Sekarang timbul pertanyaan yang paling mendasar,
siapakah Allah SWT itu? Berdasarkan surat As Sajdah (32) ayat 4 berikut ini: “Allah yang menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di
atas Arsy. Bagimu tidak ada seorang penolong maupun pemberi syafaat, selain
Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Allah SWT adalah pencipta
langit dan bumi yang berarti Allah SWT sajalah yang paham, yang mengerti, yang
memiliki ilmu tentang langit dan bumi yang diciptakan-Nya. Selain daripada itu,
berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 30 berikut ini: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata: “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami
bertasbih memujiMu dan menyucikan namaMu?” Dia berfirman: “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Allah SWT adalah pencipta dari
rencana besar kekhalifahan yang ada di muka bumi. Lalu apakah Allah SWT yang
memiliki kemahaan dan kebesaran tanpa batas hanya sebagai pencipta langit dan
bumi serta kekhalifahan yang ada di muka bumi saja?
Allah SWT selain sebagai pencipta dari langit dan
bumi beserta apa-apa yang ada diantara ke duanya serta pencipta kekhalifahan
yang ada di muka bumi, Allah SWT juga pemilik dari apa-apa yang ada di antara
langit dan bumi dan juga pemilik kekhalifahan yang ada di muka bumi. Allah SWT
berfirman: “Ketahuilah, sesungguhnya
milik Allah lah apa yang ada di langit
dan di bumi. Dia mengetahui keadaan kamu sekarang. Dan (mengetahui pula)
hari (ketika mereka) dikembalikan kepadaNya. Lalu diterangkanNya kepada mereka
apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(surat An Nur (24) ayat 64)
Berdasarkan ketentuan di atas ini didapat
kesimpulan bahwa Allah SWT adalah pencipta yang sekaligus pemilik dari seluruh
apa-apa yang ada di alam semesta ini, sehingga dapat dipastikan hanya Allah SWT
sajalah yang paling tahu dan paling mengerti serta yang paling ahli atas semua
yang diciptakan-Nya dan juga dapat dipastikan pula bahwa hanya Allah SWT
sajalah yang paling berkuasa di seluruh ciptaanNya sehingga seluruh ketentuan,
hukum, dan undang-undang yang berlaku di alam semesta ini adalah ketentuan,
peraturan, hukum, dan undang-undang dari Allah SWT selaku pencipta dan pemilik
dari langit dan bumi. Jika ini adalah kondisi dasar dari sesuatu
yang keberadaannya di luar hewan dan tumbuhan, di luar jin/iblis/syaitan, di
luar malaikat serta di luar manusia, maka dapat dipastikan bahwa kemampuan,
kehebatan, kemahaan, kebesaran dari Allah SWT sudah pasti berada di atas
kemampuan hewan, tumbuhan, jin/iblis/syaitan, malaikat dan manusia sebab mereka
semua juga Allah SWT yang menciptakannya.
Lalu
berdasarkan apa-apa yang kami kemukakan di atas ini maka sudah sepatutnya dan
sepantasnyalah hal-hal sebagai berikut berlaku, yaitu:
Pertama. Jika
sekarang Allah SWT adalah pencipta dari langit dan bumi beserta isinya seperti
yang tertuang di dalam surat As Sajdah (32) ayat 4 berikut ini: “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan
tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan?.”
[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita
imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi
orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang
tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Ini
berarti sebagai Yang Maha Pencipta, maka Allah SWT pasti mampu menerangkan
dengan baik segala apa-apa yang telah diciptakannya, dalam hal ini langit dan
bumi mulai dari awal sampai dengan akhir beserta segala isinya. Allah SWT
berfirman: “Dia (Allah) berfirman: “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama
nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama namanya, Dia berfirman,
“Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan
bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?”
(surat Al Baqarah (2) ayat 33).
Dan
yang harus kita jadikan pedoman adalah Allah
SWT selaku pencipta langit dan bumi berarti Allah SWT adalah Yang Maha Ahli dan
Yang Maha Mengetahui dan yang paling memahami atas segala apa-apa yang pernah
diciptakannya sehingga sangatlah mudah bagi Allah SWT untuk menerangkan,
menjabarkan segala apa-apa yang telah diciptakannya, sebagaimana firmanNya
berikut ini: “Apakah (pantas) Allah
yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Mahamengetahui.
(surat Al Mulk (67) ayat 14)
Kedua.
Jika sekarang Allah SWT adalah pencipta dari kekhalifahan di muka bumi, seperti
yang tertuang di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 30 berikut ini: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para
Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui." maka
sebagai yang Maha Pencipta sangat tidak masuk di akal jika Allah SWT tidak
mampu menerangkan, menjabarkan sejarah kejadian manusia, termasuk menerangkan
sejarah manusia-manusia pilihannya yang diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri
kita bahwa Allah SWT selaku pencipta dari keberadaan manusia yang ada di muka
bumi ini pasti mampu menerangkan mulai dari awal sampai dengan akhir tentang
keberadaan manusia itu sendiri dan tidak masuk di akal jika Allah SWT gagal
menginformasikan tentang sejarah keberadaan manusia dari awal sampai akhir.
Ketiga. Jika
sekarang Allah SWT adalah pemilik maka sebagai Dzat Yang Maha Memiliki pasti Allah SWT memiliki kekuasaan terhadap
apa-apa yang dimilikinya tersebut. Sebagai contoh, jika Allah SWT adalah
pemilik dari langit dan bumi sudah pasti segala ketentuan, segala ketetapan,
segala peraturan yang berlaku di alam semesta ini adalah peraturan, ketentuan
yang berasal dari Allah SWT sebagaimana firmanNya berikut ini:“ketahuilah Sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa
yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui Keadaan yang kamu
berada di dalamnya (sekarang). dan (mengetahui pula) hati (manusia)
dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah
mereka kerjakan. dan Allah Maha mengehui segala sesuatu. (surat An Nuur (24) ayat 64). Dan
jika Allah SWT adalah pencipta dan juga pemilik maka Allah SWT adalah Yang Maha
Tahu dan Maha Ahli dan yang paling memahami serta yang paling berkuasa dari
apa-apa yang diciptakan dan yang dimilikinya dan jika sekarang hal itu
dibuktikan dengan adanya AlQuran sebagai Wahyu dari Allah SWT memang sudah
sepatutnya dan sepantasnya terjadi di alam semesta ini.
Dan
adanya kenyataan bahwa Allah SWT adalah pencipta dan pemilik alam semesta serta
rencana besar kekhalifahan di muka bumi ini, tentunya apa yang dikemukakan oleh
“Ibnu
Atha’illah al Iskandari” dalam bukunya Al Hikam (The Book of Wisdoms) patut menjadi patokan diri kita di
dalam hal ini, yaitu: “Bagaimana bisa Tuhan terhalang sesuatu,
padahal Dia yang menampakkan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang
sesuatu, padahal Dia tampak bersama segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan
terhalang sesuatu, padahal Dia tampak pada segala sesuatu? Bagaimana mungkin
Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak untuk segala sesuatu? Bagaimana
mungkinTuhan terhalang sesuatu, padahal Dia tampak sebelum keberadaan segala
sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia lebih tampak
daripada segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia
Esa tanpa ada yang bersamaNya? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu,
padahal Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan
terhalang sesuatu, padahal jika bukan karena Dia, wujud segala sesuatu tidak
akan ada? Sungguh aneh, bagaimana mungkin keberadaan (wujud) bisa tampak dalam
ketiadaan (adam)?! Atau, bagaimana bisa sesuatu yang baru bersanding dengan
Yang Maha Dahulu! Dan alangkah bodohnya orang yang menghendaki sesuatu terjadi
pada waktu yang tidak dikehendakiNya.”
Berdasarkan
apa-apa yang telah kami kemukakan di atas, lalu kami hubungkan kembali dengan
pokok bahasan kita, yaitu kebenaran AlQuran itu adalah wahyu dari Allah SWT. Dimana ada seorang lelaki yang
bernama Muhammad bin Abdullah, dengan kondisi kemampuan dasarnya hanya sebagai
Manusia Biasa sama seperti kita-kita ini, Ummi, Tidak Pernah Belajar, Tidak
Bisa Menulis, Tidak Bisa Membaca, Miskin, Yatim dari Kecil, Jujur dari Kecil,
Berwibawa dari Kecil, Dihormati, Rajin dan Terpercaya, dapat menceritakan,
dapat menerangkan, dapat menjabarkan, dapat melaksanakan, dapat menerapkan,
dapat membuat ke lima hal-hal sebagai berikut, seperti Sejarah Nabi-Nabi Terdahulu; Kitab Suci
dengan Tata Bahasa, Irama dan Syair yang sangat Indah; Kandungan Kitab Suci;
Ilmu Syariat; Al Hikmah dan Filsafat dan lain sebagainya.
Hal ini menunjukkan bahwa yang
mengajarkan, yang membantu, yang menolong, yang menjadikan Muhammad bin
Abdullah bisa dan mampu menceritakan, mampu menerangkan, mampu menjabarkan,
mampu melaksanakan, mampu menerapkan, mampu membuat hal-hal tersebut di atas
karena adanya Allah SWT sehingga dengan adanya kondisi ini maka yang sebenarnya
memiliki kemampuan dan ilmu pada dasarnya adalah Allah SWT semata, bukanlah
Muhammad bin Abdullah karena ia memiliki keterbatasan.
Untuk
memudahkan pemahaman tentang hubungan antara Allah SWT dengan Muhammad bin
Abdullah sebagai manusia pilihan-Nya di muka bumi, berikut ini kami
ilustrasikan sebuah contoh: misalkan ada seorang yang bodoh, buta huruf dan
juga miskin dimana ia mempunyai sebuah perkara di sebuah Pengadilan Negeri.
Orang itu dibela oleh seorang Pengacara yang sangat handal, pintar, murah hati
dan suka menolong kepada sesama. Pengacara itu selalu memberikan advis dan
nasehat kepada kepada orang itu dengan sebaik-baiknya dan juga mengatur
strategi jika ia ditanya oleh Hakim ataupun Jaksa di dalam setiap persidangan.
Jika
ditanya pertanyaan ini, maka jawablah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu
seperti ini, dan jika ditanya hal lainnya yang seperti ini jawablah pertanyaan
seperti ini dan seterusnya (sesuai dengan keinginan dan skenario pengacara).
Lalu jika hasil akhir dari persidangan itu yang menang adalah orang yang bodoh,
buta huruf dan miskin itu. Timbul pertanyaan, siapakah sebenarnya yang pandai
dan yang memenangkan perkara itu apakah orang bodoh yang buta huruf serta
miskin ataukah pengacara yang handal pintar, murah hati dan suka menolong
kepada sesama? Secara hukum yang pandai
dan yang menang perkara adalah orang bodoh yang buta huruf serta miskin itu.
Akan tetapi secara hakiki yang pandai
dan yang menang dalam perkara di atas adalah Pengacara yang handal, pintar,
murah hati dan suka menolong kepada sesama.
Kondisi
ini pulalah yang terjadi pada diri Muhammad bin Abdullah di dalam menerangkan,
menjabarkan hal-hal yang kami kemukakan di atas. Untuk membuktikan apa-apa yang
telah dikemukakan oleh Muhammad bin Abdullah itu benar adanya. Dan berikut ini
akan kami kemukakan 2(dua) buah penemuan yang terjadi di abad modern ini yang
pada intinya adalah pembuktian secara ilmiah atas wahyu Allah SWT yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as,
yaitu:" Seorang guru besar/ahli bedah kenamaan dari Perancis, Prof Dr
Maurice Bucaille, masuk Islam secara diam-diam. Sebelumnya, ia membaca dalam
AlQuran, bahwa Fir'aun itu mati karena tenggelam di laut Merah (dengan kondisi
shock yang sangat berat) dan jasadnya diselamatkan oleh Allah SWT sebagaiman
firmanNya berikut ini: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu [704]
supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami. (surat Yunus
(10) ayat 92)
[704] Yang
diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu
tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu
dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir,
Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.
Berdasarkan
informasi ini, kemudian dicarinya mumi Fir'aun itu; dan setelah ketemu,
dilakukannya bedah mayat. Hasilnya membuat ia sangat terheran-heran, karena
sel-sel syaraf Fir'aun menunjukkan bahwa kematiannya benar akibat tenggelam di
laut dengan shock yang hebat. Menemukan bukti ini, ia yakin kalau AlQuran itu
wahyu Allah SWT. Prof Dr Maurice Bucaille mengatakan bahwa semua ayat-ayat
AlQuran masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Ia lantas masuk Islam.
Lain
lagi halnya yang di alami oleh Jacques Yves Costeau. Ia adalah seorang ahli
kelautan (oceanographer) dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Mr Costeau
sepanjang hidupnya menyelam berbagai dasar samudra di seantero dunia, dan membuat
film dokumenter tentang keindahan alam bawah laut untuk ditonton jutaan pemirsa
di seluruh dunia melalui acara "Discovery". Pada suatu hari ketika
sedang melakukan eksplorasi di bawah kedalaman laut, ia menemukan sebuah
fenomena yang sangat ganjil, yaitu adanya air tawar di tengah lautan yang tidak
bercampur dengan air laut seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi
di antara keduanya.
Apa
yang dilihatnya ternyata sesuai dengan dua buah firman Allah
SWT berikut ini: “dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan
Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (surat
Al-Furqan (25) ayat 53) serta melalui surat Ar Rahmaan (55) ayat 19, 20 berikut ini: “Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui
masing-masing.” Apa yang disaksikannya ini benar-benar
kejutan besar selama kariernya yang panjang di bidang kelautan. Dalam pemikirannya
timbul pertanyaan, bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi dan apakah begitu
saja terjadi?
Pertanyaan
ini menghantui hidupnya, sampai akhirnya ia bertemu seorang Profesor yang
kebetulan Muslim. Profesor yang Muslim ini menyampaikan kepadanya bahwa
fenomena ganjil tersebut sebenarnya sudah di-informasikan oleh AlQuran empat
belas abad yang lalu, yaitu pada surat Al-Furqaan
(25) ayat 53 dan surat Ar
Rahmaan (55) ayat 19 dan 20 di atas.
Mendengar hal ini Mr Costeau terkejut, bagaimana mungkin Nabi Muhammad SAW yang
hidup di abad ke enam, yaitu di suatu zaman dimana pasti belum ada peralatan
selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh di kedalaman samudra
mengetahui akan hal ini. Ia pun akhirnya berkesimpulan, bahwa AlQur'an mustahil
buatan Muhammad SAW, pastilah AlQuran itu buatan Tuhan yang menciptakan langit
dan bumi ini.
Dan
akhirnya ia pun memutuskan untuk menjadi seorang Muslim. (sebagai informasi
bagi jamaah yang ingin melihat salah satu tempat yang terdapat di dalamnya
terdapat air laut yang bersisian dengan air tawar, anda bisa menyaksikannya
melalui fasilitas YouTube dengan judul River Under The Sea). Selanjutnya jika
Allah SWT melalui firmanNya yang terdapat di dalam surat Al Israa’ (17) ayat 88
yang kami kemukakan berikut ini: “Katakanlah:
"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
AlQuran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia,
Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". telah
menyatakan bahwa jika seluruh jin dan manusia berkumpul untuk membuat yang
serupa dengan AlQuran tidak akan bisa, apakah hal ini tidak cukup menjadikan
diri kita percaya atau mempercayai bahwa benar AlQuran adalah Wahyu Allah SWT
yang disampaikan melalui Malaikat Jibril as, kepada Nabi Muhammad SAW? Semoga
kita tidak termasuk orang yang mengingkari kebenaran AlQuran adalah wahyu Allah
SWT sampai dengan kapanpun juga dan dalam kondisi apapun juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar