2. Dalam Hal Apa Kita Harus Sabar. Sabar berdasarkan definisi umum diartikan sebagai suatu sikap menahan emosi dari
keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar
merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap
yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang
memilikinya. Semakin tinggi kesabaran seseorang maka semakin kokoh ia dalam
menghadapi segala macam masalah yang terjadi dalam kehidupan. Sabar juga sering
dikatakan sebagai tingkah laku positif yang ditonjolkan oleh seseorang. Lalu
dalam hal apakah kita harus sabar atau memiliki kesabaran?
a. Sikap sabar harus kita lakukan saat diri kita mencari
keridhaan Allah SWT, saat mendirikan shalat (saat melaksanakan perintah Allah
SWT), saat menafkahkan sebahagian rezeki di jalan Allah SWT seperti infaq,
sedekah (atau saat membuat karya nyata untuk merealisasikan visi akhirat) serta
saat menolak kejahatan dengan kebaikan. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Ar
Rad (13) ayat 22 berikut ini: “dan orang-orang yang sabar karena mencari
keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami
berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak
kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan
(yang baik).” Sedangkan berdasarkan surat Luqman (31) ayat 17 berikut
ini: “Hai
anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” Kita diwajibkan untuk bersabar saat mendirikan shalat,
saat menyuruh mengerjakan yang baik, saat mencegah perbuatan mungkar serta saat
diri kita tertimpa musibah atau bencana.
[101] Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan
kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan
kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik
besar maupun kecil.
c. Kita diperintahkan untuk bersikap sabar saat ditimpa
musibah atau penyakit atau problem keluarga, seperti yang dialami oleh Nabi
Ayyub as,. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Shaad (38) ayat 44 berikut ini: “dan
ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), Maka pukullah dengan itu dan
janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati Dia (Ayyub) seorang
yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba. Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada
Tuhan-nya)[1303].”
[1303] Nabi Ayyub a.s. menderita penyakit kulit beberapa
waktu lamanya dan Dia memohon pertolongan kepada Allah s.w.t. Allah kemudian
memperkenankan doanya dan memerintahkan agar Dia menghentakkan kakinya ke bumi.
Ayyub mentaati perintah itu Maka keluarlah air dari bekas kakinya atas petunjuk
Allah, Ayyub pun mandi dan minum dari air itu, sehingga sembuhlah Dia dari
penyakitnya dan Dia dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Maka mereka
kemudia berkembang biak sampai jumlah mereka dua kali lipat dari jumlah
sebelumnya. pada suatu ketika Ayyub teringat akan sumpahnya, bahwa Dia akan
memukul isterinya bilamana sakitnya sembuh disebabkan isterinya pernah lalai
mengurusinya sewaktu Dia masih sakit. akan tetapi timbul dalam hatinya rasa
hiba dan sayang kepada isterinya sehingga Dia tidak dapat memenuhi sumpahnya.
oleh sebab itu turunlah perintah Allah seperti yang tercantum dalam ayat 44 di
atas, agar Dia dapat memenuhi sumpahnya dengan tidak menyakiti isterinya Yaitu
memukulnya dengan dengan seikat rumput.
d. Kita wajib memiliki
sifat sabar saat diri kita memohon pertolongan, memohon ampunan, memohon perlindungan
kepada Allah SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al A’raaf (7) ayat 128
berikut ini: “Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah
dan bersabarlah; Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya
kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. dan kesudahan yang baik
adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”.
e. Sifat sabar sangat diperlukan saat diri kita melakukan
dakwah atau saat menyampaikan risalah Allah SWT kepada pihak ke tiga dengan
berlaku sabar atas apa yang mereka katakan, termasuk di dalamnya saat diri kita
belajar untuk meningkatkan kemampuan diri kita,atau untuk menjadikan diri kita
menjadi lebih baik melalui proses belajar. Sebagaimana dikemukakan dalam surat
Shaad (38) ayat 17 berikut ini: “bersabarlah atas segala apa yang mereka
katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; Sesungguhnya Dia
Amat taat (kepada Tuhan).”
f. Kesabaran harus kita miliki saat diri kita melaksanakan
urusan rumah tangga yang serba kekurangan atau saat mengalami cobaan hidup,
termasuk di dalamnya persoalan pekerjaan, persoalan rumah tangga, persoalan
anak dan lain sebagainya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat An Nisaa’ (4)
ayat 25 berikut ini: “dan Barangsiapa diantara kamu (orang
merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi
beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu
miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian
yang lain[285], karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan
berilah maskawin mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang
memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki
lain sebagai piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin,
kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), Maka atas mereka separo
hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini
budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri
(dari perbuatan zina) di antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (surat An Nisaa’ (4) ayat 25)
[285] Maksudnya: orang merdeka dan budak yang dikawininya
itu adalah sama-sama keturunan Adam dan hawa dan sama-sama beriman.
g. Kesabaran sangat dibutuhkan saat diri kita menghadapi
(memerangi) musuh, dalam hal ini syaitanyang tidak pernah menyerah untuk
menggoda, mengganggu atau mengalihkan perhatian kita. Untuk itu kita
diperkenankan oleh Allah SWT untuk memperbanyak dzikir dan doa untuk
menghadapinya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Anfaal (8) ayat 45, 46
berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh),
Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar
kamu beruntung. dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Itulah 7 (tujuh)
kondisi dasar (keadaan) yang harus dihadapi dengan sabar (memerlukan kesabaran)
untuk menghadapinya, jika tidak bisa merusak hidup dan kehidupan yang kita
jalani saat ini.
3. Untuk Apa Sifat Sabar
Bagi Diri Kita. Sekarang
mari kita bahas tentang untuk apa kita harus bersabar saat hidup di muka bumi.
Jika kita mengacu bahwa sifat sabar sudah menjadi sifat ruh diri kita berarti
sifat sabar harus menjadi perilaku diri kita. Dan ini berarti ada sesuatu yang
luar biasa jika kita mampu sabar. Lalu untuk apakah sifat sabar itu? Berikut
ini akan kami kemukakan beberapa tujuan utama dari kita bersabar, yaitu:
a. Salah
satu tujuan dari kita mampu sabar yaitu agar kita menjadi ahli ahli syurga yang
bermartabat tinggi serta disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat saat
memasuki syurga. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Furqaan (25) ayat 75
dan 76 berikut ini: “mereka Itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang Tinggi (dalam
syurga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan
Ucapan selamat di dalamnya, mereka kekal di dalamnya. syurga itu Sebaik-baik
tempat menetap dan tempat kediaman.”
b. Tujuan
lain dari sabar adalah akan diberikan oleh Allah SWT kebaikan hidup di dunia
atau Allah SWT akan memberikan tempat, kedudukan, posisi tang bagus kepada
orang yang mampu bersabar dan bertawakkal hanya kepada Allah SWT semata.
Sebagaimana dikemukakan dalam surat An Nahl (16) ayat 41 dan 42 berikut ini: “dan
orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami
akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya
pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu)
orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.”
c. Sabar
yang diikuti dengan shalat yang dilandasi keimanan akan dapat menghantarkan
diri kita ditolong oleh Allah SWT. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Allah
SWT beserta atau bersama dengan orang orang yang sabar. Ingat, sabar dan
shalat, bukan shalat tetapi tidak sabar atau sabar tetapi tidak shalat. Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2)
ayat 45 dan ayat 153 yang kami kemukakan di bawah ini, Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu', (surat Al Baqarah (2) ayat 45); Hai orang-orang
yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. (surat Al Baqarah (2) ayat 153).”
d. Tujuan lain dari kita
mampu bersabar yang diiringi dengan ketakwaan, untuk menolak tipu daya yang
ditujukan kepada diri kita sehingga kita terhindar dari kemudharatan yang
bersumber dari tipu daya tersebut. Ingat, gangguan yang kita hadapi tidak hanya
dari manusia semata, namun juga ada yang berasal dari jin serta manusia yang
sudah berubah wujud menjadi jin. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran
(3) ayat 120 berikut ini: “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya
mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira
karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun
tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala
apa yang mereka kerjakan.”
e. Orang
yang bersabar yang diiringi dengan mengerjakan amal amal yang shaleh akan
memperoleh ampunan dan pahala yang besar dari Allah SWT. Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Huud (11) ayat 11 berikut ini: “kecuali orang-orang yang sabar
(terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan
dan pahala yang besar.”
f. Tujuan
berikutnya dari berperilaku sabar yang diikuti dengan menolak kejahatan dengan
kebaikan akan memperoleh balasan dari Allah SWT dua kali lipat. Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Qashash (28) ayat 54 berikut ini: “mereka
itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak
kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan
kepada mereka, mereka nafkahkan.”
g. Orang
orang yang sabar dalam kesempitan yang diikuti tetap teguh di dalam keimanan
(tetap dalam hidup yang berkeseimbangan) itulah bukti dari orang orang yang
bertaqwa (bukti taqwa). Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat
177 berikut ini: “bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”
Itulah tujuh buah
tujuan untuk apa kita sabar dalam hidup dan kehidupan kita saat ini, lalu
sudahkah kita mampu merasakan buah dari kesabaran yang telah kita lakukan?
Semoga kita mampu merasakannya dari waktu ke waktu. Amiin.
4. Penyebab Tidak Mampu
Sabar. Setelah
diri kita tahu dan paham tentang untuk apa kita harus sabar saat hidup di dunia
ini, sekarang kita harus tahu pula penyebab kita tidak mampu untuk sabar dalam
kehidupan ini, yaitu:
a. Hal
yang menyebabkan kita tidak mampu untuk bersabar adalah tidak merasa puas dalam
hidup atau tidak mau bersyukur terhadap apa yang telah kita miliki. Sehingga
mementingkan diri sendiri, keluarga, kelompok tertentu menjadi dominan tanpa
mengindahkan orang lain yang berbeda pemahaman. Sebagaimana dikemukakan
dalam surat Al Baqarah (2) ayat 61
berikut ini: “dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa
sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk Kami
kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,
Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang
merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai
pengganti yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh
apa yang kamu minta". lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan,
serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) karena mereka
selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memang tidak
dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan
melampaui batas.”
Sedangkan berdasarkan
ketentuan surat Al Kahfi (18) ayat 28 yang kami kemukakan berikut ini: “dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (surat
Al Kahfi (18) ayat 28). Terjadinya ketidaksabaran dalam diri timbul
karena kita mengharapkan perhiasan dunia karena menuruti kemauan hawa nafsu,
atau dipengaruhi oleh orang orang yang telah dilalaikan dari mengingat Allah
SWT.
b. Ketidaksabaran dalam diri timbul karena adanya sikap
egois, individualisme serta tidak ingat
akan kekuasaan Allah SWT sehingga hidup dalam kesombongan, tanpa bisa memandang
adanya perbedaan karakter, budaya yang berbeda beda di tengah tengah
heterogenitas. Berdasarkan surat Al Balad (90) ayat 1 sampai 7 berikut ini:“aku
benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah), dan kamu (Muhammad) bertempat di
kota Mekah ini,dan demi bapak dan anaknya.Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia berada dalam susah payah.Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali
tiada seorangpun yang berkuasa atasnya? dan mengatakan: "Aku telah
menghabiskan harta yang banyak". Apakah Dia menyangka bahwa tiada
seorangpun yang melihatnya?”.
c. Penyebab
lain yang mengakibatkan diri kita tidak mampu sabar dikarenakan tertipu bujuk
dan rayuan syaitan sang laknatullah. Sebagaimana dikemukakan dalam surat
Ibrahim (14) ayat 22 berikut ini: “dan
berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan:
"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan
akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak
ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu
mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi
cercalah dirimu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun
sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan
perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.”
d. Ketidaksabaran timbul
dalam diri dikarenakan kita ingin mencapai sesuatu cepat tercapai, atau cepat
terpenuhi tanpa harus menunggu waktu yang lama (tidak mau berlama lama untuk
mencapai tujuan). Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Qalam (68) ayat 44
sampai 48 berikut ini: “Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku
(urusan) orang-orang yang mendustakan Perkataan ini (Al Quran). nanti Kami akan
menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang
tidak mereka ketahui, dan aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya
rencana-Ku Amat tangguh. Apakah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka
diberati dengan hutang? ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang ghaib lalu
mereka menulis (padanya apa yang mereka tetapkan)?Maka bersabarlah kamu (hai
Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang
berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam Keadaan marah
(kepada kaumnya).”
e. Ketidaksabaran dalam diri kita timbul karena sikap
sombong dengan apa apa yang telah dimilikinya seperti harta, jabatan, pangkat,
kedudukan, sehingga hidup dalam kemaksiatan, termasuk di dalamnya merasa
pintar, merasa terhormat, dan lain sebagainya sehingga orang lain dianggap
kecil dan tidak ada apa apanya dibandingkan dengan dirinya. Sebagaimana dikemukakan
dalam surat Al Mu’min (40) ayat 75,76,77 berikut ini: “yang demikian itu disebabkan
karena kamu bersuka ria di muka bumi dengan tidak benar dan karena kamu selalu
bersuka ria (dalam kemaksiatan). Dikatakan kepada mereka): "Masuklah kamu
ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka Itulah
seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong ". Maka bersabarlah
kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar; Maka meskipun Kami perlihatkan
kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka ataupun Kami wafatkan
kamu (sebelum ajal menimpa mereka), Namun kepada Kami sajalah mereka
dikembalikan. (surat Al Mu’min (40) ayat 75,76, 77).”
Itulah 5 (lima) buah
penyebab yang menyebabkan diri kita tidak mampu sabar sehingga ketidaksabaran
timbul dalam diri, semoga kita mampu mengalahkannya.
5. Sabar Hanya Bisa
Dilakukan Dengan. Agar
diri kita selalu mampu sabar dalam hidup dan kehidupan ini, ketahuilah sabar (kesabaran)
tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus diiringi dengan hal hal sebagai
berikut:
a. Sikap
sabar atau kesabaran dalam diri harus diiringi dengan ilmu yang cukup
dikarenakan dengan ilmu inilah kita tahu cara sabar yang dikehendaki Allah SWT,
untuk apa kita bersabar, apa yang akan kita raih dan rasakan dari sabar serta
tahu atau paham harus bagaimana keluar dari ketidaksabaran yang terjadi pada
diri kita. Sebagaimana dikemukakan dalam
surat Al Kahfi (18) ayat 67 dan 68 berikut ini: “Dia menjawab: "Sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.dan bagaimana kamu dapat
sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
hal itu?" serta berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 82 berikut
ini: “Adapun
dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di
bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah
seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu;
dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu
adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya".
b. Sikap sabar atau kesabaran
harus diiringi dengan mentaati ketetapan, ketentuan, aturan, hukum yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT dengan tidak mengabaikan hukum positif yang berlaku.
Dengan kata lain, orang yang sabar harus melaksanakan hukum yang berasal dari
Allah SWT dan juga hukum positif yang berlaku di suatu negeri. Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Insaan (76) ayat 24,25,26 berikut ini: “Maka
bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu
ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.dan sebutlah nama
Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.dan pada sebagian dari malam, Maka
sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang
dimalam hari.” kesabaran harus diiringi dengan mentaati ketetapan,
ketentuan, aturan, hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dengan tidak
mengabaikan hukum positif yang berlaku. Dengan kata lain, orang yang sabar
harus melaksanakan hukum yang berasal dari Allah SWT dan juga hukum positif
yang berlaku di suatu negeri.
c. Saat
diri kita sabar maka kita harus mengingat bahwa dibalik kesabaran yang kita
lakukan ada ganjaran yang siap diberikan Allah SWTkepada diri kita lalu jadikan
hal ini sebagai memotivasi diri untuk mencapai hasil atau merasakan buah dari
kesabaran. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Qashash (28) ayat 80 berikut
ini: “berkatalah
orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu,
pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar".
d. Saat diri kita
bersabar maka kita harus tetap melaksanakan ibadah yang sesuai dengan kehendak
Allah SWT (melaksanakan Diinul Islam secara kaffah) yang diiringi dengan
komitmen untuk tidak tergoda akan kehidupan dunia. Sebagaimana dikemukakan
dalam surat Thaahaa (20) ayat 130, 131,
132 berikut ini: “Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan
bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang
hari, supaya kamu merasa senang, dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada
apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga
kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu
adalah lebih baik dan lebih kekal. dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu
adalah bagi orang yang bertakwa.”
e. Kesabaran
baru akan berbuah kebahagiaan sepanjang diri kita yang bersabar mengiringi
kesabaran dengan menyerahkan diri kita kepada Allah SWT semata. Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Hajj (22) ayat 34, 35 berikut ini: “dan
bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada
mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah
kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh
(kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka,
orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan
sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka.”
f. Kesabaran
tidak akan bisa berbuah kemenangan tanpa ada pertolongan dari Allah SWT melalui
doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT. Ini berarti sabar harus diiringi
dengan doa dan permohonan kepada Allah SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam surat
Al Baqarah (2) ayat 250 berikut ini: “tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak
oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan Kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri Kami, dan kokohkanlah pendirian Kami dan
tolonglah Kami terhadap orang-orang kafir." dan berdasarkan surat
An Nahl (16) ayat 127 yang kami kemukakan berikut ini: “bersabarlah (hai Muhammad) dan
Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu
bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada
terhadap apa yang mereka tipu dayakan.”
g. Kesabaran
yang kita laksanakan harus diiringi dengan menjauhkan diri dari orang orang
yang suka berdusta dengan cara yang baik. Sebagaimana dikemukakan dalam surat
Al Muzzammil (73) ayat 10,11,12,13 berikut ini: “dan bersabarlah terhadap apa
yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. dan biarkanlah
aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang
yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.karena
Sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang
menyala-nyala.dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.” .
h. Saat diri kita
melakukan kesabaran maka pada saat yang bersamaan kita harus pula memohon
ampunan dan perlindungan kepada Allah SWT karena syaitanpun berusaha agar kita
gagal untuk sabar (melakukan) kesabaran saat berbuat dan bertindak bagi
kebaikan diri, keluarga, anak dan keturunan. Sebagaimana dikemukakan dalam
surat Al Mu’min (40) ayat 55,56 berikut ini: “Maka bersabarlah kamu, karena
Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan
bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.Sesungguhhnya
orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang
sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan
akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah
perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha melihat.”
Selanjutnya untuk mempertegas tentang sabar atau kesabaran yang harus menjadi perilaku ruh diri kita, berikut ini akan kami kemukakan beberapa ciri ciri dari orang yang mampu sabar dalam hidup dan kehidupannya, yaitu: (a) tidak mudah tersinggung oleh perlakuan atau perkataan orang lain yang berbeda pandangan, berbeda karakteristik dan latar belakang budaya; (b) Selalu tegar dalam menghadapi ujian atau cobaan dari Allah SWT; (c) Tekun dan terus berusaha untuk meraih apa yang ingin diraih, dalam hal ini berani membayar mahal karya nyata saat hidup di dunia untuk mewujudkan visi akhirat; (d) Orang yang sabar tidak pengecut atau lemah mental; (e) Berpendirian teguh; (f) Tidak lesu dari sisi penampilan; (g) Tidak menyerah atau tunduk dari segi aktivitas; (h) selalu meminta perlindungan dari gangguan syaitan kepada Allah SWT. Selain itu orang yang sabar memiliki etika, adab, sopan santun dalam hidup dan kehidupannya, sehingga ia tahu diri dan tahu aturan main yang berlaku serta tahu tujuan akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar