiamat kelak.
4. Jangan pernah menganggap remeh setan sebab setan
banyak memiliki peran saat mengganggu dan menggoda diri kita yaitu setan bisa
menjadi supporter, setan bisa menjadi provokator, setan bisa menjadi pemain
dan setan bisa juga menjadi wasit dan ingat hanya bersama dengan Allah SWT
sajalah, hanya dengan pertolongan Allah SWT sajalah, kita dapat mengalahkan setan
yang jumlahnya sudah melebihi jumlah manusia.
5. Sepanjang diri kita berada di dalam kehendak Allah
SWT, atau sepanjang kita mau melaksanakan dan menjadikan Diinul Islam sebagai
Agama yang haq, atau mau menjadikan syurga sebagai tempat kembali diri kita
maka sepanjang itu pula kita akan diganggu dan digoda oleh Syaitan.
Sekarang semuanya terserah kepada diri kita, apakah mau mempertahankan iman kepada Alllah SWT ataukah tidak, yang jelas diri kitalah yang sangat membutuhkan iman kepada Allah SWT sedangkan Allah SWT tidak butuh apapun dengan diri kita. Untuk itu jangan pernah sia-siakan waktu yang masih tersisa saat ini, karena hanya pada sisa waktu itulah kita memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri agar selalu sesuai dengan kehendak Allah SWT, terkecuali kita mampu menggagalkan atau berani mengalahkan Malaikat Izrail saat melaksanakan tugasnya memisahkan ruh dengan jasmani diri kita.
Selain daripada itu perlu kita ketahui bersama bahwa di langit dan di bumi yang diciptakan oleh Allah SWT, tidak berlaku ketentuan waktu bisa diputar balik, tidak akan pernah ada toko yang khusus memperjualbelikan dosa dan juga pahala serta tidak akan pernah ada pula peribahasa, menyesal adanya di muka, sehingga jika kita berdosa maka kitalah yang akan menanggung segala akibat dari dosa yang pernah kita lakukan dan ingat hanya saat hidup di muka bumi inilah kita memiliki kesempatan langsung untuk meminta ampun kepada Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar