B.
ALQURAN ADALAH HAK
MUTLAK ALLAH SWT SEMATA.
Apa itu AlQuran yang sesungguhnya? AlQuran adalah hak mutlak Allah SWT
semata hal ini dikarenakan Allah SWT adalah pencipta dan pemilik dari langit
dan bumi beserta isinya termasuk di dalamnya adalah pencipta dan pemilik dari
rencana besar konsep penghambaan dan kekhalifahan yang ada di muka bumi ini
tanpa bantuan dari siapapun juga, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dialah
yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar), ketika Dia berkata,
“Jadilah” Maka jadilah sesuatu itu. FirmanNya adalah benar dan milikNyalah
segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghai dan
yang nyata. Dialah yang Mahabijaksana, Mahateliti.” (surat Al An’am (6) ayat
73). Dan juga berdasarkan surat Ibrahim (14) ayat 2 sebagaimana berikut
ini:
“Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. dan
kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.” (surat
Ibrahim (14) ayat 2).
Adanya faktor pencipta dan faktor kepemilikan dalam satu kesatuan maka
Allah SWT memiliki hak mutlak baik dari sisi penciptaan karena Allah SWT yang
paling paham dan yang paling mengerti tentang ciptaanNya dan dari sisi
kepemilikan maka Allah SWT sangat berkuasa terhadap apa apa yang diciptakan-Nya
dan yang dimiliki-Nya, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Katakanlah: "Terangkanlah
kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. perlihatkanlah
kepada-Ku (bahagian) manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah
mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau Adakah Kami memberi
kepada mereka sebuah kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang
jelas daripadanya? sebenarnya orang-orang yang zalim itu sebahagian dari mereka
tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka.” (surat
Fathir (35) ayat 40). Allah SWT selaku
pencipta yang juga sekaligus pemilik alam semesta ini maka hanya Allah SWT
sajalah yang berhak menentukan segala ketentuan, segala hukum, segala
undang-undang, segala aturan yang wajib berlaku di alam semesta ini, dimana
kumpulan dari itu semua adalah AlQuran.
AlQuran sebagai
sebuah kumpulan dari segala ketentuan, segala hukum, segala undang-undang,
segala aturan yang berasal dari pencipta dan pemilik alam semesta ini maka
dapat dikatakan AlQuran adalah bukti dari kemutlakan yang hanya dimiliki oleh
Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini sehingga isi dan
kandungan AlQuran akan mencerminkan kemahaan dan kebesaran dari pencipta dan
pemilik alam semesta ini.
Adanya uraian di atas ini maka dapat dikatakan bahwa yang
paling tahu, yang paling ahli dan yang paling paham dan yang paling mengerti
tentang AlQuran adalah Allah SWT dan ini menunjukkan kepada diri kita jika kita
ingin belajar tentang AlQuran yang sesungguhnya maka haruslah kepada Allah SWT
selaku narasumber utama, bukan kepada yang lainnya.
Allah SWT selain
memiliki hak mutlak untuk menentukan hukum, aturan, undang undang, peraturan
yang wajib berlaku di alam semesta ini. Ketahuilah bahwa Allah SWT masih memiliki
2 (dua) hak mutlak lainnya, sebagaimana berikut ini:
1. Allah SWT memilki hak
mutlak untuk menilai pelaksanaaan dari hukum, aturan, undang undang, ketentuan,
peraturan yang wajib berlaku di alam semesta ini yang dilaksanakan oleh
manusia:
2. Allah SWT juga
memiliki hak mutlak sebagai penentu hasil akhir dari hasil pelaksanaan hukum,
aturan, undang undang, ketentuan, peraturan yang wajib berlaku di alam semesta
ini yang dilaksanakan oleh manusia. Sudahkah kita menyadarinya!
Inilah 3 (tiga) hak
mutlak yang dimiliki oleh Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam semesta
ini dan juga pemilik dan pencipta rencana besar dari kekhalifahan di muka bumi.
Dan ingat ketiga ketentuan yang kami kemukakan di atas ini sudah berlaku dan
akan berlaku terus sampai dengan hari berhisab tiba.
Dan sebagai abd’
(hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi maka kita harus siap
mempelajari, siap menghadapi, siap melaksanakan
ke tiga hak mutlak yang dimiliki oleh Allah SWT tersebut. Untuk itu ada
hal hal yang harus kita jadikan pedoman saat hidup di muka bumi ini, yaitu:
1. Diri kita hanyalah obyek dari ketentuan, hukum, undang
undang, peraturan yang berlaku di alam semesta ini sehingga diri kita hanya
memiliki kewajiban untuk mempelajarinya, untuk memahaminya dan untuk
melaksanakannya yang sesuai dengan kehendak Allah SWT;
2. Jangan sampai kita mengambil hak Allah SWT ini, terutama
di dalam menilai orang lain yang sama sama menumpang di alam semesta ini. Orang
yang menumpang tidak memiliki hak sama sekali untuk memberikan penilaian kepada
orang lain oleh sebab apapun juga.
3. Jangan sampai kita merubah, menambah, mengurangi, atau
membuat aturan aturan baru di alam semesta ini karena kita bukanlah pencipta
dan pemilik dari ini semua;
4. Jangan sampai diri kita melakukan penilaian sendiri atas
pelaksanaan ketentuan yang diberlakukan oleh Allah SWT yang pada akhirnya akan
merugikan diri sendiri.
Sekarang mari kita perhatikanlah apa yang dikemukakan oleh Abdullah Ibnu
Abbas ra, di dalam kitab tafsirnya yang mengatakan bahwa di dalam
ayat-ayat AlQuran yang terdiri dari 30
(tiga puluh) Juz, 114 (seratus empat belas) surat serta 6.666 (enam ribu enam
ratus enam puluh enam) ayat, jika diperinci akan terdapat sejumlah ayat-ayat
yang berisi perintah, larangan, ancaman, janji, proses kejadian masa lampau dan
masa datang, perumpamaan, halal dan haram, nasikhmansukh, zikir, doa, tasbih,
tahmid, dan istighfar, dengan perincian sebagai berikut:
1. 1.000 (seribu) ayat menunjukkan perintah, perintah artinya sesuatu yang
wajib untuk dituruti, untuk dilaksanakan, untuk dikerjakan dan tidak boleh dilanggar.
Setiap perintah yang diperintahkan oleh
Allah SWT maka perintah itu dimaksudkan untuk kebaikan, bukan untuk
menjerumuskan umat manusia dan Allah SWT sendiri tidak berkepentingan dengan
isi perintah. Allah SWT memerintahkan kepada umatNya merupakan bentuk
manifestasi dari sayangNya Allah SWT kepada umat manusia yang tidak lain adalah
refleksi dari Af’al Allah SWT yaitu Ar Rahman dan Ar Rahhim sehingga umatNya
menjadi selamat di dunia dan di akhirat yang pada akhirnya masuk syurga.
2. 1.000 (seribu) ayat menunjukkan larangan, larangan artinya perintah untuk
tidak boleh mengerjakan atau melakukan sesuatu, larangan juga berarti perintah
untuk tidak melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Apakah
maksud dan tujuan Allah SWT membuat larangan, pasti Allah SWT tidak ingin
menjerumuskan umatnya ke dalam jurang kesusahan, jurang kesengsaraan ataupun
mengakibatkan manusia masuk ke Neraka. Adanya larangan berarti Allah SWT sayang
kepada umatnya.
3. 1.000 (seribu) ayat menunjukkan ancaman, ancaman berarti jika kita melakukan sesuatu yang sudah ditentukan dalam
perintah dan larangan maka Allah SWT akan memberikan sanksi kepada umatnya.
Dalam ancaman yang ditetapkan oleh Allah SWT, biasanya Allah SWT tidak serta
merta langsung memutuskan suatu ancaman, Allah SWT tetap memberikan kesempatan
kepada umatnya untuk melakukan perbaikan, melakukan taubat, sesuai dengan Af’al
Allah SWT yaitu Yang Maha Bijaksana dan Yang Maha Pengampun.
4. 1.000 (seribu) ayat menunjukkan janji, janji adalah sebuah timbal balik yang
akan diberikan oleh Allah SWT bagi
umatnya baik laki-laki atau perempuan jika ia dapat melaksanakan perintah serta
tidak melanggar larangan, maka Allah SWT akan memenuhi janjinya kepada umatNya.
Ingat janji Allah SWT tidak hanya kepada
yang patuh kepada apa yang diperintahkan, juga berlaku kepada yang melanggar
perintah dan larangan. Sebab janji Allah SWT itu adalah Benar, lihatlah siksa
yang diberikan kepada umat Nabi Nuh, umat Nabi Musa, umat Nabi Luth dll.
5. 1.000 (seribu) ayat menjelaskan tentang proses kejadian pada masa lampau
dan masa akan datang. Ayat ini dimaksudkan oleh
Allah SWT untuk umatnya betapa tinggi Ilmu Allah SWT dan juga dapat
dijadikan pelajaran Al Hikmah dan Filsafat bagi umatnya yang mau dengan sadar
memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
6. 1.000 (seribu) ayat berisi tentang contoh-contoh atau perumpamaan,
perumpamaan dalam bentuk pengandaian yang dilakukan oleh Allah SWT untuk
memudahkan umatnya di dalam mempelajari AlQuran maupun Ilmu Allah SWT. Dibalik
perumpamaan atau pengandaian terdapat banyak Ilmu dan pelajaran baik yang
langsung, yang tersirat maupun yang tersembunyi. Allah SWT berkehendak agar
makhluknya untuk terus belajar-belajar dan belajar sehingga akan terlihat oleh
umatnya betapa besar kekuatan, kekuasan Ilmu Allah SWT.
7. 500 (lima ratus) ayat menerangkan tentang halal dan haram. Ayat ini
dimaksudkan oleh Allah SWT sebagai sarana penunjang bagi umatnya jika ingin
selamat sampai ke tujuan. Halal dan Haram yang dimaksudkan oleh Allah SWT,
bukan semata-mata apa yang boleh dan apa yang tidak boleh di makan atau di
minum, akan tetapi jauh lebih dari itu. Halal dan Haram termasuk juga didalam
melaksanakan hubungan vertikal (hubungan dengan Allah SWT) maupun hubungan
horizontal (hubungan antar masyarakat, hubungan bisnis dan hubungan
kekeluargaan).
8. 100 (seratus) ayat nasikhmansukh, nasikhmansukh artinya satu ayat
menggantikan, ayat yang lainnya. Ayat-ayat AlQuran diturunkan Allah SWT di dua
kota yaitu kota Makkah dan kota Madinah. Suatu ketika turun ayat AlQuran di
kota Madinah, maka berlakulah ayat tersebut. Kemudian turun ayat AlQuran di
kota Makkah yang isinya membatalkan ayat yang turun di kota Madinah, maka ayat
yang baru berlaku untuk menguatkan ayat yang turun di kota Madinah. Ayat lama
yang turun di kota Madinah disebut nasikh, sedangkan ayat yang baru disebut
mansukh.
9. 66 (enam puluh enam) ayat zikir, doa, tasbih, tahmid, dan istighfar.
Zikir, doa, tasbih, tahmid dan istigfar adalah suatu media yang diajarkan oleh
Allah SWT kepada umatnya dalam rangka mengingat Allah SWT, memohon kepada Allah
SWT, memuji kebesaran Allah SWT dan juga meminta ampunan kepada Allah SWT.
Lengkap sudah Allah SWT memberikan kepada umatnya yaitu AlQuran sebagai sarana
dan media jika menghadapi hidup dan kehidupan baik susah maupun senang.
Adanya ayat-ayat yang berisi perintah, larangan, ancaman, janji, proses
kejadian masa lampau dan masa datang, perumpamaan, halal dan haram,
nasikhmansukh, zikir, doa, tasbih, tahmid, dan isthigfar, yang terdapat di
dalam AlQuran. Hal ini mempertegas bahwa
AlQuran adalah undang-undang, ketentuan, peraturan yang berlaku di langit dan
di muka bumi ini yang berasal dari pencipta dan pemilik-Nya yang sah, dalam hal
ini adalah Allah SWT. Dan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang
sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT karena memang kita tidak
pernah menciptakan nya, tentu kita harus bisa mengimaninya, mempelajarinya,
memahaminya, melaksanakan seluruh ketentuan, seluruh hukum, seluruh
undang-undang, seluruh peraturan yang berlaku di muka bumi ini sesuai dengan
kehendak Allah SWT.
Sekarang bagaimana
jika kita tidak mau mematuhi segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT? Jika sampai diri
kita tidak mau mematuhi segala ketentuan Allah SWT yang berlaku di muka bumi,
maka ketentuan hadits yang kami kemukakan berikut ini berlaku kepada diri kita:
“Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah
ta'ala berfirman: Barangsiapa tidak rela dengan hukum-Ku dan taqdir-Ku maka
hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku. (Hadits Qudsi Riwayat
Al Baihaqi dari Ibnu Umar serta Ath Thabarani dan Ibnu Hibban dari Abi Hind, Al
Baihaqi dan Ibnu Najjar, (272:153).” Kita
dipersilahkan oleh Allah SWT untuk mencari Tuhan selain Allah SWT, yang
tentunya tuhan tersebut harus mampu menciptakan langit dan bumi seperti langit
dan bumi yang diciptakan oleh Allah SWT sehingga kita terbebas dari penilaian
tamu yang tidak tahu diri oleh Allah SWT. Selamat mencari dan menemukan Tuhan
baru selain Allah SWT, yang tentunya kita harus keluar terlebih dari langit dan
bumi Allah SWT.
Untuk lebih mempertegas bahwa AlQuran itu
adalah ketentuan,
hukum, undang-undang, peraturan yang berlaku di muka bumi ini yang memiliki
kepastian hukum yang tetap sehingga tidak akan pernah mengalami perubahan
sedikitpun maka Allah SWT telah memberikan jaminanNya kepada AlQuran yang telah diturunkannya tersebut dengan kondisi dasar
sebagai berikut:
1.
AlQuran selalu suci, murni hanya dari Allah SWT semata
sehingga tidak akan pernah terkontaminasi oleh sebab apapun juga, termasuk di
dalamnya tidak ada masukan sedikitpun dari Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Waaqiah (56) ayat 77-78-79-80 berikut ini: “Sesungguhnya AlQuran ini adalah bacaan yang sangat mulia,pada kitab
yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan. diturunkan dari Rabbil 'alamiin.” Adanya jaminan dari
Allah SWT terhadap AlQuran berarti isi dan kandungan AlQuran sampai dengan
kapanpun tidak akan pernah berubah sedikitpun, apalagi AlQuran yang asli
terpelihara di Lauhul Mahfuzh. Adanya jaminan dari Allah SWT ini menunjukkan
kepada diri kita bahwa apa-apa yang telah menjadi ketetapan Allah SWT pasti
berlaku dan akan diberlakukan oleh Allah SWT dan pasti mengikat kepada seluruh
umat manusia.
2. AlQuran telah dijamin
oleh Allah SWT akan selalu sama, tidak pernah berubah sejak diturunkan sampai
dengan kapanpun juga. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Yunus (10) ayat 37
berikut ini: “Tidaklah mungkin AlQuran ini
dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (AlQuran itu) membenarkan Kitab-Kitab
yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada
keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.” dan juga dikemukakan
dalam surat Al Hijr (15) ayat 8 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan AlQuran, dan Sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.”
Adanya
konsistensi dari AlQuran sebagai kumpulan dari undang-undang, hukum, ketentuan, peraturan yang berasal dari
pencipta dan pemilik alam semesta ini berarti Allah SWT konsisten dengan segala
apa-apa yang telah ditetapkannya berlaku di alam semesta ini sehingga terdapat
kepastian hukum. Lalu, untuk apakah
Allah SWT melakukan hal tersebut:
a. Untuk mempertahankan
suatu pernyataan yang telah dimaklumatkan oleh Allah SWT secara tertulis. Contohnya Allah SWT memiliki sifat Salbiyah yang enam dan sifat Ma’ani
yang tujuh, sekarang bagaimana jadinya jika pernyataan Allah SWT tersebut bisa
berjalan sesuai dengan Kehendak Allah SWT itu sendiri jika pernyataan yang
telah dinyatakan di dalam AlQuran berubah-ubah? Agar pernyataan ini tetap
berlaku utuh dari waktu ke waktu maka Allah SWT memberikan jaminan-Nya untuk
memelihara dan menjaga AlQuran secara langsung. Jika sampai pernyataan Allah
SWT yang telah tertulis di dalam AlQuran berubah atau dapat diubah maka
pernyataan yang telah dinyatakan oleh Allah SWT menjadi batal dan tidak berlaku
lagi.
b. Untuk memberikan
jaminan kepada sesuatu yang akan berlaku tetap dari waktu ke waktu secara
tertulis. Contohnya Allah SWT akan memberikan syurga kepada
umatnya yang beriman dan bertaqwa dan memberikan neraka kepada umatnya yang
kafir, sekarang apa jadinya jika jaminan yang telah dinyatakan tertulis dalam
AlQuran berubah-ubah? Agar jaminan ini memberikan kepastian hukum atau tidak
membingungkan maka Allah SWT akan menjaga pernyataan jaminan yang telah
dinyatakan-Nya dalam AlQuran itu tetap dari waktu ke waktu.
3.
AlQur’an dijamin oleh Allah SWT untuk kebaikan umat
manusia, termasuk di dalamnya untuk kebaikan diri kita dan juga anak keturunan
diri kita sampai dengan hari kiamat kelak. Sebagaimana dikemukakan dalam surat
Saba’ (34) ayat 50 berikut ini: “Katakanlah:
"Jika aku sesat Maka Sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku
sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk Maka itu adalah disebabkan apa yang
diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha Dekat.” dan juga dikemukakan
dalam surat An Naml (27) ayat 92 yang kami kemukakan berikut ini: “dan supaya aku membacakan AlQuran (kepada manusia). Maka Barangsiapa
yang mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk
(kebaikan) dirinya, dan Barangsiapa yang sesat Maka Katakanlah:
"Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi
peringatan".
Adanya
kepastian hukum yang termaktub dalam AlQuran menunjukkan bahwa Allah SWT sangat
konsisten dengan apa apa yang telah diperintahkannya, Allah SWT sangat
konsisten dengan apa apa yang telah dijanjikannya serta Allah SWT konsisten
dengan apa apa yang telah dilarangnya, dan seterusnya. Sehingga dengan adanya
AlQuran tidak akan pernah mengalami perubahan ini mampu mengikat dalam
kepastian yang pasti bagi para pihak baik Allah SWT maupun bagi manusia dan
juga dengan bangsa jin. Timbul pertanyaan, bagaimana caranya Allah SWT
memelihara dan menjaga AlQuran sedangkan Allah SWT berkedudukan di Arsy?
AlQuran
sampai dengan kapanpun juga akan tetap asli, tidak bisa dirubah oleh sebab
apapun juga karena AlQuran yang asli adanya bukan di muka bumi ini melainkan
ada di Lauhul Mahfuzh. Selain daripada itu, AlQuran dijaga oleh Allah SWT
melalui, hal-hal sebagai berikut:
a.
Melalui
hafizh-hafizh AlQuran yang tersebar di mana mana;
b. Melalui perasaan yang
kurang berkenan di hati, atau ada sesuatu yang janggal saat diri kita salah di
dalam membaca AlQuran;
c.
Melalui
adanya perasaan yang tidak berkenan di hati, atau ada sesuatu yang janggal saat
mendengar orang lain salah di dalam membaca AlQuran;
d. Melalui Mushab-Mushab
AlQuran yang dimiliki oleh Negara.
Lalu, kepada
siapakah kita harus belajar AlQuran, apakah kepada Allah SWT ataukah kepada ulama, kyai, atau ustadz?
Jika kita berpedoman bahwa AlQuran itu adalah hak Allah SWT semata, berarti
hanya kepada Allah SWT sajalah kita harus belajar AlQuran karena Allah SWT
adalah satu-satunya narasumber langsung dari AlQuran dan pemilik AlQuran. Selanjutnya
bagaimana posisi dari ulama, kyai ataupun ustadz di dalam proses belajar
AlQuran? Posisi ulama, kyai, syaikh,
habib ataupun ustadz di dalam proses belajar mengajar AlQuran harus diletakkan
sebagai perpanjangan tangan Allah SWT yang memiliki kewajiban untuk mengajarkan
AlQuran kepada diri kita sepanjang diri kita mau belajar kepada mereka. Hal ini
penting kami kemukakan karena ulama, kyai, syaikh, habib ataupun ustadz
bukanlah pemilik ataupun narasumber dari AlQuran sehingga kita tidak
diperkenankan untuk belajar AlQuran kepada mereka.
Adanya
kondisi ini maka kita harus pandai-pandai meletakkan dan menempatkan Allah SWT
sesuai dengan kemahaan dan kebesaran yang dimilikinya. Karena ulama, kyai
ataupun ustadz, habin, syaikh bukan sesuatu yang sepadan dengan Allah SWT dan
juga bukan narasumber dari AlQuran karena mereka bukanlah pencipta dan pemilik
alam semesta ini. Adanya kondisi ini
berarti belajar AlQuran harus hanya kepada Allah SWT semata, lalu jadikan ulama, kyai, habib, syaikh
ataupun ustadz serta guru adalah perantara bagi diri kita untuk mempelajari
AlQuran. Setelah hal itu kita lakukan, pertegas dengan niat untuk
mempelajari AlQuran yang sesuai dengan kehendak Allah SWT serta disiplinkan
diri saat belajar AlQuran.
Jika hal
ini sudah kita nyatakan dalam niat maka maka langkah selanjutnya adalah
berlindunglah dari gangguan syaitan kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya
berikut ini: “Apabila kamu membaca AlQuran hendaklah kamu
meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk (Surat Al Nahl
(16) ayat 98).” Hal
ini dikarenakan agar jangan sampai syaitan mengendurkan semangat untuk
mempelajari AlQuran, agar jangan sampai mempengaruhi pemahaman yang kita
dapatkan sehingga tidak sesuai dengan kehendak Allah SWT atau dengan meminta
perlindungan kepada Allah SWT kita terhindar dari tujuan-tujuan lain dari
dibacakannya AlQuran untuk maksud-maksud yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah
SWT.
Sungguh Allah SWT begitu sayang kepada umat-Nya yang mau mempelajari AlQuran. Dan sepanjang umatnya mau mendisiplinkan diri dan berusaha secara maksimal yang dilandasi niat yang ikhlas untuk belajar dan mempelajari AlQuran maka Allah SWT akan mengajarkan kepada diri kita tentang apa apa yang tidak kita ketahui. Namun apabila kita hanya ala kadarnya mempelajari AlQuran hasilnya pun akan ala kadarnya. Hal ini dimungkinkan terjadi karena “hukum input, proses dan output” berlaku saat diri kita belajar dan mempelajari AlQuran. Sudahkah kita menyadarinya! Jika belum, ada sesuatu yang salah dalam diri kita karena jangan pernah berharap banyak dengan pulsa seribu rupiah lalu kita bisa memperoleh layanan telekomunikasi secara maksimal dari operator selular. Untuk itu segeralah merubah pola berpikir tentang belajar dan mempelajari AlQuran karena tanpa adanya perubahan dalam diri terutama semangat yang diikuti dengan konsisten dalam komitmen untuk belajar AlQuran maka buang jauh jauhlah dari diri kita untuk memperoleh sesuatu yang istimewa dari Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar