F. ALLAH SWT ADALAH
NARASUMBER TUNGGAL ALQURAN.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya yang membutuhkan AlQuran
sudahkah kita menempatkan dan meletakkan bahwa Allah SWT adalah narasumber
AlQuran yang siap mengajarkan kepada siapapun tanpa memandang latar belakang
pendidikan maupun keimanan seseorang? Janji Allah SWT yang tertuang di dalam
surat Al Alaq (96) ayat 5 di atas, bukanlah sembarang janji, namun suatu
kepastian yang siap diberikan sesuai dengan nilai perjuangan seseorang dan juga
sesuai dengan kebutuhan seseorang tanpa memandang siapa yang mempelajarinya. Jika
ia seorang ilmuwan, maka Allah SWT akan mengajarkan ayat-ayat kauniyah yang
sesuai dengan latar belakang ilmu yang dimiliki seorang ilmuwan tersebut. Jika
ia seorang guru agama, maka Allah SWT akan mengajarkan pemahaman tentang agama
yang akan diajarkan oleh guru yang bersangkutan kepada jamaahnya, demikian
seterusnya.
Lalu sudah sampai dimanakah nilai perjuangan kita di dalam mempelajari
dan memahami AlQuran, apakah masih sibuk dengan tajwidnya, qiraatnya, tasditnya,
padahal usia sudah berada di persimpangan jalan? Lalu kapan lagi kita bisa
memahami dan merasakan rasa kebesaran AlQuran di sisa usia yang kita miliki
jika masih sibuk dengan urusan membaca? Apabila diri kita berkehendak untuk
memperoleh isi dan kandungan AlQuran yang sesuai dengan kehendak Allah SWT
bukanlah perkara mudah, namun bukan pula yang tidak mungkin terjadi.
Allah SWT siap mengajarkan diri kita terhadap apa apa yang tidak kita
ketahui, sepanjang diri kita sendiri meminta untuk diajarkan oleh Allah SWT
dengan mampu menempatkan Allah SWT sebagai narasumber utama AlQuran. Lalu diri
kita sendiri harus memenuhi kriteria tertentu seperti: orang yang beriman, yang
memiliki ilmu pengetahuan (ulil albab), telaten, rajin, konsetrasi, memiliki
komitmen yang kuat, disiplin serta siap untuk mengajarkan kembali atas apa apa
yang telah dipelarinya kepada orang lain tanpa ditutup tutupi. Inilah yang
sangat dikehendaki Allah SWT dan yang dibutuhkan oleh AlQuran, sudahkah kita mengetahuinya!
Untuk itu jangan pernah berharap akan diajarkan oleh Allah SWT tentang
apa apa yang tidak kita ketahui, jika kita sendiri sudah berprasangka buruk
kepada Allah SWT dengan mengatakan tidak mungkin kita bisa tahu dan mengerti
tentang AlQuran. Padahal adanya prasangka buruk inilah yang menghambat
pembelajaran kita tentang AlQuran. Buang jauh jauh prasangka buruk tentang
Allah SWT saat ini juga. Tanamkan dalam diri prasangka baik kepada Allah SWT
dan semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk diri kita. Selanjutnya Allah
SWT berfirman: “Janganlah kamu
gerakkan lidahmu untuk (membaca) AlQuran karena hendak cepat cepat
(menguasainya). (surat Al Qiyamah (75) ayat 16).” Inilah yang dikehendaki oleh Allah SWT saat
diri kita mempelajari AlQuran. Tidak ada istilah cepat-cepat, tidak ada istilah
terburu-buru, dan tidak ada yang “instan” jika hendak menguasai dan memahami
isi dan kandungan AlQuran. Semua memerlukan proses, semua memerlukan waktu dan
semua memerlukan kegigihan dan perjuangan. Sudahkah kita mengetahuinya!
G. HILANGKAN PERASAAN
CUKUP DALAM DIRI.
Allah SWT berfirman: “Ketahuilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena Dia melihat dirinya
serba cukup.(surat Al Alaq (96) ayat 6 dan 7). Berdasarkan ayat ini,
Allah SWT menunjukkan kepada diri kita bahwa apa yang akan diajarkan oleh Allah
SWT kepada diri kita akan dibatasi oleh adanya perasaan yang ada di dalam diri
kita sendiri, yaitu merasa diri telah cukup belajar, merasa cukup dengan
membaca AlQuran dan menghafalkan AlQuran, maka sampai disitu pula Allah SWT memberi
pengajaran.
Katakan, saat ini kita sibuk meluangkan waktu untuk belajar AlQuran terutama
dari sisi tajwid dan qiraat bacaannya semata dan kita merasa sudah cukup dengan
itu semua, ditambah adanya persepsi jika salah tajwid dan qiraatnya maka akan
salah pula artinya. Jika kita hanya sampai disitu belajar AlQurannya maka
sampai disitu pula kita memiliki ilmu tentang AlQuran. Padahal isi dan
kandungan AlQuran tidak hanya terletak dari sisi bacaan AlQuran yang sangat
indah, sisi sastranya yang tinggi, melainkan masih banyak kandungan AlQuran
yang luar biasa terutama di sisi perpaduan antara ayat-ayat kauliyah dengan
ayat- ayat kauniyah yang luar biasa isi dan kandungannya.
H. HILANGKAN PEMAHAMAN
YANG KELIRU TENTANG WAHYU PERTAMA.
Di dalam masyarakat masih ada pernyataan bahwa wahyu pertama adalah Iqra
yang artinya baca, padahal wahyu pertama berjumlah 5 (lima) ayat dan kata “Iqra”
sendiri masih diiringi dengan kata “atas nama Tuhanmu yang menciptakan”.
Sehingga apabila kita hendak membaca AlQuran kita diwajibkan untuk mengajak
pemilik AlQuran untuk mengajarkan kita atas apa- apa yang tidak kita ketahui. Adanya pemahaman yang keliru tentang wahyu
pertama ini, akhirnya di masyarakat timbul adanya kecenderungan hanya sibuk
membaca semata tanpa diikuti dengan pemahaman atas apa-apa yang telah dibaca.
Akhirnya kebesaran AlQuran tidak tampil dalam diri yang membacanya.
Dan dengan sibuknya kita
membaca AlQuran tanpa diiringi dengan adanya pemahaman yang kita baca, akhirnya
terpendamlah kebesaran dan kehebatan AlQuran di dalam AlQuran itu sendiri
karena pembacanya tidak mampu mengolah apa- apa yang telah dibacanya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW sendiri telah menyatakan dalam haditsnya
berikut ini: “Bacalah AlQuran dan
naiklah ke derajat yang paling tinggi, lalu bacalah dengan runtut sebagaimana
kamu pernah membacanya di dunia. Karena sesungguhnya derajatmu sangat
tergantung pada ayat terakhir yang telah kamu baca. (Hadits Riwayat Ahmad) .” Jangan
pernah berhenti dan jangan pula bermalas-malasan untuk belajar AlQuran. Segera
lakukan perubahan pendekatan belajar AlQuran sebagaimana yang dikehendaki oleh
Allah SWT lalu rasakan perbedaannya. Jangan sampai menunggu tua dahulu baru
belajar AlQuran.
I. ALQURAN DARI ALLAH SWT UNTUK SELURUH UMAT MANUSIA.
AlQuran diturunkan oleh Allah SWT bukanlah untuk kepentingan Allah SWT
selaku pencipta dan pemilik renacana besar kekhalifahan di muka bumi ini.
AlQuran diturunkan untuk kepentingan abd’ (hamba)-Nya dan juga kepentingan khalifah-Nya
yang ada di muka bumi ini agar sukses melaksanakan tugasnya dan kembali lagi
kepada-Nya dalam keadaan fitrah sehingga mampu bertemu dengan Allah SWT di
syurga. Sebagai orang yang sangat membutuhkan AlQuran tentu kita tidak akan
bisa memenuhi kebutuhan diri sendiri jika kita sendiri tidak berusaha untuk
memenuhi kebutuhan itu melalui proses pembelajaran yang tiada henti tentang
AlQuran, yang kesemuanya harus sesuai dengan kehendak Allah SWT. Dan jika tidak
maka terpendamlah isi dan kandungan AlQuran di lemari buku atau di perpustakaan
atau di dalam AlQuran itu sendiri.
Saat ini di dalam masyarakat masih terdapat keraguan tentang janji Allah
SWT yang telah dimaklumatkan dalam surat Al Alaq (96) ayat 5 berikut ini: “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” Adanya keraguan ini terutama adanya pemahaman kalau
bacaan AlQuran yang kita lakukan tidak sesuai tajwidnya maka artinya akan
berbeda. Akhirnya banyak orang yang menghabiskan waktunya hanya untuk
memperbaiki bacaan AlQurannya dengan mengabaikan atau bahkan mengorbankan arti
dan makna yang terkandung di dalam AlQuran yang ia baca.
Dan agar Allah SWT mau
mengajarkan diri kita sesuai dengan janjiNya yaitu mengajarkan apa apa yang
tidak kita ketahui, maka belajarlah langsung kepada Allah SWT semata dan
letakkan guru, ustadz, ulama, kyai, habib, syaikh sebagai perantara bagi diri
kita di dalam mempelajari AlQuran. Sekarang bagaimana Allah SWT akan
mengajarkan diri kita jika kita sendiri tidak mampu mendudukkan kedudukan Allah
SWT yang sebenarnya yaitu pemilik AlQuran yang siap mengajarkan apa apa yang
tidak diketahui oleh umatnya dikalahkan oleh ulah kita sendiri yang menempatkan
guru, ustadz, ulama, kyai, habih, syaikh di atas Allah SWT yang seolah olah
hanya merekalah yang bisa mengajarkan diri kita.
Dan ingat, saat Allah SWT mengajarkan apa apa yang tidak kita ketahui.
Allah SWT memiliki cara tertentu (metode tertentu) yang disesuaikan dengan
keimanan, minat dan bakat umatnya serta niat dan perjuangan dari umatnya saat
mempelajari AlQuran. Apalagi jika apa apa yang tidak diketahui menjadikan
dirinya tahu lalu apa yang didapatkanya tidak disimpan untuk kepentingan
dirinya melainkan diajarkan pula kepada orang lain, maka Allah SWT akan
menambahkan pemahaman yang semakin mendalam kepada orang tersebut. Namun
apabila apa yang diperoleh hanya untuk kepentingan dirinya, maka Allah SWT
tidak akan menambah wawasan, pemahaman yang
baru kepada orang yang seperi itu. Akhirnya ilmu dan pemahaman yang
dimilikinya tidak akan berkembang.
Saat
ini sampai dengan hari kiamat kelak, kita sudah diberikan oleh Allah SWT sebuah
buku manual (manual handbook) yang sangat hebat yaitu AlQur'an. Dimana AlQur'an
yang kita terima saat ini sudah dalam keadaan tertulis. Sekarang apakah
AlQur'an yang sudah tertulis itu cukup sekedar dibaca saja, lalu kita dapat
memperoleh secara keseluruhan maksud dan tujuan dari AlQuran yang diturunkan
oleh Allah SWT ke muka bumi? Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya AlQuran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan
kepada) Rasul yang mulia, dan AlQuran itu bukanlah Perkataan seorang penyair.
sedikit sekali kamu beriman kepadanya. dan bukan pula Perkataan tukang tenung.
sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. ia adalah wahyu yang
diturunkan dari Tuhan semesta alam. (surat Al Haaqqah (69) ayat 40 sampai 43).”
Berdasarkan surat Al
Haaqqah (69) ayat 40 sampai 43 di atas ini, dapat dikatakan bahwa AlQuran
adalah kalam Allah SWT yang telah dikalamkan, AlQuran yang tidak lain adalah
Ilmu Allah SWT yang telah diilmukan, AlQuran yang tidak lain adalah sarana
untuk memperkenalkan Allah SWT kepada makhluk-Nya, AlQuran yang tidak lain
adalah aturan dan juga undang-undang yang berasal dari Allah SWT, tidak akan
mungkin hanya dengan dibaca saja maka secara keseluruhan isi dan makna yang
terkandung di dalam AlQuran dapat kita ketahui. Ayo segera rubah pola pendekatan
kita di dalam mempelajari AlQuran mulai saat ini juga jika kita sangat
berkepentingan dengan isi dan kandungan AlQuran yang sangat luar biasa.
Itulah 9 (sembilan)
catatan khusus yang bisa kami kemukakan terhadap wahyu pertama yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita semua mampu mengambil
hikmah dan pelajaran dan menjadikan motivasi untuk mengerti dan memahami kitab
suci yang membawa diri kita datang fitrah kembali fitrah untuk bertemu dengan
Allah SWT di tempat yang fitrah. Dan alangkah ruginya jika di sisa usia yang
kita miliki kita tetap tidak mengetahui kedalaman makna yang hakiki dari
AlQuran karena sibuk dengan urusan membaca kumpulan huruf huruf yang memilik
tanda baca.
Sebagai abd’ (hamba)Nya
yang juga adalah khalifahNya di muka bumi tentunya kita diutus bukan begitu
saja diutus, melainkan ada tanggung jawabnya, ada maksud dan tujuannya, ada
yang harus dicapai, ada yang harus dipersiapkan untuk kembali kepadaNya serta
ada batasan waktunya dan juga ada ketentuan dasarnya yaitu hidup sekali
seharusnya berarti lalu mati. Sekarang bagaimana kita bisa melaksanakan
konsep di atas yang sesuai dengan
kehendak Allah SWT jika kita sendiri tidak mau mempelajari buku manual yang
telah diturunkan Allah SWT kepada diri kita! Jangan sampai ini terjadi pada
diri kita, pada keluarga, serta anak keturunan kita.
Nabi
SAW bersabda: “Orang yang pandai membaca
AlQuran (di hari Kiamat) bersama malaikat yang mulia dan patuh kepada Allah,
dan orang yang membaca AlQuran sedang ia tidak lancar membacanya dan mengalami
kesukaran atas bacaannya baginya dua pahala” (Hadits Riwayat Bukhari Muslim)”. Apa yang dikemukakan dalam hadits ini tidak ada yang salah, namun akan
menjadi masalah yang besar jika kita hanya pandai membaca AlQuran dengan
tartil, tajwid dan qiraat yang benar jika tanpa diiringi dengan mengimani,
memahami, menghayati, mengamalkan, menyebarluaskan untuk kemaslahatan diri dan juga
orang lain serta mampu menjadi AlQuran sebagai akhlak bagi diri kita.
Dan selanjutnya
untuk lebih mempertegas bahwa AlQuran yang telah diturunkan oleh Allah SWT untuk kepentingan umat manusia, termasuk
untuk kebaikan diri kita. Muhammad
Taqi Ja’fari dalam bukunya “Misteri
Kehidupan: Rahasia Di balik Rahasia” mengharuskan diri kita belajar
AlQuran tidak hanya sebatas dibaca saja, melainkan juga dipahami, dilaksanakan,
diajarkan, dihafalkan, didakwahkan, disebarluaskan dan dijadikan akhlak bagi
diri kita. Inilah beberapa alasan yang mengharuskan kita mempelajari AlQuran
sesuai dengan kehendak Allah SWT, yaitu:
1. Pentingnya mengetahui dan memahami AlQuran.Kita harus mengetahui AlQuran sebaik mungkin dan menggunakan cahayanya
untuk menyembuhkan problem mental dan spiritual. Dengan demikian, kita dapat
membuat kesegaran abadi dan semangat di dalam hati melalui pengetahuan ini.
Belajar dan mengetahui tentang AlQuran bermuatan pembelajaran tentang manusia
dan mengetahui kesempurnaan cinta jiwanya sendiri dalam domain “apa yang ada”
dan “apa yang seharusnya”. AlQuran
bukanlah buku ilmiah yang menyajikan manusia dari sudut pandang terbatas, atau
dari sudut pandang yang memberatkan dirinya untuk perubahan. Bentuk bentuk
pengetahuan tersebut adalah juga produk panca indera alamiah ditambah campur
tangan relatif yang dia buat ketika memperoleh pengetahuan, atau produk
kombinasi tujuan khusus manusia dari sudut pandangnya sendiri dengan fakta yang
dia pelajari.
2. Adanya Hubungan antara AlQuran dengan Penciptaan. Allah SWT telah menekankan dalam ayat AlQuran bahwa ada alasan untuk
menciptakan alam semesta dan sifat alamiah. Ini adalah peringatan besar bagi
manusia yang seharusnya tahu bahwa dia hidup di dunia yang didasarkan pada
kebenaran, kesadaran, dan akal. Dengan demikian, keberadaannya unggul terhadap
seluruh alam semesta dalam martabat dan keagungan, mengingat penciptaan
tersebut, dengan cara apapun, mustahil sebagai permainan tanpa tujuan. Seperti
kita membaca: “Dan tidaklah Kami
ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain
main. (surat Al Anbiyaa (21) ayat 16).” Selain itu, ayat lain dari
AlQuran juga menyatakan bahwa eksistensi manusia di alam semesta ini memiliki
tujuan, yaitu: “Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadaKu. (surat Adz Dzariyat (51)
ayat 56).” Jelas, ibadah tidaklah
bermakna apa-apa kecuali ditempatkan dalam wilayah tarikan keilahian Allah.
Selain itu, Allah tidak membutuhkan ibadah kita, sebuah fakta yang terlalu
jelas dan sederhana untuk dimintakan alasannya.
3. AlQuran dan Konsekuensi Mengikutinya. Ketika manusia bergerak di jalan evolusi, mematuhi cahaya AlQuran yang
menerangi pandangannya karena sungguh-sungguh menerima dan menaatinya tentu
akan menciptakan cahaya dalam dirinya yang bahkan akan bersinar melalui
matanya. Dengan demikian, dia akan melihat kebenaran sebagaimana adanya; tiada
keburaman, atau titik gelap yang tersisa. Mata dan telinga manusia beriman
terbiasa dengan menafsirkan kata kata Ilahi.
4. AlQuran adalah Kitab Keadilan dan Kejujuran. AlQuran dengan jelas menyatakan bahwa agama Ibrahim as, menentang
kekejaman, penindasan, kebodohan, tirani dan kejumudan mental. AlQuran tidak
membiarkan keraguan bahwa para nabi telah dikirim oelh Allah SWT untuk
menegakkan keadilan dan kesetaraan bagi seluruh umat.
5. AlQuran adalah Kitab yang mengonfirmasi dan Memverifikasi
Para Nabi.
Banyak ayat dalam AlQuran memverifikasi dan
mengonfirmasi Nabi Islam SAW dan keimanannya terhadap nabi Allah sebelumnya
beserta kitab-kitab mereka (yang asli). AlQuran juga menyatakan bahwa Islam
dibangun dari agama Ibrahim as; “Katakanlah:
Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kamui, dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim. (surat Al Baqarah (2) ayat 36). Adanya upaya memverifikasi para Nabi tentu
tidak bisa kita ikuti hasil verifikasinya jika kita hanya bisa membaca tulisan
semata. Namun harus didukung kemampuan untuk menganalisa terutama kemampuan
untuk menterjemahkan apa apa yang telah kita baca.
6. AlQuran adalah Obat Mujarab untuk Sakit Manusia. Dikatakan, kalau saja ada kitab yang bisa memberi tahu kita bagaimana
menemukan obat mujarab untuk semua rasa sakit jiwa yang mencegahnya dari
diagnosis dan disembuhkan. Tanpa ragu kami menjawab bahwa hal itu terdapat
dalam kitab kitab suci, pikiran suci para ulama dan interpretasi murni para
pemikir di kalangan mereka. Allah SWT berfirman: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (AlQuran) dari
Tuhanmum penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta
rahmat bagi orang yang beriman. (surat Yunus (10) ayat 57).” Seperti
rasa sakit yang hanya bisa disembuhkan dengan satu obat, yakni keinginan hendak
berkuasa, maka tanpa mengaktifkan kehendak berkuasa dalam diri manusia itu,
mustahil bisa menyembuhkan sakit tersebut. Akhirnya, AlQuran adalah obat untuk
semua penderitaan mental dan/atau ruh manusia.
7. AlQuran adalah Kitab Untuk Umat Manusia. Meskipun Alquran tidak menghargai individu yang terpisah dari masyarakat,
kita dapat mengatakan bahwa alam dan karakteristik AlQuran menyajikan gambaran
tentang manusia yang mengungkapkan dua wilayah. Apabila kita memerhatikan lebih
dekat pada ‘alam’ dan aspek aspek ‘ruhani’ manusia yang dinyatakan AlQuran, dan
kalau kita memperoleh cukup pengetahuan tentang apa yang dianggap AlQuran
sebagai tepat dan cocok bagi manusia, maka kita dapat menyatakan bahwa hubungan
antara manusia dan AlQuran adalah: AlQuran merupakan kita pedoman bagi manusia,
dan manusialah yang membutuhkan AlQuran.
Dan tidak diragukan lagi, tidak ada pemikiran
manusia & buku buku yang bisa menggambarkan manusia sebagaimana disajikan
oleh AlQuran, dan hal itu memang sifat AlQuran; sebab, bahkan para pemikir yang
paling realistis pun mungkin hanya dapat memikirkan manusia dari satu atau
paling dua aspek; yakni sebuah cakupan tertentu yang tidak menuntun pada gambar
yang sebenarnya dari kombinasi seluruh aspek manusia. Selain itu, terdapat perbedaan besar antara usaha keras seseorang untuk
menemukan jati dirinya dan makhluk yang didominasi untuk melakukan upaya
tersebut; demikian juga, ada perbedaan besar antara pengetahuan hewan itu
sendiri dan pengetahuan manusia tentang hewan.
Dengan demikian, terdapat perbedaan besar antara
manusia menampilkan dirinya untuk dirinya sendiri, dan penciptaNya yang
menyediakan identifikasi. Kita dapat menyimpulkan dari situasi masyarakat hari
ini bahwa tidak banyak yang telah diungkap oleh manusia tentang manusia dan
kemanusiaan. Untuk itu marilah kita mempelajari manusia lagi
(mempelajari tentang diri), kali ini dari sudut pandang AlQuran; barangkali
kita bisa melepaskan setengah kerusakan yang ada, sehingga menjadi capaian
keberhasilan tersendiri bagi diri kita.
Adanya tujuh hal
yang kami kemukakan di atas ini tentang AlQuran, yang mana keseluruhan hal
tersebut hanya mungkin bisa kita laksanakan dengan baik dan benar jika kita
berusaha untuk tidak menjadikan AlQuran sebagai buku bacaan semata yang hanya
sekedar dibaca tanpa pernah mengetahui hakekat dan makna yang terdapat di
dalamnya. AlQuran sebagai sebuah kitab
yang original yang diturunkan oleh Allah SWT harus kita imani dan yakini benar
dari Allah untuk umat kepentingan manusia.
Lalu kita harus
berusaha untuk mempelajarinya yang dilanjutkan dengan memahami makna yang
tersurat, makna yang tersirat dan makna yang tersembunyi dari apa yang ada
dibalik bacaan AlQuran.Yang dilanjutkan
dengan melaksanakan, mengamalkan, mendakwahkan atau mengajarkan dan juga
menyebarluaskan baik melalui buku buku ataupun melalui media online dan yang
terakhir menjadikan AlQuran menjadi akhlak bagi diri kita. Barulah ke tujuh
hal di atas bisa kita raih dan rasakan saat hidup di dunia ini. Dan akhirnya
hidup yang kita jalani saat ini mampu sesuai dengan kehendak Allah SWT yaitu
datang fitrah kembali fitrah untuk dapat bertemu dengan Allah SWT di tempat
yang fitrah (syurga).
Namun sangat disayangkan, masih banyak orang
yang membaca AlQuran hanya membuka kitab ini dan mulai membaca surah dari awal
sampai akhir dan bahkan melanjutkan ke yang berikutnya, tanpa mengambil konsep
dalam tiap ayat dengan pertimbangan hati hati ditambah tanpa mempergunakan
hati. Pembacaan semacam itu tidak dapat diterima sebagai studi terhadap
AlQuran. Dengan kata lain, AlQuran
bukanlah sesuatu yang menyuruh manusia hanya melihat dan mengucapkan. Setiap
ayat AlQuran adalah kalimat utama yang tidak dapat dipahami sepenuhnya kecuali
kita menguasi segala sesuatu tentang hal itu sebelumnya. Disinilah letak
betapa luar biasanya AlQuran itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar