Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 30 April 2024

HIKMAH BERIMAN KEPADA ALLAH SWT (PART 1 of 5)

 

Sebagaimana telah kita imani bahwa Allah SWT adalah pencipta dan juga pemilik dari langit dan bumi beserta isinya. Allah SWT juga pencipta dan juga pemilik dari konsep penghambaan dan kekhalifahan yang ada di muka bumi ini. Sehingga segala ketentuan, segala hukum, segala undang-undang yang berlaku di langit dan di bumi serta yang berlaku pada konsep penghambaan dan kekhalifahan yang ada di muka bumi adalah ketentuan, hukum, undang-undang Allah SWT. Lalu siapakah diri kita saat ini? Diri kita saat ini kita bukanlah siapa-siapa, kita ada karena diadakan Allah SWT sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi untuk menjalankan segala perintah dan larangan dari Allah SWT.

 

Lalu sedang apakah kita di langit dan di bumi Allah SWT ini? Jika saat ini kita masih hidup berarti sedang terjadi tarik menarik kepentingan antara jasmani sang pembawa nilai nilai keburukan dengan ruh sang pembawa nilai nilai kebaikan. Jika jasmani yang menang maka jiwa kita masuk dalam kategori jiwa fujur, sedangkan jika ruh yang menang maka jiwa kita masuk dalam kategori jiwa taqwa.

 

Selanjutnya punya apakah kita di langit dan di bumi Allah SWT ini? Di langit dan di bumi Allah SWT ini saat ini kita menumpang, saat ini kita sedang menjadi tamu dan kita ini juga miskin, kita ini tidak memiliki apa-apa, kita ini hina. Dan jika ini adalah kondisi dasar diri kita di langit dan di bumi Allah SWT, lalu sebagai orang yang menumpang, atau sebagai tamu di langit dan di bumi, apa yang harus kita lakukan? Jika kita ingin diberi predikat sebagai orang yang menumpang yang tahu diri, atau mau menjadi tamu yang tahu diri, yang tahu adab dan sopan santun di langit dan di bumi yang tidak pernah kita ciptakan, maka kita harus menghormati Allah SWT selaku tuan rumah, sehingga ridai oleh ALLAH SWT? ibalik hukum, dibalik undang-u

kita tidak bisa seenaknya saja di langit dan di bumi Allah SWT. Kita harus mentaati dan juga harus melaksanakan segala ketentuan, segala hukum dan segala undang-undang yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

 

Saat ini diri kita sudah ada di langit dan di bumi Allah SWT dalam rangka menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, lalu yang manakah diri kita, apakah yang tahu diri, apakah yang mau menghormati Allah SWT, apakah yang mau mematuhi ketentuan, hukum dan undang-undang Allah SWT atau apakah yang tidak tahu diri, sudahlah menumpang lalu Allah SWT kita lawan? Hal yang harus kita ketahui adalah pilihan yang kita pilih tentu ada konsekuensinya. Jika kita mau menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang mampu menyenangkan hati tuan rumah berarti kita akan memperoleh sesuatu yang menyenangkan dari tuan rumah.

 

Namun jika kita ingin menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya yang tidak tahu diri, berarti bersiap-siaplah menerima ancaman, atau resiko yang harus kita tanggung saat hidup di muka bumi ini dan juga di akhirat kelak. Allah SWT selaku pencipta dan juga pemilik dari konsep penghambaan dan konsep kekhalifahan di muka bumi, tidak akan pernah menyianyiakan segala upaya diri kita di dalam melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya di muka bumi sehingga Allah SWT akan memberikan hikmah bagi setiap orang yang mampu beriman kepadaNya.

 

Hal yang pertama yang siap diberikan oleh Allah SWT adalah syurga sebagai kampung kebahagiaan. Lalu seperti apakah kondisi dari kampung kebahagiaan itu? Imam Al Ghazali” dalam bukunya “Bahagia Senantiasa: Kimia Ruhani Untuk Kebahagiaan Abadi” telah mengemukakan sebagaimana berikut ini: “Allah SWT berfirman, “Wahai manusia, bagaimana engkau mencintai dunia yang fana dan kehidupan yang sementara, padahal bagi mereka yang taat ada syurga? Mereka bisa masuk dari pintunya yang berjumlah delapan. Pada setiap syurga ada tujuh puluh ribu taman. Pada setiap taman ada tujuh puluh ribu istana yaqut. Pada setiap istana terdapat tujuh puluh ribu tempat tinggal dari zamrud. Pada setiap tempat tinggal ada tujuh puluh ribu rumah dari emas merah. Pada setiap rumah ada tujuh puluh ribu balai dari perak putih. Pada setiap balai ada tujuh puluh ribu meja makan. Di atas meja makan terdapat tujuh puluh ribu piring permata. Pada setiap piring terdapat tujuh puluh ribu aneka makanan. Di sekitar masing masing balai terdapat tujuh puluh ribu ranjang dari emas merah. Di atas setiap ranjang terdapat tujuh puluh ribu selimut dari sutera dan permadani. Di sekitar ranjang ada tujuh puluh ribu sungai dari air kehidupan, susu, madu, dan khamar. Di tengah tengah sungai terdapat tujuh puluh ribu aneka buah.

 

Pada setiap rumah terdapat tujuh puluh ribu kemah dari pohon kayu kecil, Di atas setiap ranjang ada bidadari bidadari yang di hadapannya ada tujuh puluh ribu pelayan muda bagaikan kuningnya telur yang tersimpan. Di atas setiap istana ada tujuh puluh ribu kubah. Pada setiap kubah ada tujuh puluh ribu hadiah dari Tuhan yang tak pernah dilihat oleh mata, tak pernah di dengar oleh telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati manusia. “dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,  laksana mutiara yang tersimpan baik. sebagai Balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (surat Al Waaqiah (56) ayat 20, 21, 22, 23, 24). Mereka tidak mati dan tidak pernah tua. Mereka tidak sedih, tidak puasa, tidak shalat, tidak sakit, tidak pernah kencing, serta tidak pernah buang air besar. mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya” (surat Al Hijr (15) ayat 48). Siapa yang menginginkannya, mengingat kemurahan-Ku, bertetangga dengan-Ku, serta nikmat-Ku, maka mendekatlah kepada-Ku secara tulus seraya meremehkan dunia dan merasa cukup dengan yang sedikit.” Setelah membaca dan merenungi kondisi dan keadaan syurga yang kami kemukakan diatas, bertanyalah kepada diri sendiri, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk memperoleh tiket masuknya saat kita hidup di dunia ini.

 

Selain syurga, masih ada hikmah lainnya yang juga siap diberikan oleh Allah SWT kepada umat-Nya, yaitu: 

 

AADANYA  KEBERPIHAKAN  ALLAH SWT KEPADA ORANG YANG BERIMAN (MUKMIN)

 

Adanya keberpihakan Allah SWT kepada orang beriman (mukmin) menunjukkan bahwa Allah SWT berkehendak kepada diri kita agar diri kita mampu melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi yang sekaligus menjadi makhluk yang terhormat, sehingga mampu pulang ke tempat yang terhormat dengan cara yang terhormat untuk bertemu dengan Dzat Yang Maha Terhormat, dalam suasana yang saling hormat menghormati. Dan selanjutnya untuk mempertegas keberpihakan Allah SWT kepada orang beriman (mukmin) berikut ini akan kami kemukakan bentuk-bentuk dari keberpihakan Allah SWT kepada orang mukmin yang terdapat di dalam AlQuran maupun yang ada di dalam hadits, yaitu:

 

1. Adanya Keberpihakan Allah SWT kepada orang Beriman (Mukmin) Berdasarkan AlQuran. Berikut ini akan kami kemukakan 8 (delapan) bentuk dari keberpihakan Allah SWT kepada setiap orang mukmin yang ada di muka bumi ini tanpa terkecuali, yang kesemuanya sudah dikemukakan oleh Allah SWT di dalam AlQuran, yaitu:

 

a. Dilindungi dari penipuan dan pengkhianatan. Allah SWT akan selalu memberikan perlindungan kepada setiap orang mukmin dari segala bentuk penipuan, dari segala bentuk pengkhianatan serta orang mukmin akan selalu dibimbing oleh Allah SWT untuk selalu condong di dalam perdamaian, sebagaimana dikemukakan dalam surat  Al Anfaal (8) ayat 61-62 berikut ini: “dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin.”

 

b.   Allah SWT menjadi wali atau pelindung. Allah SWT akan menjadi wali atau pelindung bagi setiap orang yang mukmin, atau Allah SWT akan menjadi pelindung dan penjaga bagi setiap orang beriman dan beramal shaleh, tanpa terkecuali. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 68 berikut ini: “Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.

 

c.  Hatinya diteguhkan dengan Iman dan diberikan ketenangan. Allah SWT menurunkan ketenangan bathin kepada setiap orang mukmin serta hatinya diteguhkan, atau ditambahkan keimanan yang ada di dalam diri. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Fath (48) ayat 4 berikut ini: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,

 

[1394] Yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi ialah penolong yang dijadikan Allah untuk orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin taufan dan sebagainya,

 

Sedangkan bagi orang kafir, atau bagi orang yang tiak mau beriman, akan ditanamkan dalam hati mereka yaitu sifat kesombongan jahiliyah, sehingga hidup yang dijalaninya tidak pernah merasakan adanya kedamaian. Sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa[1404] dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (surat Al Fath (48) ayat 26)

 

[1404] Kalimat takwa ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.

 

d.    Diselamatkan  dari  anak  durhaka. Allah SWT akan menyelamatkan diri kita dari anak durhaka, atau anak yang tidak mau berbakti kepada diri kita selaku orang tua, sepanjang diri kita masuk dalam kategori orang mukmin, sebagaimana dikemukakan dalam  surat Al Kahfi (18) ayat 80-81berikut ini: dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).” Adanya kondisi di atas ini, menunjukkan kepada diri kita jika kita mampu menjadi orang mukmin maka modal awal untuk mencipatakan keluarga sakinah sudah kita miliki.

 

e.   Dikurniai, disucikan  dan  diajar  oleh Allah SWT. Allah SWT akan memberikan karunianya kepada diri kita, sepanjang diri kita beriman dan beramal shaleh, yang dilanjutkan Allah SWT juga akan membersihkan jiwa kita serta mengajarkan diri kita Al kitab dan Al hikmah. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 164) berikut ini: “sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

 

f.  Ditinggikan derajatnya. Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang beriman dan beramal shaleh serta memberikan rezeki dan nikmat yang mulia, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Anfaal (8) ayat 4 berikut ini: Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

 

g.     Dibantu  oleh  tentara Allah SWT. Allah SWT  akan  menolong  orang beriman dan beramal shaleh melalui bala tentara-Nya yang tidak dapat kita lihat dengan mata sehingga memudahkan diri kita melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi, sebagaimana dikemukakan dalam surat At Taubah (9) ayat 26 berikut ini: “kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.”

 

h.   Disayang Allah SWT. Allah SWT akan memberikan kasih sayang-Nya kepada setiap orang yang beriman dan beramal shaleh, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Ahzab (33) ayat 43 berikut ini: “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.

 

Itulah delapan bentuk dari keberpihakan Allah SWT kepada orang mukmin, termasuk keberpihakan kepada diri kita, sepanjang diri kita masuk kriteria sebagai orang mukmin, yang kesemuanya telah dikemukakan oleh Allah SWT di dalam  AlQuran, yang tidak lain adalah Kalam Allah SWT itu sendiri. Selanjutnya sudahkah kita merasa haqqul yaqin dengan keberpihakan Allah SWT yang telah kami kemukakan di atas ini? Semua terpulang kepada diri kita masing-masing untuk menyikapi dengan baik hal-hal yang telah dikemukakan oleh Allah SWT.

 

2. Adanya Keberpihakan Allah SWT kepada orang yang beriman (mukmin) Berdasarkan ketentuan Hadits. Berikut ini akan kami kemukakan bentuk-bentuk dari keberpihakan Allah SWT kepada setiap orang mukmin yang ada di muka bumi ini, yang terdapat di dalam hadits, yaitu:

 

a.   Allah SWT menunjukkan sikap-Nya kepada orang yang beriman yang mau mendekat kepada-Nya. Apa maksudnya? Jika diri kita mendekat kepada Allah SWT sejengkal, maka Allah SWT mendekati diri kita sehasta dan jika kita  mendekat kepada Allah SWT sehasta, maka Allah SWT mendekat  kepada kita sedepa, dan jika diri kita datang kepada Allah SWT  berjalan, maka Allah SWT mendekat kepada diri kita secara berlari. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: Anas dan Abuhurairah ra, keduanya berkata: Nabi SAW bersaba: Allah ta’ala berfirman: Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta. Aku mendekat padanya sedepa, dan jika ia dating kepada-Ku berjalan. Aku akan datang kepadanya berlari (Hadits Qudsi Riwayat Bukhari, Athabarani meriwayatkan dari Salman ra, 272:12)

 

b.   Salah satu bentuk keberpihakan Allah SWT kepada manusia adalah dengan memberikan penilaian lebih tinggi kepada kebaikan yang kita perbuat dibandingkan dengan keburukan, atau kejahatan yang kita buat, sebagaimana hadits berikut ini: Abuhurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Apabila hamba-Ku merencanakan melakukan suatu amal kebajikan, kemudian tidak jadi dilakukannya, maka tetap Aku mencatat baginya suatu kebajikan, tetapi bila ia melaksanakannya, maka tetap Aku mencatat amalnya itu sepuluh kebajikan sampai berganda tujuh ratus. Dan apabila ia merencanakan untuk melakukan suatu kejahatan lalu tidak jadi dilaksanakannya, maka tidaklah Aku catat baginya, tetapi ia tetap melaksanakannya Aku catat baginya sebagai kejahatan. (Hadits Qudsi Riwayat  Bukhari dan Muslim, Attirmidzi dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah ra, 272:21). Hal ini terlihat dari besaran catatan amal yang diperbuat oleh diri kita, jika kita berbuat kebaikan, maka Allah SWT memberikan pahala sepuluh kebajikan sampai dengan tujuh ratus kebajikan. Sedangkan apabila diri kita berbuat kejahatan hanya dicatat satu kejahatan. Tidak cukup dengan itu semua, Allah SWT juga memberikan penilaian kebajikan walaupun kebaikan masih dalam niat untuk dilaksanakan, sedangkan niat kejahatan baru dinilai jika kejahatan itu telah dilakukan.

 

c. Allah SWT akan selalu menyertai diri kita sepanjang diri kita mempersangkakan Allah SWT bersama diri kita dan Allah SWT akan selalu menyertai diri kita jika diri kita selalu berdoa kepada Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Hai hamba-Ku, Aku berada menurut pikiranmu tentang diri-Ku dan Aku menyertaimu bila engkau berdoa kepada-Ku. (Hadits Qudsi Riwayat Al Hakiem, 272:118).”

 

d.   Allah SWT akan memberikan pengampunan kepada diri kita walaupun dosa yang kita perbuat tidak dapat ditampung oleh seluruh wadah yang ada di muka bumi, sepanjang diri kita tidak menyekutukan Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: “Abu Dardaa ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Andaikan hamba-Ku menghadap Aku dengan dosa-dosa sepenuh wadah-wadah yang ada di bumi, namun ia tidak bersyirik menyekutukan sesuatu kepada-Ku, akan kuhadapinya dengan pengampunan sepenuh wadah-wadah itu. (Hadits Qudsi Riwayat Aththabarani, 272:127).”

 

e.   Allah SWT  menyatakan  perang  kepada  siapapun  juga  yang telah menghina Wali Allah SWT, atau yang menghina Kekasih Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: “Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Siapa yang menghina wali-Ku (kekasih-Ku) berarti menyatakan perang kepada-Ku. Dan Aku tidak ragu dalam segala perbuatan-Ku seperti raga-Ku untuk mencabut ruh hamba-Ku yang mukmin. Ia tidak suka mati dan AKu tidak suka menganggunya, tetapi tidak boleh tidak ia harus mati. (Hadits Qudsi Riwayat Bukhari, 272:138)

 

f.      Allah SWT akan selalu mengingat diri kita sepanjang diri kita mau mengingat Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, apabila engkau ingat kepada-Ku di dalam keadaan menyendiri akan Ku-ingat kepadamu demikian pula dan bila engkau ingat kepada-Ku di dalam himpunan orang banyak Aku akan ingat kepadamu  di dalam suatu himpunan yang lebih baik dari himpunan itu. (Hadits Qudsi Riwayat Asysyairazi, 272:175)

 

g.   Allah SWT akan memberikan pengampunan kepada anak dan keturunan Nabi Adam as, sepanjang mereka meminta ampun kepada Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini: “Abu Said ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Berkata Iblis kepada Tuhannya: Demi keagungan dan kebesaran-Mu, akan aku sesatkan selalu anak-anak Adam selama ruh dikandung badan mereka. Lalu Allah berfirman kepadanya: Demi keagungan dan kebesaran-Ku akan Aku ampuni mereka selama mereka beristighfar minta ampun pada-Ku. (Hadits Qudsi Riwayat  Abu Nua’im, 272:261)

  

Berdasarkan apa-apa yang telah kami kemukakan di atas baik yang ada di dalam AlQuran dan juga hadits, menunjukkan kepada diri kita semua bahwa setiap manusia yang masuk kriteria orang mukmin sudah diberikan modal dasar yang begitu hebat oleh Allah SWT dalam rangka memudahkan dan melancarkan serta mensukseskan diri kita di dalam melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi yang sekaligus makhluk yang terhornat.

 

Sekarang apa yang terjadi setelah diri kita hidup di muka bumi,  atau apa yang terjadi setelah di dalam diri kita terjadi pertarungan antara jasmani dengan ruh, apakah sesuai dengan keberpihakan Allah SWT ataukah sesuai dengan kehendak syaitan? Berikut ini akan kami kemukakan kondisi dan keadaan yang sering terjadi pada saat ini, yaitu :

 

a.  Kita malah memperturutkan ahwa (hawa nafsu) yang didukung oleh syaitan sehingga jiwa kita menjadi jiwa fujur, padahal aslinya jiwa kita adalah jiwa taqwa.

b.    Kita malah menjadi pecundang, sedangkan syaitan malah menjadi pemenang di dalam permainan kekhalifahan di muka bumi ini.

c.      Kita malah mau diajak oleh syaitan untuk pulang kampung ke neraka Jahannam, padahal kampung asli diri kita adalah syurga.

d.  Kita malah menjadikan diri sendiri sebagai orang yang merugi karena selalu mengkotori jiwa kita sendiri (menjadikan jiwa kita masuk dalam kategori jiwa fujur), padahal aslinya jiwa kita adalah jiwa yang bersih (masuk dalam kelompok jiwa taqwa).

e.    Kita malah  bertuhankan  kepada  selain Allah SWT  dan  tidak mau mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT, padahal kita telah melaksanakan syahadat dengan mengatakan bahwa “Tiada Tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW itu utusan Allah SWT”.

f.      Kita malah menjadikan diri sendiri terhormat dihadapan syaitan sanglaknatullah, ketimbang menjadi makhluk yang terhormat dihadapan Allah Dzat Yang Maha Terhormat.

g.  Kita malah lebih suka membeli tiket masuk ke neraka Jahannam ketimbang membeli tiket masuk ke syurga. Padahal tiket masuk ke syurga lebih murah dibandingkan dengan tiket masuk ke neraka.

h.   Kita hanya mampu menjadikan diri ini hanya sebagai penonton, hanya sebagai pengagum, hanya sebagai komentator atas kebesaran dan kemahaan Allah SWT. Padahal kebesaran dan kemahaan dari Allah SWT bukan untuk ditonton, bukan untuk dikagumi, apalagi untuk dikomentari, tetapi untuk kita rasakan secara langsung melalui kenikmatan bertuhankan Allah SWT melalui iman yang kita miliki.

i.   Kita lebih suka membuat jarak dengan Allah SWT karena kita salah persepsi, karena kita salah meyakini keberadaan Allah SWT, padahal Allah SWT sendiri sudah tidak berjarak lagi dengan diri kita.

j.      Kita hanya mampu melaksanakan perintah Allah SWT sebatas ritual dan rutinitas belaka, namun kita tidak mampu memperoleh apa yang terdapat dibalik makna hakiki dari setiap perintah yang telah diperintahkan Allah SWT.

k.   Kita lebih suka mendapatkan pahala, atau sibuk mengejar pahala dibandingkan merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT. Sehingga yang ada pada diri kita sibuk dengan tata cara melakukan ibadah, namun lupa akan hakekat dari ibadah yang tidak melanggar syariat yang berlaku.

 

Jika syaitan pulang kampung ke api, karena kampung halamannya memang disana, sehingga hal ini tidak menjadi persoalan bagi syaitan untuk pulang kampung ke neraka Jahannam, karena api akan kembali ke api. Akan tetapi justru kita yang kampung aslinya adalah syurga justru mau dihasut, mau diajak untuk pulang kampung oleh syaitan ke neraka Jahannam dengan menukar syurga dengan neraka.

 

Jadi siapakah yang bodoh, jadi siapakah yang tidak tahu diri, jadi siapakah yang lebih hebat, manusiakah ataukah syaitankah, yang pintar membodohi diri kita, yang pintar mengakali diri kita, sehingga kita mau dengan sukarela menjual tiket masuk ke syurga untuk membeli tiket masuk ke neraka Jahannam saat hidup di dunia ini? Untuk itu jangan pernah sekalipun untuk menyalahkan, apalagi menyudutkan Allah SWT yang telah begitu memihak kepada diri kita. Namun karena kebodohan, karena ketidakpercayaan, karena ketidakyakinan diri kita sendiri kepada Allah SWT, maka syaitan sanglaknatullah mampu menggoda, mampu merayu diri kita sehingga kita menjadi tetangga syaitan di neraka Jahannam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar