Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Rabu, 17 April 2024

PERTANYAAN YANG LAZIM DITANYAKAN TENTANG ALLAH SWT (PART 2 of 2)

 

J.     APAKAH ALLAH SWT BERPUTRA, BERORANG TUA, BERKELUARGA atau BERKERABAT?

 

Apakah Allah SWT itu memiliki keluarga selayaknya manusia sehingga Allah SWT berputra, memiliki orang tua dan juga berkeluarga dan berkerabat? Allah SWT telah memberikan jawabannya melalui surat Al Ikhlas (112) ayat 1 sampai 4 sebagaimana berikut ini: Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

 

Berdasarkan Surat Al Ikhlas terdapat 4(empat) buah parameter yang bisa kita gunakan untuk menilai keberadaan Tuhan Tuhan lain selain Allah SWT, yaitu: (1) Tuhan Yang Maha Esa; (2) Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu; (3) Tuhan yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan; (4) Tuhan yang tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. Katakan jika ada sesuatu atau ada orang yang mengaku dirinya Tuhan, maka kita bisa mempergunakan 4 (buah) parameter yang terdapat di dalam surat Al Ikhlas di atas secara keseluruhan. Jika yang mengaku Tuhan atau yang dianggap Tuhan tidak bisa memenuhi 4 (empat) buah kriteria yang terdapat dalam surat Al Ikhlas di atas, segera tinggalkan, segera buang, segera hapus dalam memori kita lalu segera tenggelamkan Tuhan dimaksud karena ia bukanlah Tuhan yang sesungguhnya, yaitu Allah SWT. 

 

K.     MUNGKINKAH ALLAH SWT BISA DILIHAT?

 

Mungkinkah Allah SWT bisa dilihat dengan mata telanjang saat kita hidup di dunia? Allah SWT melalui kalam Nabi Musa yang terdapat di dalam surat Al A’raf (7) ayat 143 berikut ini memberikan jawabannya, yaitu: “dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu[565], dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (surat Al A’raf  (7) ayat 143)

 

[565] Para mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.

 

Berdasarkan cerita Nabi Musa as, Allah SWT tidak bisa dilihat. Lalu kapan Allah SWT bisa dilihat? Saat kita hidup di dunia, selama dunia masih ada maka kita tidak seorangpun akan bisa melihat DzatNya Allah SWT, yang bisa kita lihat hanyalah ciptaanNya yang tidak lain adalah Tanda Tanda dari keberadaan Allah SWT di alam semesta ini. Jika ini kondisinya berarti sangat berkesesuaian dengan keadaan Allah SWT yang tidak mungkin dilukis atau digambar. Agar diri kita bisa melihat Allah SWT secara jelas dan nyata keberadaannya, berusahalah untuk pulang kampungnya ke syurga. Karena hanya penghuni penghuni syurgalah yang akan diberikan kesempatan untuk melihat Allah SWT secara langsung. Ayo berusaha agar kita bisa pulang kampung ke syurga untuk bisa melihat Allah SWT sebagaimana firmanNya berikut ini: “bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya[686]. dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan[687]. mereka Itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya. (surat Yunus (10) ayat 26)

 

[686] Yang dimaksud dengan tambahannya ialah kenikmatan melihat Allah.

[687] Maksudnya: muka mereka berseri-seri dan tidak ada sedikitpun tanda kesusahan.

 

Untuk itu ketahuilah wahai saudaraku! Saat diri kita sudah menempati syurga yang sesuai dengan tingkatannya masing masing, ada satu episode yang paling luar biasa, yang paling mengesankan, yang paling dinantikan, yang paling monumental, yang hanya bisa diperoleh dan dirasakan oleh para ahli syurga. Episode apakah itu? Berdasarkan hadits berikut ini: “Dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin Sinan ra, Rasulullah SAW bersabda, “Jika penghuni syurga telah masuk syurga, Allah ta’ala berfirman: “Apakah kalian mau tambahan nikmat (dari kenikmatan syurga yang telah kalian peroleh)? Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Dan Engkau telah memasukkan kami ke dalam syurga dan menyelamatkan kami dari neraka? Kemudian Allah singkap hijab (penutup wajahNya yang mulia), dan mereka mengatakan, “Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah Ta’ala.” (Hadits Riwayat  Muslim)”. 

 

Allah SWT berkesempatan untuk membuka singkap hijabNya (penutup wajahNya yang mulia) hanya kepada ahli syurga semata yang sudah berada di dalam syurga. Lalu apa yang terjadi? Para ahli syurga menyatakan Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah SWT Inilah peristiwa yang paling monumental yang hanya bisa dinikmati oleh ahli syurga semata yang sudah berada di dalam syurga, semoga kita semua bisa melihat wajah Allah SWT kelak di syurga. Dan agar diri kita mampu melihat dan merasakan sebuah peristiwa yang sangat monumental, Nabi Muhammad SAW melalui hadits berikut ini mengajarkan sebuah doa kenikmatan memandang wajah Allah, yaitu:

 

“Rasulullah mengajarkan doa memohon kenikmatan memandang wajah Allah: “Ya Allah, dengan pengetahuan-Mu terhadap yang ghaib dan kekuasaan-Mu atas semua makhluk, hidupkanah aku selama Engkau tahu kehidupan itu lebih baik bagi ku, dan matikanlah aku jika Engkau tahu kematian itu lebih baik bagiku. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon rasa takut kepadaMu di saat sendiri maupun dalam keadaan terang-terangan, aku memohon perkataan yang benar dalam keadaan baik maupun marah, aku memohon kesederhanaan, baik dalam keadaan fakir maupun kaya, aku memohon kenikmatan yang tak akan habis, dan aku memohon penyejuk hati yang tak pernah berakhir. Aku memohon keridhoan atas ketetapanMu, aku memohon ketentraman setelah kematian, dan aku memohon kenikmatan memandang wajah-Mu, dan kerinduan bertemu dengan-Mu, bukan dalam kesusahan yang mebinasakan dan cobaan yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memberi dan diberi petunjuk.” (Hadits Riwayat. An-Nasai, Ahmad dan lainnya)”. Semoga melihat wajah Allah menjadi kenyataan, bukan menjadi angan angan kosong bagi kami.

 

L.      BAGAIMANA DENGAN CIPTAANNYA?

 

Bagaimana dengan segala apa apa  yang diciptakan-Nya? Untuk menggambarkan bagaimana kondisi ciptaan-Nya kita bisa memperhatikan apa yang dikemukakan Allah SWT dala surat Al Ahqaaf (46) ayat 33 berikut ini: “dan Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, Kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Dalam ayat ini Allah SWT mengemukakan tidak merasa payah dalam menciptakan langit dan bumi dan Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu termasuk menghidupkan orang orang yang mati. Lalu Allah SWT menantang kepada sesembahan sesembahan atau Tuhan Tuhan yang lain untuk menunjukkan hasil karyanya masing masing, sebagaimana dikemukakan dalam surat Luqman (31) ayat 11 berikut ini: “Inilah ciptaan Allah, Maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. sebenarnya orang- orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.”

 

Dan melalui surat Al Infithaar (82) ayat 6 berikut ini: Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah.yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” Allah SWT mempertanyakan kepada orang orang yang tidak beriman atau yang durhaka kepada Allah SWT kenapa sampai bisa terperdaya padahal bukti ciptaan Allah SWT ada pada diri mereka sendiri melalui pernyataan Allah, ‘Aku yang menciptaan kamu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan susunan tubuhmu seimbang’ Jika sampai kita tidak menyadari hal ini berarti ada sesuatu yang salah dalam diri kita.

 

M.   APAKAH  DIA PEMAAF?

 

Apakah Allah SWT itu Dzat Yang Maha Pemaaf? Inilah jawaban dari Allah SWT tentang pertanyaan apakah Allah SWT itu pemaaf yang termaktub dalam surat Al Hijr (15) ayat 49 berikut ini: Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Ayat ini dengan jelas mengemukakan tentang deklarasi bahwa Sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Bayangkan Allah SWT tidak hanya menyatakan bahwa Maha Pengampun namun juga Maha Penyayang. Adanya hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT begitu menegaskan bahwa Allah SWT tidak hanya Maha Penyayang semata, namun Allah SWT juga Maha Pengampun. Lalu apakah kita tidak mau mempercayainya?

 

 

 

N.    KENAPA DIA MAHA MENGETAHUI LAGI MAHA KUASA?

 

Allah SWT memberikan jawaban kepada mereka yang melontarkan pertanyaan seperti ini dengan mengatakan, Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai. (surat Al Anbiyaa (21) ayat 23). Adanya pernyataan ini menandakan Allah SWT sangat berkuasa penuh karena Dialah yang menentukan segala aturan main yang berlaku di alam semesta ini sehingga Allah SWT bukanlah sesuatu yang akan ditanya tentang apa apa yang diperbuatnya. Akan tetapi manusialah yang ditanya tentang apa apa yang telah diperbuatnya ketika hidup di dunia.

 

Adalah sesuatu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan jika pembuat aturan main, dalam hal ini Allah SWT,  yang bertanggungjawab atas pelaksanaan aturan main yang berlaku. Akhirnya setiap manusia akan mempertanggungjawabkan segala apa apa yang telah dilakukakannya saat hidup di dunia. Akhirnya segala sesuatu pada akhirnya pasti akan kembali kepada Dia karena Allah yang telah mewujudkannya seperti itu adanya. Di lain sisi, Allah SWT sendiri adalah Dzat Yang tidak dapat dijelaskan, karena itu tidaklah mungkin melakukan upaya untuk menganalisisNya, menganalisis sifat sifatNya dan menganalisis perbuatan perbuatanNya. Dikarenakan kemahaan dan kehebatan Allah SWT sangat luar biasa sehingga segala apa yang telah ditetapkanNya berlaku wajib dilaksanakan.

 

O.    BAGAIMANA DIA?

 

Bagaimanakah Allah SWT itu? Untuk mampu menjawab dengan baik dan benar tentang  bagaimana Dia, dapat kami kemukakan sebagaimana berikut: Pertama, berdasarkan surat Ar Rum (30) ayat 4 sebagaimana berikut ini: “dalam beberapa tahun lagi[1164]. bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman.” Ayat ini mengemukakan tentang urusan Allah SWT terhadap suatu kejadian, baik sebelum ataupun setelah kejadian, yang mana hasilnya sudah diketahui oleh Allah SWT. 

 

[1164] Ialah antara tiga sampai sembilan tahun. waktu antara kekalahan bangsa Rumawi (tahun 614-615) dengan kemenangannya (tahun 622 M.) bangsa Rumawi adalah kira-kira tujuh tahun.

Kedua, berdasarkan surat Al Infithaar (82) ayat 19 sebagaimana berikut ini: (yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.” Ayat ini mengemukakan tentang sikap Allah SWT di saat semua orang tidak berdaya untuk menolong siapapun, termasuk menolong diri sendiri sehingga segala urusan yang terjadi pada saat itu di dalam kekuasaan Allah. Disinilah Allah SWT menunjukkan kekuasaanNya sehingga hanya Dialah yang akan menentukan hasil akhir dari seorang manusia.  

 

P.      KENAPA DIA MAHA TERPUJI?

 

Untuk bisa menggambarkan Allah adalah Dzat Maha Terpuji maka Allah SWT menjawabnya melalu firmanNya berikut ini: “Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. (surat Al Hadiid (57) ayat 3).” Ayat ini menunjukkan tentang EksistensiNya, menunjukkan KekuasaanNya, KearifanNya serta KemahaanNya bukanlah sesuatu yang tersembunyi, melainkan sesuatu yang terang benderang dan jelas, sepanjang kita mau mengamati indikasi indikasinya dengan teliti yang ada di alam semesta ini.

[1452] Yang dimaksud dengan: yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya karena banyak bukti- buktinya dan yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.

 

Akan tetapi bagaimana kondisi dasar dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT yang sesungguhnya tidak akan dapat dimengerti dan dipahami oleh manusia dengan jelas walaupun orang tersebut sangat berpengetahuan dan juga cerdas. Hal ini dikarenakan keberadaan Allah SWT bukanlah sesuatu untuk dianalisa, untuk diteliti, dan juga bukan obyek untuk diekstraksi oleh manusia, melainkan untuk diimani sebagai pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah.

 

Q.    BAGAIMANA DENGAN KEHENDAKNYA?

 

Bagaimakah kondisi dari kehendakNya? Untuk mengetahui kondisi dan keadaan yang sesungguhnya dari kehendakNya, dapat kami kemukakan sebagai berikut:

 

Pertama, Kehendak Allah SWT merupakan hukum yang harus kita laksanakan karena Dia yang paling tahu yang terbaik bagi diri kita. Sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (surat Al Insaan (76) ayat 30).”

 

Kedua, Kehendak Allah SWT merupakan ketetapan yang berlaku bagi orang orang yang dikehendakiNya, sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar. (surat Al Baqarah (2) ayat 105).”

 

Ketiga, Kehendak Allah SWT dapat bermakna keputusan yang harus kita laksanakan,  sebagaimana firmanNya berikut ini: “Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui. (surat Al Baqarah (2) ayat 247)

 

Keempat, Kehendak Allah SWT dapat bermakna sesuatu yang hendak diberikan kepada Allah SWT kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan tertentu, sebagaimana firmanNya berikut ini: “bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). (surat Al Baqarah (2) ayat 272)

 

Kelima, Kehendak Allah SWT dapat juga bermakna ketetapan Allah SWT yang diberlakukan kepada sesuatu, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (surat Ali Imran (3) ayat 6)

 

Keenam, Kehendak Allah SWT dapat juga bermakna sebagai sebuah pilihan yang akan diberlakukan oleh Allah SWT kepada makhlukNya, sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain. (surat Al An’am (6) ayat 133)

 

Berdasarkan 6 (enam) bentuk kehendak yang telah diperlihatkan oleh Allah SWT di alam semesta ini, maka sudah seharusnya diri kita yang telah diangkat sebagai abd’ (hamba) yang sekaligus juga adalah khalifahNya di muka bumi menjadi orang orang yang tahu diri, tahu menempatkan siapa diri kita yang sesungguhnya dan siapa Allah SWT yang sebenarnya saat hidup di muka bumi.

 

R.     BAGAIMANA PERINTAHNYA?

 

Seperti apakah perintahNya berlaku di alam semesta ini? Perintah Allah SWT adalah perintah yang sangat berkesesuaian dengan kondisi dan keadaan dari Kemahaan, Kebesaran, Kekuasaan yang dimilikiNya sehingga: Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia. Sebagaimana dikemukakanNya dalam surat Ghafir (40) ayat 68 berikut ini: “Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia.” Dan juga dikemukakanNya dalam surat Yaasiin (36) ayat 82 sebagaimana berikut ini: “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.” Allah SWT dengan segala kekuasaan, kebesaran, kemahaan yang dimilikiNya tidak bisa dan juga tidak akan pernah mengatakan  "Jadilah!" Maka terjadilah ia.” Dan jika ini yang dikatakan-Nya maka tercorenglah kemahaan dan kebesaran-Nya. Hal ini mustahil terjadi dan tidak akan pernah terjadi. Di lain sisi, setiap makhluk yang diciptakan-Nya selalu berfikir tentang sifat sifat-Nya, memuji dan mengagungkan-Nya, maka Dia menurunkan ayat ayat berikut ini. Dalam ayat ayat ini kita akan dapat menemukan jawaban yang terang dan jelas tentang Allah SWT.

 

Pertama, Allah SWT menerangkan bahwa Dialah pemilik dari Asmaul Husna, sehingga tidak aka nada Tuhan Tuhan Lain yang memiliki selain Dia, sebagaimana dikemukakanNya dalam surat Al A’raaf (7) ayat 180 berikut ini: “Hanya milik Allah asmaa-ul husna[585], Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya[586]. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”  Sebagai pemilik dari Asmaul Husna lalu Allah SWT menegaskan bahwa bermohonlah kepadaKu dengan menyebut Asmaul Husna serta tinggalkan orang orang yang menyalahgunakan Asmaul Husna karena Akulah yang berkuasa bukan Asmaul Husnaku.

 

[585] Maksudnya: Nama-nama yang Agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah.

[586] Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan Nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk Nama-nama selain Allah.

 

Kedua, Allah SWT menegaskan bahwa hanya Akulah yang berhak disembah oleh umat manusia karena Akulah pemilik dari Asmaul Husna, sebagaimana dikemukakannya dalam surat Thaahaa (20) ayat 8 berikut ini: “Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang baik), (surat Thaahaa (20) ayat 8)

 

Ketiga, Allah SWT mengemukakan jika engkau menyeru kepadaKu melalui Asmaul Husna janganlah engkau keraskan suaramu dan jangan pula engkau merendahkannya, tetapi carilah jalan tengahnya, sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Al Israa’ (17) ayat 110 berikut ini: “Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya[870] dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". Inilah salah satu adab yang berlaku jika engkau berseru kepadaKu, karena Aku dekat kepadamu sehingga engkau tidak perlu teriak teriak kepadaKu. Dan jangan pula engkau terlampau pelan bersuara kepadaKu karena bukan Aku tidak tahu apa yang engkau seru kepadaKu namun hal ini tidaklah patut engkau lakukan kepadaKu.

 

[870] Maksudnya janganlah membaca ayat Al Quran dalam shalat terlalu keras atau terlalu perlahan tetapi cukuplah sekedar dapat didengar oleh ma'mum.

 

Keempat, Allah SWT menegaskan kepada umat manusia bahwa Akulah Tuhan yang mampu berbuat apapun juga di alam semesta ini sehingga tunduk patuh dan bertasbih kepadaNya segala apa yang ada di langit dan di bumi serta jangan pernah menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun juga, sebagaiman dikemukakanNya dalam surat Al Hasyr (59) ayat 23-24 berikut ini: “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

 

Sekarang katakan kita sudah mampu menjawab pertanyaan pertanyaan yang sering ditanyakan tentang Allah SWT, lalu apakah hal itu sudah cukup? Jika kita telah mampu menjawab dengan baik dan benar tentang Allah SWT di atas, itu semua barulah permulaan atau langkah awal dari mata rantai menuju keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Hal ini dikarenakan jawaban dari pertanyaan di atas adalah menunjukkan diri kita telah mampu mengenal dan berkenalan dengan Allah SWT. Tidak akan mungkin kita akan beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT jika tidak dimulai dari mampu mengenal dan berkenalan dengan Allah SWT secara baik dan benar. Setelah kita masuk dalam tingkatan ini maka langkah selanjutnya adalah berusaha untuk mengakui telah merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT. Jika hal ini sudah tercapai maka lanjutkan dengan meyakini akan merasakan dan merasakan kembali nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT dari waktu ke waktu, dari satu suasana yang satu ke suasana yang lainnya. Lalu pertahankan hal ini dalam hidup dan kehidupan kita.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar