Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Minggu, 28 April 2024

PENGHANCUR KEIMANAN KEPADA ALLAH SWT (PART 5 of 5)


G.    PENGARUH BURUK DARI YANG HARAM.

 

Setiap manusia sudah diperintahkan dan juga sudah diingatkan oleh Allah SWT untuk selalu  selalu memperhatikan apa-apa yang akan dikonsumsinya, baik makanan dan juga minuman. Hal ini dikarenakan apa-apa yang dikonsumsinya akan dapat mempengaruhi kualitas jasmani (maksudnya kemampuan fisik seseorang), kemampuan ahwa (hawa nafsu) seseorang, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas ruh seseorang. Lalu seperti apakah ketentuan Allah SWT tentang makanan dan minuman yang akan kita konsumsi? Berikut ini akan kami kemukakan 3 (tiga) buah ayat AlQuran dan sebuah hadits yang mengatur tentang syarat syarat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman, sebagaimana akan kami kemukakan berikut ini:

 

Pertama, ada pada ketentuan surat Abasa (80) ayat 24 berikut ini: “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.”

 

Kedua, ada pada ketentun surat Al Maaidah (5) ayat 3 sebagaimana kami kemukakan berikut ini: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

 

[394] Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145.

[395] Maksudnya Ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.

[396] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. Setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.

[397] Yang dimaksud dengan hari Ialah: masa, Yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w.

[398] Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika terpaksa.

 

Ketiga, ada pada ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 168 sebagaimana berikut ini:Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Dan yang Keempat, berdasarkan ketentuan hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Berkata Iblis: Ya Tuhan: Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan rezkinya, maka manakah rizkiku? Allah berfirman: Rizkimu adalah makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya. (Hadits Qudsi Riwayat  Abussyekh, 272:259)

 

Berdasarkan ketentuan AlQuran dan hadits yang kami kemukakan di atas, setiap makanan dan minuman yang kita konsumsi wajib memenuhi ketentuan halal lagi baik (thayyib) yang sesuai dengan ketentuan ilmu kesehatan dan ilmu gizi serta wajib dibacakan Basmallah dan Doa sebelum mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut. Dan jika sampai kita tidak membaca Basmallah saat makan ataupun minum maka berlakulah ketentuan hadits di atas kepada diri kita, yaitu kita memberi makan iblis (syaitan) melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi, yang pada akhirnya iblis (syaitan) memiliki tempat tinggal di dalam tubuh diri kita, yang akhirnya memudahkan iblis (syaitan) melaksanakan aksinya kepada diri kita.

 

Halal dan haram adalah ketentuan Allah SWT yang mana kedudukan halal dengan haram tidak akan mungkin disamakan oleh Allah SWT. Halal akan menghantarkan diri kita kepada kebaikan sedangkan haram akan menghantarkan diri kita kepada keburukan. Adanya kondisi ini berarti diri kitalah yang akan menjadikan ketentuan atau ketetapan tentang halal dan tentang haram berlaku pada kehidupan ini. Setelah itu tergantung kita sendiri yang menentukan sikap, apakah mau menenuhi ketentuan halal atau mau menenuhi ketentuan haram.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak bisa hanya membatasi pengertian halal dan haram hanya sebatas berhubungan erat dengan makanan dan minuman yang akan kita konsumsi semata. Pengertian halal dan haram harus pula mencakup bagaimana cara memperoleh makanan dan minuman yang akan kita konsumsi, bagaimana cara mengkonsumsi makanan dan minuman yang sesuai dengan kehendak Allah SWT, serta termasuk di dalamnya jenis pekerjaan yang kita lakukan untuk memperoleh penghasilan, harus pula dikaitkan dengan ketentuan halal dan haram. Selanjutnya mari kita hubungkan antara jasmani dan ruh diri kita dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi. Jasmani  asalnya dari alam maka jasmani akan dipengaruhi oleh sifat-sifat alam yang mencerminkan nilai-nilai keburukan sedangkan ruh asalnya dari Allah SWT maka ruh akan dipengaruhi dan menjadikan Nilai-Nilai Ilahiah sebagai sifat dasarnya. Jika ini adalah kondisi dasar dari sifat alamiah jasmani dan sifat alamiah Ruhani, maka dapat dikatakan bahwa antara jasmani dan ruh  mempunyai sifat yang saling bertolak belakang.

 

Sekarang apa jadinya jika jasmani yang sejak awal sudah memiliki sifat alamiah yang mencerminkan nilai-nilai keburukan, lalu kita berikan makanan dan minuman yang haram lagi buruk (khabits) sewaktu pembentukannya di dalam rahim (maksudnya sperma dan sel telur yang dipertemukan dalam rahim asalnya dari sesuatu haram), atau kita berikan makanan dan minuman  yang haram pada saat kita merawatnya, lalu adakah dampak bagi jasmani dan ruh diri kita? Jika makanan dan minuman yang haram menjadi cikal bakal jasmani diri kita, berarti kekuatan nilai-nilai keburukan yang secara sunnatullah sudah berlaku bagi jasmani menjadi lebih kuat lagi serta dengan adanya hal ini memudahkan syaitan melaksanakan aksinya kepada diri kita karena di dalam diri kita sudah ada bangunan untuk tempat tinggal syaitan.

 

Dan selanjutnya jika perawatan jasmani juga dilakukan dengan makanan dan minuman yang haram maka kualitas nilai-nilai keburukan yang sudah ada di dalam diri kita yang secara sunnatullah dibawa oleh jasmani, akan semakin parah, atau akan menjadi bertambah kuat nilai-nilai keburukannya. Dan jika ini yang terjadi pada diri kita maka tarikan ahwa (hawa nafsu)  untuk menguasai dan mengendalikan ruh menjadi lebih kuat dan kencang, sehingga nilai-nilai Ilahiah yang dibawa oleh ruh dicoba digantikan dengan nilai-nilai keburukan yang di bawa oleh jasmani, yang pada akhirnya menjadikan jiwa kita dimasukkan ke dalam kategori jiwa fujur.

 

Sekali lagi kami ingatkan, sesuatu yang haram tetaplah haram sehingga sesuatu haram tidak akan pernah bisa mendatangkan kebaikan bagi diri, bagi keluarga dan anak keturunan. Untuk itu, mulai saat ini jangan pernah sekalipun kita memberikan, kita menafkahi keluarga kita dengan sesuatu yang haram, karena akibat yang ditimbulkan dari yang haram bukan hanya akan menimpa diri kita, akan tetapi juga akan menimpa pula anak keturunan kita sendiri. Dan jika sekarang kita berharap untuk memperoleh keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, jangan pernah bermimpi memiliki hal tersebut, jika kita memberikan, menafkahkan  kepada anak, istri dan keluarga kita dari yang haram. 

 

Selain 7(tujuh) penghancur keimanan kepada Allah SWT yang telah kami kemukakan di atas, masih ada beberapa penghancur iman kepada Allah SWT yang lainnya, yang juga harus kita waspadai sewaktu melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga adalah khalifahNya di muka bumi, sebagaimana akan kami kemukakan berikut ini:

 

1.  Jangan  pernah menjadikan  sesuatu  antara  diri kita dengan Allah sebagai perantara, yaitu dengan memohon atau berdoa kepada sesuatu tersebut dan meminta syafaatnya, serta menyandarkan diri kepadanya.

 

2. Orang yang tidak mengkafirkan kaum musyrikin, atau ragu-ragu terhadap kekafiran mereka, atau membenarkan agama mereka.

 

3.  Jangan  pernah  meyakini  akan adanya petunjuk yang lebih sempurna selain petunjuk Allah SWT dan NabiNya atau meyakini adanya keputusan hukum yang lebih baik dari pada keputusan Allah SWT dan NabiNya seperti lebih mendahulukan hukum (undang-undang) manusia dari pada hukum yang termaktub dalam AlQuran dan hadits.

 

4. Jangan  pernah  membenci  sesuatu dari syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW sekalipun masih mengerjakannya. Hal ini berdasarkan firmanNya berikut ini: “Yang demikian itu karena mereka membenci apa (Al-Qur’an) yang diturunkan Allah, maka Allah menghapus segala amal mereka.” (surat Muhammad (47) ayat  9).

 

5.  Jangan mengolok-olok agama Islam, atau jangan pula mengolok-olok tentang pahala dan siksa, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman.” (surat At-Taubah (9) ayat 65-66)

 

6.  Sihir, di antaranya adalah sihir untuk memisahkan pasangan suami istri atau pengasihan (pelet), dan tidak mengingkari (rela) terhadap sihir, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 102 berikut ini: “…….Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, ‘Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.”

 

7.   Jangan menolong dan membantu kaum musyrikin (Yahudi dan Nasrani) untuk melawan kaum muslimin, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setiamu,  mereka satu sama lain saling melindungi, Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang zalim.” (surat Al Ma`idah (5) ayat 51)

 

8.     Jangan pernah sekalipun untuk meyakini bahwa seorang muslim boleh-boleh saja keluar dari Islam dan tidak mengikuti syariat Nabi Muhammad, sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (surat Ali Imran (3) ayat  85).

 

9.   Jangan pernah berpaling dari agama Allah dengan tidak mau mempelajari dan tidak pula mau mengamalkannya, sebagaimana dikemukakan dalam surat As Sajdah (32) ayat 22 berikut ini: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling darinya? Sungguh, Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa.” 

 

10. Kita tidak  diperkenankan  oleh Allah SWT untuk  bersikap   takabur, angkuh, merasa diri hebat yang lain lemah, atau merasa diri paling suci orang lain kotor. Sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Luqman (31) ayat 18 berikut ini: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” dan juga berdasarkan surat An Najm (53) ayat 32 sebagaimana berikut ini: “(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” Hal yang harus kita perhatikan adalah sebagai abd’ (hamba) dan juga sebagai khalifah, kita tidak bisa menjadi pemain yang merangkap sebagai wasit di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi.

 

Pemain tetaplah pemain, sebab penilai dan penentu hasil akhir dari abd’ (hamba) dan kekhalifahan di muka bumi bukanlah diri kita melainkan  Allah SWT. Adanya kondisi ini kita tidak pantas menilai diri sendiri suci sedangkan orang lain kotor, kita tidak berhak mengatakan orang lain kafir kita saja yang beriman, kita tidak berhak menentukan kita saja yang benar lalu orang lain salah, kita tidak berhak menilai diri kita saja yang berhak atas syurganya Allah SWT yang lain tidak. Dan jika sampai diri kita berani melakukan hal ini berarti kita memang tidak tahu diri, sudahlah menumpang di langit dan di bumi Allah SWT lalu Allah SWT kita lawan.

 

11.  Kita tidak diperkenankan  untuk  melakukan  perbuatan  zina, selingkuh, lesbian, homoseks, oleh sebab apapun juga, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Israa’ (17) ayat 32 berikut ini: “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”

 

12.  Kita tidak diperkenankan untuk melakukan perbuatan sihir, tenung, nujum, pelet, guna-guna dan juga tidak diperkenankan menjadi tukang sihir, tukang tenung, tukang nujum, tukang pelet dan guna-guna, sebagaimana dikemukakan dalam surat Thaahaa (20) ayat 69 berikut ini: dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".

 

13.  Kita tidak diperbolehkan untuk berperilaku zhalim, kejam,  bersikap aniaya, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al An’am (6) ayat 21 berikut ini: dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.”

 

14. Kita tidak  diperbolehkan  untuk  ghadap (pemarah),  emosional,  berperilaku Temperamental, karena hal ini akan dapat mempengaruhi kualitas iman kita kepada Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Anbiyaa (21) ayat 87 berikut ini: “dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap[967]: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim."

 

[967] Yang dimaksud dengan Keadaan yang sangat gelap ialah didalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.

 

15. Kita tidak diperkenankan untuk memperturutkan sifat-sifat jasmani (insan) seperti bakhil, pelit, kikir, mementingkan diri sendiri, hal ini dikarenakan jika sampai diri kita melakukan itu semua berarti kita telah memperturutkan dan mempertuhankan ahwa (hawa nafsu), yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas iman kepada Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 180 berikut ini: “sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

16. Kita tidak diperkenankan untuk berbuat riya, ujub, sum'ah, bangga diri, bangga kelompok, karena akan dapat mengotori dan menurunkan kualitas iman kita kepada Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat An Nisaa’ (4) ayat 38 berikut ini: “dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya[297] kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, Maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.

 

[297] Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang.

 

17. Putus asa  merupakan  salah  satu racun yang paling hebat untuk menurunkan kualitas iman  kepada Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat Yusuf (12) ayat 87 berikut ini: “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

 

18.  Sifat pemalas (kasal) tidak boleh dipelihara di dalam diri karena dengan adanya sifat ini akan menjadikan diri kita statis, malas untuk berbuat sesuatu padahal dengan berbuat sesuatu itulah Iman dan Yakin kepada Allah SWT dapat terpelihara dan terjaga dari waktu ke waktu, sebagaimana dikemukakan dalam surat Ar Ra’d (13) ayat 11 berikut ini: “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

 

[767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.

[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

 

Inilah beberapa sebab yang dapat mengeluarkan seseorang dari keimanan kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, hendaklah seorang muslim berhati-hati dan tidak menjadikan hal-hal ini sebagai gurauan dan bahan candaan. Sebab, bencana yang ditimbulkannya sangatlah besar pada hari perhitungan (hisab) nanti. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari perkara-perkara yang menjadikan Allah murka serta mendatangkan siksa-Nya. Kita mohon kepada Allah agar memberikan petunjuk kepada kita untuk bisa melakukan apa yang Allah ridhai dan menunjuki kita serta kaum muslimin semuanya jalan yang lurus, karena sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Mahadekat.

 

Sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, jangan pernah berharap jika kita melakukan perbuatan dosa dan amal kejahatan yang sesuai dengan kehendak syaitan sanglaknatullah, maka hasilnya adalah pahala atau amal kebaikan yang sesuai Nilai-Nilai Kebaikan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Selain daripada itu jangan pernah pula bermimpi jika kita melakukan perbuatan dosa yang sesuai dengan kehendak syaitan sanglaknatullah menjadi perbuatan yang sesuai dengan Nilai-Nilai Ilahiah. Perbuatan dosa tetap perbuatan dosa karena perbuatan dosa akan memberikan dampak dan konsekuensi keburukan bagi diri, keluarga, anak dan keturunan, lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga perbuatan dosa tidak akan mungkin dapat menghantarkan kita ke syurga sebab pendosa kampung halamannya adalah neraka Jahannam.

 

Lalu mungkinkah kita menanggung dosa dari apa yang tidak kita perbuat, atau menanggung dosa orang lain? Jika kita berbuat dosa maka kita sendirilah yang akan memikul dosa yang kita lakukan. Dosa orang lain tidak akan menjadi beban dosa kita sepanjang perbuatan kita tidak ada sangkut pautnya dengan orang tersebut. Namun apabila perbuatan kita menyebabkan orang lain celaka atau menjadi berdosa, dimana orang tersebut tidak rela maka perbuatan dosanya tidak dilimpahkan kepada kita namun amal baik yang masih tersisa menjadi taruhannya, atau amal baik yang masih tersisa akan diserahkan kepada orang tersebut oleh Allah SWT saat hari berhisab. Untuk itu, jangan pernah melakukan hal-hal yang telah kami kemukakan di atas, jauhkan dan hindarkan apa yang telah dilarang Allah SWT maka iman kepada Allah SWT dapat terpelihara di dalam diri sehingga kita akan selalu berada di dalam kehendak Allah SWT sehingga mampu menghantarkan diri kita menuju kepada Allah SWT.

 

Selanjutnya tolong perhatikan dengan seksama hal-hal yang akan kami kemukakan di bawah ini, yaitu :

 

1. Orang yang beramal baik tidak akan pernah disamakan dengan orang yang beramal jahat oleh Allah SWT. Amal dan dosa bukan untuk orang lain, tetapi untuk kita diri sendiri sehingga kita tidak akan pernah menanggung dosa orang lain.

 

2.  Haram tidak akan mungkin sama dengan halal. Haram tetaplah haram, sehingga yang haram tidak akan mungkin dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat halal atau menghasilkan kebaikan.

 

3.    Syurga dan Neraka sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai tempat kembalinya manusia. Adanya kondisi ini berarti saat ini akan ada calon penghuni neraka dan calon penghuni syurga di dunia ini. Sehingga saat ini sampai dengan hari kiamat kelak ada hak hidup bagi calon penghuni neraka dan ada hak hidup bagi calon penghuni syurga serta ada hak bagi syaitan untuk mengganggu dan menggoda manusia sampai hari kiamat kelak.

 

4.  Jangan pernah menganggap remeh setan sebab setan banyak memiliki peran saat mengganggu dan menggoda diri kita yaitu setan bisa menjadi supporter, setan bisa menjadi provokator, setan bisa menjadi pemain dan setan bisa juga menjadi wasit dan ingat hanya bersama dengan Allah SWT sajalah, hanya dengan pertolongan Allah SWT sajalah, kita dapat mengalahkan setan yang jumlahnya sudah melebihi jumlah manusia.

 

5.   Sepanjang  diri  kita  berada  di dalam kehendak Allah SWT, atau sepanjang kita mau melaksanakan dan menjadikan Diinul Islam sebagai Agama yang haq, atau mau menjadikan syurga sebagai tempat kembali diri kita maka sepanjang itu pula kita akan diganggu dan digoda oleh Syaitan.

 

Sekarang semuanya terserah kepada diri kita, apakah mau mempertahankan iman kepada Alllah SWT ataukah tidak, yang jelas diri kitalah yang sangat membutuhkan iman kepada Allah SWT sedangkan Allah SWT tidak butuh apapun dengan diri kita. Untuk itu jangan pernah sia-siakan waktu yang masih tersisa saat ini, karena hanya pada sisa waktu itulah kita memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri agar selalu sesuai dengan kehendak Allah SWT, terkecuali kita mampu menggagalkan atau berani mengalahkan Malaikat Izrail saat melaksanakan tugasnya memisahkan ruh dengan jasmani diri kita. 


Selain daripada itu perlu kita ketahui bersama bahwa di langit dan di bumi yang diciptakan oleh  Allah SWT, tidak berlaku ketentuan waktu bisa diputar balik, tidak akan pernah ada toko yang khusus memperjualbelikan dosa dan juga pahala serta tidak akan pernah ada pula peribahasa, menyesal adanya di muka, sehingga jika kita berdosa maka kitalah yang akan menanggung segala akibat dari dosa yang pernah kita lakukan dan ingat hanya saat hidup di muka bumi inilah kita memiliki kesempatan langsung untuk  meminta ampun kepada Allah SWT. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar