Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 04 April 2024

IQRA BUKANLAH MENJADIKAN ALQURAN SEBAGAI BUKU BACAAN SEMATA (PART 2 of 2)

 

F.      ALLAH SWT ADALAH NARASUMBER TUNGGAL ALQURAN.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya yang membutuhkan AlQuran sudahkah kita menempatkan dan meletakkan bahwa Allah SWT adalah narasumber AlQuran yang siap mengajarkan kepada siapapun tanpa memandang latar belakang pendidikan maupun keimanan seseorang? Janji Allah SWT yang tertuang di dalam surat Al Alaq (96) ayat 5 di atas, bukanlah sembarang janji, namun suatu kepastian yang siap diberikan sesuai dengan nilai perjuangan seseorang dan juga sesuai dengan kebutuhan seseorang tanpa memandang siapa yang mempelajarinya. Jika ia seorang ilmuwan, maka Allah SWT akan mengajarkan ayat-ayat kauniyah yang sesuai dengan latar belakang ilmu yang dimiliki seorang ilmuwan tersebut. Jika ia seorang guru agama, maka Allah SWT akan mengajarkan pemahaman tentang agama yang akan diajarkan oleh guru yang bersangkutan kepada jamaahnya, demikian seterusnya.

 

Lalu sudah sampai dimanakah nilai perjuangan kita di dalam mempelajari dan memahami AlQuran, apakah masih sibuk dengan tajwidnya, qiraatnya, tasditnya, padahal usia sudah berada di persimpangan jalan? Lalu kapan lagi kita bisa memahami dan merasakan rasa kebesaran AlQuran di sisa usia yang kita miliki jika masih sibuk dengan urusan membaca? Apabila diri kita berkehendak untuk memperoleh isi dan kandungan AlQuran yang sesuai dengan kehendak Allah SWT bukanlah perkara mudah, namun bukan pula yang tidak mungkin terjadi.

 

Allah SWT siap mengajarkan diri kita terhadap apa apa yang tidak kita ketahui, sepanjang diri kita sendiri meminta untuk diajarkan oleh Allah SWT dengan mampu menempatkan Allah SWT sebagai narasumber utama AlQuran. Lalu diri kita sendiri harus memenuhi kriteria tertentu seperti: orang yang beriman, yang memiliki ilmu pengetahuan (ulil albab), telaten, rajin, konsetrasi, memiliki komitmen yang kuat, disiplin serta siap untuk mengajarkan kembali atas apa apa yang telah dipelarinya kepada orang lain tanpa ditutup tutupi. Inilah yang sangat dikehendaki Allah SWT dan yang dibutuhkan oleh AlQuran, sudahkah kita mengetahuinya!

 

Untuk itu jangan pernah berharap akan diajarkan oleh Allah SWT tentang apa apa yang tidak kita ketahui, jika kita sendiri sudah berprasangka buruk kepada Allah SWT dengan mengatakan tidak mungkin kita bisa tahu dan mengerti tentang AlQuran. Padahal adanya prasangka buruk inilah yang menghambat pembelajaran kita tentang AlQuran. Buang jauh jauh prasangka buruk tentang Allah SWT saat ini juga. Tanamkan dalam diri prasangka baik kepada Allah SWT dan semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk diri kita. Selanjutnya Allah SWT berfirman: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) AlQuran karena hendak cepat cepat (menguasainya). (surat Al Qiyamah (75) ayat 16).”  Inilah yang dikehendaki oleh Allah SWT saat diri kita mempelajari AlQuran. Tidak ada istilah cepat-cepat, tidak ada istilah terburu-buru, dan tidak ada yang “instan” jika hendak menguasai dan memahami isi dan kandungan AlQuran. Semua memerlukan proses, semua memerlukan waktu dan semua memerlukan kegigihan dan perjuangan. Sudahkah kita mengetahuinya!

 

G.    HILANGKAN PERASAAN CUKUP DALAM DIRI.

 

Allah SWT berfirman: “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena Dia melihat dirinya serba cukup.(surat Al Alaq (96) ayat 6 dan 7). Berdasarkan ayat ini, Allah SWT menunjukkan kepada diri kita bahwa apa yang akan diajarkan oleh Allah SWT kepada diri kita akan dibatasi oleh adanya perasaan yang ada di dalam diri kita sendiri, yaitu merasa diri telah cukup belajar, merasa cukup dengan membaca AlQuran dan menghafalkan AlQuran,  maka sampai disitu pula Allah SWT memberi pengajaran.

 

Katakan, saat ini kita sibuk meluangkan waktu untuk belajar AlQuran terutama dari sisi tajwid dan qiraat bacaannya semata dan kita merasa sudah cukup dengan itu semua, ditambah adanya persepsi jika salah tajwid dan qiraatnya maka akan salah pula artinya. Jika kita hanya sampai disitu belajar AlQurannya maka sampai disitu pula kita memiliki ilmu tentang AlQuran. Padahal isi dan kandungan AlQuran tidak hanya terletak dari sisi bacaan AlQuran yang sangat indah, sisi sastranya yang tinggi, melainkan masih banyak kandungan AlQuran yang luar biasa terutama di sisi perpaduan antara ayat-ayat kauliyah dengan ayat- ayat kauniyah yang luar biasa isi dan kandungannya.

 

H. HILANGKAN PEMAHAMAN YANG KELIRU TENTANG WAHYU PERTAMA.

 

Di dalam masyarakat masih ada pernyataan bahwa wahyu pertama adalah Iqra yang artinya baca, padahal wahyu pertama berjumlah 5 (lima) ayat dan kata “Iqra” sendiri masih diiringi dengan kata “atas nama Tuhanmu yang menciptakan”. Sehingga apabila kita hendak membaca AlQuran kita diwajibkan untuk mengajak pemilik AlQuran untuk mengajarkan kita atas apa- apa yang tidak kita ketahui. Adanya pemahaman yang keliru tentang wahyu pertama ini, akhirnya di masyarakat timbul adanya kecenderungan hanya sibuk membaca semata tanpa diikuti dengan pemahaman atas apa-apa yang telah dibaca. Akhirnya kebesaran AlQuran tidak tampil dalam diri yang membacanya.

 

Dan dengan sibuknya kita membaca AlQuran tanpa diiringi dengan adanya pemahaman yang kita baca, akhirnya terpendamlah kebesaran dan kehebatan AlQuran di dalam AlQuran itu sendiri karena pembacanya tidak mampu mengolah apa- apa yang telah dibacanya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW sendiri telah menyatakan dalam haditsnya berikut ini: “Bacalah AlQuran dan naiklah ke derajat yang paling tinggi, lalu bacalah dengan runtut sebagaimana kamu pernah membacanya di dunia. Karena sesungguhnya derajatmu sangat tergantung pada ayat terakhir yang telah kamu baca. (Hadits Riwayat Ahmad) .” Jangan pernah berhenti dan jangan pula bermalas-malasan untuk belajar AlQuran. Segera lakukan perubahan pendekatan belajar AlQuran sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT lalu rasakan perbedaannya. Jangan sampai menunggu tua dahulu baru belajar AlQuran. 

 

I.      ALQURAN DARI ALLAH SWT UNTUK SELURUH UMAT MANUSIA.

 

AlQuran diturunkan oleh Allah SWT bukanlah untuk kepentingan Allah SWT selaku pencipta dan pemilik renacana besar kekhalifahan di muka bumi ini. AlQuran diturunkan untuk kepentingan abd’ (hamba)-Nya dan juga kepentingan khalifah-Nya yang ada di muka bumi ini agar sukses melaksanakan tugasnya dan kembali lagi kepada-Nya dalam keadaan fitrah sehingga mampu bertemu dengan Allah SWT di syurga. Sebagai orang yang sangat membutuhkan AlQuran tentu kita tidak akan bisa memenuhi kebutuhan diri sendiri jika kita sendiri tidak berusaha untuk memenuhi kebutuhan itu melalui proses pembelajaran yang tiada henti tentang AlQuran, yang kesemuanya harus sesuai dengan kehendak Allah SWT. Dan jika tidak maka terpendamlah isi dan kandungan AlQuran di lemari buku atau di perpustakaan atau di dalam AlQuran itu sendiri.

 

Saat ini di dalam masyarakat masih terdapat keraguan tentang janji Allah SWT yang telah dimaklumatkan dalam surat Al Alaq (96) ayat 5 berikut ini: “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Adanya keraguan ini terutama adanya pemahaman kalau bacaan AlQuran yang kita lakukan tidak sesuai tajwidnya maka artinya akan berbeda. Akhirnya banyak orang yang menghabiskan waktunya hanya untuk memperbaiki bacaan AlQurannya dengan mengabaikan atau bahkan mengorbankan arti dan makna yang terkandung di dalam AlQuran yang ia baca.

 

Dan agar Allah SWT mau mengajarkan diri kita sesuai dengan janjiNya yaitu mengajarkan apa apa yang tidak kita ketahui, maka belajarlah langsung kepada Allah SWT semata dan letakkan guru, ustadz, ulama, kyai, habib, syaikh sebagai perantara bagi diri kita di dalam mempelajari AlQuran. Sekarang bagaimana Allah SWT akan mengajarkan diri kita jika kita sendiri tidak mampu mendudukkan kedudukan Allah SWT yang sebenarnya yaitu pemilik AlQuran yang siap mengajarkan apa apa yang tidak diketahui oleh umatnya dikalahkan oleh ulah kita sendiri yang menempatkan guru, ustadz, ulama, kyai, habih, syaikh di atas Allah SWT yang seolah olah hanya merekalah yang bisa mengajarkan diri kita.

 

Dan ingat, saat Allah SWT mengajarkan apa apa yang tidak kita ketahui. Allah SWT memiliki cara tertentu (metode tertentu) yang disesuaikan dengan keimanan, minat dan bakat umatnya serta niat dan perjuangan dari umatnya saat mempelajari AlQuran. Apalagi jika apa apa yang tidak diketahui menjadikan dirinya tahu lalu apa yang didapatkanya tidak disimpan untuk kepentingan dirinya melainkan diajarkan pula kepada orang lain, maka Allah SWT akan menambahkan pemahaman yang semakin mendalam kepada orang tersebut. Namun apabila apa yang diperoleh hanya untuk kepentingan dirinya, maka Allah SWT tidak akan menambah wawasan, pemahaman yang  baru kepada orang yang seperi itu. Akhirnya ilmu dan pemahaman yang dimilikinya tidak akan berkembang. 

 

Saat ini sampai dengan hari kiamat kelak, kita sudah diberikan oleh Allah SWT sebuah buku manual (manual handbook) yang sangat hebat yaitu AlQur'an. Dimana AlQur'an yang kita terima saat ini sudah dalam keadaan tertulis. Sekarang apakah AlQur'an yang sudah tertulis itu cukup sekedar dibaca saja, lalu kita dapat memperoleh secara keseluruhan maksud dan tujuan dari AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi? Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya AlQuran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan AlQuran itu bukanlah Perkataan seorang penyair. sedikit sekali kamu beriman kepadanya. dan bukan pula Perkataan tukang tenung. sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. (surat Al Haaqqah (69) ayat 40 sampai 43).”

Berdasarkan surat Al Haaqqah (69) ayat 40 sampai 43 di atas ini, dapat dikatakan bahwa AlQuran adalah kalam Allah SWT yang telah dikalamkan, AlQuran yang tidak lain adalah Ilmu Allah SWT yang telah diilmukan, AlQuran yang tidak lain adalah sarana untuk memperkenalkan Allah SWT kepada makhluk-Nya, AlQuran yang tidak lain adalah aturan dan juga undang-undang yang berasal dari Allah SWT, tidak akan mungkin hanya dengan dibaca saja maka secara keseluruhan isi dan makna yang terkandung di dalam AlQuran dapat kita ketahui. Ayo segera rubah pola pendekatan kita di dalam mempelajari AlQuran mulai saat ini juga jika kita sangat berkepentingan dengan isi dan kandungan AlQuran yang sangat luar biasa.

 

Itulah 9 (sembilan) catatan khusus yang bisa kami kemukakan terhadap wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita semua mampu mengambil hikmah dan pelajaran dan menjadikan motivasi untuk mengerti dan memahami kitab suci yang membawa diri kita datang fitrah kembali fitrah untuk bertemu dengan Allah SWT di tempat yang fitrah. Dan alangkah ruginya jika di sisa usia yang kita miliki kita tetap tidak mengetahui kedalaman makna yang hakiki dari AlQuran karena sibuk dengan urusan membaca kumpulan huruf huruf yang memilik tanda baca.

 

Sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga adalah khalifahNya di muka bumi tentunya kita diutus bukan begitu saja diutus, melainkan ada tanggung jawabnya, ada maksud dan tujuannya, ada yang harus dicapai, ada yang harus dipersiapkan untuk kembali kepadaNya serta ada batasan waktunya dan juga ada ketentuan dasarnya yaitu hidup sekali seharusnya berarti lalu mati. Sekarang bagaimana kita bisa melaksanakan konsep di atas  yang sesuai dengan kehendak Allah SWT jika kita sendiri tidak mau mempelajari buku manual yang telah diturunkan Allah SWT kepada diri kita! Jangan sampai ini terjadi pada diri kita, pada keluarga, serta anak keturunan kita.

 

Nabi SAW bersabda: “Orang yang pandai membaca AlQuran (di hari Kiamat) bersama malaikat yang mulia dan patuh kepada Allah, dan orang yang membaca AlQuran sedang ia tidak lancar membacanya dan mengalami kesukaran atas bacaannya baginya dua pahala” (Hadits Riwayat Bukhari Muslim)”. Apa yang dikemukakan dalam hadits ini tidak ada yang salah, namun akan menjadi masalah yang besar jika kita hanya pandai membaca AlQuran dengan tartil, tajwid dan qiraat yang benar jika tanpa diiringi dengan mengimani, memahami, menghayati, mengamalkan, menyebarluaskan untuk kemaslahatan diri dan juga orang lain serta mampu menjadi AlQuran sebagai akhlak bagi diri kita.

 

Dan selanjutnya untuk lebih mempertegas bahwa AlQuran yang telah diturunkan oleh Allah SWT  untuk kepentingan umat manusia, termasuk untuk kebaikan diri kita. Muhammad Taqi Ja’fari dalam bukunya Misteri Kehidupan: Rahasia Di balik Rahasia” mengharuskan diri kita belajar AlQuran tidak hanya sebatas dibaca saja, melainkan juga dipahami, dilaksanakan, diajarkan, dihafalkan, didakwahkan, disebarluaskan dan dijadikan akhlak bagi diri kita. Inilah beberapa alasan yang mengharuskan kita mempelajari AlQuran sesuai dengan kehendak Allah SWT, yaitu: 

 

1. Pentingnya mengetahui dan memahami AlQuran.Kita harus mengetahui AlQuran sebaik mungkin dan menggunakan cahayanya untuk menyembuhkan problem mental dan spiritual. Dengan demikian, kita dapat membuat kesegaran abadi dan semangat di dalam hati melalui pengetahuan ini. Belajar dan mengetahui tentang AlQuran bermuatan pembelajaran tentang manusia dan mengetahui kesempurnaan cinta jiwanya sendiri dalam domain “apa yang ada” dan “apa yang seharusnya”. AlQuran bukanlah buku ilmiah yang menyajikan manusia dari sudut pandang terbatas, atau dari sudut pandang yang memberatkan dirinya untuk perubahan. Bentuk bentuk pengetahuan tersebut adalah juga produk panca indera alamiah ditambah campur tangan relatif yang dia buat ketika memperoleh pengetahuan, atau produk kombinasi tujuan khusus manusia dari sudut pandangnya sendiri dengan fakta yang dia pelajari.

 

2. Adanya Hubungan antara AlQuran dengan Penciptaan. Allah SWT telah menekankan dalam ayat AlQuran bahwa ada alasan untuk menciptakan alam semesta dan sifat alamiah. Ini adalah peringatan besar bagi manusia yang seharusnya tahu bahwa dia hidup di dunia yang didasarkan pada kebenaran, kesadaran, dan akal. Dengan demikian, keberadaannya unggul terhadap seluruh alam semesta dalam martabat dan keagungan, mengingat penciptaan tersebut, dengan cara apapun, mustahil sebagai permainan tanpa tujuan. Seperti kita membaca: “Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain main. (surat Al Anbiyaa (21) ayat 16).” Selain itu, ayat lain dari AlQuran juga menyatakan bahwa eksistensi manusia di alam semesta ini memiliki tujuan, yaitu: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadaKu. (surat Adz Dzariyat (51) ayat 56).” Jelas, ibadah tidaklah bermakna apa-apa kecuali ditempatkan dalam wilayah tarikan keilahian Allah. Selain itu, Allah tidak membutuhkan ibadah kita, sebuah fakta yang terlalu jelas dan sederhana untuk dimintakan alasannya.

 

3.  AlQuran dan Konsekuensi Mengikutinya. Ketika manusia bergerak di jalan evolusi, mematuhi cahaya AlQuran yang menerangi pandangannya karena sungguh-sungguh menerima dan menaatinya tentu akan menciptakan cahaya dalam dirinya yang bahkan akan bersinar melalui matanya. Dengan demikian, dia akan melihat kebenaran sebagaimana adanya; tiada keburaman, atau titik gelap yang tersisa. Mata dan telinga manusia beriman terbiasa dengan menafsirkan kata kata Ilahi.

 

4. AlQuran adalah Kitab Keadilan dan Kejujuran. AlQuran dengan jelas menyatakan bahwa agama Ibrahim as, menentang kekejaman, penindasan, kebodohan, tirani dan kejumudan mental. AlQuran tidak membiarkan keraguan bahwa para nabi telah dikirim oelh Allah SWT untuk menegakkan keadilan dan kesetaraan bagi seluruh umat.

 

5.  AlQuran adalah Kitab yang mengonfirmasi dan Memverifikasi Para Nabi. Banyak ayat dalam AlQuran memverifikasi dan mengonfirmasi Nabi Islam SAW dan keimanannya terhadap nabi Allah sebelumnya beserta kitab-kitab mereka (yang asli). AlQuran juga menyatakan bahwa Islam dibangun dari agama Ibrahim as; “Katakanlah: Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kamui, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim. (surat Al Baqarah (2) ayat 36). Adanya upaya memverifikasi para Nabi tentu tidak bisa kita ikuti hasil verifikasinya jika kita hanya bisa membaca tulisan semata. Namun harus didukung kemampuan untuk menganalisa terutama kemampuan untuk menterjemahkan apa apa yang telah kita baca.

 

6.     AlQuran adalah Obat Mujarab untuk Sakit Manusia. Dikatakan, kalau saja ada kitab yang bisa memberi tahu kita bagaimana menemukan obat mujarab untuk semua rasa sakit jiwa yang mencegahnya dari diagnosis dan disembuhkan. Tanpa ragu kami menjawab bahwa hal itu terdapat dalam kitab kitab suci, pikiran suci para ulama dan interpretasi murni para pemikir di kalangan mereka. Allah SWT berfirman: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (AlQuran) dari Tuhanmum penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (surat Yunus (10) ayat 57).” Seperti rasa sakit yang hanya bisa disembuhkan dengan satu obat, yakni keinginan hendak berkuasa, maka tanpa mengaktifkan kehendak berkuasa dalam diri manusia itu, mustahil bisa menyembuhkan sakit tersebut. Akhirnya, AlQuran adalah obat untuk semua penderitaan mental dan/atau ruh manusia.

 

7. AlQuran adalah Kitab Untuk Umat Manusia. Meskipun Alquran tidak menghargai individu yang terpisah dari masyarakat, kita dapat mengatakan bahwa alam dan karakteristik AlQuran menyajikan gambaran tentang manusia yang mengungkapkan dua wilayah. Apabila kita memerhatikan lebih dekat pada ‘alam’ dan aspek aspek ‘ruhani’ manusia yang dinyatakan AlQuran, dan kalau kita memperoleh cukup pengetahuan tentang apa yang dianggap AlQuran sebagai tepat dan cocok bagi manusia, maka kita dapat menyatakan bahwa hubungan antara manusia dan AlQuran adalah: AlQuran merupakan kita pedoman bagi manusia, dan manusialah yang membutuhkan AlQuran.

 

Dan tidak diragukan lagi, tidak ada pemikiran manusia & buku buku yang bisa menggambarkan manusia sebagaimana disajikan oleh AlQuran, dan hal itu memang sifat AlQuran; sebab, bahkan para pemikir yang paling realistis pun mungkin hanya dapat memikirkan manusia dari satu atau paling dua aspek; yakni sebuah cakupan tertentu yang tidak menuntun pada gambar yang sebenarnya dari kombinasi seluruh aspek manusia. Selain itu, terdapat perbedaan besar antara usaha keras seseorang untuk menemukan jati dirinya dan makhluk yang didominasi untuk melakukan upaya tersebut; demikian juga, ada perbedaan besar antara pengetahuan hewan itu sendiri dan pengetahuan manusia tentang hewan.

 

Dengan demikian, terdapat perbedaan besar antara manusia menampilkan dirinya untuk dirinya sendiri, dan penciptaNya yang menyediakan identifikasi. Kita dapat menyimpulkan dari situasi masyarakat hari ini bahwa tidak banyak yang telah diungkap oleh manusia tentang manusia dan kemanusiaan. Untuk itu marilah kita mempelajari manusia lagi (mempelajari tentang diri), kali ini dari sudut pandang AlQuran; barangkali kita bisa melepaskan setengah kerusakan yang ada, sehingga menjadi capaian keberhasilan tersendiri bagi diri kita.

 

Adanya tujuh hal yang kami kemukakan di atas ini tentang AlQuran, yang mana keseluruhan hal tersebut hanya mungkin bisa kita laksanakan dengan baik dan benar jika kita berusaha untuk tidak menjadikan AlQuran sebagai buku bacaan semata yang hanya sekedar dibaca tanpa pernah mengetahui hakekat dan makna yang terdapat di dalamnya. AlQuran sebagai sebuah kitab yang original yang diturunkan oleh Allah SWT harus kita imani dan yakini benar dari Allah untuk umat kepentingan manusia.

 

Lalu kita harus berusaha untuk mempelajarinya yang dilanjutkan dengan memahami makna yang tersurat, makna yang tersirat dan makna yang tersembunyi dari apa yang ada dibalik bacaan AlQuran.Yang dilanjutkan dengan melaksanakan, mengamalkan, mendakwahkan atau mengajarkan dan juga menyebarluaskan baik melalui buku buku ataupun melalui media online dan yang terakhir menjadikan AlQuran menjadi akhlak bagi diri kita. Barulah ke tujuh hal di atas bisa kita raih dan rasakan saat hidup di dunia ini. Dan akhirnya hidup yang kita jalani saat ini mampu sesuai dengan kehendak Allah SWT yaitu datang fitrah kembali fitrah untuk dapat bertemu dengan Allah SWT di tempat yang fitrah (syurga).

 

Namun sangat disayangkan, masih banyak orang yang membaca AlQuran hanya membuka kitab ini dan mulai membaca surah dari awal sampai akhir dan bahkan melanjutkan ke yang berikutnya, tanpa mengambil konsep dalam tiap ayat dengan pertimbangan hati hati ditambah tanpa mempergunakan hati. Pembacaan semacam itu tidak dapat diterima sebagai studi terhadap AlQuran. Dengan kata lain, AlQuran bukanlah sesuatu yang menyuruh manusia hanya melihat dan mengucapkan. Setiap ayat AlQuran adalah kalimat utama yang tidak dapat dipahami sepenuhnya kecuali kita menguasi segala sesuatu tentang hal itu sebelumnya. Disinilah letak betapa luar biasanya AlQuran itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar