B.
AYAT-AYAT KAUNIYAH.
Ayat-Ayat Kauniyah
adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantaraan Malaikat Jibril sebagaimana halnya ayat-ayat Kauliyah. Namun yang
membedakannya adalah isi dan kandungan dari ayat-ayat Kauniyah adalah ayat-ayat
tentang fenomena alam, jalurnya tidak formal dan manusia wajib mengeksplorasinya
sendiri. Sehingga dengan adanya ayat-ayat Kauniyah mengisyaratkan dan mendorong
kepada manusia untuk mencari ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab
itu manusia harus berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan
merenungkannya, untuk kemudian mengambil kesimpulan dari fenomena alam.
Ayat-ayat kauniyah
adalah ayat atau tanda yang wujud yang disekeliling kita yang diciptakan oleh
Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan
sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam semesta ini hanya mampu
dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan peraturan-Nya yang sangat unik,
maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan penciptanya. Sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka
sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa AlQuran itu adalah benar. Tiadakah
cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu ? (surat Nuh
(41) ayat 53).” Dalam berbicara tentang alam dan fenomenanya. Paling
sedikit ada dua hal yang dapat dikemukakan menyangkut hal tersebut:
1. AlQuran telah memerintahkan atau menganjurkan kepada
manusia untuk selalu memperhatikan dan mempelajari alam semesta ini dalam
rangka memperoleh manfaat dan kemudahan-kemudahan bagi kehidupannya dan
menghantarkan kepada kesadaran-kesadaran akan keesaan dan kemahakuasaan Allah
SWT;
2. Alam dan segala isinya beserta hukum hukum yang
mengaturnya, diciptakan, dimiliki, dan dibawah kekuasaan Allah SWT serta diatur
dengan sangat teliti.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya
yang juga khalifah-Nya di muka bumi maka kita wajib mempelajari kedua ayat ini
dalam satu kesatuan. Kita tidak bisa hanya mempelajari ayat-ayat kauliyah
dengan mengabaikan ayat-ayat kauniyah, demikian pula sebaliknya kita tidak bisa
hanya belajar ayat-ayat kauniyah dengan mengabaikan ayat-ayat kauliyah. Pelajari
keduanya, kombinasikan keduanya melalui konsep pendekatan ilmiah maka keduanya
akan terlihat dan keduanya akan menunjukkan betapa Allah SWT sangat maha yang
tercermin betapa luar biasanya isi dan kandungan AlQuran yang telah
diturunkannya untuk kemaslahatan manusia.
C.
KESERASIAN AYAT AYAT
KAULIYAH DENGAN AYAT AYAT KAUNIYAH.
AlQuran terdiri dari
6.236 ayat itu, menguraikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan, antara lain
menyangkut alam raya dan fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan alam semesta
sering disebut sebagai ayat-ayat kauniyah. Tidak kurang dari 750 ayat yang
secara tegas menguraikan hal-hal diatas dan jumlah ini tidak termaksud
ayat-ayat yang menyinggungnya secara tersirat. Eksplorasi terhadap ayat
kauniyah inilah yang kita kenal sebagai sains, yang kemudian dalam aplikasinya
disebut teknologi. Sains dan teknologi (saintek) ini adalah implementasi dari
tugas manusia sebagai khalifah fil ardhi untuk memakmurkan bumi. Karenanya bagi
seorang muslim, saintek adalah sarana hidup untuk mengelola bumi, bukan membuat
kerusakan.
Paradigma seorang
muslim terhadap ayat-ayat Allah ini, baik ayat ayat kauliyah dan ayat ayat kauniyah
adalah mutlak benar dan tidak mungkin bertentangan, karena keduanya berasal
dari Allah. Pada faktanya sains yang telah pasti (qath’i) selaras dengan
AlQuran seperti tentang peredaran bintang, matahari dan bumi pada orbitnya.
Namun sains yang masih teori kadang masih bertentangan dengan yang termaktub
dalam AlQuran seperti teori evolusi pada manusia. Dan dalam sejarah peradaban
Islam, para ilmuwan adalah juga ahli dalam agama karena memahami kedudukan
saintek dalam Islam.
Mereka belajar ayat kauliyah
dan juga belajar ayat kauniyah. Kontribusi ilmu pengetahuan para ilmuwan muslim
menjadi tonggak kemajuan iptek di barat. Dalam bidang matematika ada algorithm,
algebra (aljabar) yang merupakan nama matematikawan muslim (Alkhawarizm,
Aljabar). Juga angka Arab yang dengannya perhitungan menjadi mudah. Dalam
bidang kimia ada istilah alkemi (chemistry), alkali, alkohol. Nama-nama ilmuwan
muslim seperti Ibnu Sina (Avicena), Ibnu Rusyd (Averous), Ibnu Khaldun menjadi
nama yang gemilang. Bidang-bidang yang sangat gemilang pada masa kejayaan
peradaban Islam adalah kedokteran, matematika, dan astronomi, karena menjadi kebutuhan
langsung seperti menentukan kiblat dan waktu-waktu ibadah.
D.
HUBUNGAN ANTARA AYAT
KAULIYAH DENGAN AYAT KAUNIYAH.
Antara ayat-ayat kauliyah
dan ayat-ayat kauniyah terdapat hubungan yang sangat erat karena keduanya
sama-sama berasal dari Allah. Kalau kita memperhatikan ayat kauliyah, yakni
AlQuran, kita akan mendapati sekian banyak perintah dan anjuran untuk
memperhatikan ayat-ayat kauniyah. Salah satu diantara sekian banyak perintah
tersebut adalah firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat (51) ayat 20-21 berikut
ini: “Dan
di bumi terdapat terdapat tanda tanda (kebesaran Allah) bagi orang orang yang
yakin, dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?.” Dalam ayat ini, jelas-jelas Allah
mengajukan sebuah kalimat retoris: “Maka
apakah kamu tidak memperhatikan?”
Kalimat yang bernada
bertanya ini tidak lain adalah perintah agar kita memperhatikan ayat-ayat-Nya
yang berupa segala yang ada di bumi dan juga yang ada pada diri kita
masing-masing. Inilah ayat-ayat (tanda tanda) Allah dalam bentuk alam semesta
(ath-thabi’ah, nature). Selain daripada itu, dalam surat Yusuf (12) ayat 109, Allah berfirman: “tidakkah
mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang
sebelum mereka (yang mendustakan rasul)?”
Ini juga perintah
dari Allah agar kita memperhatikan jenis lain dari ayat-ayat kauniyah, yaitu
sejarah dan ihwal manusia (at-tarikh wal-basyariyah).Disamping itu, sebagian
diantara ayat-ayat kauniyah juga tidak jarang disebutkan secara eksplisit dalam
ayat-ayat kauliyah, yakni AlQuran.
Tidak jarang dalam
AlQuran, Allah SWT juga memaparkan
proses penciptaan manusia, proses penciptaan alam semesta, keadaan langit,
bumi, gunung-gunung, laut, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Bahkan ketika para ilmuwan menyelidiki dengan seksama paparan dalam ayat-ayat
tersebut, mereka terkesima dan takjub bukan kepalang karena menemukan keajaiban
ilmiah pada ayat-ayat tersebut, sementara AlQuran diturunkan beberapa ratus
tahun yang lalu, dimana belum pernah ada penelitian-penelitian ilmiah.
Karena itu, tidak hanya ayat-ayat kauliyah saja yang
menguatkan ayat-ayat kauniyah. Sebaliknya, ayat-ayat kauniyah juga senantiasa
menguatkan ayat-ayat kauliyah.Adanya penemuan-penemuan ilmiah yang menegaskan
kemukjizatan ilmiah pada AlQuran tidak diragukan lagi merupakan bentuk
penguatan ayat-ayat kauniyah terhadap kebenaran ayat-ayat qauliyah sehingga
menunjukkan bahwa AlQuran hanya dari Allah SWT semata, bukan dari yang lainnya.
E. AYAT AYAT KAUNIYAH
SEBAGAI MANIPESTASI ILMU ALLAH SWT YANG TELAH DIILMUKAN.
Sekarang mari kita
pelajari ayat ayat kauniyah yang tidak lain adalah refleksi dari ilmu Allah SWT
yang telah diilmukan melalui ciptaanNya, melalui sebuah falsafah berikut ini: “Nan satitiek jadikan lauik,nan sakapa
jadikan gunuang,alam takambang jadi guru.” Inilah redaksi lengkap
dari falsafah alam takambang jadi guru,yang artinya, air yang setitik rela
(ihklas) diterima laksana sebanyak air lautan, tanah yang sekepal (segenggaman
tangan) rela diterima laksana sebesar gunung dan alam semesta raya ini
dijadikan guru (tempat belajar dan atau pemberi pelajaran). Alam takambang jadi
guru, jika diartikan bahasa Indonesia menjadi Alam Terkembang Jadi Guru. Kalau
ditelisik lebih jauh maknanya berarti bagaimana kita mampu untuk mengambil
hikmah dan pelajaran atas apa-apa yang ada di alam sekitarnya. Filosofi ini
mengajak kita untuk berpikir dan merenungi atas apa-apa yang telah diciptakan
Allah SWT, karena sejatinya tidak ada dari ciptaan Allah ini yang sia-sia,
semuanya pasti ada hikmahnya, hanya saja kita dari manusianya aja yang kadang
belum mampu untuk mengambil hikmah dan pelajaran atas berbagai ciptaan Allah
tersebut.
Misalnya seekor
nyamuk, selintas berpikir bagi kita bahwa nyamuk buat apakah diciptakan? Udah
kecil, mengganggu, bahkan bisa menebarkan berbagai penyakit seperti malaria dan
demam berdarah. Tapi mengapa Allah SWT masih menciptakan? Bisa kita bayangkan,
kalau nggak ada nyamuk berarti manusia tidak akan pernah berpikir untuk membuat
obat nyamuk, setidaknya ketika kebutuhan manusia menuntut untuk obat nyamuk
dibuatlah perusahaan obat nyamuk, sehingga disana tercipta lapangan kerja, itu
hikmah secara sederhana saja.
Keberadaan nyamuk
tentunya juga berpengaruh pada keseimbangan ekosistem alam, karena nyamuk juga
tercipta bagi predatornya. Atau kadang kala kita mungkin sempat juga untuk berpikir
mengenai penciptaan alam semesta, planet, bintang, dan berbagai produk luar
angkasa lainnya. Buat apakah Allah SWT repot-repot menciptakan itu semua?
Padahal makhluk ciptaannya yang diperintahkan untuk beribadah pada-Nya hanya
berada di bumi saja, lalu buat apa yang lainnya?
Secara teori keilmuan
astronomi bisa saja, tapi saya belum membaca lebih mendalam mengenai hal ini.
Namun mungkin bisa diambil analogi istana kerajaan atau petinggi Negara, kalau
kita lihat mengapa istana itu sebegitu megahnya? Karena untuk menunjukkan
kedudukan mereka dan segenap alam dan isinya ini, kita sebagai manusia
semestinya bisa untuk merenungi dan mengambil pelajaran, kalau ciptaan Allah
SWT sudah sedemikian luas dan besarnya, apalagi Allah Sang Pencipta? Sungguh
pasti Maha Kuasa dan Maha Besar. Belajar dari alam, Alam takambang jadi guru.
Sebagai manusia yang
diciptakan memiliki akal, kita diminta untuk berpikir dalam menjalani agama
ini, bahwa seharusnya rutinitas ibadah yang kita lakukan bukan sekedar taqlid
atau mengikuti saja karena orang tua kita sudah berislam sebelumnya, tetapi
juga harus diikuti dengan kepahaman mengapa saya harus beribadah serta patuh
dan tunduk atas setiap perintah dan larangan Allah SWT. Salah satu bentuknya
adalah dengan mencoba untuk memahami ayat-ayat Allah SWT. Untuk itu
perhatikanlah apa yang dikemukakan Allah SWT berikut ini: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka
sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa AlQuran itu adalah benar. Tiadakah
cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu? (surat Nuh (41) ayat 53).”
Selain dari pada itu, Allah SWT juga telah pula menegaskan dalam surat
Adz Dzariyat ayat 20, 21 berikut ini: “Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah
kamu tidak memperhatikan?”.
Ayat-ayat Allah yang
dimaksud disini adalah tidak sekedar mentadaburi ayat-ayat AlQuran, tapi juga
ayat-ayat Allah SWT yang lain, yaitu alam semesta dan segenap isinya. Mungkin
sebagian sudah paham bahwa ada dua jenis ayat-ayat Allah, yaitu Kauliyah dan Kauniyah.
Kauliyah adalah ayat-ayat yang benar-benar tertuang dalam AlQuran, selain
membaca dan menghafal nya kita juga seharusnya mentadabburinya melalui
terjemahan serta kitab-kitab tafsir AlQuran yang sudah banyak peredarannya.
Namun perlu
diperhatikan, sebaiknya jangan sendirian untuk mendalami makna-makna ayat
tersebut, butuh guru pendamping selain Allah SWT sebagai guru utama, karena
bahasa AlQuran perlu pemaknaan lebih dalam yang tidak bisa sekedar dari
selintas pemahaman saat membaca. Selain ayat ayat Kauliyah, ada lagi ayat-ayat
Kauniyah. Bagaimana kita diminta untuk memikirkan berbagai ciptaanNya,
merenunginya, mentafakuri, sehingga dengannya menambah keimanan dan kepahaman
bahwa alangkah besar dan kuasa nya Allah SWT.
Ayat kauniyah adalah
ayat atau tanda yang wujud yang ada di sekeliling manusia yang diciptakan oleh
Allah SWT sebagai bukti adanya Allah SWT. Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat yang
menunjukkan segala bentuk ciptaan Allah SWT berupa alam semesta dan semua yang
ada di dalamnya termasuk keberadaan manusia. Ayat-ayat Kauniyah juga meliputi
segala bentuk ciptaan Allah SWT baik yang bersifat mikrokosmos ataupun
yang makrokosmos. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka mentafakkuri
(memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. (surat Ali ‘Imran (3) ayat 190 – 191)
Selain daripada itu,
yang termasuk ayat-ayat Kauniyah adalah keberadaan diri kita baik secara fisik
(jasmani) dengan segala kecanggihannya dan juga keberadaan ruh diri kita yang
berasal dari Allah SWT. Adanya ayat-ayat Kauniyah yang telah diperlihatkan oleh
Allah SWT menunjukkan betapa hebatnya dan mahanya Allah SWT sehingga alam
semesta ini hanya dapat dilaksanakan oleh sistem dan peraturan Allah SWT
semata. Sebagaimana surat Fushshilat (41) ayat 53 berikut ini: “Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?’. Berdasarkan ayat ini terlihat dengan jelas
di alam semesta ini adanya keindahan, adanya kerapihan, adanya keserasian,
adanya kekuatan, adanya kehebatan, serta adanya keteraturan melalui segala apa
apa yang diciptakan-Nya yang kesemuanya akan membuat kekaguman hanya bagi orang
orang yang berakal semata.
Selain daripada itu, adanya
ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT maka yang menciptakan alam semesta ini
pasti memiliki kehendak, kekuatan (kemampuan) serta ilmu yang sangat maha pula
dalam satu kesaatuan yang tidak terpisahkan. Untuk itu lakukanlah tafakur (merenung)
untuk memperhatikan apa apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Karena hal
ini akan mampu menghantarkan diri kita kepada ilmu tentang Allah SWT,
menghantarkan diri kita tentang keesaan-Nya, tentang sifat-sifat keagungan-Nya,
dan tentang kesempurnaan-Nya di dalam mengatur, menjaga, merawat alam semesta
dengan sistem yang begitu hebat. Begitulah cara Allah SWT memperkenalkan diri
kepada hamba-hambaNya dan mengajak mereka untuk merenungi ayat-ayatNya tanpa
terkecuali. Oleh karena itu, AlQuran
banyak menyebutkan perintah untuk merenungi ayat-ayat kauniyah dan bukti-bukti
kekuasaan-Nya ini. Mengajak mereka untuk berfikir dan juga memperhatikan,
karena manfaatnya sangat banyak bagi hamba terutama hamba yang beriman.
AlQuran adalah sumber
rujukan abadi ilmu pengetahuan. AlQuran
bukanlah buku ilmu pengetahuan (buku ilmiah), namun apa apa yang dikemukakan
oleh AlQuran bisa dibuktikan secata ilmiah dan benar adanya sehingga dapat
dikatakan segala isi AlQuran sejalan, sesuai dengan ketentuan ilmiah.
Jumlah ayat-ayat
ilmiah dalam AlQuran mencapai sekitar 750 (tujuh ratus lima puluh) ayat di
dalamnya telah mencakup berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dengan kata lain
dapat kita simpulkan bahwa AlQuran telah memberikan isyarat tentang semua ilmu
pengetahuan ilmiah yang ada. AlQuran mengungkapkan
semua pengetahuan tersebut sebagai bukti mukjizatnya. Pengetahuan yang diungkap
oleh AlQuran tersebut lebih dahulu menjangkau ke depan mendahului kemampuan
manusia.
AlQuran adalah
mukjizat atau risalah dan bukti yang dibawa Nabi Muhammad SAW untuk menaklukkan
mereka yang membantah dan mengingkari kebenarannya. Tetapi bagi orang yang
beriman, AlQuran menyebut dirinya bukan hanya mukjizat, melainkan juga
petunjuk, yang artinya jika seseorang telah beriman dan memiliki ilmu
pengetahuan yang luas, maka akan semakin terbuka baginya pintu untuk memasuki
rahasia AlQuran dalam menggali ilmu dan hikmah yang terkandung di dalamnya.
AlQuran dapat dikatakan seperti makhluk yang hidup hal
ini dikarenakan AlQuran selalu membuka diri untuk diinterograsi, ditanya,
digali, dibantah, didebat, dan lain sebagainya selama dalam perjalanannya sejak
diwahyukan sampai sekarang. Bagi yang memiliki kedalaman ilmu kedokteran,
maka AlQuran membuka diri untuk diajak berdialog seputar kedokteran. Bagi
mereka yang menguasai ilmu pertanian, kelautan, astronomi, psikologi, teknik,
mipa ataupun cabang ilmu lainnya, maka AlQuran akan selalu membuka diri kita
untuk dikaji, digali, dan bahkan diinterograsi sesuai dengan disipilin
keilmuannya.
Kenyataannya sampai
saat ini semakin banyak sarjana muslim yang menguasai berbagai disiplin
keilimuan, mereka justru semakin respek dan yakin bahwa AlQuran adalah firman
Ilahi yang di dalamnya mengandung isyarat isyarat ilmiah yang tidak akan pernah
habis untuk secara terus menerus digali. Untuk menjawab hal tersebut, hanya ada
satu orang yang dapat menjalaninya, yaitu orang yang berilmu. Dengan bekal
ilmu, maka dapat dijadikan sebagai sarana untuk berfikir, mengkaji, mempelajari
atau dengan kata lain membaca (dalam arti luas) terhadap ayat ayat Allah yang
tersebar di alam raya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar