Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 03 April 2024

INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA DARI ALLAH SWT UNTUK KITA (PART 1 of 7)


Dan jika saat ini kita masih hidup, berarti sekarang kita sudah menerima AlQuran yang berasal dari wahyu Allah SWT dalam keadaan tertulis. Lalu, sudahkah kita mengetahui apa itu AlQuran yang sesungguhnya, apakah hanya sekedar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as, ataukah lebih dari sekedar wahyu?

 

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita bercermin dengan kejadian yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari, yaitu katakan kita membeli sebuah handphone merek “BRB”, lalu di handphone tersebut disertakan sebuah buku manual. Timbul pertanyaan, apakah buku manual itu? Buku manual yang dibuat oleh pabrikan handphone memiliki makna multi dimensi. Buku manual bisa bermakna sebagai petunjuk dan pedoman penggunaan handphone yang sesuai dengan kualifikasi pabrikan. Buku manual juga bisa bermakna sebagai sarana untuk menunjukkan pabrikan sebagai ahlinya handphone serta bagaimana memperoleh after sales service jika handphone mengalami gangguan. Buku manual juga bisa bermakna sebagai sarana untuk memperkenalkan pabrikan kepada konsumen, dan Buku Manual juga bisa bermakna sebagai sarana untuk menunjukkan kepada dunia bahwa inilah aku produsen handphone merek “BRB”.

 

Lalu bisakah buku manual dipisahkan dengan keberadaan handphone merek “BRB”? Berdasarkan keterangan di atas ini, buku manual suatu produk merupakan bagian yang tidak terpisahkan antara produsen, produk yang dihasilkan dan juga dengan konsumen selaku pemakai dan pengguna suatu produk.

 

Lalu, bagaimana dengan AlQuran dalam konteks buku manual penghambaan kepada Allah SWT dan juga pelaksanaan kekhalifahan di muka bumi? Hal yang samapun berlaku kepada AlQuran, dimana AlQuran juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Allah SWT dan juga dengan rencana besar penghambaan kepada Allah dan juga pelaksanaan kekhalifahan yang ada di muka bumi  ini, sehingga antara Allah SWT dengan hamba-Nya dan juga dengan khalifah-Nya dan juga dengan AlQuran yang diturunkan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.

 

Dan dengan adanya AlQuran yang telah diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi maka Allah SWT telah menunjukkan adanya pedoman yang baku untuk menjadi hamba-Nya dan juga menjadi khalifah yang sesuai dengan kehendak-Nya dan bagaimana cara untuk memperoleh pertolongan Allah SWT melalui cara cara yang dikehendaki oleh Allah SWT.  Sehingga setiap hambaNya dan  khalifahNya yang ada di muka bumi ini pada prinsipnya tidak bisa melepaskan diri dari ketentuan yang ada di dalam AlQuran dan juga dengan Allah SWT, terkecuali jika kita sendiri yang melepaskan diri tidak mau berpedoman kepada AlQuran.

 

Sekarang AlQuran yang telah diturunkan oleh Allah SWT sudah ada dihadapan diri kita dan jika kita merasa terikat dengan segala ketentuan AlQuran sudahkah kita mengimani hal ini? Lalu sudahkah kita mempelajarinya, lalu merenungi dan memahaminya, yang dilanjutkan dengan mengamalkan, menghafalkan dan menyebarluaskannya serta menjadikan diri kita menjadi AlQuran berjalan? Jika kita adalah abd’ (hamba) dan yang juga khalifah Allah SWT di muka bumi maka kita tidak bisa hanya sebatas membaca AlQuran semata karena keterikatan diri kita dengan Allah SWT dan juga dengan dijadikannya diri kita menjadi hambaNya dan menjadi khalifahNya tidak selesai dengan mampunya diri kita  membaca AlQuran yang sesuai dengan tartil dan tajwid yang baik dan benar.

 

Namun masih ada lagi yang harus kita pahami tentang AlQuran, seperti sudahkah kita memahami apa itu AlQuran yang sesungguhnya, seperti apakah isi dan kandungan AlQuran yang masuk dalam kategori ayat ayat kauniyah dan juga ayat ayat kauliyah itu, untuk apakah AlQuran itu diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi, lalu apa yang harus kita perbuat dengan diturunkannya AlQuran dan apa resiko jika kita tidak mengakuinya dan apa tantangan bagi orang yang tidak mau mengakui AlQuan sebagai buku manual serta apa hikmah yang dapat kita peroleh melalui turunnya AlQuran ke muka bumi ini.

 

Sekarang mari kita bahas salah satu dari hal di atas ini yaitu tentang apa itu AlQuran yang sesungguhnya, apakah sekedar wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT ataukah adakah hal lain yang menunjukkan bahwa AlQuran itu sangat luar biasa, sehingga mencerminkan Allah SWT selaku narasumber utama yang sangat luar biasa pula. Dan inilah AlQuran yang sangat luar biasa itu:

 

A.     ALQURAN ADALAH AUTOBIOGRAFI ALLAH SWT.

 

AlQuran adalah Autobiografi Allah SWT. AlQuran dikatakan sebagai autobiografi Allah SWT dikarenakan isi dan kandungan AlQuran itu sendiri tidak lain adalah penjabaran, pemaparan, pengungkapan dari kemahaan serta kebesaran Dzat Allah SWT, kemahaan Sifat Allah SWT dan kemahaan Asma Allah SWT yang temaktub dalam nama namaNya yang indah lagi baik (asmaul husna).

 

Selain daripada itu melalui AlQuran yang diturunkannya  Allah SWT sendirilah yang memperkenalkan NamaNya dan juga menunjukkan keberadaanNya kepada umat manusia selain melalui ciptaanNya, melalui tanda tanda kebesaran dan kemahaanNya sehingga Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan ciptaanNya dan juga dengan tanda tanda keberasan dan kemahaanNya. Akhirnya melalui isi dan kandungan AlQuran akan tercermin kehendak (iradat) Allah, kemampuan (qudrat) Allah dan ilmu Allah SWT yang sangat luar bisa kemahaannya.

 

Untuk itu perhatikanlah dengan seksama isi dan kandungan AlQuran, yang mana di dalam isi dan kandungan AlQuran itu, kita akan menemukan serta akan mengetahui hal-hal sebagai berikut tentang Allah SWT, yaitu:

 

1.        Apa itu Allah SWT. Apa itu Allah SWT? Jawaban dari pertanyaan ini ada pada surat Thaahaa (20) ayat 14 berikut ini: Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” Allah SWT adalah Dzat yang menamakan dirinya sendiri Allah SWT dimana Allah SWT menerangkan diri-Nya sendiri dengan mengatakan bahwa Aku adalah Allah SWT, tidak ada tuhan yang hak selain Aku.  Dan dengan adanya pernyataan Allah SWT tentang Allah SWT itu sendiri, terlihat dengan jelas bahwa yang menamakan diri Allah bukanlah siapa-siapa, akan tetapi Allah itu sendirilah yang menamakan dirinya Allah. Sehingga dengan adanya pernyataan yang berasal dari Allah SWT itu sendiri melalui AlQuran maka kita akan tahu dan mengerti apa dan siapa itu Allah  SWT yang sesungguhnya. Adanya kondisi ini maka kita yang sedang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT, maka kita tidak diperkenankan untuk merubah, menambah, atau mengurangi apalagi mengganti nama Allah SWT dengan sesuatu nama apapun juga, terkecuali jika kita mau menjadi manusia yang tidak tahu diri sudahlah menumpang masih pula melawan “Tuan Rumah”. Betapa tidak tahu dirinya kita!

 

2.        Inilah Allah SWT. Untuk memudahkan kita memahami tentang Inilah Allah SWT yang sesungguhnya. Kami akan mempergunakan 3(tiga) buah pendekatan yang terdiri dari pendekatan atas DzatNya; pendekatan atas Sifat SalbiyahNya dan Sifat Ma’aniNya  dan melalui pendekatan Af’al (Perbuatan) Allah SWT yang termaktub dalam nama namaNya yang indah lagi baik (asmaul husna). Untuk itu perkenankan kami untuk mempergunakan istilah 1.6.7.99. Sekarang apa yang dimaksud dengan istilah 1.6.7.99 ? Adapun istilah dari 1.6.7.99 dapat kami artikan sebagai berikut :

 

a.       Angka 1(satu) melambangkan Allah SWT yang tidak lain adalah Dzat yang menamakan dirinya sendiri Allah SWT, dimana  Allah SWT adalah yang pertama kali ada dan akan ada sampai kapanpun juga sehingga yang lain ada karena adanya Allah SWT, atau dengan kata lain Allah SWT mustahil tidak ada. 

b.       Angka 6 (enam) melambangkan Sifat Salbiyah yang dimiliki Allah SWT, yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh Allah SWT semata, yang terdiri dari sifat Wujud, sifat Qidam, sifat Baqa, sifat Mukhalafah Lil Hawadish, sifat Qiyamuhu Binafsih, sifat Wahdaniah.

c.       Angka 7 (tujuh) melambangkan Sifat Ma’ani dari Allah SWT yang terdiri dari sifat Qudrat,  sifat Iradat, sifat Ilmu, sifat Sami’, sifat Bashir, sifat Kalam, sifat Hayat.

d.       Angka 99 (Sembilan puluh Sembilan) melambangkan perbuatan (af’al) Allah SWT yang mencerminkan nama nama yang indah lagi baik dari Allah SWT (atau disebut juga dengan Asmaul Husna).

 

Hal yang harus kita perhatikan adalah ketentuan 1.6.7.99 bukanlah ketentuan yang berdiri sendiri sendiri, melainkan ketentuan yang saling kait mengkait satu dengan yang lainnya sehingga tidak bisa dipisahkan oleh sebab apapun juga, dimana pendekatan Dzat tidak bisa dilepaskan dengan pendekatan sifat salbiyah dan sifat ma’ani serta dengan af’al (perbuatan) Allah yang termaktub dalam nama namaNya yang indah lagi baik. Sehingga konsep 1.6.7.99  merupakan   konsep yang bermakna syahadat atau konsep pernyataan sikap yang berbunyi: “Tidak ada Tuhan yang 1 (satu) melainkan Allah, yang memiliki sifat Salbiyah yang 6 (enam), yang memiliki sifat Ma’ani yang 7 (tujuh)  dan yang memiliki af’al (perbuatan) yang termaktub dalam 99 (sembilan puluh sembilan) nama namaNya yang indah lagi baik (asmaul husna) dan itulah Allah SWT. 

 

Adanya AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT maka setiap manusia memiliki informasi, ilmu dan pengetahuan  tentang Allah SWT dari tangan pertama, dalam hal ini dari Allah SWT itu sendiri melalui AlQuran yang diturunkanNya. Akhirnya melalui isi dan kandungan AlQuran kita bisa mengetahui siapa itu Allah SWT dan harus bagaimana kita bersikap kepada Allah SWT dan juga kita akan mengetahui pula ada hubungan apa kita dengan Allah SWT. Lalu, kita juga akan mengetahui dengan baik dan benar apa hak hak Allah SWT kepada diri kita dan apa kewajiban kita kepada Allah SWT yang pada akhirnya terjalinlah hubungan yang baik dan benar antara diri kita dengan Allah SWT melalui petunjuk AlQuran.

 

3.        Siapa itu Allah SWT. Jawaban dari pertanyaan ini ada pada surat Ibrahim (14) ayat 2  berikut ini: “Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.” didapat jawaban siapa Allah SWT itu, Allah SWT adalah pemilik dari langit dan bumi yang sedang kita tempati saat ini dan jika langit dan bumi dimiliki oleh Allah SWT berarti kita adalah orang yang menumpang, atau tamu yang harus mematuhi segala ketentuan, hukum, undang-undang dari Allah SWT selaku pemilik dari langit dan bumi. Selain daripada itu, berdasarkan surat As Sajdah (32) ayat 4-5 berikut ini: Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan? Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu[1190].”

 

[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

[1190] Maksud urusan itu naik kepadanya ialah beritanya yang dibawa oleh malaikat. ayat ini suatu tamsil bagi kebesaran Allah dan keagunganNya.

 

Allah SWT adalah pencipta dari langit dan bumi beserta segala isinya dan ini berarti hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu, yang paling paham, paling mengerti, yang memiliki ilmu atas segala apa-apa yang telah diciptakannya sehingga Allah SWT sangat berkuasa disegala apapun juga. Selain daripada itu, Allah SWT adalah pengatur segala apa-apa yang ada di langit dan di bumi beserta segala isinya. Jika ini kondisi dasar Allah SWT lalu sudahkah kita menyadarinya! Allah SWT berfirman: Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (surat Al Hasyr (59) ayat 22, 23, 24).

 

Berdasarkan ketentuan surat Al Hasyr (59) ayat 22, 23, 24 yang kami kemukakan di atas, kita akan mengetahui bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang  Maha Pemurah, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Sejahtera, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Menciptakan dan lain sebagainya. Adanya informasi dan ilmu pengetahuan Allah SWT di atas, maka kita harus bisa menempatkan dan meletakkan Allah SWT sesuai dengan Kemahaan dan Kebesaran Allah SWT itu sendiri sehingga kita tidak bisa mensejajarkan diri dengan Allah SWT sampai dengan kapanpun juga.

 

4.        Seperti apakah Allah SWT atau bagaimana itu Allah SWT. Sebahagian dari jawaban dari pertanyaan ini ada pada surat Faathir (35) ayat 38 berikut ini: Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi hati.Sedangkan berdasarkan surat Al Qashash (28) ayat 88 berikut ini: janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” Allah SWT dengan tegas menyatakan mengetahui segala sesuatu baik yang tersembunyi maupun yang nyata di langit dan di bumi termasuk mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati manusia. Selain daripada itu Allah SWT juga menyatakan bahwa segala sesuatu pasti akan binasa, terkecuali Allah SWT itu sendiri serta Allah SWT adalah penentu akhir dari kekhalifahan yang ada di muka bumi ini sehingga Allah SWT lah yang akan menentukan siapa yang berhak menempati neraka dan siapa yang berhak menempati syurga.

 

5.        Dimana Allah SWT. Jawaban dimana  Allah SWT berada ada pada surat Yunus (10) ayat 3 sebagaimana berikut ini: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?.” Dimana Allah SWT menyatakan bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam masa oleh Allah SWT lalu Allah SWT bersemayam di Arsy untuk mengatur seluruh ciptaannya tanpa terkecuali. Lalu Allah SWT berfirman dalam  surat Qaaf (50) ayat 16 berikut ini: “dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,

 

Allah SWT juga menyatakan bahwa keberadaannya lebih dekat daripada urat leher. Hal yang harus kita pahami dengan benar tentang ketentuan di atas adalah yang bersemayam di Arsy adalah Dzat-Nya Allah SWT, seperti halnya Presiden Republik Indonesia yang berkedudukan tetap di Ibukota Negara yaitu Jakarta, dalam hal ini Istana Negara. Sedangkan yang lebih dekat dengan urat leher bukannya Dzat-Nya Allah SWT adalah kemahaan Allah SWT, kebesaran Allah SWT, pengawasan Allah SWT, kekuasaan Allah SWT yang kesemuanya tidak bisa dipisahkan dengan apa apa yang diciptakanNya oleh sebab apapun juga.

 

Allah SWT bukanlah sesuatu yang bersifat ghaib hal ini dikarenakan apa apa yang diciptakan oleh Allah SWT dapat kita lihat dengan kasat mata dan dapat didengar langsung lewat telinga serta dapat kita rasakan melalui adanya tanda tanda kebesaran dan kemahaan Allah SWT melalui hati dan perasaan. Dan juga  Allah SWT selalu berada dan bersama ciptaanNya dan Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan tanda tandaNya melalui rasa keimanan yang ada dalam diri kita.

 

Apa yang kami kemukakan akan menjadi sesuatu yang mustahil terjadi jika ada suatu ciptaan dan jika ada suatu tanda-tanda dari kebesaran dan kemahaan tanpa ada yang menciptakan dan tanpa ada yang memberikan tanda tanda sebagai manifestasi kemahaan dan kebesaran dari pemilik tanda-tanda. Kenyataan yang terjadi saat ini adalah ciptaannya dapat kita lihat dengan mata, tanda tanda kebesaran dan kemahaannya dapat kita lihat melalui mata hati. Adanya hal ini menunjukkan kepada diri kita melalui keimanan bahwa Allah SWT pasti ada dibalik ciptaannya dan Allah SWT pasti ada dibalik tanda tandanya sehingga Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan kedua hal tersebut sampai kapanpun juga.

 

Jika di setiap ciptaan yang ada di langit dan di muka bumi ini berlaku ketentuan seperti yang kami kemukakan di atas maka dapat dipastikan Allah SWT pasti berada di mana saja karena Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan apa apa yang telah diciptakanNya dan Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan apa apa yang dimilikiNya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 115 berikut ini: dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.”

 

Allah SWT berada di manapun, ada di barat, ada di timur, ada di utara, ada di selatan sehingga Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan segala apa yang diciptakan-Nya. Jika sekarang Allah SWT berada di setiap apa apa yang diciptakanNya lalu diposisi manakah Allah SWT pada diri kita? Sepanjang manusia termasuk diri kita adalah ciptaan Allah SWT maka sepanjang itu pula keberadaan Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan diri kita.  Yang menjadi persoalan adalah diri kita sendiri yang sering melepaskan diri dari Allah SWT dan jika sudah demikian berarti kita sendiri pula yang memberikan kesempatan bagi syaitan melaksanakan aksinya kepada diri kita.

 

Sekarang sudahkah kita mampu melihat, berjumpa dan merasakan Allah SWT yang sudah berada di manapun kita berada? Semoga kita mampu merasakan kehadiran Allah SWT melalui rasa keimanan yang ada di dalam dada sehingga saat diri kita beribadah terasa nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT selalu menyertai diri kita. Kondisi ini baru akan terjadi jika ibadah yang kita lakukan bukanlah untuk melepaskan kewajiban semata dan juga bukan untuk mencari pahala melainkan kita melaksanakan ibadah karena ibadah itu kebutuhan diri kita, lalu dilanjutkan dengan berbuat kebaikan dari waktu ke waktu sebagai wujud dari pelaksanaan ibadah. 

 

6.        Ada Berapa Allah SWT. Jawabannya ada pada surat Al Anbiyaa (21) ayat 108  berikut ini: Katakanlah: "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: "Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa. Maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)."Allah SWT dengan tegas menyatakan bahwa hanya satu Allah SWT sehingga tidak ada tuhan selain Allah SWT yang mampu menciptakan dan yang mampu memiliki alam semesta ini termasuk di dalamnya yang mampu menciptakan kekhalifahan yang ada di muka bumi ini. Jika Allah SWT sendiri yang telah menyatakan hanya ada satu Allah SWT, lalu apakah kita yang sedang menumpang, yang sedang merantau, yang sedang menjadi tamu di muka bumi ini justru berani mengatakan ada tuhan lain selain Allah SWT. Jika ini sampai terjadi pada diri kita memang sudah sepantasnya kita menjadi penghuni Neraka karena tidak tahu diri.

 

7.        Allah SWT Berada Dimanapun Kita Berada. Allah SWT menyatakan selalu berada di manapun diri kita berada, atau sepanjang diri kita masih bernaung dan menjadi tamu di langit dan di bumi yang diciptakan dan yang dimiliki Allah SWT maka pasti Allah SWT akan selalu bersama diri kita dimanapun kita berada. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Hadiid (57) ayat 4 berikut ini, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy[1453] Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya [1454]. dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

 

[1453] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[1454] Yang dimaksud dengan yang naik kepada-Nya antara lain amal-amal dan do´a-do´a hamba.

 

Hal yang harus kita ingat adalah yang bersama dengan diri kita adalah bukanlah Dzat Allah SWT, akan tetapi yang selalu bersama diri kita adalah sifat Ma’ani Allah SWT yang tujuh dan Asmaul Husna yang berjumlah sembilan puluh sembilan. Adanya kondisi ini berarti dimanapun kita berada, dalam kondisi apapun kita, kita dapat berkomunikasi dengan Allah SWT, kita dapat meminta pertolongan kepada Allah SWT, kita dapat meminta petunjuk kepada Allah SWT, dengan catatan sepanjang diri kita mau dan mampu menempatkan Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, atau sepanjang diri kita mau melaksanakan Diinul Islam yang secara menyeluruh (kaffah) serta menempatkan Allah SWT dekat dengan diri kita, sebagaiman hadits berikut ini: Tsauban ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Nabi Musa berdoa: Ya Rabbi, Dekatkah Engkau untuk saya bercakap-cakap atau jauhkah untuk saya panggil? Saya merasakan dan mendengarkan suara-Mu yang merdu, namun tidak bisa melihat-Mu, dimanakah Engkau? Allah berfirman: “Aku berada di belakangmu, di depanmu, di sebelah kananmu, dan di sebelah kirimu”. Wahai Musa, Aku teman hamba-Ku di waktu ia menyebut nama-Ku dan Aku bersama dia bila dia berdoa kepada-Ku”. (Hadits Qudsi Riwayat Addailami; 272:254).” 

 

Dan jika kita termasuk orang yang telah Tahu Diri, yaitu Tahu siapa diri kita yang sebenarnya dan Tahu siapa Allah SWT yang sesungguhnya, maka sudah sepatutnya diri kita meminta pertolongan dan meminta petunjuk kepada Allah SWT semata. Sekarang tergantung diri kita apakah yang sudah dekat dan bersama diri kita ini kita jadikan berjarak. Ingat, Allah SWT ada di belakang kita, Allah SWT ada di depan kita, Allah SWT ada di atas diri kita dan juga Allah SWT ada dihadapan kita, Allah SWT ada di sebelah kanan kita, serta Allah SWT ada di sebelah kiri kita. Adanya kondisi ini berarti kita semua sudah berada di dalam kekuasaan Allah SWT, kita semua sudah berada di dalam pengawasan Allah SWT, atau kita semua sudah berada bersama Allah SWT sehingga kita tidak bisa melepaskan diri dari Allah SWT. Lalu mau kemana lagi kita mau pergi?  

 

Sebagai abd’ (hamba)Nya dan juga sebagai khalifahNya yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, apakah kondisi Allah SWT yang sudah bersama diri kita dimanapun kita berada, akan kita acuhkan begitu saja, atau apakah segala fasilitas yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk diri kita kita sia-siakan berlalu, atau apakah segala kesempatan dari Allah SWT berlalu begitu saja sehingga kita justru beralih meminta bantuan kepada syaitan yang juga sudah dekat dengan diri kita, atau apakah memang kita tidak butuh lagi dengan Allah SWT karena merasa sudah hebat?

 

8.        Allah SWT Mengetahui, Menyaksikan, Memperhatikan Apapun Yang Ada Di langit Dan Yang Ada Di bumi. Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam semesta ini, pasti mengetahui apapun juga yang ada di langit dan yang ada di bumi sepanjang semuanya diciptakan oleh Allah SWT. Jika ini kondisinya berarti Allah SWT adalah Yang Maha Tahu, Yang Maha Mengerti, Yang Maha Ahli dari apa-apa yang diciptakannya, termasuk di dalamnya Yang Maha Ahli tentang diri kita, tentang anak dan keturunan kita, tentang syaitan dan juga tentang ahwa (hawa nafsu), tentang hewan, tentang tumbuhan dan lain sebagainya.

 

Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. (surat Ali Imran (3) ayat 5).” Selain itu Allah SWT juga berfirman dalam surat Al An’am (6) ayat 59 berikut ini: “dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)." Dimana Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam semesta ini telah menyatakan dengan tegas bahwa Allah SWT mampu menyaksikan diri kita dimanapun diri kita berada.

 

Lalu kemanakah kita akan bersembunyi, kemanakah kita akan lari? Untuk itu renungkanlah sekali lagi jika kita ingin berbuat sesuatu hal yang berada di dalam koridor nilai-nilai keburukan yang paling sesuai dengan kehendak syaitan sang laknatullah, karena Allah SWT dapat dipastikan mampu menyaksikan apa yang kita lakukan. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (surat Al Mujaadilah (58) ayat 7)

 

Inilah kondisi dasar dari Allah SWT kepada seluruh apa yang diciptakan-Nya, untuk itu tempatkanlah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan diri kita sebagaimana mestinya. Jangan sia-siakan dekatnya Allah SWT kepada diri kita dengan berbuat keburukan dihadapan-Nya yang mengakibatkan Allah SWT tidak menyukai sikap kita. Buatlah Allah SWT yang sudah dekat dengan diri kita dengan perbuatan-perbuatan yang membuat Allah SWT bangga dan senang dengan diri kita.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, jangan sampai diri kita merasa aman tidak akan diketahui oleh Allah SWT jika berbuat korupsi, jika menipu, atau merasa aman mengambil hak orang  lain baik sendiri-sendiri ataupun berjamaah. Ingat Allah SWT pasti mengetahui apa yang kita perbuat. Apa buktinya? Berdasarkan surat Thaahaa (20) ayat 46 berikut ini:"Janganlah kamu berdua khawatir, Sesungguhnya aku beserta kamu berdua, aku mendengar dan melihat". Allah SWT dengan tegas menyatakan “Aku Mendengar dan Aku Melihat”, apa apa yang dilakukan oleh setiap  manusia.

 

Untuk itu jika saat ini kita sudah tidak malu-malu lagi mengambil hak orang lain melalui korupsi, melalui kolusi dan melalui nepotisme karena merasa Allah SWT tidak tahu dengan apa yang kita perbuat, ada baiknya kita belajar kepada kucing yang malu jika mengambil makanan dengan cara mencuri, atau carilah bumi dan langit lain diciptakan oleh selain Allah SWT sehingga bebas berbuat sekehendak hati kita. Sekarang siapakah yang lebih tahu diri dan tahu malu, antara kucing dengan manusia yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme saat hidup di muka bumi ini?

 

9.        Allah SWT Mengetahui Setiap Bisikan Hati Kita. Hal ini telah dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Qaaf (50) ayat 16 sebagaimana kami kemukakan berikut ini: dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari kekhalifaan di muka bumi, sangat hebat sampai-sampai mampu mengetahui setiap bisikan hati diri kita. Adanya kondisi ini  mengharuskan diri kita agar selalu berhati-hati di dalam mempergunakan hati. Hati dapat diibaratkan sebagai “black box” yang bisa merekam jejak, yang merekam segala aktifitas baik yang sesuai dengan kehendak Allah SWT dan juga yang sesuai dengan kehendak syaitan.

 

Hati juga dapat menjadi cermin bagi diri kita, jika cermin itu bersih dan bersinar karena tidak ada noda akibat perbuatan dosa, maka akan terpancar menjadi aura bagi seseorang. Demikian pula sebaliknya, jika hati kotor karena banyak noda akibat perbuatan dosa maka akan tercermin di raut muka seseorang yang kelam, sering mengeluh dan banyak mencerca kepada orang lain. Untuk itu berhati hatilah dalam berbuat karena seluruh perbuatan yang kita lakukan dapat terekam dalam “black box” diri dan hal itu tidak bisa disembunyikan dihadapan Allah SWT.

 

10.    Allah SWT Mengabulkan Doa Kita Jika Dilakukan Tanpa Perantara. Allah SWT dengan tegas menyatakan akan mengabulkan doa yang dimohonkan kepada Allah SWT secara langsung tanpa melalui perantara. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa Allah SWT siap bertanggung jawab kepada diri kita yang telah diutusnya ke muka bumi, atau Allah SWT siap membuktikan untuk menolong, untuk membantu, serta siap menjadi Tuhan bagi setiap hamba-Nya yang mau ditolong, yang mau dibantu oleh Allah SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 186 yang kami kemukakan berikut ini: “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”  

 

Berdasarkan ketentuan ayat di atas, Allah SWT sendirilah yang menghendaki diri kita untuk berdoa kepada-Nya saja. Sekarang coba kita bayangkan jika sampai Allah SWT tidak menghendaki diri kita untuk berdoa hanya kepada-Nya saja, lalu apa yang bisa kita perbuat dalam kehidupan ini. Padahal bantuan dan pertolongan Allah SWT sangat kita butuhkan saat melaksanakan tugas di muka bumi ini. Agar doa dan permohonan yang kita ajukan kepada Allah SWT dapat dikabulkan, syaratnya ada 3 (tiga) yaitu kita diwajibkan oleh Allah SWT untuk mematuhi segala apa yang telah diperintahkannya, yang dilanjutkan beriman kepada Allah SWT serta selalu berada di dalam kebenaran. Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, sudahkah syarat dan ketentuan ini kita penuhi sebelum mengajukan doa dan permohonan kepada Allah SWT?  Jika belum jangan pernah salahkan Allah SWT jika doa dan permohonan kita tidak dikabulkan oleh Allah SWT.

 

Hal yang harus kita ketahui dan pahami adalah meminta pertolongan langsung kepada Allah SWT melalui doa yang kita panjatkan harus tanpa perantara. Kita diwajibkan memohon langsung secara individual kepada Allah SWT karena sampai dengan kapanpun juga hanya Allah SWT sajalah Yang Maha Tahu, Yang Maha Ahli, dan yang paling mengerti tentang diri kita. Selain dari pada itu, alangkah naifnya, alangkah lucunya, jika sampai diri kita meminta pertolongan kepada selain Allah SWT, sedangkan yang diminta tolong tidak mampu menolong dirinya sendiri. Inilah ironi yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu sudah jelas bahwa hanya Allah SWT saja yang mampu menolong diri kita, tetapi Allah SWT justru yang kita tinggalkan, atau justru Allah SWT tidak kita yakini mampu untuk menolong diri kita, atau malah kita berseberangan dengan  Allah SWT. Hasil akhir dari ini semua adalah Allah SWT pasti tidak akan pernah mau menolong diri kita.

 

Adanya 10 (sebelas) buah informasi yang tegas di dalam AlQuran tentang Allah SWT, maka tidaklah berlebihan jika AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT kepada diri kita selaku umat Nabi Muhammad SAW merupakan media bagi Allah SWT untuk memperkenalkan Allah SWT itu sendiri kepada umat manusia yang dituangkan ke dalam sebuah buku manual, dalam hal ini adalah AlQuran dan benar pulalah bahwa AlQuran adalah Wahyu Allah SWT. Sekarang semuanya terpulang kepada diri kita sendiri maukah menerima AlQuran yang berasal langsung dari Allah SWT untuk kepentingan diri kita sendiri.

 

Selanjutnya masih ada hal lain yang sangat-sangat penting tentang Allah SWT yang terdapat di dalam AlQuran, untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama surat Ali Imran (3) ayat 18 yang kami kemukakan berikut ini: Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 18 yang kami kemukakan di atas, Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam dari semesta ini memberikan kesaksian atas dirinya sendiri. Bayangkan Allah SWT memberikan kesaksian tentang dirinya sendiri di dalam AlQuran. Selaku pemberi kesaksian tentu Allah SWT paham benar, mengerti benar tentang keadaannya sendiri, dibandingkan dengan makhluknya yang memberikan kesaksian melalui syahadat. Untuk itu tolong perhatikan dengan seksama beberapa pertanyaan di bawah ini?

 

1.       Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa Allah SWT adalah Dzat yang menamakan dirinya sendiri Allah SWT, dimana Dzat itu ada tanpa ada yang menyertainya ada?

 

2.       Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa Allah SWT adalah Dzat yang memiliki Sifat Salbiyah yang enam (maksudnya memiliki sifat Wujud, sifat Qidam, sifat Baqa, sifat Mukhalafah Lil Hawadish, sifat Qiyamuhu Binafsih, sifat Wahdaniyah), yang tidak akan mungkin dimiliki oleh siapapun juga?

 

3.       Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa  Allah SWT adalah Dzat yang memiliki sifat Ma’ani yang tujuh (maskudnya sifat Qudrat, sifat Iradat, sifat Ilmu, sifat Sami’, sifat Bashir, sifat Kalam, sifat Hayat) yang kesemuanya tidak dapat dipisahkan dengan sifat Salbiyah?

 

4.       Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa Allah SWT adalah Dzat yang memiliki Af’al atau Perbuatan Allah SWT yang mencerminkan Nama-Nama Allah SWT yang Indah yang berjumlah 99 (Sembilan puluh Sembilan) atau Asmaul Husna?

 

5.       Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa Allah SWT akan berada dan bersama seluruh ciptaannya dimanapun berada sehingga seluruh ciptaan tidak mungkin dapat dipisahkan dengan Allah SWT?

 

6.       Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa Allah SWT adalah pencipta dari seluruh alam semesta ini dan juga kekhalifahan yang ada di muka bumi ini tanpa bantuan siapapun juga?

 

7.       Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT bahwa  Allah SWT adalah pencipta Diinul Islam yang tidak lain adalah satu-satunya konsep ilahiah yang berlaku di muka bumi ini untuk kepentingan kekhalifahan yang ada di muka bumi?

 

8.       Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT dengan segala kebutuhan manusia, dengan segala problema manusia, baik saat menghadapi ahwa dan syaitan?

 

9.       Sekarang tahukah Allah SWT, mengertikah Allah SWT, pahamkah Allah SWT dengan segala azab yang telah ditimpakan kepada manusia-manusia terdahulu akibat tidak mau beriman kepada-Nya?

 

Allah SWT sampai dengan kapanpun juga dapat dipastikan tahu, Allah SWT dapat dipastikan mengerti dan Allah SWT dapat dipastikan paham betul dengan keberadaan dirinya sendiri. Allah SWT juga mengerti dan paham betul dengan keberadaan ciptaannya sendiri, dengan keberadaan manusia baik awal sampai dengan akhir, tanpa terkecuali termasuk diri kita. Lalu untuk apa Allah SWT sampai mengemukakan kesaksian atas dirinya sendiri kepada diri kita melalui AlQuran? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita bercermin dengan sesuatu yang terjadi pada kehidupan kita sehari-hari.

 

Sebagai orang tua, kita sering menceritakan pengalaman hidup kepada anak-anak, lalu untuk apakah kita melakukan itu semua? Dengan menceritakan pengalaman hidup baik suka ataupun duka, yang kita alami kepada anak, maka kita berharap anak-anak mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang terdapat dibalik cerita yang kita kemukakan dan kita juga berharap agar anak tidak sombong dengan apa yang telah dicapainya hari ini serta jangan sampai anak mengulangi hal-hal yang tidak mengenakkan yang pernah kita alami serta mampu menjadikan diri kita sebagai contoh yang baik saat menjalani kehidupan.

 

Sekarang bagaimana dengan Allah SWT? Allah SWT menceritakan kesaksian atas dirinya di dalam AlQuran, agar setiap manusia yang ada di muka bumi dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang berharga dari Allah SWT secara langsung sehingga dengan itu semua mampu menghantarkan diri kita tetap menjadi makhluk yang terhormat, yang mampu pulang kampung ke tempat terhormat, dengan cara terhormat, untuk bertemu dengan Yang Maha Terhormat, dalam suasana yang saling hormat menghormati. Serta mampu pula mengambil hikmah dan pelajaran dari umat-umat terdahulu sehingga kita tidak menjelma menjadi firaun-firaun generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Nuh generasi baru, atau tidak menjelma menjadi umat Nabi Luth generasi baru, atau tidak menjadikan diri kita menjadi qarun-qarun generasi baru di jaman nano technology.

 

Untuk itu mari kita perhatikan beberapa ketentuan yang telah Allah SWT kemukakan di dalam AlQuran, yaitu :

 

1.       Allah SWT di dalam AlQuran sudah mengemukakan bahwa syaitan adalah musuh bagi diri kita, lalu apakah yang telah dikemukakan oleh Allah SWT di dalam AlQuran kita anggap angin lalu saja sehingga syaitan kita jadikan teman?

 

2.       Allah SWT di dalam AlQuran sudah menyatakan mintalah kepada Allah SWT, lalu apakah kemudahan yang telah dikemukakan oleh Allah SWT kita buang begitu saja sehingga kita lebih senang meminta bantuan Syaitan?

 

3.       Allah SWT di dalam AlQuran sudah menyatakan bahwa jika berlindung kepada selain Allah SWT berarti berlindung kepada sarang laba-laba, lalu apakah informasi ini kita anggap tidak ada sehingga perlindungan Allah SWT kita tukar dengan sarang laba-laba?

 

4.       Allah SWT di dalam AlQuran sudah menyatakan bahwa Allah SWT itu dekat, lebih dekat dari urat leher diri kita, lalu apakah Allah SWT sudah dekat justru kita campakkan sehingga meminta bantuan kepada selain Allah SWT?

 

5.       Allah SWT di dalam AlQuran sudah menyatakan untuk berbakti kepada kedua orang tua, lalu sudahkah hal ini kita laksanakan dengan baik?

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya dan  yang juga khalifah-Nya yang sedang menumpang di langit dan di bumi sadarilah bahwa Allah SWT begitu sayang dengan kepada diri kita, namun karena ulah diri kita sendiri yang tidak menghiraukan apa-apa yang telah dikemukakan oleh Allah SWT di dalam AlQuran maka jangan pernah sekalipun menyalahkan Allah SWT jika kita menjadi pecundang sedangkan syaitan menjadi pemenang di dalam permainan kehidupan di muka bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar